Clarifying Concept
1. Protein positif, albumin, globulin? (lawny)
2. BAK kecokelatan? (regita) (dafi)
3. Pitting edema +/+ (elisa)
4. Kolestrol, ureum, creatinine (isda)
5. BU (+) (isda)
6. Shifting dullnes (+), Undulasi (+) (dinda)
7. Ht 34% (dafi)
1. Protein positif, albumin, globulin? (lawny)
- Protein urin adalah terdapatnya protein dalam urin manusia yang
melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari. Protein urin baru
dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari.
- Serum globulin: 2.0 to 3.5 grams per deciliter (g/dL)Albumin normal
range is 3.4 to 5.4 g/dL (34 to 54 g/L).
2. BAK kecokelatan? (regita) (dafi)
warna urin :
• putih bening : terhidrasi lebih dari cukup
• kuning : terhidrasi cukup
• kecoklatan : kekurangan cairan
• coklat : dehidrasi, ada kerusakan fungsi organ, ginjal, hati
• berbusa : adanya protein pada urin
3. Pitting edema +/+ (elisa)
Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah
penekanan ringan pada ujung jari, hal ini dapat ditunjukkan dengan
melakukan tekanan ke daerah yang bengkak di mana kita dapat
menekan kulitnya dengan jari.
4. Kolestrol, ureum, creatinine (isda)
• < 200 mg/dl (normal) kolesterol
• 0,6 – 1,1 mg/dl (normal) ureum
• ureum normal 8-12 mg/dl pd laki2
• kreatinin normal 0,6 -1,1
5. BU (+) (isda)
Bu +
Frekuensi bising usus orang dewasa yang normal adalah 5-30 kali per
menit.
6. Shifting dullnes (+), Undulasi (+) (dinda)
7. Ht 34% (dafi)
ht 34%
Nilai hematokrit dalam darah akan menggambarkan besaran proporsi
sel darah merah dalam total volume darah.
Defining problem
1. Penyebab edema pada seluruh tubuh anak ini? (dafi)
2. Hubungan oliguria dan urin kecokelatan dengan penyebab edema anasarca?
(elisa)
3. Hubungan kadar kolesterol dengan keluhan yang dialami pasien ? (elisa)
4. Apakah ada hubungannya protein urin +++ dengan pembengkakan yang
dialami pasien? (dafi)
5. Apa yang menyebabkan hipoalbumin pada pasien atau adakah kaitan dengan
gejala yang dialami? (regita)
6. Apa keterkaitannya kadar ureum dan kreatinin pasien masih dalam kadar
normal, tetapi urin pasien berkurang dan berwarna coklat, mengapa bisa
terjadi ? (Elisa)
BRAINSTROMING
MIND MAPPING
Definisi
AIK Epidemiologi
Edukasi &
Etiologi
Pencegahan
Sindrom
Nefrotik
Prognosis Faktor Resiko
Tatalaksana Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis
Banding
Learning Objective
- Menjelaskan dan memahami Sindrom Nefrotik :
• Definisi
• Epidemiologi
• Etiologi
• Faktor Resiko
• Patofisiologi
• Diagnosis
• Diagnosis Banding
• Tatalaksana
• Prognosis
• Edukasi & Pencegahan
• AIK
Definisi
Sindrom Nefrotik (SN) adalah glomerulus berupa kumpulan gejala yang
terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan
hiperlipidemia. Proteinuria masif adalah keadaan ditemukannya protein
dalam jumlah besar di urin. Dikatakan proteinuria masif pada orang
dewasa jika kadar protein dalam urin lebih dari 3 g/24 jam. Kriteria
proteinuria pada anak adalah >1 g/24 jam, atau ≥40 mg/m2LPB/jam,
atau rasio protein/kreatinin urin sewaktu lebih dari 2 mg/mg, atau hasil
pemeriksaan protein urin dengan carikcelup ≥+2. Hipoalbuminemia
adalah kadar albumin dalam serum kurang dari 2,5 g/dl.
Hiperkolesterolemia adalah kadar kolesterol total dalam serum lebih
dari 200 mg/dl (isda)
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
• gejala:
1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+)
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
3. Edema
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-
85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan
laki-laki dua kali lebih banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling banyak
nefropati membranosa (30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan
laki-laki dan wanita 2: 1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik sekunder pada orang
dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes melitus. (dafi)
Sindrom Nefrotik lebih sering terjadi pada anak usia 26 tahun
dibandingkan dewasa. Insiden SN pada anak di Amerika dan Inggris
adalah 24 kasus per 100.000 anak per tahun sedangkan di Indonesia
masih tinggi yaitu 6 kasus per 100.000 anak per tahun. Kejadian pada
anak lakilaki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan
dengan perbandingan 2:1. Pada orang dewasa, jumlah kejadian lakilaki
sama dengan Wanita. (isda)
• dafi
- Sindrom nefrotik kongenital
- Sklerosis mesangial difus
- gluronefritis
Manajemen Non-Farmakologis
1. Manajemen Nutrisi dan Cairan
Tatalaksana Karena adanya mekanisme retensi natrium pada sindrom nefrotik, maka
beberapa literatur merekomendasikan diet natrium yang dibatasi agar
kurang
dari 3 gram/hari dan diet cairan < 1500 ml/hari. Diet rendah garam
diberikan
untuk menurunkan derajat edema dan sebaiknya kurang dari 35% kalori
berasal dari lemak untuk mencegah obesitas selama terapi steroid dan
mengurangi hiperkolesterolemia.(Kodner, 2016) Pasien disarankan untuk
istirahat, retriksi asupan protein dengan diet protein 0,8 gram/kgBB/hari
serta
ekskresi protein urin/24 jam dan jika fungsi ginjal menurun maka diet
disesuaikan hingga 0,6 gram/kgBB/hari disertai ekskresi protein dalam
urin/24 jam kemudian diet rendah kolesterol <600 mg/hari dan berhenti
merokok. (PPK PAPDI, 2015)Terapi Kortikosteroid
Yang digunakan sebagai immunosupressan pada sindrom nefrotik adalah
golongan glukokortikoid yaitu prednison, prednisolon dan metilprednisolon.
Penatalaksanaan sindrom nefrotik dengan kortikosteroid yaitu :
a. Sebelum pemberian kortikosteroid perlu dilakukan skrining untuk
menentukan ada tidaknya TBC
b. Pengobatan dengan prednison secara luas menggunakan standar dari
ISKDC yaitu :* 4 minggu pertama diberikan prednison 60 mg/hari (2 mg/kgBB)
dibagi dalam 3-4 dosis sehari. Dosis ini diteruskan selama 4
minggu tanpa memperhatikan adanya remisi atau tidak
(maksimum 80 mg/hari)
* 4 minggu kedua diberikan prednison diteruskan dengan dosis 40
mg/hari, diberikan dengan cara intermiten, yaitu 3 hari berturut
turt dalam 1 minggu dengan dosis tunggal setelah makan pagi atau
alternate (selang 1 hari dengan dosis tunggal setelah makan pagi)
* Tappering off prednison pelan – pelan diturunkan setiap minggu
nya menjadi 30 mg, 20 mg, 10 mg/hari diberikan secara
intermiten atau alternate.
* Jika terjadi relapse maka pengobatan diulangi dengan cara yang
sama. (UKK Nefrologi IDAI, 2014) (lawny)
Prognosis
• Prognosis pada sindrom nefrotik sangat bergantung dari penyebab dasarnya,
pemeriksaan histologi dan faktor risiko dari pasien. Meskpiun sebagia besar pasien
membaik dengan terapi suportif dan tidak memerlukan terapi spesifik, akan tetapi ada
beberapa yang memburuk secara agresif sehingga memerlukan terapi spesifik. (dinda)
• Prognosis tergantung penyebab yang mendasari, histologi penyakit, dan faktor klinis
pasien. Sekitar 80% sindrom nefrotik primer memberi respons baik pada pengobatan
awal dengan steroid, tetapi 50% di antaranya dapat mengalami relaps dan sekitar 10%
tidak lagi berespons dengan pengobatan steroid. Ui (lawny)
• Untuk pasien dengan perubahan patologi yang minimal, prognosisnya sangat baik,
dengan sebagian besar pasien mengalami remisi setelah pengobatan kortikosteroid
Komplikasi
• tromboemboli (lawny)
- dafi
• Infeksi Antibiotik
• Trombosis heparin subkutan Hiperlipidemia → Lipid inhibitor HMGCOA
reduktase (statin) - Hipokalsemia → sup K & Vit D
• Shock Hipovolemik → NaCI Fisiologis - Hipertensi →ACE, ERB, antagonis B
adregenik
• Efek samping steroid
Edukasi & Pencegahan
- Sindrom nefrotik dapat dicegah dengan cara mencegah terjadinya
penyakit lainnya
- Bila memiliki penyakit sistemik lainnya, upayakan untuk rutin
berobat/konsumsi obat rutin
- Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak trans dan lemak
jenuh, melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan menjaga berat
badan normal
AIK