Pembiayaan Produktif Yaitu Pembiayaan Yang Ditunjukkan Untuk Memenuhi Kebutuhan Produksi Dalam Arti Luas, Yaitu Untuk
Peningkatan Usaha Baik Usaha Produksi Maupun Perdagangan Maupun Investasi.Pembiayaan Produktif Bertujuan Untuk Memungkinkan
Penerima Pembiayaan Dapat Mencapai Tujuannya Yang Apabila Tanpa Pembiayaan Tersebut Tidak Mungkin Dapat Diwujudkan.
Menurut Keperluannya, Pembiayaan Produktif Dapat Dibagi Menjadi Dua Yaitu:
1. Pembiayaan Modal Kerja, Yaitu Pembiayaan Untuk Memenuhi Kebutuhan Peningkatan Serta Untuk Keperluan Perdagangan
2. Pembiayaan Investasi, Yaitu Untuk Memenuhi Kebutuhan Barang-barang Modal (Capital Goods) Serta Fasilitas-fasilitas Yang Erat
Kaitannya Dengan Itu.
PEMBIAYAAN MODAL KERJA SYARIAH
Pembiayaan ini memiliki periode waktu pendek atau panjang bagi pengusaha
yang memerlukan tambahan modal kerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Modal
kerja ini biasanya diperlukan untuk kebutuhan membayar biaya produksi, memberi
material untuk bahan baku, hingga perdagangan barang dan jasa.
Terdapat 2 (dua) jenis kontrak dalam pembiayaan syariah untuk modal kerja, yang
pertama pembiayaan syariah untuk modal kerja dengan skema murabahah atau jual
beli.
Melalui skema jual beli, kamu bisa merasakan manfaat lebih daripada kredit di
bank konvensional karena nilai angsuran tetap sampai periode perjanjian berakhir.
Kondisi ini juga memudahkan kamu dalam melakukan perencanaan keuangannya.
Sedangkan manfaat menggunakan skema bagi hasil adalah mekanisme pembayaran
yang fleksibel sesuai dengan keuntungan usaha. Di mana, pihak bank syariah akan
membiayai pembelian barang kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan nasabah.
PEMBIAYAAN KONSUMTIF SYARIAH
. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis
digunakanuntuk memenuhi kebutuhan yang tujuannya di luar usaha dan umumnya bersifat perseorangan. Pembiayaan
konsumsi lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Pembiayaan konsumtif sedikit banyak bersifat tidak
produktif, walaupun ada pengaruhnya pada produktifitas masyarakat secara tidak langsung, yaitu mendorong produksi
dan supply. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang dipergunakan untuk membeli barang-barang konsumsi
seperti: pembelian sepeda motor, pembelian komputer, laptop, pembelian mesin cuci, kulkas, televisi, dan segala
macam barang konsumsi yang tidak dilarang syari‟ah. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Jenis Akadnya Dalam Produk Pembiayaan Di Bank Syariah, Pemberian Konsumtif Dibagi Dalam Lima Bagian Yaitu:
1.Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah
2.Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT)
3.Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah
4.Pembiayaan Konsumen Akad Istishna
5.Pembiayaan Konsumen Akad Qarddan Ijarah.
PEMBIAYAAN PRODUKTIF INVESTASI
PEMBIAYAAN INVESTASI
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud
untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan dikemudian hari, mencakup
hal-hal antara lain:
1. Imbalan yang diharapkan dari investasi ialah berupa keuntungan dalam
bentuk financial atau uang (financial benefit).
2. Badan usaha umumnya bertujuan memperoleh keuntungan berupa uan,
sedangkan bada social dan badan pemerintah lainnya lebih bertujuan
memberikan manfaat social (social benefit) dibandingkan dengan keuntungan
finansialnya.
3. Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari bank harus
mampu memperoleh keuntungan financial (financial benefit) agar dapat hidup
dan berkembang serta memenuhi kewajibannya kepada Bank.
Investasi Digolongkan Menjadi Tiga Kategori, Yaitu:
1. Pendirian Proyek Baru, Yakni Pendirian Atau Pembangunan Proyek/Pabrik Dalam Rangka Usaha Baru.
2. Rehabilitasi, Yakni Penggantian Mesin/Peralatan Lama Yang Sudah Rusak Dengan Mesin/Peralatan Baru Yang Lebih Baik,
3. Modernisasi, Yakni Penggantian Menyeluruh Mesin/Peralatan Lama Dengan Mesin/Peralatan Baru Yang Tingkat Teknologinya Lebih Baik/Tinggi.
4. Ekspansi, Yakni Penambahan Mesin/Peralatan Yang Telah Ada Dengan Mesin/Peralatan Baru Dengan Teknoloi Sama Atau Lebih Baik/Tinggi, Atau
5. Relokasi Proyek Yang Sudah Ada, Yakni Pemindahan Lokasi Proyek/Pabrik Secara Keseluruhan (Termasuk Sarana Penunjang Kegiatan Pabrik, Seperti Laboratorium, Atau Gudang) Dari Suatu Tempat Ke
Tempat Lain Lokasinya Lebih Tepat/Baik.
Pembiayaan investasi adalah fasilitas pembiayaan yang
diberikan kepada perorangan, badan usaha maupun
badan hukum untuk kebutuhan investasi.
Pembiayaan investasi adalah produk pembiayaan yang
akan membantu kebutuhan investasi usaha sehingga
mendukung rencana ekspansi yang telah di susun.
Pada dasarnya dalam penilaian usulan investasi itu di
perlukan suatu dasar pembahasan karena:
1. Investasi Itu Di Lakukan Dengan Menggunakan Dana Yang Terbatas Sumbernya.
2. Agar Penggunaan Dana Yang Langka Sumbernya Tersebut Dapat Memberikan Manfaat/Imbalan/Keuntungan Yang Se Baik-baiknya, Perlu Di Lakukan
Pembahasan Proyek Investasi.
Maksud Dari Pembahasan Proyek Utama Adalah Penetapkan Potensi Penghasilan Proyek, Yaitu Menilai Apakah Akan Menghasilkan Cukup Dana Untuk
Membayar Kembali Semua Biaya Modal (Capital Cost) Dalam Jangka Waktu Yang Diminta Dan Selanjutnya Proyek Akan Tetap Hidup Dan Berkembang.
Di Samping Itu, Sesuai Dengan Peran Bank Dalam Menunjang Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan, Pembahasan Proyek Juga Di Maksudkan Untuk Menilai Manfaat Sosial Ekonomis Dan Proyek Investasi Dimaksud. Pembiyayaan Investasi Di Pergunakan Untuk
Proyek-proyek Yang Dapat Mendorong Peningkatan Ekspor, Menyerap Banyak Tenaga Kerja, Mempunyai Dampak Ganda Pada Sektor-sektor Lain, Meningkatkan Kegiatan Koperasi Dan Golongan Ekonomi Lemah Termasuk Sektor Informal, Serta Memberikan
Social Benefit.
Bank Dapat Memberikan Pembiayaan Investasi, Dengan Ketentuan Sebagai Berikut:
1. Melakukan Penilaian Atas Proyek Yang Akan Di Biayai Dengan Mendasarkan Atas Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan Yang Sehat.
2. Memperhatikan Peraturan Pemerintah Tetang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
3. Jangka Waktu Pembiayaan Maksimal 12 Tahun.
4. Memenuhi Ketentuan-ketentuan Bankable Yang Berlaku (Seperti Persyaratan Penerima Pembiayaan, Dan Jaminan).
B. Akad Dan Manfaat Pembiayaan Investasi Syariah
1. Akad Murabahah Adalah Akad Jual Beli Antara Bank Dan Nasabah, Dimana Bank Membiayai Pembelian Barang-barang Modal Kebutuhan Investasi Yang Diperlukan Sebesar Harga Pokok Ditambah Dengan Margin Keuntungan Bank Yang Disepakati.
2. Akad Mudharabah, Dimana Bank Membiayai Kebutuhan Barang-barang Investasi Yang Diperlukan Nasabah Dengan Menggunakan Metode Bagi Untung Dan Rugi (Profit And Loss Sharing) Metode Bagi Pendapatan (Revenue Sharing) Berdasarkan Nisbah Yang Telah Disepakati Sebelumnya.
3. Akad Musyarakah, Dimana Bank Membiayai Sebagian Kebutuhan Barang-barang Investasi Yang Diperlukan Nasabah Dengan Pembagian Menggunakan Metode Bagi Untung Dan Rugi (Profit And Loss Sharing) Atau Metode Bagi Pendapatan (Revenue Sharing) Berdasarkan Nisbah Yang
Telah Disepakati Sebelumnya.
Dalam Menetapkan Akad Pembiayaan Investasi, Langkah-langkah Yang Perlu
Dilakukan Adalah Sebagai Berikut:
1. Hal Pertama Yang Dilakukan Adalah Mengidentifikaasi Apakah Pembiayaan
Investasi Tersebut Untuk Barang-barang Yang Termasuk Ready Stock Atau Goods
In Process
2. Jika Ready Stock, Maka Faktor Selanjutnya Yang Harus Diperhatikan Adalah
Apakah Tentang Tersebut Sensitif Atau Tidak. Jika Sensitif, Pembiayaan Yang
Diberikan Bank Adalah Pembiayaan Yang Diberikan Adalah Pembiayaan
Murabahah.
3. Jika Barang Tersebut Termasuk Ke Dalam Good In Process, Yang Harus Dilihat
Adalah Apakah Proses Barang Tersebut Memerlukan Waktu Kurang Dari 6 Bulan
Atau Lebih. Jika Kurang Dari 6 Bulan, Pembiayaan Yang Diberikan Adalah
Pembiayaan Salam. Namun, Jika Melebihi 6 Bulan, Pembiayaan Yang Diberikan
Adalah Pembiayaan Istishna’..
Manfaat Dari Pembiayaan Investasi Syariah Ini Adalah Sebagai Berikut:
1. Membiayai Kebutuhan Nasabah Dalam Hal Kebutuhan Investasi Baik Untuk Investasi Pembiayaan Jangka Menengah Maupun Investasi Pembiayaan Jangka Panjang.
2. Digunakan Antara Lain Untuk Pembelian Inventory Baik Berupa Bahan Baku (Raw Material) Maupun Barang Dagangan (Trading Goods).
5. Dalam Hal Perusahaan Tersebut Merupakan Perusahaan Yang Sudah Berjalan Dan Pembiayan Investasi Dipergunakan Dalam Rangka Perluasan Dan Atau Rehabilitasi Serta Perusahaan Tersebut Dinilai Mampu, Maka
Marjin/Bagi Hasil Selama Masa Pembangunan Harus Dibayar Efektif Oleh Nasabah.
6. Marjin/Bagi Hasil Yang Wajib Dibayar Tersebut Adalah Marjin/Bagi Hasil Atas Pembiayaan Investasi Yang Berasal Dari Pembiayaan Bank Di Dalam Negeri. Dengan Demikian Apabila Ada Proyek Yang Mendapat
Pembiayaan Dari Luar Negeri, Di Mana Diperhitungkan Marjin During Construction Tersebut, Marjin During Costruction Tersebut Dapat Dibiayai Dengan Pembiayaan Investasi, Kecuali Dalam Rangka Project Aid.
Referensi:
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015.
Rahardjaprathama And Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Rizalyaya, Martawireja Aji Erlangga And Abdurahim Ahim, Akutansi Perbankan Syariah Teori Dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 158AD.
Suprayitnoeko, Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Usantitrisadini P And Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Zulkiflisunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003.
Veithzal And Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: Rajagrafindo Husada, 2008.
Veithzal And Arviyan Arifin, Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, Dan Aplikasi, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.
TERIMA KASIH.