Rumah Sakit
Kelompok 1:
Ida ayu bulan kariani
Nurfitrah
Muharramatul izza
Satria kurniawan
Audia saputri
Nilda pardiana
Nety parwati o
Juliati eka putri
Heni andriani
Abdul muis
Distribusi obat di Rumah Sakit
1) Potensi kesalahan obat meningkat karena order obat tidak diskrining oleh apoteker.
2) Penyiapan dan pemberian obat dilakukan oleh perawat saja sehingga tidak ada double check
(pemeriksaan ganda).
3) Potensi pengendalian persediaan dan mutu yang kurang diperhatikan perawat, apalagi bila
jenisnya banyak dan ruang yang terbatas. Hal ini dapat menyebabkan mutu obat berkurang
dan bahkan dapat mencapai masa kedaluwarsa karena kurang pemantauan.
4) Banyaknya obat yang rusak dapat menyebabkan kerugian
5) Adanya resiko bahaya karena kerusakan obat
6) Sangat beresiko terjadinya pencurian obat
7) Perawat memiliki tugas ganda, yaitu menangani pasien dan mengawasi obat. Hal ini dapat
mengurangi fokus perawat terhadap pasien
2. Sistem Resep Perorangan
Sistem resep perorangan adalah sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui instalasi farmasi.Dalam sistem ini semua obat yang diperlukan disiapkan oleh instalasi
farmasi berdasarkan resep dokter untuk masing-masing pasien.
Sistem dosis unit adalah sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat inap berdasarkan resep
perorangan, namun disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing
(UDD)sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap karena penelitian menunjukkan
bahwasistem UDD memiliki ini tingkat kesalahan pemberian Obat jauh lebih
rendahdibanding sistem floor stock atau resep perorangan.
Keuntungan
1) Pasien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat yang
dikonsumsi saja
2) Perawat tinggal menyerahkan obat yang sudah disiapkan oleh IFRS dalam kemasan untuk
sekali konsumsi, sehingga perawat dapat fokus pada tugas utamanya dalam merawat pasien.
Bila personel IFRS mencukupi, maka penyerahan obat kepada pasien akan lebih baik bila
diserahkan langsung oleh personel IFRS.
3) Kesalahan obat dapat diminimalisir karena resep atau order obat diskrining oleh apoteker dan
petugas yang menyerahkan obat kepada pasien dapat melakukan pengecekan ulang sebelum
obat diserahkan.
4) Tidak terjadi duplikasi permintaan obat yang berlebihan
5) Menghindari kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien
6) Menghindari pencurian dan pemborosan oba
4. Sistem Resep One Daily Dose (ODD)
Penyediaan obat dalam sistem ini dilakukan oleh instalasi farmasi pada pasien rawat inap
yang dikemas/disiapkan dalam dosis tunggal untuk pemakaian sehari (24 Jam). Kelebihan
dari sistem ini adalah pasien lebih mudah mendapatkan obat, menghindari pemberian
obat double, pasien membayar obat yang diminum saja. Sedangkan bagi instalasi farmasi,
pelayanan yang diberikan lebih berorientasi pada pasien, menurunkan biaya obat,
mengurangi medical error serta pengelola stok obat secara sentralisasi sehingga
pengendalian obat bisa ditingkatkan. Namun demikian sistem ini mempunyai kelemahan,
yaitu: membutuhkan SDM lebih banyak, beban kerja Instalasi Farmasi menjadi berlipat
ganda, terjadi pemborosan embalage, penulisan permintaan obat berulang-ulang, dapat
terjadi keterlambatan pemberian obat atau lupa tidak dilanjutkan.
4. Sistem Kombinasi
Departemen, Kesehatan., 2004. Tentang Standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:
Dirjen Pelayanan Kefarmasian. 16
Gilang, Gita. 2014. Analisis Perencanaan dan Pengendalian obat Antibiotik di RSUD
Cicalengkang. Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Permenkes No.58 , tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian Di rumah sakit.
02
06
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icon by Flaticon, and infographics &
images from Freepik
Please keep this slide for attribution