0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran keluarga dalam masyarakat Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat yang baik. Keluarga diharapkan dapat menjadi contoh dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam, mendidik anak dengan akhlak mulia, serta memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangga.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran keluarga dalam masyarakat Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat yang baik. Keluarga diharapkan dapat menjadi contoh dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam, mendidik anak dengan akhlak mulia, serta memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangga.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran keluarga dalam masyarakat Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat yang baik. Keluarga diharapkan dapat menjadi contoh dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam, mendidik anak dengan akhlak mulia, serta memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangga.
(Kajian PHIWM) Sejarah Perumusan PHIWM PHIWM adalah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. PHIWM dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 pada tanggal 6 s.d 9 Rabi’ul Akhir 1421 H. bertepatan dengan 8 s.d 11 Juli 2000 M. di Jakarta. PHIWM adalah keputusan penting untuk dijadikan pedoman atau acuan bagi prilaku dan tindakan warga Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari (bermu’amalah/hubungan horizontal/hablum minannas) berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dituntunkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah al-Makbulah. 1. Kedudukan Keluarga
1. Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa
sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan. Karena itu, menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keuarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (ar-Rum [40]: 21) Lanjutan...
untuk benar-benar dapat mewujudkan keluarga sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (Ali Imran [3]: 104) 2. Fungsi Keluarga
1. Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu
difungsikan selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi, sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan dakwah di kemudian hari. (an-Nisa’ [4]: 9; al- Baqarah [2]: 132-133; Maryam [19]: 59) Lanjutan... 2. Keluarga-keluarga dilingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikkan kehidupan yang islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan makruf, saling menyayangi dan mengasihi, menghormati hak hidup anak, saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga, memberikan pedidikan akhlak yang mulia secara paripurna, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan, berbuat adil, memelihara persamaan hak dan kewajiban, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu. (an-Nisa’ [4]: 19, 36, 128; al-Isra’ [17]: 23; Luqman [31]: 12-19) 3. Aktivitas Keluarga
1. Di tengah arus media elektronik dan media cetak yang
makin terbuka, keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah kian dituntut perhatian dan kesungguhan dalam mendidik anak-anak dan menciptakan suasana yang harmonis agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan terciptanya suasana pendidikan keluarga yang positif sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (Luqman [31]: 12-19) Lanjutan...
2. Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah
dituntut keteladanannya untuk menunjukkan penghormatan dan perlakuan yang ihsan terhadap anak-anak dan perempuan serta menjauhkan diri dari praktik-praktik kekerasan terhadap anggota keluarga dan penelantaran kehidupan mereka. (al-Maidah [5]: 8; an-Nahl [16]: 90) Lanjutan...
3. Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu
memiliki kepedulian sosial dan membangun hubungan sosial yang ihsan, ishlah, dan makruf dengan tetangga- tetangga sekitar maupun dalam kehidupan sosial yang lebih luas di masyarakat sehingga tercipta qaryah thayyibah dalam masyarakat setempat. (an-Nisa’ [4]: 19, 36, 128; al-Isra’ [17]: 23; Luqman [31]: 14) Lanjutan...
4. Pelaksanaan shalat dalam kehidupan keluarga harus
menjadi prioritas utama, dan kepala keluarga jika perlu memberikan sanksi yang bersifat mendidik. (Maryam [19]: 59; at-Tahrim [66]: 6)