LINGKUNGAN SEKOLAH
Seksi Kesehatan Lingkungan dan
Kesjaor
Palangka Raya, 23 Mei 2017
Pengertian
• Pengertian umum lingkungan sekolah
Ss kesatuan lingkungan fisik, mental dan
sosial dari sekolah yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga dapat
mendukung proses belajar mengajar
dengan baik dan menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan murid
secara optimal.
sambungan
• Faktor lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar, juga
kesehatan warga sekolah. Kondisi dari
komponen lingkungan sekolah tertentu dapat
menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.
Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut
antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan
aspek lainnya sebagai berikut :
sambungan
1. Kondisi atap dan talang tdk memenuhi syarat bisa menimbulka P.
Menular (Leptospirosis, DBD dll)
2. Kondisi dinding ,tdk bersih dan debu
3. Kondisi lantai
4. Kondisi tangga, tdk lincin, tdk miring, tinggi < 30 cm
5. Pencahayaan, tdk me/syarat A/ mendukung perkembangan organismes
6. Ventilasi lembab (TBC, SIPA dan lainnya)
7. Kepadatan Kelas, padat akan menyebabkan ketersediaan oksigen
8. Jarak Papan tulis, tdk memenuhi < 2.5 m (debu) , sebaiknya > 9 m
9. Ketersediaan tempat cuci tangan
10.Kebisingan
11.Air bersih
12.Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi
Apa Manfaat Kesling Sekolah ??
• suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan
ekologis yang dinamis antara
manusia dan lingkungan untuk
mendukung realitas hidup manusia
yang sehat sejahtera dan bahagia
DASAR HUKUM
Kualitas Lingkungan yang
sehat ditentukan melalui
pencapaian atau pemenuhan
Standar Baku Mutu Kesling &
Persyaratan Kesehatan
UU No. 36 PP No 66 PERATURA
Tahun 2009 Tahun 2014 N MENKES
Pendidikan
Kesehatan
Pelaksanaan 7K
Penyediaan sarana air bersih
Pembinaan sanitasi
Pelayanan
Lingkungan KTR
Kesehatan Kawasan Tanpa Narkoba dan
Sehat Pornografi
Kantin sekolah
Pemanfaatan pekarangan
sekolah
MEDIA LINGKUNGAN*
Air Lingkungan
Udara • Permukiman
Tanah • Tempat Kerja
Pangan • Tempat rekreasi
Sarana dan bangunan • Tempat dan
Vektor dan binatang pembawa
fasilitas umum
penyakit
(Salah satunya
adalah sekolah
Tidak ada tanah terbuka dan tanah di sekolah harus ditanami dengan tanaman sesuai
jenisnya dengan memperhatikan dampaknya terhadap konstruksi bangunan
Tanah dalam keadaan kering, tidak berdebu, dan tidak menjadi habitat vektor
Untuk daerah yang memiliki radiasi alam yang tinggi, perlu dilakukan remediasi
SARANA & BANGUNAN
sambungan
1. Kondisi atap dan talang tdk memenuhi syarat bisa menimbulka P.
Menular (Leptospirosis, DBD dll)
2. Kondisi dinding ,tdk bersih dan debu
3. Kondisi lantai
4. Kondisi tangga, tdk lincin, tdk miring, tinggi < 30 cm
5. Pencahayaan, tdk me/syarat A/ mendukung perkembangan organismes
6. Ventilasi lembab (TBC, SIPA dan lainnya)
7. Kepadatan Kelas, padat akan menyebabkan ketersediaan oksigen
8. Jarak Papan tulis, tdk memenuhi < 2.5 m (debu) , sebaiknya > 9 m
9. Ketersediaan tempat cuci tangan
10.Kebisingan
11.Air bersih
12.Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi
LANTAI & DINDING
LANTAI DINDING
Bersih, permukaan rata dan tidak retak, • Bersih, kuat, tidak retak
tidak licin , serta kedap air. • Permukaan dinding yang selalu terkena percikan
air harus terbuat dari bahan kedap air.
• Permukaan dinding bagian dalam mudah
dibersihkan
• Berwarna terang
• Tidak lembab (40-60% Rh)
TANGGA
Pencahayaan ruangan memiliki intensitas yang cukup ditandai dengan dapat membaca buku
dengan jelas tanpa bantuan penerangan pada siang hari (200-300 lux)
Ventilasi : 20% dari luas lantai dengan laju ventilasi 0,15-0,25 m/detik
KEPADATAN & JARAK PAPAN TULIS
Kepadatan kelas :
jumlah murid disesuaikan dengan luas ruang kelas dengan perbandingan : 1,75 m/murid
Jarak papan tulis :
• jarak minimal papan tulis dengan murid paling depan 2,5 m
• Jarak maksimal papan tulis dengan murid paling belakang 9 m
Meja belajar kemiringannya 15%
TEMPAT CUCI TANGAN
Tidak Overload
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tertutup dan air limbah mengalir lancar (tidak
menimbulkan genangan
KANTIN
• Makanan jajanan yang dijual dalam keadaan
terbungkus/tertutup
• Jajanan kemasan dalam keadaan baik dan tidak
kadaluarsa
• Tempat penyimpanan makanan bersih, terlindung
dari debu, terhindar dari bahan kimia berbahaya,
serangga dan hewan lain
• Dapur selalu bersih dan memenuhi persyaratan
kesehatan
• Peralatan masak dan makan dicuci bersih setelah
digunakan
• Peralatan disimpan di tempat yang bebas
pencemaran
• Tidak menggunakan kembali peralatan yang
dirancang untk sekali pemakaian
• Pengolah dan penyaji makanan selalu menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan sebelum
memasak dan setelah dari toilet
HALAMAN
• Halaman sekolah tidak
banyak debu
• Tanaman terlihat rapi
• Tidak ada genangan air
• Tiak ada sampah berserakan
VEKTOR & BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Persyaratan Kesehatan
• Bebas nyamuk
• Bebas dari lalat
• Bebas kecoa
• Bebas tikus
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan (termasuk STUNTING) yang berkaitan dgn sanitasi dan perilaku
melalui penciptaan kondisi sanitasi total
Pilar 3: Pilar 5:
Pilar 1: Pilar 2: PAMM-RT Pilar 4: Pengelola
Stop BABS CTPS (Cuci (Pengelolaan Pengelolaan an Limbah
(Buang Air Tangan Air Minum Sampah
dan Makanan
Cair
Besar Pakai Rumah
Sembarangan) Rumah Rumah
Sabun) Tangga) Tangga Tangga
Kantin adalah Sentra pangan jajanan adalah tempat bagi sekumpulan usaha pangan
jajanan yang dikelola oleh pemerintah daerah/swasta.
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.
Sarana penjaja adalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan
baik menetap maupun berpindah-pindah.
Penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
Persyaratan Higiene
Sanitasi
1. Penjamah Makanan
tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya)
menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; d.
memakai celemek, dan tutup kepala
mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau
dengan alas tangan
tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga,
hidung, mulut atau bagian lainnya)
tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang
disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan
makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya dan
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi.
Upaya :
a. peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan
dengan sabun;
b. lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih
c. kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di
tempat yang bebas pencemaran.
Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya
untuk sekali pakai.
3. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian
Air
Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air
yang memenuhi standar dan Persyaratan Hygiene Sanitasi yang
berlaku bagi air bersih atau air minum.
Air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus
dimasak sampai mendidih.
Bahan Makanan
Semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam
keadaan baik mutunya, segar dan tidak busuk.
Semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi
makanan jajanan harus bahan olahan yang terdaftar di
Departemen Kesehatan, tidak kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak
rusak.
Bahan Tambahan
Bahan makanan, serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong
makanan jajanan siap saji harus disimpan secara terpisah
Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan dalam
wadah terpisah.
Penyajian
Disajikan pada tempat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman bagi
kesehatan.
Dijajakan dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup.
Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam
keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
Pembungkus dilarang ditiup
Makanan jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau
terbungkus dan dalam wadah yang bersih
Makanan jajanan yang diangkut harus dalam wadah yang terpisah dengan
bahan mentah sehinggga terlindung dari pencemaran.
Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila
masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan.
4. Sarana Penjaja
Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja
konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi makanan dari pencemaran. (2)
Konstruksi sarana penjaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan yaitu antara lain :
a. mudah dibersihkan;
b. tersedia tempat untuk : air bersih, penyimpanan bahan
makanan, penyimpanan makanan jadi/siap disajikan,
penyimpanan peralatan, tempat cuci (alat, tangan, bahan
makanan), tempat sampah.
Pada waktu menjajakan makanan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi, dan harus terlindungi dari
debu, dan pencemaran.
Media Penyehatan Pangan di Sekolah
PENGAMANAN SAMPAH
Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya
sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari – hari
Kecelakaan krn
Bencana banjir,
tertusuk benda
kebakaran,
tajam
longsor
DIBUANG DI
DIBUANG KE
DITIMBUN DIBAKAR SUNGAI/KALI
SEMBARANG
TEMPAT
Kondisi saat ini, masyarakat mengelola sampahnya dengan dikumpulkan di bak sampah, kemudian diangkut
petugas kebersihan untuk dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Sementara dan akhirnya dibuang di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA).
Pola kumpul – angkut – buang berdasarkan hasil perhitungan Bappenas, pada tahun 1995 perkiraan
timbulan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020
menjadi 53,7 juta ton. Sampah Jakarta masuk ke dalam sungai ciliwung 600 m3/hari atau setara dengan 7
lapangan sepak bola.
Gerakan Indonesia Bebas Sampah 2020
Mengajak masyarakat untuk merubah pola
kumpul–angkut–buang menjadi pola pemilah
sampah (menyediakan tempat sampah
terpisah organik dan non organik -
membuang sampah pada tempatnya – pilah
sampah – daur ulang)
Anorganik Organik
Jenis sampah yang tidak dapat terurai oleh alam Jenis sampah yang dapat menyebabkan bau, seperti
sisa sayuran, sisa makanan dan barang yang dapat
diurai
REDUCE Mengurangi pemakaian kantong
upaya pengelolaan plastik
sampah dengan cara Mengutamakan membeli produk
mengurangi volume berwadah sehingga bisa
sampah itu sendiri diisi ulang
Membeli produk atau barang
yang tahan lama, dll.
RECYCLE
pemanfaatan sampah
3R REUSE
untuk menghasilkan menggunakan Memanfaatkan
produk yang sama kembali sampah yang lembaran yang kosong
atau produk yang lain, ada, untuk keperluan
pada kestas yang sudah
atau mendaur ulang yang sama atau
barang lama menjadi fungsinya yang sama digunakan
barang baru Mengutamakan
membeli produk
Sampah organik dijadikan kompos berwadah sehingga
Sampah anorganik dikumpulkan untuk bisa diisi ulang
didaur ulang (diberikan kepada pengumpul)
DAUR ULANG
Komposter Rumah Tangga “TAKAKURA”
Keranjang Sampah
Plastik
Bantal Sekam Atas
Kardus
Sampah
Organik
Kompos Jadi
Bantal Sekam
Bawah
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Sekolah yang Memiliki Lahan
Sebagai sebuah
mekanisme
untuk
PENGERTIAN mengurangi
volume sampah
Konsep pengumpulan di tingkat
sampah kering masyarakat MEKANISME
(plastik, kertas, karton, karena KERJA
kaleng, dll) untuk kemampuannya
memaksimalkan dalam sistem 1. Pemilahan
partisipasi warga pengumpulan Sampah
dalam pengelolaan dan pemulahan 2. Penyetoran
sampah lingkungan sampah yang dan
terintegrasi di Pencatatan
tingkat paling 3. Pengolahan
bawah. Daur Ulang
4. Metode
Konversi
dari Barang
BIOPORI
Biopori adalah lubang-lubang kecil atau pori-pori di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai akitifitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap
dan fauna tanah lainnya.
• Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter10 cm, kedalaman 100 cm
atau tidak melampaui kedalaman air tanah
• Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm. Pembuatan lubang
dapat dibuat dengan memakai alat bantu yang disebut bor biopori
• Memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan
1. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm; atau
2. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cmdisekeliling mulut lubang.
• Isi lubang Biopori dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan
rumput dari halaman atau sampah dapur; dan Menutup lubang resapan biopori
dengan saringan kawat/lainnya.
• Setelah Lubang Resapan Biopori dibuat, secara berkala lubang harus dirawat dan
dipelihara dengan cara:
• Mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori; Memasukkan sampah
organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada
lubang resapan biopori; dan/atau Mengambil sampah organik yang ada dalam
lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah
terjadi proses pelapukan.
PENGAWASAN
Inspeksi Kesehatan Lingkungan /
IKL (PMK 13 / 2015)
Pengamatan
Uji
Fisik Media
Laboratorium
Lingkungan
Dilakukan
dengan cara
Pengukuran
Analisis Risiko
Media
Lingkungan di
Kesehatan
Tempat Lingkungan
PENGAWASAN
●
Puskesmas
●
Dinkes Kabupaten/Kota
●
Pemangku kepentingan lainnya
Eksternal
Rekomendasi
PERSYARATAN
/Saran tindak Masyarakat
KESEHATAN TFU
lanjut
TMS MS