Anda di halaman 1dari 33

SPONDILITIS

TUBERKULOSIS
Pembimbing :
Rahayu Priyanti 030.13.159
dr. Faida Susantinah Sp.Rad
Dela Intan Permatasari 030.14.045
dr. Dina Lukitowati

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UMUM UNIVERSITAS TRISAKTI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN UDARA PERIODE
10 DESEMBER 2018 – 11 JANUARI 2019 JAKARTA 2018
2

APA ITU SPONDILITIS


TUBERKULOSIS??
3

“Spondilitis TB dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi


yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai
tulang belakang. Bersifat kronis destruktif yang mengenai tulang
vertebra .”
4

Tulang belakang manusia


5
PENYEBARAN PENYAKIT

Tuberkulosis masih menjadi


salah satu penyakit paling
WHO : setiap tahun terdapat > 8 juta
mematikan di seluruh dunia
kasus baru tuberkulosa dan ±3 juta
orang meninggal akibat penyakit ini

Dapat mengenai organ apapun.


Tulang belakang  paling
sering
Indonesia adalah negara yang
menduduki peringkat ketiga
dalam jumlah penderita TB
setelah India dan Cina Spondilitis tuberkulosa: berbahaya karena
keterlibatan medula spinalis  gangguan saraf
6

Tuberkulosis merupakan
penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.
Basil tuberkel berbentuk
batang lengkung, gram positif
, batang tahan asam.
7
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen/limfogen.

Arteri

Penyebaran dari JALUR


abses paravertebral PENYEBARAN
yang telah
terbentuk
Vena  pleksus Batson
10

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Wawancara pasien
▫ Adanya benjolan pada tulang belakang yang
disertai oleh nyeri
▫ Terdapat Gejala – gejala TB
▫ Paraparesis, rasa kebas, baal, gangguan
defekasi dan miksi
Pemeriksaan Fisik
▫ Kelainan bentuk tulang belakang
▫ Pernapasan cepat
▫ Infiltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi, kavitas akan terdengar sebagai
suara amforik atau bronkial dengan predileksi di apeks paru
▫ Terdapat abses paravertebra yang dapat teraba, bahkan terlihat dari luar
punggung berupa pembengkakan
▫ Pada pemeriksaan neurologis bisa didapatkan gangguan fungsi motorik,
sensorik, dan autonom
▫ Jika kelumpuhan sudah lama, otot akan atrofi , yang biasanya bilateral
Pemeriksaan Laboratorium
▫ Hitung-jumlah lekosit dapat normal atau meningkat sedikit, pada hitung
jenis ditemukan monositosis
▫ Laju Endap Darah (LED) biasanya meningkat
▫ Peningkatan kadar C-reactive protein (CRP)
▫ Uji Mantoux positif pada sebagian besar pasien
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Radiologi hingga saat ini merupakan pemeriksaan yang paling
menunjang untuk diagnosis dini spondilitis TB karena memvisualisasi
langsung kelainan fisik pada tulang belakang.
Pada infeksi TB spinal, klinisi dapat menemukan penyempitan jarak
antar diskus intervertebralis, erosi dan iregularitas dari badan vertebra,
serta massa paravertebral.
SINAR X
16

Terlihat lesi litik pada anterolateral


korpus vertebra yang menunjukan tanda
awal kerusakan karena Spondylitis TB
(panah putih)
17

Foto polos tulang vertebra menunjukkan


erosi end plate vertebra

Foto vertebra AP menunjukkan adanya abses


paravertebral
18

Foto polos lateral menunjukkan


terbentuknya gibbus oleh karena
kifosis torakolumbal

Foto lateral vertebra menunjukkan


adanya penyempitan diskus
intervertebralis dan erosi corpus
vertebra anterior
CT-SCAN
Gambaran CT scan tulang belakang Gambaran CT scan non kontras
dan toraks. (A) Terlihat fraktur vertebra potongan aksial tampak
kompresi pada vertebra torakal 3 abses pada m. psoas kiri dengan
dengan destruksi litik. kalsifikasi di tengah
CT scan vertebra potongan Gambaran CT scan vertebra
transaksial tampak paravertebral menunjukkan terbentuknya abses
abses paravertebral dan destruksi di bagian
anterior.
MRI
Gambaran MRI vertebra terlihat adanya fraktur
kompresi, kifosis di T5-T6, dan abses paravertebral.
Gambaran MRI terlihat akumulasi Foto MRI menunjukkan destruksi
cairan di daerah dorsal yang korpus vertebra dan diskus
menggambarkan abses paravertebral intervertebralis, serta abses
paravertebral
Pemeriksaan bakteriologi dan histopatologi
▫ Diperlukan pengambilan bahan melalui biopsi atau operasi. Biopsi dapat
dilakukan dengan cara fine needle aspiration dengan tuntunan CT atau video
assisted thoracoscopy.
▫ Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan Ziehl Nielsen, Tan
Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau dengan metoda fluorokrom yang memakai
pewarnaan auramine dan rhodamine.
▫ Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis tuberkulosa lebih
rendah bila dibandingkan dengan tuberkulosis paru.
▫ Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran granuloma epiteloid
yang khas dan sel datia langerhans , suatu giant cell multinukleotid yang khas.
Pemeriksaan dengan Kultur
Semua spesimen yang mengandung mikobakteria harus di inokulasi melalui
media kultur, karena : kultur lebih sensitif dari pada pemeriksaan mikroskopis.
kultur dapat melihat perkembangan organisme yang diperlukan untuk
identifikasi yang akurat dan dengan pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi
tes terhadap obat-obat anti tuberkulosa
27

PEGOBATAN
TATALAKSANA
Penanganan spondilitis TB secara umum dibagi menjadi dua bagian yang
berjalan dapat secara bersamaan, medikamentosa dan pembedahan.

Tujuan penatalaksanaan :
▫ mengeradikasi kuman TB
▫ mencegah dan mengobati defisit neurologis
▫ memperbaiki kifosis
Medikamentosa
▫ Seperti pada terapi TB pada umumnya, terapi infeksi spondilitis TB
adalah multidrug therapy.
▫ World Health Organization (WHO) : terapi diberikan setidaknya
selama 6 bulan
▫ British Medical Research Council : terapi OAT selama 6 – 9 bulan
▫ Untuk pasien dengan lesi vertebra multipel, tingkat servikal, dan
dengan defisit neurologis belum dapat dievaluasi, namun beberapa
ahli menyarankan durasi terapi selama 9–12 bulan
Medikamentosa
▫ The United States Centers for Disease Control merekomendasikan pengobatan spondilitis TB
pada bayi dan anak-anak setidaknya harus selama 12 bulan.
▫ Regimen terapi OAT untuk pasien TB :
⁻ Kategori I : kasus baru TB paru / kasus baru dengan TB ekstraparu  2HRZE(HRZS) fase
inisial dilanjutkan 4HR fase lanjutan atau 2HRZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan 4H3R3 fase
lanjutan, atau 2RHZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan 6HE fase lanjutan
⁻ Kategori II : kasus gagal pengobatan, relaps, drop-out, diberikan 2RHZES fase inisial
dilanjutkan 5HRE fase lanjutan, atau 2HRZES fase inisial dilanjutkan 5H3R3E3 fase lanjutan.
▫ Terapi medikamentosa dikatakan gagal jika dalam 3–4 minggu, nyeri dan atau defisit
neurologis masih belum menunjukkan perbaikan setelah pemberian OAT yang sesuai.
Multidrug resistance TB (MDR-TB) didefinisikan sebagai basil TB yang resisten
terhadap isoniazid dan rifampisin.
Regimen untuk MDR-TB harus disesuaikan dengan hasil kultur abses.
Perbaikan klinis umumnya bisa didapatkan dalam 3 bulan jika terapi berhasil.
Rekomendasi penganganan MDR-TB, yaitu dengan kombinasi 5 obat, antara lain
▫ Salah satu dari OAT lini pertama yang diketahui sensitif melalui hasil kultur
resistensi
▫ OAT injeksi untuk periode minimal selama 6 bulan
▫ Kuinolon
▫ Sikloserin atau etionamid
▫ Antibiotik lainnya seperti amoksisilin klavulanat dan klofazimin
Durasi pemberian OAT setidaknya selama 18–24 bulan.
Pembedahan
Pada pasien yang direncanakan dioperasi, minimal 10 hari sebelum operasi OAT
harus sudah diberikan.
Indikasi pembedahan spondilitis TB :
1. Defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia
2. Deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri, dalam hal ini
kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak-anak)
3. Tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu
4. Abses luas
5. Biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis
6. Nyeri berat karena kompresi abses
33

Anda mungkin juga menyukai