Anda di halaman 1dari 36

ETIK DAN LEGAL DALAM

KEGAWATDARURATAN
KRITIS

WAHYU WAHDANA SKEP NS SH MM


MKEP
. Aspek Legal Etik
adalah Aspek aturan dalam
memberikan asuhan PELAYANAN
sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam
undang-undang
.

Asuhan Kepenataan Anestesi adalah suatu
rangkaian kegiatan secara komprehensif kepada
pasien yang tidak mampu menolong dirinya
sendiri dalam tindakan Pelayanan Anestesi pada
pra, intra, pasca anestesi dengan pendekatan
metode kepenataan anestesi meliputi
pengkajian, analisa dan penetapan masalah,
rencana intervensi, implementasi dan evaluasi.
Gawat darurat (Emergensi)
Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan
yang membutuhkan tindakan segera yang
untuk menanggulangi ancaman terhadap
jiwa atau anggota badan yang timbul
secara tiba-tiba. Keterlambatan
penanganan dapat membahayakan klien,
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
mengancam kehidupan.
..

Penderita gawat darurat adalah penderita


yang oleh karena suatu penyebab
(penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan
anestesi) yang bila tidak segera ditolong
akan mengalami cacat, kehilangan organ
tubuh atau meninggal. 
..
Pada Gawat Darurat diperlukan asuhan
kepenataan . Asuhan kepenatan
dilaksanakan menggunakan metodologi
pemecahan masalah melalui pendekatan
proses askan, berpedoman pada standar
kepenataan , dilandasi etik dan etika
dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawabnya.
Tujuan Keperawatan Gawat Darurat
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and
limb)

2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem


rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih
memadai.

3. Menanggulangi korban bencana.


Dalam keperawatan gawat darurat ini peran perawat


sangat diutamakan yang diantaranya :
a. Fungsi Independen merupakan Fungsi mandiri
berkaitan dengan pemberian asuhan (Care);
b. Fungsi Dependen merupakan Fungsi yang
didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi
lain;
c. Fungsi Kolaboratif merupakan Kerjasama saling
membantu dalam program kesehatan (Perawat sebagai
anggota Tim Kesehatan).
.
A. Askan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek
Hukum
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam
Keperawatan Gawat Darurat bertujuan
meningkatkan kualitas penanganan pasien dan
menjamin keamanan serta keselamatan pasien.
Aspek hukum menjadi penting karena konsensus
universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek
legal dan etika tidak 

Permasalahan etik lainnya yang muncul
dalam hukum Keperawatan Gawat
Darurat merupakan isu yang juga terjadi
pada etika dan hukum dalam
kegawatdaruratan medik yaitu :
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
c. Kualifikasi tenaga medis
d. Hak otonomi pasien : informed consent
(dewasa, anak)
e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau
bahaya pada pasien
f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan
pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika ><
hukum)
h. Prinsip keadilan dan fairness
i. Kelalaian
j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang
buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis
k. Diagnosis kematian
l. Surat Keterangan Kematian
m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik
: kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien
PENCEGAHAN
Permasalahan etik dalam askan gawat
darurat dapat dicegah dengan :
a. Mematuhi standar operating procedure
(SOP)
b. Melakukan pencatatan dengan bebar
meliputi mencatat segala tindakan, mencatat
segala instruksi dan mencatat serah terima
Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat

a. UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan


b. UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
c. UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
d. UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana
e. UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan
f. UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit
g. PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
h. PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
i. Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
Aspek Legal Dalam Keperawatan

Pasal 23 UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan berwenang


(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan
yang bernilai materi.
(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
.
Pasal 24 UU No.36 Tahun 2009

(1)Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus


memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.

(2)Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

(3)Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar


pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 27 UU No.36 Tahun 2009

(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum


dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melaksankan tugasnya berkewajiban


mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.

(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

a. Pasal 82 tentang pelayanan kesehatan bencana : pelayanan kesehatan yang


dimaksud pada ayat (2) : tanggap darurat dan pasca bencana; mencakup
pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

b. Pasal 83 ayat (1) : setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan


pada bencana harus ditunjukkan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut, dan kepentigan yang terbaik bagi pasien.

c. Pasal 83 ayat (2) : pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap


orang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
,,

UU RI no 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana
a. Pasal 33: penyelenggaraan penanggulangan
bencana terdiri dari tiga tahap meliputi: pra
bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana
b. Pasal 34 : penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada tahapan prabencana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 33 huruf a. meliputi :
dalam situasi tidak terjadi bencana dan dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana
Aspek Legal Kegawatdaruratan

Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat


Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan
dalam peraturan perundang-undangan pada hampir
seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama
diberlakukan dalam fase pra-rumah sakit untuk
melindungi pihak yang secara sukarela beritikad
baik menolong seseorang dalam keadaan gawat
darurat. Dengan demikian seorang pasien dilarang
menggugat dokter atau tenaga kesehatan lain untuk
kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama
doktrin Good Samaritan yang harus dipenuhi adalah:
a. Kesukarelaan pihak penolong.
Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak
ada harapan atau keinginan pihak
penolong untuk memperoleh kompensasi
dalam bentuk apapun. Bila pihak
penolong menarik biaya pada akhir
pertolongannya, maka doktrin tersebut
tidak berlaku
b.Itikad baik pihak penolong.
Itikad baik tersebut dapat dinilai dari
tindakan yang dilakukan penolong. Hal
yang bertentangan dengan itikad baik
misalnya melakukan trakeostomi yang tidak
perlu untuk menambah keterampilan
penolong.

Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak


pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga
terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau
pemberian terapi maka pihak pasien harus
membuktikan bahwa hanya kekeliruan itulah yang
menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate
cause). Bila tuduhan kelalaian tersebut dilakukan
dalam situasi gawat darurat maka perlu
dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat
peristiwa tersebut terjadi. Jadi, tepat atau tidaknya
tindakan tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang berkualifikasi sama, pada pada
situasi dan kondisi yang sama pula.
Di indonesia
Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari
sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam
pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta
uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.Dalam
penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase
pra-rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan
gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/ 1988 tentang Rumah
Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban
rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat selama 24 jam per hari. Untuk fase pra-rumah sakit
belum ada pengaturan yang spesifik.
Keharusan
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari
pasien (informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak
pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53
ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan
gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan
medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi
pasien, tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989). Dalam hal
persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk tertulis,
maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam
berkas rekam medis.

UU RI NO 44 tentang RUMAH SAKIT
a. Pasal 1: gawat darurat adalah keadaan
klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
b. Pasal 29 ayat 1 butir c:Setiap rumah
sakit mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya
ISU askan KRITIS
Definisi issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang namun
belum jelas faktannya atau buktinya.
Beberapa isu saat ini

1.  EUTHANASIA
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup
seorang individu secara tidak menyakitkan,
ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
bantuan untuk meringankan penderitaan dari
individu yang akan mengakhiri hidupnya.
2.  ABORSI
Aborsi yaitu tindakan pemusnahan yang
melanggar hukum , menyebabkan lahir prematur
fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
LANJUTAN …
3.  CONFIDENTIALITY
confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia
klien, segala sesuatu mengenai klien boleh diketahui
jika digunakan untuk pengobatan klien atau mendapat
izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya
menjaga rahasia pasien itu tanpa memberitahukanya
kepada orang lain maupun perawat lain.
4.   INFORMED CONSENT
informed consent adalah agar pasien mendapat
informasi yang cukup untuk dapat mengambil
keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan
bersama.
 

aspek etik dalam keperawatan


kritis

Etika penata merujuk pada standar etik yang


menentukan dan menuntun penata dalam praktek
sehari-hari (Fry, 1994)
 Jujur terhadap pasien
 Menghargai pasien
 Beradvokasi atas nama pasien
Aspek advokasi dibagi menjadi 3 model yaitu:
Right protection Model
Value Based Decision Model
Respect for Persons Model
Contoh kasus tipe tipe etik:

Contoh kasus Clinical ethics/etik klinik :


Ibu A bekerja sebagai pemulung yang berumur
36 tahun dalam keadaan hamil datang ke RS.
Dia mengalami pendarahan yang menyebabkan
janin di dalam rahimnya harus segera dilahirkan
melalui jalan operasi. Apabila tidak segera
dilakukan operasi akibatnya akan mengancam
nyawa ibu dan bayi. Suami ibu A menolak
untuk tidak dilakukan operasi, walaupun
perawat telah menjelaskan kepada klien
dampak-dampak yang akan terjadi.
Penyelesaian …

Sebagai bentuk menghormati keputusan yang


diambil keluarga klien, perawat mengambil
keputusan mengeluarkan informed consents
(surat yang melibatkan klien berpartisipasi
membuat keputusan berhubungan dengan
aspek klien) yang bertujuan agar tidak terjadi
penyalahan pada pihak medis oleh pihak
klien atas keputusan yang diambil.
ISU TENTANG LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN YANG
BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT SAAT INI.

 Contoh Kasusnya :
Kelalaian dalam tindakan keperawatan , dimana tidak terpenuhi
nya hak – hak Klien, seperti hak untuk memperoleh pelayanan
keperawatan yang maksimal dan bermutu. Kasus yang biasa
terjadi adalah kesalahan pemberian obat, hal ini dikarenakan
begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian
yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya
kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat,
obat diberikan kepada pasien yang tidak tepat, kesalahan
mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan rute
pemberian.Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan akibat
yang fatal, bahkan menimbulkan kematian, dan sudah menjadi
kepercayaan masyarakat, kesalahan pemberian obat seperti ini
akan menjadi rahasia oleh perawat – perawat lain, demi menjaga
hubungan Kesejawatan antara anggota Profesi serta menjaga
nama baik instansi pelayanan kesehatan terkait.
Dalam contoh diatas, maka ditinjau dari
beberapa komponen isu etik dan Legal
keperawatan, berdasarkan :
Standar Profesi
Implikasi Komitmen Keperawatan
Advokasi
Kesejawatan
Hubungan Perawat - Klien
.
.

Praktik yang aman memerlukan pemahaman


tentang batasan legal yang ada dalam praktik
penata. Sama dengan semua aspek, pemahaman
tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis. Penata perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan
dirinya sendiri dari masalah. Penata tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan yang profesional.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai