Anda di halaman 1dari 9

Index

Asuhan Pada Neonatus dengan 01


Kelainan Bawaan dan
Penatalaksanaan 02

03
Kelompok : 5

GITA YULITA A. PUTRI AYU FATURAHMA 04


MIFTAH MIHRAN EFI TAMALASARI
RAHMAWATI
05
Labioskizis dan
Labiopalatoskisis

Labioskizis dan Labiopalatoskisis yaitu kelainana kontak palatine yaitu bagian


depan serta samping muka dari langit-langit mulut tidak menutup sempurna.
Contohnya bibir sumbing Banyak faktor mempengaruhi terjadinya bibir
sumbing,faktor tersebut antara lain yaitu:
• Faktor genetik, dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun
kelainan kromoso
• Kurang nutrisi contohnya defiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil
kekurangan folat
• Radiasi
• Pengaruh obat Teratogenik, termasuk jamu Dn kontraksepsi hormonal akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitoni
• Multifaktoral dan mutasi genetik
Atresia Esophagus

Atresia esofagus adalah gangguan kontinuitas esofagus dengan atau tanpa


hubungan dengan trachea atau esophagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk secara
sempurna. Variasi dari atresia esophagus ini,antara lain bagian atas esophagus berakhir
pada kantong buntu, bagian atas esophagus berakhir dalam trachea,serta bagaian atas dan
bawag esophagus berhubungan dengan trachea setinggi karina (etresia esophagus dengan
fistula). Kebanyakan bayi yang menderita atresia esophagus juga memiliki fistula
trakeasofagel (suatu hubungan abnormal antara kerongkongan dengan trachea atau pipa
udara).
Sebagian besar kasus atresia esophagus penyebabnya tidak diketahui dan
kemungkinan terjadi setelah multifaktor Gejala atresia esopahgus dapat diketahui sejak
masa perinatal, yaitu dengan adanya gelembung perut (bubble stomacth). Pada USG
kehamilan 18 minggu serta kejadian polihidromium. Komplikasi kasus atresia esophagus
diantaranya adalah dismotilitas esephagus, gastroestefagus,refluks, vistula trakheasofagus
belulang, disfagia, kesulitan bernafas dan tersedak, batuk kronis, serta infeksi saluran
napas.
Atresia Rekti dan
Anus

Atresia anus adalah kelainan kognital anus dimana anus tidak mempunyai lubang
untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilan. Atresia anus emperforota disebut sebagai malformasi alnorektar,
adalah suatu kelaianan kognital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
termasuk argenesis anus,agenesis rekti dan atresia rekti. Indisen 1:5000 kelahiran
yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTREL
(vertebra, anal, cardial, esofageal, renal, limb).
Atresia dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu / 3
bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologi didaerah usus
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4-
6 usia kehamilan
Index

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena:


01
• Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
• Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, 02
sehigga bayi lahir tanpa lubang dubur
• Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan 03
Kelainan kognital pada anus ini biasanya disebabkan karena
putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/ 3 bulan,
dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologi di 04
daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu ke 4-6 usia kehamilan.

05
Atresia duodenum

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang dengan baik.
Pada kondisi ini, duadenum tidak terbuka secara sempurna sehingga mengahalangi
jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk dicerna. Ini menyebabkan terjadinya
peningkatan kadar cairan ketuban selama kehamilan (polihidromniom) dan obstruksi
usus pada bayi yang baru lahir. Sebagia besar kasus ini juga di sertai dengan kelainan
lahir yang lain, termasuk kelainan trisomi 21 atau Down syndrome.
 Gejala atresia duodenum
Berikut adalah beberapa gejalan yang dialami oleh bayi pengidap atresia duodenum:
1. Pembengkakan pada perut bagian atas (kondisi ini jarang terjadi).
2. Tidak mengalami buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB).
3. Bayi kesulitan untuk minum karena adanya sumbatan pada duodenum.
4. Mengeluarkan muntah dengan warna kehijauan. Ini bisa terjadi berulang kali,
meskipun bayi tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman apapun selama
beberapa jam.
Diagnosis atresia duodenum ada 2 cara yaitu:

Ultrasonography (USG)

Pemeriksaan melalui X-ray

Pengobatan dan Perawatan Atresia duodenum :


Pengobatan dan perawatan duodenum bisa di lakukan dengan beberapa prosedur.
Mulai dari penyedotan keluar cairan yang terperangkap diperut bayi memberikan infus
cairan inravena, hingga pembedahan (operasi) operasi ini dilakukan untuk menyambung
bagian duodenum sebelum dan setelah sumbatan agar komtinuitas saluran duodenum
kembali normal dengan demikian, cairan serta makanan dari lambung dapat masuk ke
usus dan tercerna dengan baik.
Untuk mencegah terjadinya atresia duodenum atau kelainan bawaan lahir lainya,ibu perlu
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Ini di lakukan untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya atresia duodenum yang bisa mempengaruhi kondisi bayi saat
lahir. Sebab semakin dini terdeteksi maka semakin tinggi kemungkinannya untuk bisa di
sembuhkan. Karena meskipun atresia duodenum ini adalah kelainan usus bawaan lahir,
penyakit ini tetap bisa disembuhkan dengan operasi.
Hirschprung

Penyakit hirschprung adalah kelainan yang terjadi pada usus besar (kolong).
Penyakit ini biasanya muncul sebagai kondisi bawaan pada bayi yang baru lahir yang
menderita penyakit Hirschprung sering kali kesulitan buang air besar karena gangguan
pada sel saraf yang berfungsi mengendalikan pergerakan usus.
Pada kasus penyakit Hirschprung yang tergolong ringan, kondisi mungkin tidak
akan terdeteksi sampai sang bayi memasuki masa anak-anak. Kasus ini juga mungkin
di alami oleh orang dewasa, namun sangat jarang terjadi. Para penderita penyakit
Hirschprung sering kali harus menempuh prosedur operasi untuk menyembuhkan
penyakit ini.
 Penyebab penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschprung terjadi ketika sel saraf di usus besar tidak terbentuk secara
sempurna.
 Gejala penyakit Hirschprung
Gejala penyakit Hirschprung sangat berragma,tergantung pada tingkat
keparahannya. Umumnya, gejala-gejala kondisi ini bisa langsung terdeteksi sekitar 2
hari pertama setelah bayi lahir.

Anda mungkin juga menyukai