Anda di halaman 1dari 26

Cara mendiagnosa penyakit jamur

Pencegahan dan pengobatan penyakit


jamur

Qorry Aulia Putri (1902101010010)


kelas infeksius 4
Cara mendiagnosa penyakit jamur
Pencegahan dan
Pengobatan Penyakit Jamur
Cara mendiagnosa penyakit jamur
Pencegahan dan
Pengobatan Penyakit Jamur

Jenis penyakit yang di sebabkan jamur/fungi:

• Fungus allergi
• Mycotoxicosis & myceticmus
• mycosis
Fungus allergi :

Tractus Respiratorius peka terhadap


spora jamur atau bagian lain dari
jamur yang bersifat potensi allergen
Mycotoxicosis & mycetismus:

Mycotoxicosis Adalah penyakit yang timbul


akibat mycotoxin (toksin yang dihasilkan dari
proses metabolisme fungi) yang ikut termakan
bersama makanan
Note: Beda dengan keracunan akibat makan
jamur/mushroom  (jamur membentuk endotoxin) 
disebut mycetismus
Mycotoxicosis & mycetismus:

Contoh mycotoxin :
• Afla toxin : dihasilkan oleh Aspergillus flavus . Jamur ini sering
mencemari kacang-kacangan
• Ochratoxin A : dihasilkan oleh Penicillium viridicatum
• Zearalenone : dihasilkan oleh Fusarium
• Patulin : dihasilkan olehAspergillus clavatus
• Alimentary toxic aleukia : dihasilkan oleh Fusarium sporotrichoides.
Jamur ini sering mencemari gandum
Mycotoxicosis & mycetismus:

Gejala :
• Acut dan chronis tergantung jenis dan jumlah toxin yang
terkonsumsi
• Mycetismus : biasanya acut & menye-babkan kematian
• Mycotoxicosis : biasanya chronis (eg:aflatoxin)
• Hepatoma, nekrosis hepar, fibrosis, kelainan neoplastik.
Tetapi ada yg acut (eg:alimentary toxic aleukia )
Mycosis :

• Mycosis pada Immunocompromised host


• Dapat disebabkan oleh jamur saprofit, opportunistik
maupun patogen
• Cara infeksi biasanya melalui : inhalasi spora,
sedangkan jamur sa-profit / opportunistik dapat
menembus mucosa dan secara hematogen menyebar
ke organ dalam
Penyebab Mikosis Superficiallis
Penyakit jamur di kulit oleh jamur dermatofita
3 genus:

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan
golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2005).

Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan


Epidermophyton (Madani, 2000). Golongan jamur ini mempunyai sifat
mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-
masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21 spesies
Trichophyton (Budimulja, 2005).
Microsporum

Microsporum sp. adalah jamur patogen yang termasuk golongan jamur


dermatofita. Sebanyak 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal
hanya terdapat tujuh spesies Microsporum yang mampu menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan (Siregar, 2002).
Microsporum

Spesies :
• Microsporum audouinii
• Microsporum canis
• Microsporum cookei
• Microsporum ferrugineum
• Microsporum gallinae
• Microsporum gypseum
• Microsporum persicolor
Gejala klinis

Sepintas, gejala yang ditunjukkan infeksi jamur kulit terlihat serupa, yaitu; kulit kemerahan,
bersisik, terjadi penebalan (pembengkakan), dan disertai rasa gatal. Namun, Infeksi jamur kulit,
tidak hanya disebabkan oleh satu jenis jamur saja. Jika diteliti, maka setiap jenis jamur
menimbulkan gejala yang berbeda, serta menyerang kulit pada area tubuh yang berbeda.

Ada banyak manifestasi atau gejala klinik yang dapat diakibatkan oleh genus Microsporum, namun
hanya ada beberapa penyakit yang secara khas diakibatkan oleh infeksi Microsporum gypseum
baik itu mengenai manusia maupun mengenai hewan yang biasanya menjadi hewan peliharaan
Cara penularan

• Jamur Microsporum sp dapat ditularkan secara langsung.


• Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur
baik dari manusia, binatang atau dari tanah.
• Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit
tergantung dari beberapa faktor :
1.Faktor virulensi dari dermatofita.
2.Faktor trauma kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk
terserang jamur.
3.Faktor suhu dan kelembaban.
4.Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan.
5.Faktor umur dan jenis kelamin.
Penyebab Mikosis Sistemik
Mycosis systemic :

• Disebabkan oleh jamur saprofit, semuanya bersifat


dimorfik
• Infeksi biasanya per inhalasi
• Biasanya asimptomatis
• Biasa terjadi pada orang –orang tertentu yang
mempunyai daya immun rendah & bersifat fatal
• Menginfeksi organ – organ dalam
Fungsi dimorfik:

• Selain fungi bentuk yeast dan mold, beberapa spesies fungi


menunjukkan bentuk dimorfik
• Fungi ini tumbuh dengan 2 macam bentuk : yeast dan mold dalam
2 kondisi lingkung - an yang berbeda
• Beberapa Fungi patogen manusia ini akan berbentuk yeast bila
suhu lingkungannya sekitar 37 ºC dan berbentuk mold bila
temperatur lingkungannya sekitar 25 - 30 º C. Fungi dimorfik lain
(non patogen for human ) ada yang morfogenesisnya karena
pengaruh nutrien, karbondioksida dll.
Coccidioidomycosis:

• Disebabkan oleh Coccidioides immitis


• Pada jaringan terinfeksi , pus, sputum / suhu 37ºC : berbentuk bola
(Spherula) dengan dinding tebal berisi spora : pecah : spora
keluar : tumbuh menjadi spherula baru
• Biakan pada suhu kamar / di alam : koloni seperti kapas, putih,
hifa aerial, arthroconidia : conidia/spora : infektif
• Antigen : spherulin (filtrat dari spherula) & coccidioidin (filtrat
dari mycelium)
Epidemiologi & terapi:

• Daerah endemik adalah daerah kering


• Tidak ditularkan dari orang ke orang
• Setelah sembuh dari infeksi primer terdapat immunitas terhadap
reinfeksi
• Infeksi primer pada individu dengan immunitas normal : sembuh
sendiri + terapi suportif
• Pada individu dengan immunitas tertekan : terapi azol
Candidosis/candidiasis :

• Penyebab tersering adalah Candida albicans : merupakan


flora normal
• Morfologi : yeast & pseudohyphae
• Specimen : swab & scraping permukaan lesi, sputum,
eksudat dll ( tergantung kasusnya )
Alfatoksin dan okratoksin
Sejarah

Aflatoksin pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an di


Inggris, karena menyebabkan penyakit pada peternakan
ayam kalkun sehingga dikenal dengan nama “Turkey X
Disease”. Biang penyebab penyakit adalah tepung kacang
tanah yang disimpan terlalu lama dan mengandung jamur
Aspergillus flavus.
Sejarah
Analisis terhadap makanan ternak tadi
ditemukan adanya suatu senyawa yang
berpendar ketika disinari dengan sinar
ultra violet. Senyawa ini ternyata
mempunyai sifat pendar yang sama
dengan senyawa yang diambil dari kultur
A. flavus. Oleh sebab itu senyawa
kemudian diberi nama aflatoksin, yang
diambil dari 3 rangkai asal kata
Aspergillus flavus toksin.
Pengertian :

Aspergillus flavus merupakan spesies yang dikenal sebagai penghasil aflatoksin


yang cukup besar, sedangkan A. parasiticus yang biasanya diisolasi dari serangga
patogen juga mampu memproduksi aflatoksin dengan jumlah yang hampir sama
dengan A. flavus.

Aflatoksin adalah suatu mikotoksin yang merupakan metabolit hasil jamur


Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Aflatoksin merupakan kontaminan yang
paling sering dijumpai pada hasil panen pertanian serta bahan makanan pokok di
banyak negara berkembang sehingga mengancam keamanan pangan.
Faktor resiko pasca panen :
• Suhu tinggi
• Kelembaban

Alasan menyebabkan eksistensinya dalam makanan


perlu di perhatikan:
• Toksik terhadap beberapa hewan
• Beberapa toksin tahan panas
• Banyak kapang yang mempunyai ochratoksin dan
citrinin
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai