Anda di halaman 1dari 54

URGENSI LAYANAN AHLI BAHASA

DALAM UPAYA PENCARIAN


KEADILAN
Sriyanto
Tiga Pokok Pikiran
1. Keberadaan Ahli Bahasa
dalam Proses Peradilan
2. Kompetensi Keahlian Seorang
Ahli Bahasa
3. Tantangan dalam Menjalani
Profesi Ahli BAhasa
1. Keberadaan Ahli Bahasa
dalam Proses Peradilan

Pentingkah?
Penting!

Seberapa penting?
Ini ceritanya!
1. Info dari Penyidik

Ahli bahasa dinomorsatukan.


2. Cerita dari Demo

Untuk menangkap terduga,


keterangan ahli bahasa dijadikan
pegangan penyidik.
3. Data Kasus di Kepolisian
Kasus penghinaan atau
pencemaran nama baik dari
tahun ke tahun cenderung
meningkat: 2018 (4.360), 2019
(4.586), 2020 meningkat 4.790
laporan.
Kuncinya ahli bahasa.
4. Pihak yang Dilayani Ahli Bahasa
1) Penyidik Kepolisian
a. Penyidik di Jakarta dan Sekitarnya
b. Penyidik di Daerah di Seluruh
Indonesia
2) Pengacara
3) Pihak yang Beperkara
Catatan:
1. Kebijakan Badan Bahasa yang perlu diingat
adalah bahwa dalam satu perkara tidak boleh
ada lebih dari satu ahli bahasa.
2. Ahli bahasa harus istikamah dalam memberikan
pendapat atau keterangannya kepada siapa pun yang
memerlukan keterangan. upy
2. Kompetensi Keahlian Seorang Ahli Bahasa
Tugas Ahli
Bahasa

Memaknai Alat
Bukti

Alat Bukti Ranah


Hukum

Pemaknaan secara Pemaknaan secara


Linguistik Hukum
Hasil Kajian KKLP Bahasa dan Hukum Tahun 2021
Indikator yang perlu diperbaiki karena harapan tinggi,
tetapi kinerja rendah, ialah (1) peralatan dan teknologi
yang dimiliki, (2) penataan desain fasilitas fisik, (3)
keandalan dalam layanan bahasa bidang hukum, dan (4)
ketepatan menganalisis kasus kebahasaan ranah hukum
yang tertuang di BAP. Demikian perlu diperbaiki, indikator
dengan harapan rendah dan kinerja juga rendah, yaitu (1)
kerapian, keramahan, dan profesionalitas ahli bahasa, (2)
kebersihan dan kenyamanan ruang, (3) kecepatan respons
dalam memberikan layanan, (4) kesiapan membantu
penggunaan layanan, (5) kemampuan menyediakan waktu
tambahan, (6) pemberian kesempatan bagi pengguna layanan
dalam menyampaikan saran dan keluhan.
1. Penghinaan/Pencemaran Nama Baik
Pemaknaan secara Linguistik
1) Menghina = merendahkan, memburukkan
nama baik, atau menyinggung perasaan.
2) Penghinaan = perbuatan menghina atau menista.
3) Mencemarkan = memburukkan atau merusakkan
(nama dan sebagainya).
4) Pencemaran = perbuatan memburukkan
atau merusakkan (nama dan sebagainya).
Penghinaan UU ITE
Pasal 27
(3) Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/
atau mentransmisikan
dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 27 Ayat 3)

1) Ada unsur kesengajaan.


2) Ada perbuatan mendistribusikan, mentransmisikan,
atau membuat informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik itu dapat diakses orang lain.
3) Pelakunya dapat diketahui dengan jelas.
4) Tertuduh juga diketahui dengan jelas.
5) Pelakunya tidak punya hak untuk mendistribusikan,
mentransmisikan, atau membuat informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik itu dapat diakses orang
lain.
6) Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik itu
mengandung penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik.
Pemaknaan secara Linguistik
1. Mendistribusikan = membagikan atau
menyalurkan (sesuatu) kepada
beberapa orang atau ke beberapa
tempat.
2. Mentransmisikan = meneruskan pesan

dari sesorang (benda) kepada orang


lain (benda lain).
(KBBI Edisi Daring)
Pencemaran Nama Baik (KUHP Pasal 310)

(1) Barangsiapa dengan sengaja menyerang


kehormatan atau nama baik orang dengan jalan
menuduh dia melakukan suatu perbuatan,
dengan maksud yang nyata untuk menyiarkan
tuduhan itu supaya diketahui umum, karena
bersalah menista orang, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau
denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus
rupiah.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 310)

1) Sengaja menjelekkan orang lain.


2) Mengandung tuduhan.
3) Menyebarkan tuduhan itu supaya diketahui umum.
4) Arah tuduhannya jelas.
5) Yang menuduh juga jelas.
6) Tuduhan bersumber dari yang bersangkutan,
bukan kata orang.
7) Jika tuduhan dilakukan secara lisan, yang
dikenakan Pasal 310, ayat (1)
8) Jika tuduhan dilakukan secara tertulis, yang
dikenakan Pasal 310, ayat (2)
Bandingkan dg…
2. Fitnah
Makna secara Linguistik
‘perkataan bohong atau
tidak berdasarkan kebenaran
yang disebarkan dengan maksud
menjelekkan orang lain’
(KBBI Edisi Daring)
Pasal 311 KUHP
(1) Barangsiapa melakukan
kejahatan mencemar atau mencemar
dengan surat dalam ia diizinkan
membuktikan kebenaran tuduhannya
itu, karena bersalah memfitnah, ia
dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya empat tahun, jika ia tiada
dapat membuktikan kebenaran itu dan
jika tuduhan itu dilakukannya sedang
diketahuinya tidak benar.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 311)
1. Ada unsur kesengajaan.
2. Ada tuduhan.
3. Yang dituduh jelas.
4. Penuduhnya juga jelas,
5. Tuduhan itu disebarluaskan.
6. Tuduhannya dilakukan secara lisan dan/atau
tulisan.
7. Tuduhan berasal dari pelaku, bukan kata
orang.
8. Tuduhan tidak sesuai dengan kenyataan.
SKB tentang Implementasi Pasal Tertentu UU
ITE Tahun 2021

1. Pasal 27 ayat (3) UU ITE tidak dapat dipisahkan


dari Pasal 310 dan 311 KUHP.
2. Penghinaan yang berupa cacian atau ejekan
dengan kata-kata yang tidak pantas tidak
termasuk dalam pasal ini.
3. Pelapornya harus korban sendiri (delik aduan
absolut).
4. Korban harus perseorangan, bukan institusi,
korporasi, atau jabatan.
Lanjutan

5. Pengertian umum atau publik


bercirikan banyak orang dan
sebagian besar tidak saling kenal.
6. Grup percakapan harus bersifat
terbuka oleh siapa pun (open group)
Banding umum dlm KBBI
Umum ‘orang banyak atau khalayak’
Banyak ‘besar jumlahnya atau tidak sedikit’.
Kasus pencemaran nama baik?
DICARI MS (081319429100) TELAH
MELAKUKAN TINDAKAN PENIPUAN PINJAMAN
UANG DI APPL MESIN UANG SEBELUM ADA
KORBAN LAIN,MOHON BANTUANNYA BAGI
YANG MENGENAL DAN MELIHAT TOLONG
SEGERA DI SAMPAIKAN AGAR SEGERA
MELUNASI PINJAMANNYA DI MESIN UANG
YANG SUDAH MENNUNGGAK SELAMA 35
HARI. BANTU SEBARKAN, TRIMS
Kasus fitnah?

Alat Bukti
1. “Ibu X selama 5 th berhasil berperan
sbg "ratu bajak laut" utk menipu Y.
2. ”Hakim A itu disogok, nanti hakimnya
dipromosikan, seperti hakim B yang
menjatuhkan hukuman ke C.
Catatan; Nama asli tidak disebut di sini.
3. Penghinaan Ringan
Makna secara Linguistik
Menghina berarti
(1) ‘merendahkan; memandang rendah (hina,
tidak penting)’ dan
(2) ‘memburukkan nama baik orang;
menyinggung perasaan orang (seperti
memaki-maki, menistakan)’.
Penghinaan berarti ‘proses, cara, perbuatan
menghina(kan); menistakan’.
Penghinaan ringan berarti perbuatan menghina,
tapi tergolong ringan’.
3. Penghinaan Ringan (KUHP Pasal 315)

Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak


bersifat mencemar atau mencemar dengan surat
yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka
umum dengan lisan atau dengan surat, baik di
muka orang itu sendiri dengan lisan atau dengan
perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau
diterimakan kepadanya, karena bersalah
melakukan penghinaan ringan, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya empat bulan dua
minggu atau denda anyak-banyaknya empat ribu
lima ratus rupian.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 315)
1. Ada kata-kata yang tergolong penghinaan
seperti anjing, babi, atau kerbau untuk
menyebut orang tertentu.
2. Penyebutan itu disengaja.
3. Penyebutan itu dilakukan di depan umum.
4. Yang disebut ada di tempat penyebutan atau
tidak ada di tempat itu.
5. Jika yang disebut tidak ada di tempat itu, harus
ada saksi.
6. Penyebutan dapat secara lisan atau tulisan.
7. Yang disebut jelas.
8. Pelakunya juga harus jelas.
Bandingkan penghinaan ringat!
Penghinaan ringat?
Pertengkaran di Pasar
A: “Dasar perempuan murahan. Dilihat saja
menjijikkan. Kelakuan brengsek!”
B: “Elo yang brengsek! Sudah pendek,
jelek.Blagu lagi!”
A: “Aaah …. Elo yang gatal. Wajah elo aja kayak
pantat gua! Makanya kagak laku-laku. Mana
ada laki-laki yang mau. Muntah kali!!”
B melapor kepada polisi karena dikata-katai
secara kasar oleh A. Perbuatan pencemaran
nama baik atau fitnah?
Fitnah?
1. “Ijazah Abal-abal” (Judul)
2. “Kuliahnya pun tidak perlu tiap hari, cukup terjadwal
pada hari Sabtu dan dapat diwakilkan kehadirannya
manakala bentrok dengan liburan keluar negeri.”
3. “Ketika praktik-praktik itu diikuti motif keuangan,
ini ibarat ibu rumah tangga yang melacurkan diri.”
4. “Proses yang tidak akuntabel, tulisan ini,
sebagaimana tersurat pada judul, berfokus pada
ijazah jenis ketiga yang diterbitkan oleh lembaga
resmi namun prosesnya tidak akuntabel.”
5. “Ijazah abal-abal di perguruan tinggi besar nyata
adanya. Ia bisa menebar kebodohan dan bahkan
kejahatan. Kita tidak perlu malu mengakuinya
sekaligus tidak gentar mengakhirinya.”
4. Menghasut
Makna secara Linguistik
Menghasut berarti ‘membangkitkan
hati orang supaya marah (melawan,
memberontak, dan sebagainya)’.
(KBBI Edisi Daring)
Pemaknaan secara Hukum ( Makna Pasal 160 KUHP)

Barang siapa di muka umum dengan lisan atau


tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa
umum atau tidak menuruti baik ketentuan
undang-undang maupun perintah jabatan yang
diberikan berdasar ketentuan undang-undang,
diancam dengan pidana penjara paling lama
enam tahun atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 160)
1. Ada kata-kata yang bermakna menghasut
orang supaya (1) melakukan tindak pidana,
(2) melakukan kekerasan terhadap
penguasa, atau (3) tidak mengikuti
peraturan perundang-undangan/tidak
tunduk kepada pejabat yang berwenang.
2. Pelakunya siapa saja, tetapi dapat diketahui
secara pasti.
3. Penghasutan dilakukan di depan umum.
4. Penghasutan secara lisan atau tulis.
5. Hasutan sudah terbukti dilakukan oleh orang

yang dihasut (delik materiel).


Pendapat MK tentang Pasal 160 KUHP
Menimbang bahwa untuk menjawab permasalahan hukum
di atas dikaitkan dengan dalil-dalil Pemohon, Mahkamah
berpendapat sebagai berikut.
….
Bahwa meskipun ketentuan Pasal 160 KUHP memberikan
privilege yang sangat berlebihan untuk melindungi
kepentingan kekuasaan pemerintah di era kolonial, tetapi
negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi tidak
memberikan privilege, terlepas dari ada atau tidaknya
pasal a quo. …. Meskipun demikian, dalam penerapannya,
pasal a quo harus ditafsirkan sebagai delik materiil dan
bukan sebagai delik formil. Dengan demikian, dalil
Pemohon yang menyatakan pasal a quo lentur, subjektif,
dan bergantung pada selera penguasa adalah tidak tepat
menurut hukum.
Contoh Kasus
Pernyatan dalam Grup Akun
“Abang” yg masih hobby sama dunia mlm
bisa gak semua nya kita kompakin di sogo
dpn kita ramekan kalo misalnya kan patroli
ngusir kita gebukin rame” gmana setuju
gak jangan ada yg kata takut sama patroli
rakyat kita banyak men satu lagi kalo
misalkan ada yg post” orng mati jangan di
tarok group soalnya banyak mata” polisi
terima kasih”
Penghasutan?

DPD LASKAR MACAN ASIA SUMATERA UTARA


MENEGASKAN:
BAGI SAUDARA KAMI KETURUNAN TIONGHOA YANG
MENGAKU WARGA NEGARA INDONESIA AGAR TIDAK
MENGGUNAKAN BAHASA CHINA DALAM PERCAKAPAN UMUM
DI INDONESIA DAN BERBAURLAH DENGAN WARGA PRIBUMI
KALAU KALIAN MENGAKU WARGA NEGARA INDONESIA
 
5. Ujaran Kebencian Berdasarkan
SARAsecara Linguistik
Makna
1. Ujaran berarti ‘kalimat atau bagian kalimat
yang dilisankan’.
2. Benci berarti ‘sangat tidak suka’.
3. Membenci berarti ‘merasa sangat tidak suka
atau benci kepada’.
4. Kebencian berarti ‘perasaan benci’.
Ujaran kebencian adalah kalimat atau bagian
kalimat yang menimbulkan rasa kebencian atau rasa
sangat tidak suka (KBBI Edisi Daring).
Pasal 28 UU ITE
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 28 UU ITE
1. Menyebarkan informasi, baik lisan maupun tulis.
2. Ada unsur kesengajaan.
3. Tanpa hak.
4. Informasi itu dapat menimbulkan kebencian
atau permusuhan antarindividu, individu dan
kelompok, atau antarkelompok.
5. Kebencian atau permusuhan itu berdasarkan
atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).
Contoh Kasus
6. Terorisme (PPPU No. 1 Th. 2002/UU
No. 5 Th. 2018)

Pengertian secara Linguistik


Kata teror berarti
(1) ‘usaha menciptakan ketakutan, kengerian,
dan kekejaman oleh seseorang atau
golongan’ dan
(2) ‘ancaman, tindakan kekerasan, dan
sebagainya yang sangat menakutkan’.
Kata terorisme berarti ‘penggunaan kekerasan untuk
menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai
tujuan (terutama tujuan politik)’.
Pemaknaan secara Hukum

Pasal 1, UU No. 5 Tahun 2018


1. Tindak pidana terorisme adalah
segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
undang ini.
Pasal 1, UU No. 5 Tahun 2018

2.Terorisme adalah perbuatan yang


menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal,
dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif
ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Pengertian secara Linguistik
Kekerasan
Kata kekerasan berarti ‘perbuatan seseorang atau
kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan
fisik atau barang orang lain’ (KBBI Edisi Daring).
Ancaman Kekerasan
Frasa ancaman kekerasan berarti ‘pernyataan
seseorang atau kelompok untuk melakukan
perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain
cedera atau mati atau menyebabkan kerusakan
fisik atau barang orang lain.
Pengertian secara Linguistik
Ancaman
Kata ancaman dibentuk dari kata ancam. Dari kata
ancam dapat dibentuk kata mengancam dan ancaman.
Kata mengancam berari (1) ‘ menyatakan maksud (niat,
rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan,
menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak
lain’ dan (2) ‘memberi pertanda atau peringatan
mengenai kemungkinan malapetaka yang bakal
terjadi’. Adapun kata ancaman berarti ‘sesuatu yang
diancamkan atau perbuatan mengancam’. Dengan kata
lain, ancaman adalah pernyataan yang berisi maksud
(niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yang
merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau
mencelakakan pihak lain. (KBBI Edisi Daring)
Pasal 14 PPPU No. 1 Th.
2002
Setiap orang yang merencanakan
dan/atau menggerakkan orang lain
untuk melakukan tindak pidana
terorisme sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, Pasal 11, dan Pasal 12
dipidana dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup.
Pasal 1, UU No. 5 Tahun 2018

4. Ancaman Kekerasan adalah setiap


perbuatan secara melawan hukum berupa
ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau
gerakan tubuh, baik dengan maupun tanpa
menggunakan sarana dalam bentuk
elektronik atau nonelektronik yang dapat
menimbulkan rasa takut terhadap orang
atau masyarakat secara luas atau
mengekang kebebasan hakiki seseorang
atau masyarakat.
Pasal 6 PPPU No. 1 Th. 2002
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional, dipidana dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun.
Pemaknaan secara Hukum (Makna Pasal 6)
Adanya unsur makna di bawah ini:
1) kesengajaan,
2) menggunakan kekerasan; atau
3) ancaman kekerasan yang menimbulkan
a) suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau
b) menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara
(1) merampas kemerdekaan,
(2) menghilangnya nyawa dan harta benda orang lain,
(3) mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
(a) objek-objek vital yang strategis,
(b) lingkungan hidup atau fasilitas publik, atau
(c) fasilitas internasional.
Pasal 15, UU No. 5 Tahun 2018

Setiap Orang yang melakukan permufakatan jahat,


persiapan, percobaan, atau pembantuan untuk
melakukan Tindak Pidana Terorisme sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 10A, Pasal 12, Pasal 12A, Pasal 12B,
Pasal 13 huruf b dan huruf c, dan Pasal 13A
dipidana dengan pidana yang sama sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 10A, Pasal
12, Pasal 12A, Pasal 12B, Pasal 13 hurufb dan
hurufc, dan Pasal 13A.
Pasal tentang Terorisme UU No. 5 Tahun 2018)

Yang Perlu Keterangan Ahli Bahasa


a. Pasal 6 (Ancaman kekerasan)
b. Pasal 14 (merencanakan atau
menggerakkan orang lain)
c. Pasal 15 (permufakatan jahat)
Contoh Kasus
A: “Yg pasti kita bergerak bila benar2 sdh terjadi serempak
seluruh wilayah Indonesia jadi kita langsung serang jantung
pertahanan dan bisa menguasai persenjataan dan yg utama
kita buat kelompok2 kecil dgn jumlah 5 hingga 7 orang agar
memudahkan Gerakan.”
B: “Naam jadi bawa tenda bisa bebrp hari juga bisa iddad
juga; naam ya cari yg gak aktif atau di alas purwon
sekalian pelaku syirik disapu bersih; iya jadi kita culik satu2
buat Latihan panah;
Contoh Lain
Anshar thagut adalah pelaksana
pemerintahan atau para perangkat
pemerintah seperti Polri, TNI, DPR,
gubernur, walikota, bupati, camat, lurah,
kepala desa, dan lain-lain masuk dalam
kategori kafir sehingga wajib hukumnya
untuk di- perangi, khususnya Aparat
Kepolisian karena selama ini Aparat
kepolisian selalu menghalang-halangi
perjuangan para Mujahidin dengan cara
melakukan penangkapan terhadap ikhwan-
ikhwan.
3. Tantangan dalam Menjalani
Profesi Ahli Bahasa

1. Secara Internal
a. Berwawas Diri
b. Mengasah Kompetensi
2. Secara Ekternal
a. Meningkatkan Kualitas Layanan
b. Membina Hubungan Baik dengan
Berbagai Pihak
Terima kasih.
Syukran kasiran.
Hatur nuhun pisan.
Tarimo kasih.
Teurimong gaseh beh.
Maulate.
Sakalangkong.
Matur sukma.
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai