Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN

PERSEDIAAN
NUR NISA SH
1993141062
MANAJEMEN D
PENGERTIAN PERSEDIAAN

Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab jumlahnya yang paling besar. Menurut Lukman
(2000) persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar
perusahaan industri. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi dan penjualan secara
lancar. Persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses
produksi. Perusahaan manufaktur mempertahan- kan persediaan, baik persediaan bahan baku maupun
persediaan barang setengah jadi dalam jumlah tertentu selama masa produksi. Dalam perusahaan manufaktur
terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku atau bahan mentah (inventory of raw
material), persediaan barang setengah jadi (inventory of work in process) dan persediaan barang jadi
(inventory of finished goods). Sedangkan pada perusahaan dagang, persediaan yang ada merupakan
persediaan barang dagangan (inventory of merchandise). Dengan demikian pengertian persediaan
yaitu sejumlah bahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk diolah lagi dan dijual atau sejumlah barang untuk
dijual. Perusahaan manufaktur mempunyai persediaan bahan baku dan persediaan barang setengah jadi
untuk memperlancar proses produksi dan persediaan barang jadi untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagangan tujuannya agar bisa memenuhi permintaan
pembeli.
Manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan kunci keberhasilan setiap
perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Pengelolaan persediaan secara
baik memungkinkan penggunaan sumber daya dan penjadwalan produksi secara efisien. Perusahaan
harus memelihara persediaan barang dalam proses dalam jumlah tertentu selama proses produksi. Ada
sejumlah aspek yang memerlukan pertimbangan mendalam tentang persediaan yaitu berapa macam
jenis persediaan, berapa jumlah persediaan yang dianggap tepat, hubungan antara persediaan dengan
piutang. Begitu pentingnya manajemen persediaan, sehingga semua level manajer akan terlibat dalam
pengelolaan persediaan untuk menjaga besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien. Persediaan dalam proses atau persediaan dalam perpindahan, yaitu persediaan
antara berbagai tahap produksi atau penyimpanan. Kebijakan persediaan perlu dilakukan oleh manajer
agar supaya:

1) Dapat menjamin kelancaran proses produksi.

2) Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia.

3) Dapat mencapai jumlah pembelian optimal.


Pada perusahaan manufaktur, faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan (khususnya
persediaan bahan baku) adalah:

1) Lead time, yaitu lamanya masa tunggu bahan yang dipesan datang.

2) Frekuensi penggunaan bahan selama satu periode.

3) Jumlah dana yang tersedia.

4) Daya tahan bahan persediaan.


Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasi-onalnya. Perusahaan
manufaktur mempunyai persediaan bahan baku dan persediaan barang setengah jadi dimaksudkan untuk
memperlancar proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi untuk memenuhi permintaan
pelanggan. Perusahaan dagang mempunyai persediaan agar bisa memenuhi permintaan pembeli.
Perusahaan tidak harus memiliki persediaan yang sebanyak- banyaknya. Persediaan yang banyak
memungkinkan bisa memenuhi permintaan pelanggan yang mendadak, namun persediaan yang terlalu
banyak mengakibatkan modal kerja besar pula. Pada dasarnya jika perusahaan bisa memprediksi dengan
tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan, maka jumlah persediaan bisa kecil sekali
atau bahkan nol dan teknik ini sering disebut sebagai teknik persediaan just in time atau zero inventory.
BIAYA PERSEDIAAN OPTIMAL

Dalam pengelolaan persediaan bahan baku ada 2 jenis biaya yang dipertimbangkan untuk menentukan
jumlah persediaan yang paling optimal, yaitu: Biaya pesan atau ordering cost, dan Biaya simpan atau
carrying cost.

a. Biaya pesan (ordering cost) yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan suatu
barang. Biaya pesan bersifat variabel atau berubah-ubah yang perubahannya sesuai dengan frekuensi
pemesanan. Biaya pesan meliputi:

1) Biaya selama proses pesanan,

2) Biaya pengiriman permintaan,

3) Biaya penerimaan, pengecekan bahan dan penimbangan,

4) Biaya penempatan bahan kedalam gudang,

5) Biaya proses pembayaran.


b. Biaya simpan (carrying cost) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses
penyimpanan suatu barang yang dibeli. Biaya simpan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu agar bahan baku yang disimpan kualitasnya
sesuai dengan yang diinginkan.

Biaya simpan bersifat variabel atau berubah-ubah yang perubahannya tergantung dari jumlah bahan baku
yang disimpan. Biaya simpan ini meliputi:

1) Biaya sewa gudang,

2) Biaya pemeliharaan bahan di gudang,

3) Biaya modal (bunga yang diperlukan untuk investasi barang yang akan disimpan,

4) Biaya asuransi,

5) Biaya keusangan barang (kadaluarsa barang) dan biaya penurunan kualitas (absolescence).
ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ)

Perusahaan berusaha menekan biaya seminimal mungkin agar keuntungan yang diperoleh menjadi lebih
besar, demikian pula dengan manajemen persediaan selalu mengupayakan agar biaya persediaan
menjadi minimal. Metode untuk menentukan persediaan yang paling optimal atau paling ekonomis adalah
Economical Order Quantity (EOQ) yaitu jumlah kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian
dengan biaya yang paling minimal. EOQ tercapai pada saat biaya pesan sama dengan biaya simpan.
Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ) dapat dicapai pada saat biaya pesan sama
dengan biaya simpan. Untuk lebih jelasnya kita ikuti keterangan berikut:

Jumlah kuantitas pesanan yang paling optimal adalah sebesar:

  atau
 
Keterangan:

Q = jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ)

R = jumlah kebutuhan barang yang dibeli selama setahun

O = biaya pesanan setiap kali pesan, kadang-kadang diberi symbol S

C = biaya simpan bahan (barang) per unit atau dihitung dari presentase rata-rata persediaan dikalikan
dengan harga barang.

Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EQQ) juga dapat dicari dengan formula:

 
 

Dimana PI adalah perkalian antara harga barang dengan presentase biaya simpan.

Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat digunakan analisis Kuantitas Pesanan yang
Ekonomis (Economical Order Quantity). EOQ adalah jumlah bahan yang dapat dibeli dengan biaya
persediaan yang minimal atau sering disebut jumlah pesanan bahan yang optimal.
Analisis EOQ ini sebenarnya merupakan analisis yang cukup lemah dalam analisis keuangan. Hal ini
karena ada beberapa asumsi yang mendasari berlakunya analisis EOQ ini yang mungkin sulit untuk
ditepati. Asumsi berlakunya EOQ yaitu:

a. Bahan atau barang yang dibutuhkan harus tersedia di pasar ketika dibutuhkan

b. Harga barang selalu tetap (stabil) selama periode analisis

c. Biaya simpan selalu stabil selama periode analisis

d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan pemesanan relatif tetap.

Dari keterangan di atas, biaya pesan memiliki sifat yang positif-linier dengan frekuensi pesanan. Artinya
semakin sering memesan, maka biaya pesanan semakin tinggi. Sebaliknya, biaya simpan memiliki
hubungan yang negatif-tidak linier dengan frekuensi pesanan, yaitu semakin sering pesanan barang
dilakukan, maka semakin kecil biaya simpannya.
Hubungan biaya pesan, biaya simpan dan jumlah biaya pada keadaan EOQ digambarkan sebagai berikut:
REORDER POINT (ROP)
Reorder Point (titik pemesanan kembali), disingkat ROP, adalah saat harus diadakan pesanan lagi
sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan di atas safety stock sama dengan
nol. Saat kapan pemesanan harus dilakukan kembali perlu ditentukan secara baik karena kekeliruan saat
pemesanan kembali tersebut dapat berakibat terganggunya proses produksi. Titik di mana perusahaan
harus memesan kembali agar kedatangan bahan yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan di atas
safety stock sama dengan nol disebut Reorder Point. Pada saat tersebut perusahaan harus memesan
kembali agar kedatangan bahan yang dipesan tidak sampai melanggar persediaan pengaman (safety
stock).

Ada 2 faktor yang menentukan Reorder Point, yaitu:

1) Penggunaan bahan selama lead time

2) Safety Stock, adalah persediaan minimal (persediaan besi) yang ada dalam perusahaan.
Dari kedua faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan kembali di atas, maka pemesanan kembali
(ROP) harus dilakukan ketika jumlah barang atau bahan tepat sama dengan jumlah barang yang dijadikan
Safety Stock ditambah kebutuhan selama waktu tunggu atau:

Reorder Point = Kebutuhan Safety Stock + Kebutuhan Lead Time


 

Hubungan antara Reorder Point, Safety Stock dan Lead Time dapat diperlihatkan pada gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai