Anda di halaman 1dari 68

TREMATODA

DRA TJUT MARIAM ZANARIA MS


ALAT DAN BAHAN
KACA BENDA DAN KACA TUTUP
MIKROSKOP BINOKULER
PIPET TETES
LIDI, KASSA
BAHAN :FAECES PENDERITA YANG MASIH BARU
CAIRAN GARAM JENUH
LUGOL
CARA KERJA
AMBIL FAECES MASUKAN DALAM WADAH ,
TAMBAHANKAN CAIRAM GARAM LALU SARING
KEWADAH YANG LAIN DENGAN MENGGUNAAN
KAIN KASSA
AMBIL DENGAN PIPET TETES LAULU TETESAN DI
ATAS KACA BENDA DAN TUTUP DENGAN KACA
TUTUP DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45
DERAJAT
PERIKSA DG MIROSOP DENGAN MENGGUNAAN
PEMBESARAN 100 DAN SELANJUTNYA
Klasifikasi Trematoda
Trematoda hati (liver flukes) : clonorchis sinensis,
fasiola hepatica
Trematoda usus (intestinal flukes): fasciolopsis buski,
dll.
Trematoda paru (lung flukes) : paragonimus
westermanii
Trematoda darah (blood flukes) : shistosoma mansoni,
S japonicum, S haematobium.
Morfologi dan Daur hidup trematoda
Cacing dewasa pipih dorsoventral, simetris bilateral,
rongga badan(-)
Terdapat 2 batil isap: batil isap mulut dan batil isap
perut
Beberapa mempunyai batil isap genital
Bersifat anaerob
Bersifat hermafrodit
Daur hidup
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif
(manusia,dll)
Telur diletakkan di dalam usus, hati, paru, pembuluh
darah dan dikeluarkan bersma tinja, dahak dan urin
Telur umumnya mengandung mirasidium (telur
matang)
Mirasidium(M) mengandung bulu getar
Di dalam air telur menetas dan pada beberapa spesies
telur menetas bila ditelan keong (hospes perantara/HP
I)
Mirasidium yang keluar, berenang dalam air dan
mencari keong air lain(HP I) untuk berkembang
sporokista(S) atau redia(R) dan kemudian
berkembang menjadi serkaria
Sporokista kantung berisi embrio
Redia kantung yang mempunyai mulut, faring dan
sekum
Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes
perantara II(ikan, tumbuhan air, ketam, udang batu
dan keong) atau dapat langsung menginfeksi manusia.
Schistosoma
Di dalam hospes perantara II :Serkaria
-metasarkaria kista larva(ekskistasi)
-schistosomula
Hospes definitif terinfeksi bila makan hospes
perantara II yang tidak dimasak dengan baik.
Perkembangan larva dalam hospes perantara I
-M S R SK : Clonorchis sinensis
-M S1 S2 SK : Schistosoma
-M S R1 R2 SK : Trematoda lain
Perkembangan dalam hospes perantara II
- SK MetaSK Kista ekskistasi
- SK Menginfeksi manusia schistosomula
TREMATODA DARAH
Schistosoma
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium

Adult females
size 7 to 20 mm; males slightly smaller
SCHISTOSOMA
 Helminths
Schistosoma
 Morphology
 Life cycles
 Vector
 Pathogenesis
 Diseases
 Diagnosis
 Therapy
 Prevention
 Threats
Schistosoma: Endemic Areas
Schistosoma
Epidemiologi di Indonesia
Di Sulteng---> Danau lindu dan lembah Napu
Inang perantara-----> keong air, Oncomelania
hupensis lindoensis

Bilharziasis=katayama disease=skisosomiasis
japonicum=demam keong
Schistosoma: Epidemiology
200 million people infected world wide
50% endemic among the local population in high
infested areas

South America
Caribbean
Africa Depends on species

Middle East
Far East
Schistosoma: Daur hidup(1)
 Infeksi dari air yang terkontaminasi
dengan beberapa hospes perantara
(keong ai ra)yang ONCHOMELANIA
HUPENSIS LINDOENSIS Cercariae
membawa/mengandung schistosoma
 Schistosoma (serkaria) dapat
Sporocysts
menembus kulit

an
r
ai
 Dalam beberapa minggu, cacing
Adults

um
g
tumbuh dan berkembang dalam

on

H
Ke
pembuluh darah da menghasilkan
telur.
 Beberapa telur dapat mencapai Miracidia
kandung kemih atau sal. cerna dan
dapat ditemukan dalam urin atau
saluran cerna Eggs
 Telur Schistosoma dapat ditemukan
dalam air bila penderita yang
terinfeksi berkemih atau berdefekasi
pada tempat tersebut
Developmental
Egg
Stages of Schistosoma
Miracidia

Cercaria Adult male and female


penetrating skin worms
Schistosoma dan organ yang terkena
S. japonicum superior mesenteric veins
of small intestine

S. mansoni superior mesenteric veins


draining of large intestine

S. haematobium venous plexus of bladder


Patologi dan GK
Kelainan oleh karena : serkaria, cacing dewasa, telur
Serkaria -----> Iritasi local pada kulit yang ditembus
-----> peradangan akut pada hati dengan
gangguan intoksifikasi + Demam +
eosinofilia tinggi + hepatomegali
 Telur : ------> trauma dan perdarahan pada PD dan
jaringan sekitarnya
------->sind. Disentri
Cacing dewasa ------> gangguan hati, reaksi alergi
Schistosoma: Penyakit
 Bilharzia
 Often asymptomatic
 Acute schistosomiasis (Katayama's fever)
 May occur weeks after the initial infection
 S. mansoni and S. japonicum
 Fever, cough, abdominal pain, diarrhea, hepatospenomegaly, and eosinophilia
 Occasionally central nervous system lesions occur
 granulomatous lesions around ectopic eggs
 Brain, spinal cord
 Chronic infection
 Granulomatous reactions and fibrosis in the affected organs
 Colonic polyposis with bloody diarrhea (Schistosoma mansoni mostly)
 Portal hypertension with hematemesis and splenomegaly (S. mansoni, S.
japonicum)
 Cystitis and ureteritis (S. haematobium) with hematuria, which can progress to
bladder cancer;
STADIUM GK
 1. Masa tunas biologik :
 -----> Gangguan kulit dan alergi = urtikaria, dermatitis
 -----> gangguan paru = batuk + dahak + darah
 Asma
 ------> Gangguan toksemia = lemah,tidak nafsu makan, mual muntah,
 Diare
 = Hepatosplenomegali yang nyeri pada
 Perabaan.
 2. Stadium Akut
 - mulai sejak cacing betina bertelur
 - Demam, malaise, berat badan turun
 - Diare ----- disentri
 - Hepatomegali
 - Splenomegali
3. Stadium Menahun
- Penyembuhan jaringan dengan pembentukan jaringan
ikat ( fibrosis )
- Hepar mengecil
- Splenomegali, asites, ikterus
- os sangat lemah
 The abdomen of an 11-year-old
boy with intestinal
schistosomiasis with the size and
extent of the liver and spleen
marked. Both are well below the
midline, indicating the severity of
infection. The disease has
caused a stunting of the boy's
growth, he is only 120cms tall
and weighs 22 kg.
Schistosoma dan Cancer
General:
 Chronic inflammation with chronic phagocytes at the
inflammatory site
 Release reactive oxygen radicals and reactive nitrogen radicals
 Chronic inflammation leads to repeated cycles of cell damage
and compensatory cell proliferation
 Promoting neoplasia

Schistosoma specific
 Adult schistosomes liberate carcinogenic amines in urine
 Rised beta-glucuronidase levels originating from miracidia
enclosed in the eggs

Khurana S et al. (2005) Indian J Med Microbiol. 2005 Apr;23(2):74-9.


Squamous Bladder Cancer Induced
by Schistosoma

Normal epithelium Squamous bladder cancer


DIAGNOSA
Diagnosa : menemukan telur dalam tinja, urin
atau jaringan biopsy
Rx serologis
Schistosoma: Therapy
Praziquantel untuk semua spesies dengan dosis 35
mg/kgBB 2x sehari atau 40 mg/KgBB single dose.
Obat lain seperti
emetin
fuadin stibofen jarang digunakan.beberapa
astiban TW 56 diantaranya bersifat toksis
niridazol
Schistosoma: Prevention
No vaccine
Avoid wading, swimming or other fresh-water contact
in endemic countries
Avoid untreated piped water coming directly from
canals, lakes, rivers, streams or springs that may
contain cercariae
Heating bathing water to 50°C (122°F) for 5 minutes or
filtering water with fine-mesh filters
Allow bathing water to stand for 2 days because
cercariae rarely remain infective longer than 24 h
Fasciola Hepatica
Mirza
0507101010020
Pendahuluan
Fasciola hepatica atau sering disebut dengan cacing
hati merupakan anggota dari trematoda.
Filum : Platyhelminthes
Ordo : Digenea
Family : Fasciolidae
Spesies : Fasciola Hepatica
Morfologi
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13
mm.
Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian
anteriornya.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
Uterus pendek berkelok-kelok.
Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan
berjumlah 2 buah
Telurnya berukuran 140 x 190 mikron
Daur Hidup
Telur dikeluarkan melalui empedu ke
dalam tinja dalam keadaan belum matang.
Telur menjadi matang di dalam air setelah
9-15 hari dan berisi mirasidium.
Telur kemudian menetas dan mirasidium
keluar mencari keong air (Lymnaea spp ).
Didalam keong air terjadi perkembangan :
M S R1 R2 SK
Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari
hospes perantara II yaitu tumbuhan air dan pada
permukaan tumbuhan air membentuk kista yg berisi
metaserkaria.
Bila ditelan metaserkaria menetas di dalam usus halus
binatang yang memakan tumbuhan air tersebut.
Menembus dinding usus dan berimigrasi dalam ruang
peritoneum hingga menembus hati.
Larva masuk ke dalam saluram empedu dan menjadi
dewasa.
Baik larva maupun cacing dewasa hidup dari jaringan
parenkim hati dan lapisan sel epitel saluran empedu.
Gbr : Tahap perkembangan larva fasciola
hepatica
Egg
Miracidia

Cercariae
Metacercariae
Patologi dan gejala klinis
Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai
menjadi dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi
pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran.
Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati
berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema.
Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung
pada jumlah cacing yang terdapat disaluran empedu
dan lamanya infeksi
gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada
stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium
progresif ditandai dengan menurunnya nafsu
makan, perut terasa penuh, diare dan
pembesaran hati. Pada stadium lanjut
didapatkan sindrom hipertensi portal yang
terdiri dari perbesaran hati, ikterus, asites, dan
serosis hepatis.
dianostik
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur
dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu.
Reaksi serologi ( ELISA ) sangat membantu
menegakkan diagnosis.
Imunodiagnosis yang lebih sensitif dan spesies-
spesifik telah dikembangkan untuk mendeteksi
antigen ekskretori – ekskretori yang dikeluarkan
parasit.
Ultrasonografi digunakan untuk menegakkan
diagnosis fasioliasis billier.
Pengobatan
Albendazol dan Prazikuantel merupkan obat pilihan
Namun ada juga beberapa jenis obat yang bisa digunakan antara
lain :
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain:
Heksakloretan
Heksaklorofan
Rafoxamide
Niklofolan
Bromsalan yang disuntikkan di bawah kulit
Bithional
Triclabendazole
operasi
Cara pencegahan
Tidak memakan sayuran mentah.halzoun
Pemberantasan penyakit fasioliasis pada hewan
ternak.
Kandang harus dijaga tetap bersih, dan kandang
sebaiknya tidak dekat kolam atau selokan.
Siput-siput disekitar kandang dimusnakan untuk
memutus siklus hidup Fasciola hepatica.
Sejarah
 Cacing trematoda fasciolopsis buski adalah suatu
trematoda yang didapatkan pada manusia atau hewan.
 Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Busk pada 1843
pada autopsi seorang pelaut yang meninggal di london.
 Trematoda ini mempunyai ukuran yang terbesar dibanding
dengan trematoda – trematoda lain yang ditemukan pada
manusia.
 Diperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi oleh parasit
cacing ini.
 Habitat : Usus Halus
Trematoda usus
Fasciolopsis buski
Hospes Dan Nama Penyakit
 Hospes definitif : Manusia, babi, anjing, kucing
 Hospes perantara pertama : Keong air tawar
(Segmentina, Hippeutis)
 Hospes perantara kedua : Tumbuh-tumbuhan air
(Morning glory, Elichoris Eichornia grassipes, Trapa
natans, Trapa bicornis, tuberosa, Zizania)

 Penyakit yang disebabkan disebut Fasiolopsiasi


Morfologi
 Cacing dewasa :
 Bentuk ovoid berwarna kemerahan
 Ukuran (20 – 75) x ( 8 – 20) x (1 – 3) mm
  Mempunyai dua batil isap
  Batil isap mulut < batil isap perut
  Testes bercabang-cabang, atas bawah
  Ovarium bercabang-cabang di atas testis
  Kelenjar vitalaria di bagian lateral
  Sekum tidak bercabang
  Uterus berkelok kelok               
  Anus tidak ada
 Biasanya kutikulum ditutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang.
Makanan yg tidak dicerna dikeluarkan melalui mulut.
Telur  :                 
- Bentuk lonjong
- Mempunyai operkulum
- Dinding transparant
- Ukuran (130 – 140) x (80 – 85) µm
- Isi sel telur (unembryonated)
- Setiap ekor cacing dewasa dapat
mengeluarkan 15.000 – 48.000 butir telur per
hari.
Bentuk tubuh fascilopsis buski
Telur Fasciolopsis Buski
 Telur imatur / unembryonatet dikeluarkan dari usus bersama feses ke
dalam air.
 Di dalam air isi telur berkembang menjadi larva telur menjadi matur
 Telur menetas,keluar mirasidium
 Mirasidium masuk ke dalam tubuh keong, lalu berkembang menjadi
sporokista,redia dan serkaria.
 Serkaria keluar dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air,
kemudian menempel pada tumbuhan air.
 Encystasi menjadi metacercaria pada tumbuhan air yaitu water caltrop
(Trapa natans di China, Trapa bicornis di Taiwan, India dan
Thailand).water chestnut (Eliocharis tuberose di ChinaSelatan). Manusia
atau babi dapat terinfeksi bila memakan tumbuhan air yang mengandung
metacercaria . Pada manusia umumnya karena mengupas water
caltrop/water chestnut dengan gigi sebelum dimakan.
 Dalam duodenum metaserkaria akan mengalami eksistasi dan menempel
pada dinding usus.
 Tumbuh menjadi cacing dewasa dalm waktu ± 3 bulan. Cacing dewasa
dapat hidup sampai 1 tahun.
Distribusi
 China
geografik
 Taiwan
 Thailand
 Malaysia
 Laos
 India
 Vietnam dan
 Indonesia

 endemik di China, Taiwan, South-East Asia, Indonesia, Malaysia and India.


Epidemiologi
 Infeksi pada manusia tergantung pada dari kebiasaan makan tumbuh
- tumbuhan air yang mentah dan tidak di masak dengan matang.
 Membudidayakan tumbuh – tumbuhan aior didaerah yg tercemar
denagn kotoran manusia maupun babi dapat menyebarluaskan
penyakit tersebut.
 Fasiolopsiasis endemik di desa sei papuyu, kalimantan selatan.

 PENULARAN :
Infeksi terjadi karena mengkonsumsi tanaman air, sayur yang tidak dimasak
yang terkontaminasi metacercaria
 Cacing dewasa fasciolopsis buski,melekat DImukosa
usus muda seperti duodenum dan yeyenum,cacing ini
Patologi dan Gejala Klinis
memakan isi usus,maupun permukaan mukosa
usus,pada tempat pelekatan cacing tersebut terdapat
peradangan ,tukak(ulkus),maupun abses,apabila
terjadi erosi kapiler pada tempat tersebut ,maka
timbul pendarahan,cacing dalam jumlah besar dapat
menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala
ileus akut. Tergtg massa cacing>>>pd inf berat
GK akhir masa inkubasi ,adalah diare dan
nyeri,uluhati (epigastrium) diare menjadi
persisten,warna tinja hijau kuning,berbau busuk dan
berisi makanan yang tidak di cerna,pada beberapa
pasien nafsu makan cukup baik atau berlebihan
walaupun ada yang mengalami gejala
mual,muntah,atau tidak memiliki selera
 Perubahan patologi yang disebabkan oleh cacing ini ada
tiga bentuk yaitu toksik, obstruksi dan traumatik.
Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan
hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga
menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai
akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada
dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis. Toksemia
terjadi sebagai akibat dari absorpsi sekresi metabolit dari
cacing, hal ini dapat mengakibatkan kematian.
Prognosis
 Penyakit ini yang berat dalam menyebabkan
kematian,akan tetapi bila di lakukan pengobatan sedini
mungkin masih dapat memberi harapan untuk
sembuh,masalah yang penting adalah reinfeksi yang
sering terjadi pada penderita.
Pengobatan
Obat yang efektif untuk penyakit ini
adalah diklorofen ,niklosamid,dan
prazikuantel.
Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan
ditemukanya telur dalam feses atau
muntahan si penderita.
Trematoda paru (Paragonimus westermani)

Human lung
M-S-R-C

M-C
Telur--> S--> R1--> R2--> SK.ketam dan udang batu
menjadi metaserkaria duodenum mjd cacing
mudamigrasi masuk ke rongga perut,menembus
DF ke paru, timbul reaksi jaringan menjadi kista yg
berisi 2 ekor
 infeksi memakan hp mentah atau setengah masak
PK batuk kering ,hemoptysis
Diagnosa telur dalam sputum dan cairan pleura
Serologi
T/ prazikuantel dan bithionol
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai