Anda di halaman 1dari 40

High Frequency Current (HFC)

FIDE, BIFOR, NEFRO, Metode Teknik, Efek, dan Kontraindikasi

Kelompok 4:

-Stefiona Gabriela Liem (R021201002)


-Aurelia Arita (R021201007)
-Dewi Masitoh (R021201011)
-Zirah Magfirah Ariandi (R021201021)
-Reski Kurnia Amaliah Idrus (R021201058)
Tujuan
Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar
penggunaan High Frequency Current (HFC)
sebagai salah satu modalitas elektroterapi
dan mengetahui tentang prinsip efek fisiologis,
indikasi, kontraindikasi, dan precaution dari
diathermy.
High Frequency Current (HFC)

Adalah arus listrik bolak balik (Osilasi) HFC Terdiri dari:


yang frekuensinya lebih dari 500.00
cycle/s.

Terdiri dari 2 bentuk gelombang: Short Wave Diathermy (SWD)


• Continuus (CEM)
• Intermitten (IEM)
Micro Wave Diathermy (MWD)

Stefiona Gabriela Liem


Fisika Dasar HFC (High Frequency Current)
01. Oscilasi
• Oscilasi adalah suatu Gerakan “dari dan ke” yang menyerupai ayunan, dimana electron
bergerak pada pengantar, mirip pada ayunan benda, hanya frekuensinya sangat tinggi.
• Arus oscilasi dihasilkan oleh terlepasnya muatan kondensator melalui suatu induktance
yang rendah tahanannya, dimana konsendator harus diberikan muatan lebih dahulu. Dalam
hal ini muatan tersebut mirip dengan energi potensial. Lalu kondensator akan melepaskan
muatan melalui induktance (coil), terjadilah arus pada sirkuit tersebut.
• Pada Coil akan timbul self induced EMF (arus induksi) yg sifatnya menentang faktor yg
menimbulkannya. Arus induksi akan mem-perpanjang lamanya pelepasan muatan
kondensator tersebut & arahnya sama dengan arus yg pertama. Pada saat ini keadaan
seperti pada saat timbulnya energi kinetik. Akibatnya saat muatan kondensator habis, pada
sirkuit masih ada arus mengalir, arus ini akan memuati kondensator lagi dengan jenis
muatan berkebalikan.
a. Sistem Oscilasi
Potensial Kinetik Potensial Kinetik
A1 B1 C1 D1

A2 B2 D2
C2

-+ Au
+- Au
AI AI

AU = Arus Utama AI = Arus Induksi

Perlu diingat bahwa energi yg dimiliki akan semakin mengecil pada setiap pengulangan.
Apabila tidak ditambah energi dari luar, oscilasi akan cenderung berhenti. Arus Oscilasi
dihasilkan oleh terlepasnya muatan kondensator melalui suatu induktance yg rendah
tahanannya.
b. Frekuensi Oscilasi
• Satu gerakan ayunan adalah gerak dari satu posisi kembali ke posisi yg sama. (Satu gerak ayunan = cycle)
• Frekuensi Oscilasi adalah jumlah cycle dalam satu satuan waktu, dinyatakan dlm cycle/detik.
• Benda berayun akan memiliki frekuensi tertentu yg nilainya tergantung pd panjang tali. Tali pendek  frekuensi akan tinggi dan
suatu pemberat akan beroscilasi pada frekuensi tertentu.
• Frekuensi oscilasi tergantung pd sifat fisik dari sistem Oscilasi tersebut & merupakan suatu faktor tetap untuk suatu sistem.
Frekuensi arus oscilasi akan tergantung pd sifat frekuensinya yg terdiri atas kapasitas kondensator dan nilai Induktance dari
coilnya.
• Kapasitas kondensator kecil  menampung muatan yg sedikit  jika muatan dilepaskan melalui sirkuitnya  muatan cepat
habis dgn waktu yg singkat  frekuensi akan tinggi.
• Arus induksi kecil  setiap aliran arus akan pendek waktunya  Frekuensi tinggi

Formula Oscilasi:

1 Keterangan : f = Frekuensi (cycle/dtk)


f  c = Kapasitas (farad)
2 L.c L = Inductance (Henry)
c. Damping Oscilasi
• Saat terjadi Oscilasi, energi akan hilang pada sekeliling, sehingga berikutnya oscilasi akan lebih lemah  Damping
Oscilasi.
• Kecepatan hilangnya energi tergantung pd nilai tahanan yg menghambat gerakan oscilasi. Jika pemberat berayun,
udara di sekitar akan menghambat gerakan tsb & ayunan akan semakin lemah. Hambatan >>  Energi semakin
cepat hilang.
• Jika kondensator lepaskan muatannya  tahanan pada sirkuit hambat arusnya. Jika tahanan kecil, hanya sedikit
energi yg hilang pd suatu fase, sehingga arus pada fase berikutnya hanya sedikit lebih kecil (gbr. A). Jika tahanan
besar, energi cepat hilang dan damping lebih cepat (gbr. B)

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik B
A
02. Sifat Pancaran Energi Elektromagnetik

• Arus diatermi (SWD) memancarkan energi elektromagnetik yg terdiri dr medan


listrik & medan magnet. Yg dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi,
yaitu 27 MHz.
• Arus frekuensi tinggi > 500.000 cycle/dtk akan memberikan 1 jt impuls setiap
detik, sehingga durasinya 0,001 ms tiap detik.
• Kuat medan elektromagnetik tergantung dari sumber medan elektromagnetik,
sehingga jika ada perubahan waktu, maka medan elektromagnetik juga berubah.
Pada medan elektromagnetik yg terputus-putus akan terjadi pemutusan medan
pada momen tertentu.
Untuk membangkitkan energi elektromagnetik digunakan metode :

• METODE KUMPARAN
• METODE KONDENSOR FIELD
(KABEL/ SPOEL/ MAGNETODE
Sumber elektromagnetik pada Pada kumparan-kumparan medan
prinsipnya terdiri dari medan listrik
magnet lebih kuat di dalam & di sekitar
(E) yang dihasilkan oleh plat metal
electrode & medan magnet yang dibandingkan degan di luar kumparan.
dihasilkan oleh magnetode (H). Sedangkan kumparan medan listriknya
Magnetode dapat berupa kumparan yang melawan arah arus, lebih kuat di
kawat. dekat atau didalam kumparan
dibandingkan dengan as kumparan
yang nilainya nol. Distribusi medan
elektromagnetik yang dihasilkan oleh
kumparan terbesar pada jaringgan yang
superfisial jika pemasangannya
dililitkan.
3. Distribusi Temperature
Distribusi temperatur dalam jaringan ditentukan oleh 2 hal :
1. Dissipasi (Kerapatan massa EEM)
2. SAR = rata2 daya absorbsi tiap jaringan berbeda

Secara umum perubahan panas dalam jarigan ditentukan oleh kerapatan massa EEM (daya kondensi
listrik dalam Jaringan) yg didissipasikan dengan formula :

P  12  .E 2 (W/m3 )
● Keterangan :
● E = Intensitas arus listrik (medan listrik)
● P = Kerapatan massa energi elektromagnetik (EEM)
●  = Jenis konduksi jaringan
Untuk pemakaian tipe kondensator & kumparan induksi, maka kecepatan absorbsi (kekuatan rata-rata
daya dissipasi) diberikan dengan satuan (W/kg), sebanding dgn intensitas arus listrik (medan listrik)
pangkat dua dan berbanding terbalik dgn kecepatan rata-rata EEM (P) dengan formula :

Keterangan :
2
E
H
H = Kecepatan absorbsi (kekuatan rata-rata daya dissipasi)
E = Intensitas arus listrik (medan listrik)
P P = Kerapatan massa EEM

Namun karena tiap-tiap jaringan mempunyai daya dissipasi yg berbeda, maka akan menghasilkan
absortion rate spesifik yg berbeda pada tiap-tiap jaringan dengan formula :

Keterangan :
2
1  .E SAR = Spesifik Absortion Rate
SAR  (W/kg) E = Intensitas arus listrik (medan listrik)
2 P P = Kerapatan massa EEM
 = Jenis konduksi jaringan
Pada kondensor field, komponen medan listrik diantara kedua platmempunyai nilai kuat,
sedangkan di sekitarnya lemah.
Jika elektrode-elektrode dipasang pada masing-masing sisi bagian tubuh, maka akan timbul
panas yg terjadi dalam Jaringan karena pemberian EEM melalui proses Dissipasi.

Gambar tentang distribusi temperatur pada suatu jaringan pada


penggunaan metode kondensator
lemak otot tulang otot lemak

Peristiwa tersebut di atas akan menaikkan temperatur dalam jaringan


yang kemudian dikonduksikan ke thermo reseptor yang berada di kulit
sehingga dirasakan ada rasa panas
PENGARUH PADA JARINGAN SPESIFIK

● Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat (collagen
kulit, tendon, ligamen & kapsul sendi) karena
penurunan viskositas matriks jaringan ikat.
● Jaringan otot
meningkatkan elastisitas jaringan otot,
menurunkan tonus otot dgn normalisasi
nocisensorik.
● Jaringan saraf
meningkatkan elastisitas pembungkus &
konduktivitas saraf,meningkatkan treshold.
FIDE (FISIKA DASAR)
PADA SWD PADA MWD

● Frekuensi 27,12 MHz • Frekuensi 24,50 MHz


● Panjang gelombang 11,06 m • Panjang gelombang 12,25 cm
● Penetrasi SWD sangat dalam karena • Penetrasi MWD 3 cm
• Arus AC, osilasi
semakin tinggi frekuensi semakin dalam
• EKE (External Kinetics Energy)
penetrasi (tipe kondensor) dan (tipe
• EEM (Energi Elektromagnetik)
induksi/kabel)
• MEM (Medan Elektromagnetik)
● Jenis arus AC (Alternative Current),
osilasi
● EKE (External Kinetics Energy), EEM
(Energi Elektromagnetik), dan MEM
(Medan Elektromagnetik)

Reski Kurnia Amaliah Idrus


BIFOR
(BIOFISIKA ELEKTRO)
Zirah Magfirah Ariandi
• Peningkatan IKE (Internal Kinetics Energy)  Panas
• Panas jaringan dalam tubuh terjadi akibat :

1. Migrasi ionen
2. Rotasi dipols
3. Distorsi isolator

• Perubahan temperatur jaringan


Disipasi  panas lokal di atas level metabolisme tubuh  vasodilatasi  peningkatan sirkulasi darah
Mekanisme Timbulnya Panas di Dalam Tubuh

• Jika dalam penatalaksanaan terapi dengan


SWD memilih bentuk intermitten, maka EEM
yg dipancarkan juga terputus-putus sesuai
dengan perbandingan pulsa yg dipilih.

• Efek2 yg ditimbulkan juga dipengaruhi oleh


perubahan panas EEM intermitten di jaringan
atau organ. Perubahan panas tsb sifatnya
bisa menetap dgn mengecilkan nilai lama
pulsasi istirahat. A. Perubahan panas yg tdk menaikkan
temperatur

B. Kenaikan temperatur perlahan-lahan.

 
Beberapa peristiwa bio-fisika di dalam jaringan akibat EKE dan IKE:
1. Pengaruh EEM HFC terhadap termosensor (lokal dan central termosensor)
a. CEM merangsang termosensor lokal maupun central (kulit dan hipotalamus)
b. IEM tidak merangsang termosensor central dengan posisi optimal pulse, dapat
merangsang termosensor lokal sehingga penderita merasakan hangat (mitis)
 
2. Pengaruh EEM HFC terhadap struktur artikular :
a. CEM menaikkan temperature sendi sekitar 36°C, akibatnya enzim sendi akan
terangsang sehingga tulang rawan sendi akan rusak (aus-congulasi dari jaringan yang
lain)
b. IEM hanya dapat meningkatkan temperature sendi paling maksimal 33°C, sehingga
tidak merusak tulang rawan sendi
 
3. Reaksi lokal jaringan terhadap kenaikan temperature 1°C dari temperature basal
pada tiap jaringan lunak. Kenaikan temperature seperti ini hanya dapat dicapai dengan
IEM

 a. Meningkatkan proses metabolic 13% (peningkatan vasomotion)


b. Meningkatkan elastisitas jaringan, termasuk kapsul sendi 5 sampai 10 kali lebih baik,
sehingga ketika dilakukan manipulasi, tidak akan merusak struktur kapsul tersebut
 
4. Pengaruh MEM (Medan Elektro Magnetik) berbeda pada setiap jaringan (melalui penelitian)
karena :
a. Magnetic susceptibility (kepekaan magnetic) tiap jaringan berbeda
b. Dissipation adalah peningkatan panas jaringan akibat energy elektro magnetic melalui proses
IKE, tidak sama bagi tiap jaringan
 
C. SAR (Spesifik Absorbtion Rate) adalah tiap jaringan mempunyai kemampuan absorbsi panas.
Besarnya SAR ditentukan oleh :
 
-Intensitas
-Kerapatan massa khusus jaringan
-Macam frekuensi yang dipilih
-Teknik pemasangan tranduser
 
5. MEM mempengaruhi molekul jaringan. Akibat IKE timbul panas jaringan, baik dengan CEM
maupun IEM. Panas tersebut belum tentu merubah temperature basal tiap jaringan:
- Polar mengalami polarisasi yang menimbulkan susceptibilitas molekul tersendiri
-Non polar dan ion bebas: mengalami konduksi elektris
 
6. Faktor kerugian relative (FKR)
FKR terjadi saat pengobatan berlangsung, baik IEM maupun CEM.
 
7. Peningkatan temperature jaringan akibat Dissipasi Energi Magnetik, tidak merangsang termosensor,
karena panasnya sangat minimal. Dengan demikian efek yang dominan adalah Biotherapeutik efek,
kemudian diikuti oleh Biofisiologik efek :
 
a. Peningkatan reaksi radang (proses penyembuhan luka) berupa pembentukan kolagen baru dan
sicatric jaringan
 
b. Peningkatan elastisitas jaringan (ligamen, fasia dan kapsul 5-10 kali lebih baik tanpa merusak artikular
c. Meningkatkan elastisitas jaringan 13%
 
Biotherapeutik dan biofisiologik, secara optimal dapat dicapai dengan IEM 27 MHz.
 
8. Proyeksi medan terhadap teknik aplikasi :
 
a. Seri (length application): SAR otot lebih besar dibandingkan dengan SAR kulit dan lemak
 
b. Paralel : SAR kulit dan lemak 10 kali lebih besar dibandingkan dengan SAR otot (hasil penelitian)
NEUROFISIOLOGI
Aurelia Arita
1. Teori tentang nyeri :
a. Steinbach : Nyeri adalah pernyataan perasaan spesifik penderita yang di
informasikan oleh suatu mekanisme pertahanan organisme tubuh terhadap suatu gangguan
jaringan tertentu.
b. Melzack dan wall tentang gait control : Pada prinsipnya nyeri adalah
ketidakseimbangan antara aktifitas serabut saraf tebal dan tipis terhadap suatu aksi
perangsangan, nilai ambang rangsang cukup terpenuhi untuk menyatakan adanya suatu
perangsangan (nyeri).
Teori rem nyeri (pain dumping) : Suatu teknik simulasi terhadap saraf bermyelin tebal untuk
menghambat/blockade aktifitas noxe.
Tipe-tipe saraf dan fungsinya
Thermosensor (central dan perifer thermosensor) adalah suatu alat tubuh yang berfungsi untuk
mendeteksi dan menetralisasi kenaikan suhu tubuh agar tidak mengganggu miliu internal.
Homeostatik sistem
Neurogenic inflammation
Aerob dan anaerob artikular vaskularisation
Rostrum animal dan simpatetik segmental
Efek dari SWD

1. Shortwave Diathermy

Unit diatermi gelombang pendek pada dasarnya adalah pemancar radio. Komisi Komunikasi
Federal (FCC) menetapkan tiga frekuensi untuk unit diatermi gelombang pendek: 27,12 MHz
dengan panjang gelombang 11 m, yang paling banyak digunakan; 13,56 MHz dengan panjang
gelombang 22 m; dan 40,68 MHz dengan panjang gelombang 7,5 m, yang jarang digunakan.Unit
diatermi gelombang pendek terdiri dari catu daya yang menyediakan daya ke osilator frekuensi
radio. Osilator frekuensi radio ini memberikan osilasi yang stabil dan bebas drift pada frekuensi
yang diperlukan.
a. Efek Fisiologis 
1. Jika terjadi kenaikan temperature jaringan 1-2ºC dari tcmperature basal tiap jaringan akan
menimbulkan: 
a. Reaksi lokal : perbaikan metabolic lokal (homeostatic lokal vasomotion) sekitar 13% 
b. Reaksi umum jika terjadi peningkatan temperature darah lebih dari 37,5ºC dan sendi lebih
dari 33ºC maka central perifer thermostat bekerja bersama-sama agar suhu basal tetap terjamin
dengan jalan: 
• Vasodilatasi via saraf simpatis 
• Sekresi 10 kali lipat 
• Menekan kerja chemo-thermogenesis (adrenaline dan bhyroxine) 
2. Peningkatan elastisitas jaringan collagen bertambah 5-10 kali lipat lebih baik, karena viscositas
matrix collagen menurun dan homeostatic local meningkat 
3. Penguluran capsul lebih mudah tanpa merusak struktur jaringan sendi 
4. Aktivitas noxe menurun (nyeri berkurang) akibat sedative efek, serta relaksasi otot bertambah
baik, via jasa system saraf 
5. Elastisitas pembungkus jaringan saraf bertambah baik sehingga meningkatkan exitabilitas saraf 
6. Meningkatkan suplai oksigen ke jaringan. 
IEM 27 Mhz lebih efektif meningkatkan temperature basal 1-2ºC tiap jaringan dibandingkan dengan CEM 27
Mhz. 
b. Bio-Therapeutik Reaction (reaksi penyembuhan Iuka) 
Reaksi penyembuhan (healing procces) disebut juga neurogenic inflammation; misalnya peningkatan
reaksi radang, vasodilatasi di dalam area cedera dan vasocontriksi disekitar cedera, poriferasi
dll. Peranan EM 27 Mhz di sini adalah memacu rekasi radang, proliferasi collagen dan sicatrix, serta
mengurangi nyeri pada fase kronik. Adapun fase-fase Neurogenic inflammasi adalah: 

1. Fase perdarahan (20-30 menit setelah trauma)


Kontraindikasi EM 27 Mhz 
2. Fase peradangan (24-36 jam setelah trauma) 
Indikasi IEM 27 Mhz.
Tujuan: 
• Memacu reaksi radang  
• Vasodilatasi lokal 
• Pain dumping (unimodale) 
3. Fase regenerasi :
a. Fase proliferasi (2-4 jam)
Indikasi : untuk IEM 27 Mhz
Tujuan :
• Pembentukan pembuluh kapiler baru
• Memacu produksi fibroblast (collagen muda)
• Pain dumping
b. Fase produksi (4 hari-3 minggu)
Indikasi : IEM sampai minggu Il, dan CEM untuk minggu iii
Tujuan :
● Memacu produksi fibroblast
● Meningkatkan sirkulasi darah
● Pain dumping
c. Fase remodeling (3 minggu-3 bulan)
Indikasi : CEM 27
Tujuan :
• Normalisasi thermo sensor kulit
• Meningkatkan sirkulasi darah
• Meningkatkan proses metabolik progresif dan elastisitas jaringan
• Fasilitasi untuk mengatasi cross-links dan matrix collagen (preleminari exercise
therapy)
• Pain dumping
CEM 27 Mhz lebih efektif untuk peningkatan efek biofisiologi secara progresif.
4. Mempercepat proses penyambungan tulang yang tidak sempurna/ terlambat (proses ini
belum jelas).
c. Efek-Efek Lain:

a. Leucopeni (jarang terjadi)


b. Kadang penderita merasa : lemah, mengantuk, mual, pusing, dan kadar gula

menurun (jarang terjadi)


Efek dari MWD

2. Microwave Diathermy

Diatermi gelombang mikro memiliki dua frekuensi yang ditetapkan FCC di negara ini, 2456 dan
915 MHz. Unit diatermi gelombang mikro menghasilkan medan listrik yang kuat dan medan
magnet yang relatif kecil. Pemanasan disebabkan oleh vibrasi intramolekular dari molekul-molekul
yang polaritasnya tinggi. MWD sendiri memiliki panjang gelombang 12,25 cm.
a. Efek Fisiologis 
1. Perubahan panas/temperatur 
• Metabolisme sel sel lokal sekitar 13% tiap kenaikan temperatur I derajat C, namun
penetrasi dangkal hanya sekitar 3 cm dan aplikasinya lokal 
• Timbul respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama 
• Penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkontasi pada jaringan otot sebab jaringan
otot lebih banyak mengandung cairan/darah (MWD lebih banyak diserap oleh
jaringan yang banyak mengandung cairan) 
2. Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik seperti jaringan kulit, otot,
tendon, ligamen, dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas jaringan.(terbatas pada
jaringan ikat yang Ietak kedalaman ± 3 cm) 
3. Menurunkan tonus otot Iewat normalisasi nocisensorik kecuali hypertonik otot akibat
emosional. 
4. Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, konduktifitas saraf, dan meningkatkan
ambang rangsang, serta memberikan efek sedatif pada saraf sensorik 
5. Meningkatkan suplai oksigen ke jaringan. 
b. Efek Terapeutik
1. Penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak 
Meningkatkan proses reparasi jaringan sec. fisiologis. 
(ada beberapa pendapat bahwa pada fase remodelling dianjurkan untuk menggunakan CEM) 
2. Nyeri, hipertoni, dan gangguan vaskularisasi 
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif, perbaikan sistem metabolisme 
3. Kontraktur jaringan lemak 
Dengan peningkatan elastisitas jaringan lemak, maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan
untuk persiapan terapi latihan 
4. Gangguan konduktifitas jaringan saraf 
Jika elastisitas & treshold jaringan saraf semakin membaik maka konduktivitas jaringan saraf membaik
pula, prosesnya lewat efek 
c. Efek-efek lain dari MWD 

1) Efek Umum 
Merasa lemah badan, pusing, mengantuk (jarang terjadi) 
2) Jaringan Darah & Lymphe 
• Leucopeni awal setelah itu diikuti dengan leukositosis (jarang terjadi) 
• Penurunan kadar gula darah sedangkan pengobatan pada daerah pankreas dapat
meningkatkan kadar gula darah (jarang terjadi) 
Indikasi , kontraindikasi , dan
metode teknik
Dewi masitoh
INDIKASI SWD DAN MWD
Penggunaan SWD dan MWD diterapkan pada fase penyembuhan luka .

SWD MWD
 Kondisi peradangan dan kondisi  Selektif pemanasan otot ( jaringan
sehabis trauma ( trauma pada kolagen ) , spasme otot , kelainan saraf
musculoskeletal ) , adanya keluhan perifer ( neuralgia neuritis )
nyeri pada system musculoskeletal
( kondisi ketegangan ,
pemendekan , perlengketan otot
jaringan lunak ) .
KONTRAINDIKASI SWD DAN MWD
 Logam dalam tubuh  Setelah menjalani terapi rontgen

 Jaringan yang mitosisnya sangat cepat


 Gangguan peredaran darah /
pembuluh darah  Menstruasi

 Jaringan dan organ yang  Kehamilan


mempunyai banyak cairan (dapat
diatasi dengan di alas handuk)  Faktor kolagenase

 Gangguan sensibilitas

 Neuropathi

 Transqualiser

 Infeksi akut dan demam


INDIKASI SWD DAN MWD
Penggunaan SWD dan MWD diterapkan pada fase penyembuhan luka .

SWD MWD
 Kondisi peradangan dan kondisi  Selektif pemanasan otot ( jaringan
sehabis trauma ( trauma pada kolagen ) , spasme otot , kelainan saraf
musculoskeletal ) , adanya keluhan perifer ( neuralgia neuritis )
nyeri pada system musculoskeletal
( kondisi ketegangan ,
pemendekan , perlengketan otot
jaringan lunak ) .
 Hal – hal yang harus diperhatikan pada penggunaan alat SWD dan MWD :

1. Penggunaannya tidak boleh nyeri bahkan tidak bolelh menyebabkan panas yang berlebihan

2. Penggunaannya tidak boleh sampai timbul panas apabila terdapat kemungkinan dapat
diperkirakan ada gangguan sirkulasi darah sehingga tidak dapat menyebarkan panas yang
terjadi .
TEKNIK SWD DAN MWD
Pada penggunaan alat , maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
● Ukuran electrode / magnetode yang sesuai dengan area yang akan diberikan terapi
● Jarak antara electrode dengan kulit
● Posisi electrode dengan area yang akan diberikan terapi
● Teknik pemasangan electrode :
- Coplanar : elektroda berdampingan disisi sama dengan elektroda adequate , pemanasan
superficial , jarak antara kedua elektroda lebih lebar dengan daripada elektroda
- Contraplanar : penetrasi panas kejaringan lebih dalam , dipermukaan berlawanan dengan
bagian terapi
- Trough and trough : Untuk local dan dalam
- cross – fire : Untuk suatu daerah organ yang berongga / pelvis
-Monopolar : untuk jaringan local dan dangkal
- Cable method : yang dituju daerah atau anggota berupa silinder memanjang .
● Mengontrol suhu kulit pasien selama penggunaan alat agar tidak menimbulkan panas yang
berlebih
TEKNIK SWD DAN MWD
TEKNIK APLIKASI SWD :
● Pre pemanaan alat 5 – 10 menit , jarak antara elektroda dengan pasien 5 – 10 cm/jengkal
● Durasi 15-30 menit
● Intensitas sesuai dengan aktualitas patologi
● Posisikan pasien senyaman mungkin , terbebas dari pakaian dan logam
● Melakukan tes sensabilitas
● Pasang elektroda
● Pasien tidak boleh bergerak
● Intensitas dipertahankan sesuai dengan toleransi pasien
● Setelah selesai , alat dikembalikan pada posisi semula serta semua tombol dikembalikan ke
posisi nol
● Evaluasi pasien dengan memeriksa reaksi yang terjadi setelah penggunaan alat .
TEKNIK SWD DAN MWD
TEKNIK APLIKASI MWD:
● Persiapan alat , test , pre pemanasan 5 – 10 menit , jarak kurang dari 10 cm dari kulit
● Bebaskan pasien dari pakaian dan logam
● Posisikan pasien senyaman mungkin
● Lakukan tes sensasibilitas
● Jarak 5- 10 cm
● Durasi 20-30 menit
● Alat 2456 MHz
● Dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patofisiologis
● Intensitas dipertahankan sesuai dengan toleransi pasien
● Setelah selesai , alat dikembalikan pada posisi semula serta semua tombol dikembalikan ke
posisi nol
● Evaluasi pasien dengan memeriksa reaksi yang terjadi setelah penggunaan alat .
References
● Aras, D., & Andi, B. A. (2017). Sumber Fisis. CV. Physio Sakti.
● Prentice, W. E. (2011). Therapeutic modalities in rehabilitation
(4th ed.). McGraw Hill Professional
● Sudarsini. (2017). Fisioterapi. Malang, ID: Penerbit gunung
samudera.
● Munawwarah, M., Wahyuddin, & Abddurosyid. (n.d.). Modul
praktikum. Mata Kuliah Elektrofisika dan Sumber Fisis.
Retrieved from https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Course-944-7_0009.Image.Marked.pdf

Anda mungkin juga menyukai