Anda di halaman 1dari 67

PENYELENGGARAAN KESEHATAN

LINGKUNGAN SEKOLAH
Seksi Kesehatan Lingkungan dan
Kesjaor
Palangka Raya, 23 Mei 2017
Pengertian
• Pengertian umum lingkungan sekolah 
Ss kesatuan lingkungan fisik, mental dan
sosial dari sekolah yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga dapat
mendukung proses belajar mengajar
dengan baik dan menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan murid
secara optimal.
sambungan
• Faktor lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar, juga
kesehatan warga sekolah. Kondisi dari
komponen lingkungan sekolah tertentu dapat
menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.
Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut
antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan
aspek lainnya sebagai berikut :
sambungan
1. Kondisi atap dan talang  tdk memenuhi syarat bisa menimbulka P.
Menular (Leptospirosis, DBD dll)
2. Kondisi dinding ,tdk bersih dan debu
3. Kondisi lantai
4. Kondisi tangga, tdk lincin, tdk miring, tinggi < 30 cm
5. Pencahayaan, tdk me/syarat A/ mendukung perkembangan organismes
6. Ventilasi  lembab (TBC, SIPA dan lainnya)
7. Kepadatan Kelas, padat akan menyebabkan ketersediaan oksigen
8. Jarak Papan tulis, tdk memenuhi < 2.5 m (debu) , sebaiknya > 9 m
9. Ketersediaan tempat cuci tangan
10.Kebisingan
11.Air bersih
12.Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi
Apa Manfaat Kesling Sekolah ??
•  suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan
ekologis yang dinamis antara
manusia dan lingkungan untuk
mendukung realitas hidup manusia
yang sehat sejahtera dan bahagia
DASAR HUKUM
Kualitas Lingkungan yang
sehat ditentukan melalui
pencapaian atau pemenuhan
Standar Baku Mutu Kesling &
Persyaratan Kesehatan

UU No. 36 PP No 66 PERATURA
Tahun 2009 Tahun 2014 N MENKES

Pasal 163 (ayat 1) : Pemerintah, pemda dan • KMK No. 1429/2006


masyarakat menjamin ketersediaan tentang Penyelenggaraan
lingkungan yang sehat dan tidak Kesehatan Lingkungan
mempunyai risiko buruk bagi kesehatan
Sekolah
Pasal 79 : Kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan
• KMK Nomor 942/2003 ttg
kemampuan hidup sehat peserta didik Penyelenggaraan Higiene
dalam lingkungan hidup sehat sehingga Sanitasi Makanan Jajanan
peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan • PMK 416/1990 ttg syarat
berkembang secara harmonis dan -syarat dan pengawasan
setinggi-tingginya menjadi SDM yang kualitas air
berkualitas
TRIAS UKS/M

Pendidikan
Kesehatan
 Pelaksanaan 7K
 Penyediaan sarana air bersih
Pembinaan sanitasi
Pelayanan 
Lingkungan KTR
Kesehatan  Kawasan Tanpa Narkoba dan
Sehat Pornografi
 Kantin sekolah
 Pemanfaatan pekarangan
sekolah

LOMBA SEKOLAH SEHAT


Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan

Kualitas Lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian


atau pemenuhan Standar Baku Mutu Kesling &
Persyaratan Kesehatan pada media lingkungan

MEDIA LINGKUNGAN*
 Air Lingkungan
 Udara • Permukiman
 Tanah • Tempat Kerja
 Pangan • Tempat rekreasi
 Sarana dan bangunan • Tempat dan
 Vektor dan binatang pembawa
fasilitas umum
penyakit
(Salah satunya
adalah sekolah

* Yang berhubungan atau berdampak langsung thd kesehatan masyarakat


STANDAR BAKU MUTU KESLING &
PERSAYARATAN KESEHATAN
AIR
Untuk hygiene dan sanitasi

PERSYARATAN KESEHATAN STANDAR BAKU MUTU

Parameter fisik, kimia,


dan biologi,
• Jernih, tidak berasa dan tidak radioaktivitas
berbau
• Air dalam keadaan terlindung dari Fisik :
sumber • Kekeruhan = 25 NTU
pencemaran, binatang pembawa • Warna = 50 TCU
• Suhu = ± 3 dari suhu udara
penyakit, dan tempat • Zat Padat Terlarut = 1000 mg/l
perkembangbiakan vektor. Biologis :
• Aman dari kemungkinan • Total Koliform= 50/100 ml
kontaminasi • E. Coli = 0/100 ml
• Tersedia dalam jumlah yang cukup Radioaktivitas :
Radon =
(20 ltr/org/hr) 0,1 Bq/Gross Alpha
1 Bq/Gross Beta
Standar Baku Mutu Kimia Air untuk Hygiene Sanitasi

NO PARAMETER UNIT STANDAR BAKU MUTU (KADAR MAKSIMUM)


.
WAJIB
PH
1 MG/L 6,5 - 8,5
2
BESI MG/L 1
3
FLUORIDA MG/L 1,5
KESADAHAN
4
(CACO3) MG/L 500
5 MANGAN MG/L 0,5
6 NITRAT, SEBAGAI N MG/L 10
7 NITRIT, SEBAGAI N MG/L 1
8 SIANIDA MG/L 0,1
9 DETERJEN MG/L 0,05
10 PESTISIDA TOTAL MG/L 0,1
TAMBAHAN
1 AIR RAKSA MG/L 0,001
2 ARSEN MG/L 0,05
3 KADMIUM MG/L 0,005
4 KROMIUM (VALENSI
6) MG/L 0,05
5 SELENIUM MG/L 0,01
6 SENG MG/L 15
7 SULFAT MG/L 400
8 TIMBAL MG/L 0,05
9 BENZENE MG/L 0,01
10 ZAT ORGANIK
(KMNO4) MG/L 10
UDARA
STANDAR BAKU MUTU UDARA DALAM RUANG

No. Parameter FISIK Unit SBM (Kadar maksimum Keterangan


yang diperbolehkan)
1. Suhu o
C 23-26 Terkondisi
2. Pencahayaan Lux Minimal 60 Minimal dan bervariasi sesuai
fungsi ruangan
3. Kelembaban % Rh 40 – 70 Relative humidity
4. Laju Ventilasi m/detik 0,15 – 0,50  
5. Particulate Matter(PM)2,5 μg/m3 ≤35 24 jam
 
    μg/m3 ≤15 Rata-rata setahun
6. Particulate Matter(PM)10 μg/m3 ≤ 70 dalam 24 jam  

No. Parameter KIMIA Unit SBM (Kadar maksimum Keterangan


yang diperbolehkan)
1. Carbon monoksida (CO) mg/m3 10 8 jam
 
2. Carbon dioksida (CO2) ppm 1000 8 jam
mg/m3 1800 8 jam
3. Formaldehid (HCHO) ppm 0,1 8 jam
μg/m3 120 8 jam
4. Volatile Organic Compound (VOC) ppm 3 8 jam
5. NO2 μg/m3 200 1 jam
No. Parameter BIOLOGI Unit SBM (Kadar Keterangan
maksimum yang
diperbolehkan)
1. Angka Jamur total CFU/m3 1000  
2. Angka kuman total CFU/m3 500  

No. Parameter RADIOAKTIVITAS Unit SBM (Kadar Keterangan


maksimum yang
diperbolehkan)
1. Radon Bq/m3 300 (WHO)
(picocuries 4 USEPA
per liter 1 pCi/L setara dengan 37
(pCi/L) Bq/m³
STANDAR BAKU MUTU UDARA AMBIEN
No. Parameter FISIK Unit SBM Keterangan
1. Particulate Matter(PM)2,5primer μg/m 3
12 Rata-rata setahun selama 3 tahun
  Particulate Matter(PM)2,5sekunder μg/m3 15 Rata-rata setahun selama 3 tahun
  Particulate Matter(PM)2,5primer dan μg/m3 35 98 persen memenuhi selama 3 tahun
sekunder
2. Particulate Matter(PM)10 primer dan μg/m3 150 dalam 24 Tidak boleh melebihi > sekali setahun
sekunder jam selama 3 tahun

No. Parameter KIMIA Unit SBM Keterangan


1. Karbon monoksida (CO) ppm 9 8 jam
35 1 jam
Tidak boleh melebihi >sekali dalam setahun
2. Timbal (Pb) ppb 100 1 jam
(primer)     98 persen memenuhi selama 3 tahun
ppb 53 Rata-rata setahun
3. Ozon (O3) ppm 0,070 8 jam selama 3 tahun 
4. Nitrogen dioksida (NO2) primer ppb 200 1 jam
dan sekunder
5. Sulfur dioksida (SO2)      
- Primer ppb 75 1 jam (99 percentile)
- Sekunder ppm 0,5 3 jam (tidak boleh melebihi SBM lebih dari
sekali setahun 
UDARA
PERSYARATAN KESEHATAN

Udara bebas dari Upaya


debu • Bersihkan ruangan setiap hari dengan menggunakan kain pel basah atau
pompa hampa (vacum pump)
• Memasang penangkap debu (electro precipitator) pada ventilasi ruangan
dan dibersihkan secara berkala
• Menanam tanaman di sekeliling bangunan untuk mengurangi masuknya
debu ke dalam ruangan
• Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat
ulang 1 kali setahun
• Sistem ventilasi memenuhi syarat

Udara sejuk dan Upaya


segar • Bila suhu udara di atas 30 ºC perlu menggunakan alat penata udara
seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.
• Bila suhu kurang dari 18ºC, maka perlu menggunakan pemanas ruangan
dengan menggunakan sumber energi yang aman bagi lingkungan dan
kesehatan.
Upaya
Udara tidak lembab
a. Bila kelembaban udara kurang dari 40%:
• MeMembuka jendela ruangan
• Menambah jumlah dan luas jendela
• Meningkatkan pencahayaan dan sirkulasi udara
b. Bila kelembaban udara lebih dari 60% :
• Memasang genteng kaca

Udara mengalir Upaya


lancar • Pada ruangan ber-AC dilakukan pergantian udara dengan membuka
jendela pada pagi hari secara rutin
• Dilakukan pemeliharaan rutin pada AC sesuai dengan buku petunjuk
• Menggunakan exhaust fan
• Mengatur tata letak ruangan
• Ventilasi memenuhi standar baku mutu (20% dari luas lantai)
Udara bebas dari bahan Upaya
pencemar kimia baik yang • Penggunaan ventilasi alami dan mekanik agar terjadi
dapat menimbulkan bau/tidak pertukaran udara
• Penggunaan cat yang tidak mengandung Timbal (Pb) dan
Formaldehid
• Penggunaan bahan bangunan yang tidak mengandung Asbes
• Penggunaan produk kayu untuk perabotan (pressed woods)
yang direkomendasikan aman bagi kesehatan, yaitu yang
beremisi lebih rendah karena mengandung fenol resin dan
bukan urea resin
• Mengurangi penggunaan insektida atau produk-produk lain
yang mengandung VOCs
• Tidak membakar, membersihkan, mengerok atau mengelupas
kayu bercat karena kemungkinan cat tersebut mengandung
Pb
• Tidak merokok dalam ruangan
• Menanam tanaman di sekeliling bangunan
Udara bebas dari UPAYA
jamur dan kuman • Lantai selalu dibersihkan dengan antiseptik secara berkala
• Mengupayakan sinar matahari pagi dapat memasuki
ruangan sekolah.
• Mengelola sampah basah dengan baik.
• Membersihkan AC minimal 3 atau 6 bulan sekali
• Membersihkan perabotan/meja/kursi secara rutin
• Ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi yang adequate
TANAH
Sarana pendidikan tidak di atas tanah yang telah tercemar seperti tempat
pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi tambang

Tidak ada tanah terbuka dan tanah di sekolah harus ditanami dengan tanaman sesuai
jenisnya dengan memperhatikan dampaknya terhadap konstruksi bangunan

Tidak ada genangan air pada tanah

Tanah dalam keadaan kering, tidak berdebu, dan tidak menjadi habitat vektor

Tidak ditemukan telur Ascaris Lumbricoides sebagai indikator pencemaran tinja


manusia

Untuk daerah yang memiliki radiasi alam yang tinggi, perlu dilakukan remediasi
SARANA & BANGUNAN
sambungan
1. Kondisi atap dan talang  tdk memenuhi syarat bisa menimbulka P.
Menular (Leptospirosis, DBD dll)
2. Kondisi dinding ,tdk bersih dan debu
3. Kondisi lantai
4. Kondisi tangga, tdk lincin, tdk miring, tinggi < 30 cm
5. Pencahayaan, tdk me/syarat A/ mendukung perkembangan organismes
6. Ventilasi  lembab (TBC, SIPA dan lainnya)
7. Kepadatan Kelas, padat akan menyebabkan ketersediaan oksigen
8. Jarak Papan tulis, tdk memenuhi < 2.5 m (debu) , sebaiknya > 9 m
9. Ketersediaan tempat cuci tangan
10.Kebisingan
11.Air bersih
12.Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi
LANTAI & DINDING

LANTAI DINDING
Bersih, permukaan rata dan tidak retak, • Bersih, kuat, tidak retak
tidak licin , serta kedap air. • Permukaan dinding yang selalu terkena percikan
air harus terbuat dari bahan kedap air.
• Permukaan dinding bagian dalam mudah
dibersihkan
• Berwarna terang
• Tidak lembab (40-60% Rh)
TANGGA

• Lebar injakan tangga > 30 cm


• Tinggi anak tangga maks 20 cm
• Ada pegangan tangan
• Lebar tangga > 150 cm
PENCAHAYAAN & VENTILASI

Pencahayaan ruangan memiliki intensitas yang cukup ditandai dengan dapat membaca buku
dengan jelas tanpa bantuan penerangan pada siang hari (200-300 lux)
Ventilasi : 20% dari luas lantai dengan laju ventilasi 0,15-0,25 m/detik
KEPADATAN & JARAK PAPAN TULIS

Kepadatan kelas :
jumlah murid disesuaikan dengan luas ruang kelas dengan perbandingan : 1,75 m/murid
Jarak papan tulis :
• jarak minimal papan tulis dengan murid paling depan 2,5 m
• Jarak maksimal papan tulis dengan murid paling belakang 9 m
Meja belajar kemiringannya 15%
TEMPAT CUCI TANGAN

• Menggunakan air bersih yang mengalir


• Tersedia sabun
• Tersedia 1 tempat cuci tangan untuk 2 kelas
TOILET & WC
• Bersih dan tidak bau
• Ventilasi dan penerangan cukup
• Lantai kedap air, tidak licin, dan tidak ada
genangan air
• Tidak ada nyamuk/jentik nyamuk
• Tersedia air bersih dan sabun
• Jumlah sarana 1:40 untuk murid laki-laki
dan 1:25 untuk murid perempuan
TEMPAT SAMPAH & SPAL
Terpisah antara sampah
organik dan anorganik
Terbuat dari bahan yang
kuat, cukup ringan, kedap
air, dan tidak mudah bocor
Memiliki penutup

Tidak Overload

Dikosongkan setiap hari

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tertutup dan air limbah mengalir lancar (tidak
menimbulkan genangan
KANTIN
• Makanan jajanan yang dijual dalam keadaan
terbungkus/tertutup
• Jajanan kemasan dalam keadaan baik dan tidak
kadaluarsa
• Tempat penyimpanan makanan bersih, terlindung
dari debu, terhindar dari bahan kimia berbahaya,
serangga dan hewan lain
• Dapur selalu bersih dan memenuhi persyaratan
kesehatan
• Peralatan masak dan makan dicuci bersih setelah
digunakan
• Peralatan disimpan di tempat yang bebas
pencemaran
• Tidak menggunakan kembali peralatan yang
dirancang untk sekali pemakaian
• Pengolah dan penyaji makanan selalu menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan sebelum
memasak dan setelah dari toilet
HALAMAN
• Halaman sekolah tidak
banyak debu
• Tanaman terlihat rapi
• Tidak ada genangan air
• Tiak ada sampah berserakan
VEKTOR & BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Persyaratan Kesehatan

• Bebas nyamuk
• Bebas dari lalat
• Bebas kecoa
• Bebas tikus
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan (termasuk STUNTING) yang berkaitan dgn sanitasi dan perilaku
melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi higiene melalui


peningkatan demand & supply

Pilar 3: Pilar 5:
Pilar 1: Pilar 2: PAMM-RT Pilar 4: Pengelola
Stop BABS CTPS (Cuci (Pengelolaan Pengelolaan an Limbah
(Buang Air Tangan Air Minum Sampah
dan Makanan
Cair
Besar Pakai Rumah
Sembarangan) Rumah Rumah
Sabun) Tangga) Tangga Tangga

Komponen Dasar STBM:


1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan
4. Dukungan institusi kepada masyarakat (enabling environment) 33
Hygiene dan sanitasi yang buruk menyebabkan gangguan
inflamasi usus kecil yang mengurangi penyerapan zat gizi
dan meningkatkan permeabilitas usus
yang disebut juga Environmental Enteropathy (EE) dimana
terjadi pengalihan energi, yang seharusnya digunakan untuk
pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk melawan
infeksi dalam tubuh. (EHP vol.122)
HIGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN
Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat
dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.

Kantin adalah Sentra pangan jajanan adalah tempat bagi sekumpulan usaha pangan
jajanan yang dikelola oleh pemerintah daerah/swasta.

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

Sarana penjaja adalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan
baik menetap maupun berpindah-pindah.

Penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
Persyaratan Higiene
Sanitasi
1. Penjamah Makanan
 tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
 menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya)
 menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; d.
memakai celemek, dan tutup kepala
 mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
 menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau
dengan alas tangan
 tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga,
hidung, mulut atau bagian lainnya)
 tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang
disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
2. Peralatan
 Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan
makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya dan
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi.
 Upaya :
a. peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan
dengan sabun;
b. lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih
c. kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di
tempat yang bebas pencemaran.
 Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya
untuk sekali pakai.
3. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian

Air
 Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air
yang memenuhi standar dan Persyaratan Hygiene Sanitasi yang
berlaku bagi air bersih atau air minum.
 Air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus
dimasak sampai mendidih.

Bahan Makanan
 Semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam
keadaan baik mutunya, segar dan tidak busuk.
 Semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi
makanan jajanan harus bahan olahan yang terdaftar di
Departemen Kesehatan, tidak kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak
rusak.
Bahan Tambahan
 Bahan makanan, serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong
makanan jajanan siap saji harus disimpan secara terpisah
 Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan dalam
wadah terpisah.

Penyajian
 Disajikan pada tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi
kesehatan.
 Dijajakan dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup.
 Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam
keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
 Pembungkus dilarang ditiup
 Makanan jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau
terbungkus dan dalam wadah yang bersih
 Makanan jajanan yang diangkut harus dalam wadah yang terpisah dengan
bahan mentah sehinggga terlindung dari pencemaran.
 Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila
masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan.
4. Sarana Penjaja
 Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja
konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi makanan dari pencemaran. (2)
 Konstruksi sarana penjaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan yaitu antara lain :
a. mudah dibersihkan;
b. tersedia tempat untuk : air bersih, penyimpanan bahan
makanan, penyimpanan makanan jadi/siap disajikan,
penyimpanan peralatan, tempat cuci (alat, tangan, bahan
makanan), tempat sampah.
 Pada waktu menjajakan makanan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi, dan harus terlindungi dari
debu, dan pencemaran.
Media Penyehatan Pangan di Sekolah
PENGAMANAN SAMPAH
Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya
sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari – hari

BILA TIDAK DIAMANKAN

Kecelakaan krn
Bencana banjir,
tertusuk benda
kebakaran,
tajam
longsor

Bau Kotor dan Kumuh Pencemaran Air, Perkembangbiakan


Udara, Tanah Vektor
PENANGANAN SAMPAH YANG
SALAH

DIBUANG DI
DIBUANG KE
DITIMBUN DIBAKAR SUNGAI/KALI
SEMBARANG
TEMPAT

Kondisi saat ini, masyarakat mengelola sampahnya dengan dikumpulkan di bak sampah, kemudian diangkut
petugas kebersihan untuk dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Sementara dan akhirnya dibuang di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA).
 
Pola kumpul – angkut – buang berdasarkan hasil perhitungan Bappenas, pada tahun 1995 perkiraan
timbulan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020
menjadi 53,7 juta ton. Sampah Jakarta masuk ke dalam sungai ciliwung 600 m3/hari atau setara dengan 7
lapangan sepak bola.
Gerakan Indonesia Bebas Sampah 2020
Mengajak masyarakat untuk merubah pola
kumpul–angkut–buang menjadi pola pemilah
sampah (menyediakan tempat sampah
terpisah organik dan non organik -
membuang sampah pada tempatnya – pilah
sampah – daur ulang)

Pengurangan sampah dari sumbernya dimulai dari pemilahan sampai pemrosesan


akhir dengan mengaplikasikan 3R (Reduce-Reuse-Recycle)
Pengelolaan Sampah

Undang-undang no. 18 tahun 2008


Pencegahan pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi
Pengurangan
pengurangan dan penanganan sampah.

Penggunaan • Kegiatan pengurangan meliputi


pembatasan timbulan sampah,
pendaur ulang sampah dan/atau
Daur Ulang
pemanfaatan kembali sampah.
• Kegiatan penanganan meliputi
Pemulihan
pemilahan, pengumpulan,
B pengangkutan, pengolahan,
ua pemrosesan akhir sampah
ng
Pemilahan Sampah

Anorganik Organik
Jenis sampah yang tidak dapat terurai oleh alam Jenis sampah yang dapat menyebabkan bau, seperti
sisa sayuran, sisa makanan dan barang yang dapat
diurai
REDUCE  Mengurangi pemakaian kantong
upaya pengelolaan plastik
sampah dengan cara  Mengutamakan membeli produk
mengurangi volume berwadah sehingga bisa
sampah itu sendiri diisi ulang
 Membeli produk atau barang
yang tahan lama, dll.

RECYCLE
pemanfaatan sampah
3R REUSE
untuk menghasilkan menggunakan  Memanfaatkan
produk yang sama kembali sampah yang lembaran yang kosong
atau produk yang lain, ada, untuk keperluan
pada kestas yang sudah
atau mendaur ulang yang sama atau
barang lama menjadi fungsinya yang sama digunakan
barang baru  Mengutamakan
membeli produk
 Sampah organik dijadikan kompos berwadah sehingga
 Sampah anorganik dikumpulkan untuk bisa diisi ulang
didaur ulang (diberikan kepada pengumpul)
DAUR ULANG
Komposter Rumah Tangga “TAKAKURA”

Bahan-bahan yang diperlukan:


• Keranjang plastik berventilasi dengan
ukuran besar/sedang disertai tutup (tempat
pakaian kotor, keranjang plastik, gentong
tanah liat atau ember yang dilobangi)
• Kardus bekas seukuran keranjang plastik
• Gabah/kulit beras yang dimasukan ke dalam
kantung vitrase ( 2 buah)
• Kompos jadi yang dapat dibeli di tempat-
tempat penjualan bibit atau bunga, yang
nantinya kompos jadi ini dicampur atau
diaduk dengan sampah organik yang sudah
dicacah (daun, sayuran, sisa buah, dll)
• Kain tipis/kain kasa warna hitam sebesar
tutup keranjang agar tidak tembus cahaya
Tutup Keranjang
 
Sampah
 
  Kain hitam berpori

Keranjang Sampah
Plastik
 
 
Bantal Sekam Atas

  Kardus

Sampah
Organik
  Kompos Jadi

  Bantal Sekam
Bawah
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Sekolah yang Memiliki Lahan

• Gali tanah sedalam 50-100 cm.


Lubang dibuat dengan jarak minimal
10 meter dari sumur untuk
menghindari tercemarnya sumur.
• Isi lubang dengan sampah organik
yang telah dicacah.
• Tutup atau taburi sampah dengan
tanah secara berkala untuk
mengurangi bau.
• Jika telah penuh, tutup lubang
dengan tanah.
• Setelah tiga bulan, lubang dapat
digali. Hasil galian dapat digunakan
sebagai kompos sedangkan
lubangnya dapat digunakan untuk
membuat kompos kembali.
BANK SAMPAH
TUJUAN

Sebagai sebuah
mekanisme
untuk
PENGERTIAN mengurangi
volume sampah
Konsep pengumpulan di tingkat
sampah kering masyarakat MEKANISME
(plastik, kertas, karton, karena KERJA
kaleng, dll) untuk kemampuannya
memaksimalkan dalam sistem 1. Pemilahan
partisipasi warga pengumpulan Sampah
dalam pengelolaan dan pemulahan 2. Penyetoran
sampah lingkungan sampah yang dan
terintegrasi di Pencatatan
tingkat paling 3. Pengolahan
bawah. Daur Ulang
4. Metode
Konversi
dari Barang
BIOPORI
Biopori adalah lubang-lubang kecil atau pori-pori di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai akitifitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap
dan fauna tanah lainnya.

Manfaat Dimana dapat dibuat / dipasang


• meningkatkan daya resapan air lubang biopori resapan air ?
• Mengubah sampah organik menjadi kompos 1. Pada alas saluran air hujan di
• Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan sekitar sekolah  mengurangi
metan) volume air yang dialirkan sehingga
• Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar mencegah air meluap ke luar
tanaman dan mengatasi masalah yang selokan
ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit 2. Di sekeliling pohon  menjadi
demam berdarah dan malaria sumber air untuk pohon tersebut
• Mengurangi air hujan yang dibuang percuma 3. Pada tanah kosong antar
ke laut tanaman/ batas tanaman
• Mengurangi genangan air yang menimbulkan
penyakit
• Mengurangi resiko banjir di musim hujan
• Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana
tanah longsor
Langkah-Langkah Pembuatan Lubang Resapan Biopori

• Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter10 cm, kedalaman 100 cm
atau tidak melampaui kedalaman air tanah
• Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm. Pembuatan lubang
dapat dibuat dengan memakai alat bantu yang disebut bor biopori
• Memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan
1. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm; atau
2. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cmdisekeliling mulut lubang.
• Isi lubang Biopori dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan
rumput dari halaman atau sampah dapur; dan Menutup lubang resapan biopori
dengan saringan kawat/lainnya.
• Setelah Lubang Resapan Biopori dibuat, secara berkala lubang harus dirawat dan
dipelihara dengan cara:
• Mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori; Memasukkan sampah
organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada
lubang resapan biopori; dan/atau Mengambil sampah organik yang ada dalam
lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah
terjadi proses pelapukan.
PENGAWASAN
Inspeksi Kesehatan Lingkungan /
IKL (PMK 13 / 2015)

Pengamatan
Uji
Fisik Media
Laboratorium
Lingkungan
Dilakukan
dengan cara

Pengukuran
Analisis Risiko
Media
Lingkungan di
Kesehatan
Tempat Lingkungan
PENGAWASAN


Puskesmas

Dinkes Kabupaten/Kota

Pemangku kepentingan lainnya

Eksternal

Kartu Inspeksi Keslin Rapor Kesehatan Ling


g Sekolah kungan Sekolah
Mekanisme
KEPALA
DAERAH

Rekomendasi
PERSYARATAN
/Saran tindak Masyarakat
KESEHATAN TFU 
lanjut

TMS MS

• Dinas Kesehatan Tempat &


Fasilitas
• Stakeholder Umum
 
TERIMA KASIH
Standar Baku Mutu

Nilai Baku Mutu


Vektor/Binatang Pembawa
No Variabel satuan ukur
Penyakit Rendah Tinggi
% habitat perkembangbiakan
1 Larva Anopheles Indeks habitat (IH) dengan larva <1 ≥1
yang positif larva
2 Larva Aedes spp. Indeks Kontainer % kontainer positif larva 0 >0
3 Larva Culex sp. Indeks Kontainer % kontainer positif larva <1 ≥1
% tikus yang tertangkap oleh
4 Tikus Success Trap ≤1 >1
perangkap
Angka rata-rata populasi lalat
5 Lalat Indek Populasi Lalat ≤2 >2
menggunakan flygrill
Angka rata-rata populasi kecoa
Kecoa / Lipas Periplaneta
6 Americana(PA)
Indek Populasi Kecoa PA tiap malam menggunakan sticky ≤1 >1
trap
Angka rata-rata populasi kecoa
Kecoa / Lipas Blatella
7 Indek Populasi Kecoa BG tiap malam menggunakan sticky ≤1 >1
germanica (BG)
trap
Angka rata-rata populasi kecoa
Kecoa / Lipas Supella
8 longipalpa (SL)
Indek Populasi Kecoa SL tiap malam menggunakan sticky ≤3 >3
trap
Angka rata-rata populasi kecoa
Kecoa / Lipas Blatta orientalis
9 Indek Populasi Kecoa BO tiap malam menggunakan sticky ≤1 >1
(BO)
trap
PANGAN
Parameter FisiK
Suhu Penyimpanan Bahan Pangan
DIGUNAKAN DALAM WAKTU
NO JENIS DAN BAHAN PANGAN 1 MINGGU ATAU 1 MINGGU ATAU
3 HARI ATAU KURANG
KURANG LEBIH
1. DAGING, IKAN,UDANG DAN
OLAHANNYA -5O S/D 0OC -10O S/D -5OC < -10OC
2. TELOR, SUSU DAN OLAHANNYA 5O S/D 7OC -5O S/D 0OC < -5OC
3. SAYUR, BUAH DAN MINUMAN 10OC 10OC 10OC
4. TEPUNG DAN BIJI 25OC ATAU SUHU
25OC ATAU SUHU RUANG 25OC ATAU SUHU RUANG
RUANG

Penyimpanan makanan jadi/masak


SUHU PENYIMPANAN
NO JENIS MAKANAN DISAJIKAN DALAM AKAN SEGERA BELUM SEGERA
WAKTU LAMA DISAJIKAN DISAJIKAN
1. MAKANAN KERING 25O S/D 30OC    
2. MAKANAN BASAH (BERKUAH)   > 60OC 10OC
3. MAKANAN CEPAT BASI
(SANTAN, TELUR, SUSU)   ≥ 65,5OC -5O S/D -1OC
4. MAKANAN DISAJIKAN DINGIN   5O S/D 10OC <10OC
Parameter Biologi
Parameter Wajib Pedoman Mikrobiologi (CFU pergram kecuali disebutkan lain)
Memuaskan Batas/limit Tidak memuaskan Berpotensi
bahaya
Hitungan Piring Standar (Standard Plate Count)
Kategori 1 <104 <105 ≥105  
Kategori2 <106 <107 ≥107  
Kategori3 T/B T/B T/B  
Organisme Indikator
Enterobacteriaceae(a) <100 <104 ≥104  
Escherichia coli <10 <100 ≥100 Lihat
  Verocytotoxigenic
Esherichia coli
(VTEC) di bawah
Parameter Tambahan        
Patogen
Salmonella spp. Tidak terdeteksi dalam 25g     Terdeteksi
Campylobacter spp. Tidak terdeteksi dalam 25g     Terdeteksi
E.coliO157:H7&VTEC Tidak terdeteksi dalam 25g     Terdeteksi
Listeria monocytogenes Tidak terdeteksi dalam 25g Terdeteksi tetapi<100(c)   ≥100(d)
V.parahaemolyticus(b) Tidak terdeteksi dalam 25g Terdeteksi tetapi <100 <1000 ≥1000
Clostridium perfringens <10* <103 <104 ≥104
Coagulase positive staphylococci <50* <103 <104 ≥104
Bacillus cereus dan pathogen lain dari <50* <103 <104 ≥104
Bacillusspp.
Parameter Kimia

Mengacu peraturan perundangan yang ada (Peraturan Kepala BPOM Nomor


HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 TENTANG PENETAPAN BATAS MAKSIMUM CEMARAN
MIKROBA DAN KIMIA DALAM MAKANAN)

Anda mungkin juga menyukai