Anda di halaman 1dari 8

QORRY AULIA

PUTRI
1902101010010
FINAL IMUNOLOGI KELAS 01
Perbedaan antara imunitas spesifik dan non spesifik
Imunitas adaptif (spesifik) merupakan imunitas yang melibatkan mekanisme pengenalan spesifik dari patogen atau antigen
ketika berkontak dengan sistem imun. Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas adaptif memiliki respon yang lambat, tetapi
memiliki komponen memori, sehingga dapat langsung mengenali kontak selanjutnya. Limfosit merupakan komponen dari
imunnitas adaptif (Aripin, 2019).
Imunitas bawaan (non spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas ini berfungsi sebagai respon
cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas bawaan tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba
dengan cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki komponen memori sehingga tidak dapat mengenali
kontak yang dulu pernah terjadi. Sel imun alamiah sebagian besar termasuk lini myeloid diantaranya; neutrofil, eosinofil,
basofil, sel mast, sel monosit/makrofag, dan sel dendritik. Sedangkan semua sel imun adaptif berasal dari lini limfoid
diantaranya sel limfosit Th (T helper), sel limfosit Tc (T cytotoxic) dan sel limfosit B (Levani, 2018).
peranan makrofag pada infeksi
akut
Peran monosit/makrofag ternyata tidak hanya terbatas pada fagositosis benda-benda
asing yang masuk kedalam tubuh. Namun monosit/makrofag ternyata menjadi kunci
pada proses fibrosis dan angiogenesis. Fibrosis penting agar jaringan dapat pulih dan
bertahan terhadap lingkungan luar tubuh. Angiogenesis juga penting karena tanpa
adanya pembuluh darah baru nutrisi tidak dapat diperoleh oleh jaringan sehingga
jaringan akan mengalami kematian (Christina et al., 2015). Makrofag yang aktif atau
makrofag pro-inflamasi (M1 makrofag) menghilangkan bakteri, benda asing, neutrofil
yang mengalami apoptosis dan komponen jaringan yang rusak dari luka melalui
fagositosis. Makrofag juga mengekspresikan berbagai mediator proinflammatory dan
sitokin (Pratama et al., 2018).
Jelaskan peranan dari organ limfoid primer
Organ limfoid merupakan organ yang berfungsi memproduksi dan menyimpan sel-sel imun seperti
leukosit dan makrofag. Organ limfoid dibagi menjadi organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder.
Organ yang tergolong dalam organ limfoid primer yaitu sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang
merupakan organ yang berfungsi dalam sistem pembentukan darah. Limfosit juga didapatkan pada organ
limfoid, seperti timus, nodus limfatikus, limpa, dan apendiks (pada manusia). limpa merupakan salah
satu organ limfoid yang ternyata sangat dipengaruhi oleh adanya hormon kortikosteron. Ternak yang
menderita cekaman panas biasanya kandungan hormon kortikosteronnya akan meningkat. Peningkatan
kortikosteron tersebut dimaksudkan antara lain untuk merangsang terjadinya perombakan (katabolisme)
protein sebagai usaha penyediaan glukosa darah melalui sistem glukoneogenesis sehingga terjadi
penurunan pertumbuhan (Arfanda et al., 2019).
Apa yang membedakan antara imunitas humoral dan imunitas
seluler
Imunitas dalam tubuh bisa bereaksi secara seluler dan humoral terhadap patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Imunitas humoral diperantarai oleh sekresi antibodi dari sel plasma. Imunitas seluler diperantarai oleh sel T
yang melawan patogen tanpa antibodi. Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan
berkembang biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh
antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler, yang
diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali
mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II yang
terdapat pada permukaan sel makrofag (Runtukahu et al., 2021). Sel B merupakan komponen humoral pada
imunitas adaptif yang berfungsi mensekresikan antibodi serta berperan sebagai antigen presenting cell (APC)
dan mensekresikan sitokin. Dewasa ini diketahui bahwa ada beberapa jenis sel B dan bahwa sel B2
menghasilkan antibodi spesifik selama respons adaptif; merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang
memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan untuk berproliferasi
(Prakoeswa, 2020).
Peranan sel T pada proses tanggap kebal

Sistem tanggap kebal atau sistem pertahanan tubuh yaitu semua mekanisme untuk
mempertahankan tubuh dari berbagai macam penyebab penyakit baik dari dalam maupun
luar tubuh. Berbagai penyebab seperti bakteri, virus, jamur, asap, iritan, debu, bahan organik
maupun anorganik yang dijumpai pada lingkungan sekitar dapat mempengaruhi sistem
tanggap kebal.
Sel limfosit T berperan di dalam eliminasi antigen intraseluler (di dalam sel), sedang
antibodi yang diproduksi sel limfosit B bekerja sama dengan sel fagosit dan komplemen
berfungsi dalam eliminasi patogen dan antigen ekstraseluler (di luar sel). Mekanisme kerja
kedua respon tanggap kebal ini saling menunjang antara satu dengan yang lainnya melalui
mediator seperti limfokin dan sitokin (Widhyari, 2012).
Peranan sel T pada proses tanggap
kebal

Kekurangan Zn dapat menyebabkan lesio pada kulit, dermatitis, pertumbuhan


lambat, kematangan seksual lambat, infertilitas dan imunodefisiensi. Defisiensi
Zn yang parah dicirikan dengan menurunnya fungsi sel imun dan
meningkatnya kejadian infeksi. Defisiensi Zn dikaitkan dengan perubahan
fungsi sistem tanggap kebal, seperti menurunnya fungsi sel B dan T,
menurunnya fagositosis dan menurunnya produksi sitokin. Suplementasi Zn
mampu meningkatkan produksi sitokin oleh sel Limfosit T helper sehingga
menyebabkan terjadinya proliferasi dan diferensiasi sel. Zn juga mampu
meningkatkan produksi tumor necrosis factoralpha (TNF-α) oleh sel monosit,
sehingga kemampuan fagositosis meningkat (Widhyari et al., 2017).
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai