Anda di halaman 1dari 16

1. 1. Atiqah Aufa A.

KELOMPO 2. 2. Abelixa Flerisha


K5 3. 3. Balqish Zahrani A.
4. 4. Nadya Dwi P.
5. 5. Nur Rahmawati A.

Kelas IX-E
PERTANYAAN
1. pada tahun berapa TII dibentuk?
2. Apa tujuan dibentuknya TII?
3. apa latar belakang dibentuknya TII?
4. siapa pemimpin yang membentuk TII?
TENTARA DARUL ISLAM
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai pada tanggal 20
September 1953. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi
berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh,
proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian
dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan
Imam Besar NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Daud Beureueh adalah seorang pemimpin sipil, agama, dan
militer di Aceh pada masa perang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer pertama Belanda
pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer
Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan
daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik
sipil maupun militer. Peranannya sebagai seorang tokoh ulama
membuat Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut.
LATAR BELAKANG
Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh
pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatra Utara yang
beribu kota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika
perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik
kemerdekaan Indonesia (1945-1950).
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi pemimpin
formal pada lingkup adat dan politik di Aceh. Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan
hukum syariah dalam kehidupan mereka.
TUJUAN
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan
kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara
teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang
berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-
undangnya dinyatakan bahwa “Negara berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al
Quran dan Hadits“. Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban
negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari’at Islam.
PEMBERONTAKAN DI/TII DI
PULAU JAWA
Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga muncul pemberontakan
yang didalangi oleh DI/TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang
bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman ( Kiai
Sumolangu ).
Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang
disebut “ Gerakan Banteng Negara “ ( GBN ) di bawah Letnan Kolonel Sarbini ( Selanjut – nya di ganti
Letnan Kolonel M. Bachrun dan Kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani ). Gerakan operasi ini dengan
pasukan “ Banteng Raiders “.
Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/TII , yakni
dilakukan oleh “ Angkatan Umat Islam ( AUI ) “ yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman
yang dikenal sebagai “ Romo Pusat “ atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini
memerlukan waktu kurang lebih Tiga Bulan.
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang
dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan
Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan
“ Operasi Merdeka Timur “ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto,
Komandan Brigade Pragolo.
Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak tersebut dapat
dihancurkan dan sisa – sisanya melarikan diri ke Jawa Barat.
PEMBERONTOKAN DI/TII DI
ACEH
Gerombolan DI/TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud
Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh adalah kekecewaan Daud
Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi kresidenan
di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu
itu menjabat sebagai Gubernur Militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara
Islam Indonesa di bawah Pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiyo.

Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan
senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda,
Pada tanggal 17 – 21 Desember 1962 diselenggarakan “ Mustawarah Kerukunan Rakyat Aceh “
yang mendapat dukungan tokoh – tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di
Aceh dapat dipadamkan.
PEMBERONTAKAN DI/TII DI
SULAWESI SELATAN
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal
30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam
Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.

Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel.
Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan
dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat.

Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan Operasi Militer.
Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
PEMBERONTAKAN DI/TII DI
KALIMANTAN SELATAN.
Pada bulan oktober 1950 DI/TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang
dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pos – pos
kesatuan TNI.
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan
kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi
anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga
pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya pun tertangkap
BIOGRAFI SINGKAT PEMIMPIN
DI/TII
1. Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang penjajah Belanda di
Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya
penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal
4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.
Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
2. Abdul Kahar Muzzakar adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan
pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
terakhir berpangkat Letnan Kolonelatau Overste pada masa itu. Ia tidak menyetujui kebijaksanaan
pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan
mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun
1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara
Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama
DI/TII diSulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan
tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar
Muzakkar di Lasolo.
BIOGRAFI SINGKAT PEMIMPIN
DI/TII
3. Daud Beureu’eh (lahir di Beureu’eh,17 September 1899 – meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau
yang nama lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu’eh adalah mantan Gubernur Aceh, pendiri NII di Aceh
dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang
pendudukan Belanda, Daud Beureu’eh terpilih sebagai ketuanya. Pada masa perang revolusi, Daud Beureu’eh menjabat
sebagai Gubernur Militer Aceh. Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei1962, ia melakukan pemberontakan
kepada pemerintah dengan mendirikanNII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno. Namun akhirnya ia
kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali oleh Mohammad Natsir.
4. Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu pimpinan Hizbullah Fisabilillah di
daerahBesuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville
ditanda tangani oleh pihak Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah,
termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya. Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya
merupakan bagian DI/TIIKartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan
mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada akhirnya pasukan Amir
Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan – Banyumas .
5. Ibnu Hadjar
Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu Hadjar
menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan
pengacauan pada bulan Oktober 1950. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini
pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada
saat itu pemerintah Republik Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar
untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan
kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi
dan melanjutkan pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan
tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah
Kalimantan. Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah
memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada
akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar
sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar
dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan
Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.
GAMBAR
PEMIMPIN
DI/TII
1. Ibnu Hadjar
2. Daud Beureueh
3. Sekar Marijan Kartosuwiryo
4. Amir Fatah
BERIKUT INI MERUPAKAN VIDEO-VIDEO
MENGENAI TII (TENTARA ISLAM INDONESIA)

Anda mungkin juga menyukai