MASA KONSTITUSI RIS 1949-1950 Sejarah singkat Konstitusi RIS 1949-1950
Pemerintah Republik Indonesia yang sudah
mulai melaksanakan tugasnya, masih dihadapkan pada persoalan pelik karena Kolonial Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia. Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI, PBB turun tangan dengan menyelenggarakann Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tgl 23 Agustus -2 November 1949. KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu : a. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat b. penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat c. dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950 Mengenai bentuk negara dinyatakan dlm pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yg berbunyi ‘Republik Indonesia Serikat yg merdeka & berdaulat adalah negara hukum yg demokratis & berbentuk federasi’. Bentuk negara federasi adalah sebuah bentuk pemerintahan di mana beberapa negara bagian bekerja sama dan membentuk kesatuan yang disebut negara federal. Masing-masing negara bagian memiliki beberapa otonomi khusus dan pemerintahan pusat mengatur beberapa urusan yang dianggap nasional. Dalam sebuah federasi setiap negara bagian biasanya memiliki otonomi yang tinggi dan bisa mengatur pemerintahan dengan cukup bebas. Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950 Ciri yang menonjol dari bentuk negara serikat adalah bahwa kedaulatan pemerintah pusat diperoleh setelah negara- negara bagian menyerahkan sebagian kedaulatannya (kedaulatan ke luar dan sebagian kedaulatan ke dalam). Dalam hubungan ke dalam, semua negara bagian berhak untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri. Sedangkan dalam hubungan ke luar, yang ditangani oleh pemerintah serikat mencakup : hubungan luar negeri, pertahanan keamanan, keuangan, dan urusan pos.
Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi RIS 1949-1950
Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa
‘Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untu dirinya sendiri’. Dengan demikian, yg melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adlh menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dgn sistem pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR) Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat
karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai. 2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas. 3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati- hati dalam menjalankan pemerintahan. 4. Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat. Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer 1. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen. 2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu- waktu kabinet dapat bubar. 3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen. 4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya. Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi RIS 1949-1950
a. Presiden b. Menteri-menteri c. Senat d. DPR e. MA f. Dewan Pengawas Keuangan TERIMA KASIH…