Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERKULOSIS PARU
ASTUTI YUNI NURSASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini, peserta didik mampu menerapkan asuhan
keperawatan kepada system klien dengan tuberkulosis paru.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini, peserta didik mampu:
Menjelaskan konsep dasar TB Paru yang mencakup pengertian, penyebab, faktor risiko,
cara penularan, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, dan komplikasi
Menjelaskan program TB terkini
Melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus TB Paru
POKOK BAHASAN DAN SUB
POKOK BAHASAN
1. Konsep dasar TB Paru: 2. Tahapan asuhan keperawatan pada
klien TB Paru:
• Pengertian, penyebab, dan faktor risiko
• Cara penularan
• Pengkajian

• Patofisiologi
• Diagnosis keperawatan

• Manifestasi klinik
• Rencana keperawatan

• Penatalaksanaan
• Pelaksanaan

• Komplikasi
• Evaluasi
KONSEP DASAR TB PARU
DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit


menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis)
dan sebagian besar kuman TB
menyerang paru dan dapat juga
menyerang bagian tubuh
lainnya, termasuk meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe
(Kemenkes 2011).
PENYEBAB
• TB Paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Sifat kuman TB ialah:
a) Berbentuk batang;
b) Organisme tahan asam yang tumbuh dengan kapsul protein mirip lilin di luar sehingga
tidak mudah hancur;
c) Bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama pada suhu 40C sampai -700C;
d) Tidak tahan panas, kuman mati jika terkena matahari;
e) Bersifat aerob (menyukai) jaringan yang tinggi kandungan oksigen;
f) Disebarkan oleh orang yang terinfeksi yang dikeluarkan melalui batuk, bersin, tertawa,
berbicara atau bernyanyi.
FAKTOR RISIKO
 Kontak erat dengan seseorang yang menderita TB aktif;
 Individu imunosupresif (lansia, klien kanker, klien dalam terapi kortikosteroid,
dan klien HIV/AIDS);
 Klien yang memiliki gangguan medis sebelumnya (diabetes, gagal ginjal kronis,
malnutrisi, dll);
 Klien tanpa perawatan yang adekuat (tunawisma, tahanan);
 Klien yang tinggal di daerah kumuh;
 Klien yang tinggal di institusi (tahanan, perawatan jangka panjang dan dirawat di
RS jiwa); dan
 Petugas kesehatan.
CARA PENULARAN
Individu BTA positif Sekali batuk dapat
Kuman ke udara dalam bentuk menghasilkan
batuk atau bersin percikan dahak (droplet nuclei) sekitar 3000
percikan dahak

Percikan dapat Penularan terjadi dalam


bertahan selama ruangan dimana percikan
beberapa jam dalam dahak berada dalam waktu Ventilasi dapat
keadaan yang gelap mengurangi jumlah
yang lama percikan, sementara
dan lembab sinar matahari
langsung dapat
membunuh kuman
PATOFISIOLOGI
Ukuran droplet kecil sehingga dapat melewati Kuman TB membelah
Droplet sistem pertahanan mukosilier bronkus dan
terhirup diri di paru
terus berjalan sampai alveolus

Kuman persiter Daya tahan tubuh Saluran limfe


atau dorman baik membawa kuman TB
ke kelenjar limfe di
sekitar hilus paru dan
Menderita TB Paru Daya tahan tubuh ini disebut sebagai
tidak baik komplek primer

Infeksi dapat dibuktikan dengan Waktu antara terjadinya infeksi


terjadinya perubahan reaksi tuberkulin sampai pembentukan komplek
dari negatif menjadi positif primer adalah sekitar 4-6 minggu
MANIFESTASI KLINIK

Batuk terus menerus Demam dan Sesak napas


Nafsu makan Berat badan menurun
lebih dari 2 minggu berkeringat pada
menurun
malam hari
PENATALAKSANAAN
Pengobatan TB
Jenis Sifat Dosis yang
Direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3x/minggu
Isoniazid (H) Bakteriosidi 5 (4-6) 10 (8-12) Pengobatan TB
k Kategori 1 :
2(HRZE)/4(HR)3
Rifampisin (R) Bakteriosidi 10 (8-12) 10 (8-12) Kategori 2 :
k 2(HRZE)S/(HRZE)/
Pirazinamid Bakteriosidi 25 (20-30) 35 (30-40) 5(HR)3E3
(Z) k
Streptomisin Bakteriosidi 15 (12-18)
(S) k
Prinsip Pengobatan TB
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan selama 6-8 bulan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOTs: Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap: 1) Tahap awal (intensif); 2)
Tahap lanjutan.
Prinsip Pengobatan TB (2)
1) Tahap Awal (Intensif):
• Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
• Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
• Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negative (konversi)
dalam 2 bulan.
Prinsip Pengobatan TB (3)
2) Tahap Lanjutan:
• Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang labih lama.
• Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:
2(HRZE)/4(HR)3
Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu
HRZE selama 16 minggu
(150/75/400/275) RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Penanganan Efek Samping
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
OAT ditelan malam sebelum tidur. Apabila keluhan tetap ada,
Tidak ada nafsu makan, mual, OAT ditelan dengan sedikit makanan
H, R, Z
sakit perut Apabila keluhan semakin hebat disertai muntah, waspada
efek samping berat dan segera rujuk ke dokter.

Nyeri Sendi Z Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti radang non steroid
Kesemutan s/d rasa ter­bakar di
H Beri vitamin B6 (piridoxin) 50 – 75 mg per hari
telapak kaki atau tangan
Warna kemerahan pada air seni Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi obat penawar
R
(urine) tapi perlu penjelasan kepada pasien.
Flu sindrom
R dosis Pemberian R dirubah dari dosis intermiten menjadi dosis
(demam, menggigil, lemas, sakit
intermiten setiap hari
kepala, nyeri tulang)
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan stadium lanjut adalah
batuk darah berat (hemoptisis), kolaps paru spontan karena kerusakan
jaringan paru (pneumothorax spontan), bronkhiektasis dan fibrosis paru,
insufisiensi kardio pulmoner, penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Program Penanggulangan TB
(Perpres no 67 th 2021)
Target eliminasi

• Target Eliminasi TBC pada tahun 2030:


a. penurunan angka kejadian (incidence ratel TBC
menjadi 65 (enam puluh lima) per 100.000 (seratus
ribu) penduduk; dan
b. penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6
(enam) per 100.000 (seratus ribu) penduduk.
Strategi nasional eliminasi TB
1. penguatan komitmen dan kepemimpinan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
2. peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan berpihak pada pasien;
3. intensifikasi upaya kesehatan dalam rangka Penanggulangan TBC;
4. peningkatan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang penanggulangan
TBC;
5. peningkatan peran serta komunitas, Pemangku Kepentingan, dan multisektor
lainnya dalam Penanggulangan TBC; dan
6. penguatan manajemen program.
Penguatan komitmen dan kepemimpinan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota
a. penyusunan target Eliminasi TBC daerah dengan mengacu pada target
Eliminasi TBC nasional;
b. penyediaan anggaran yang memadai untuk Penanggulangan TBC;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan yang terlatih
untuk mencapai target Eliminasi TBC; dan/ atau
d. penyelenggaraan Penanggulangan TBC berbasis kewilayahan.
Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan
berpihak pada pasien

a. penyediaan layanan yang bermutu dalam penatalaksanaan TBC


yang diselenggarakan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
wilayahnya;
b. optimalisasi jejaring layanan TBC di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik pemerintah dan swasta;
c. pelaksanaan sistem rujukan pasien TBC mengikuti alur layanan
TBC yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;
Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan
berpihak pada pasien (lanjutan)

d. pemenuhan dan penjaminan mutu obat yang digunakan untuk


pengobatan TBC;
e. pembinaan teknis dan supervisi layanan TBC untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
secara berjenjang;
f. penyediaan sanatorium untuk pasien TBC
Kriteria pasien TB yang dapat tinggal di
sanatorium
a. tidak memiliki tempat tinggal tetap;
b. tinggal dengan kelompok populasi berisiko dan tindakan pencegahan
transmisi tidak bisa diselenggarakan;
c. tidak memiliki keluarga dan memerlukan pendampingan khusus;
d. memerlukan pemantauan khusus karena terjadinya efek samping atau
adanya penyakit penyerta;
e. memiliki riwayat mangkir atau putus berobat secara berulang; dan/atau
f. kondisi kronis yang gagal diobati dengan pengobatan paling terkini yang
tersedia.
Intensifikasi upaya kesehatan
a. promosi kesehatan;
b. pengendalian faktor risiko;
c. penemuan dan pengobatan;
d. pemberian kekebalan; dan
e. pemberian obat pencegahan.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perubahan
perilaku masyarakat mengenai TBC.
Promosi kesehatan dilakukan secara berkesinambungan melalui kegiatan
advokasi, komunikasi, dan mobilisasi sosial dengan jangkauan yang luas.
Upaya promosi kesehatan kepada masyarakat dilakukan melalui:
a.penyebarluasan informasi yang benar mengenai TBC ke masyarakat secara
masif melalui saluran komunikasi publik;
Promosi Kesehatan (lanjutan)

b. penyelenggaraan upaya perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan


dan pengobatan TBC;
c. pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan influencer media sosial
untuk menyebarkan materi komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
TBC;
d. penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai layanan TBC yang
sesuai standar
Pengendalian faktor risiko
a. peningkatan derajat kesehatan perseorangan;
b. intervensi perubahan perilaku masyarakat;
c. peningkatan kualitas rumah tinggal pasien, perumahan, dan
permukiman;
d. pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan ruang publik.
Penemuan dan pengobatan
a. optimalisasi upaya penemuan kasus TBC secara pasif intensif berbasis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan secara aktif berbasis institusi dan
komunitas
b. pengobatan sesuai dengan standar dengan konsep pengobatan yang
berpihak pada pasien;
c. penyediaan sarana diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk penyakit
TBC oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat diakses
oleh seluruh masyarakat.
Penemuan kasus secara aktif
a. pelacakan dan pemeriksaan kasus kontak oleh tenaga kesehatan dan
kader kesehatan;
b. skrining secara massal terutama pada kelompok rentan dan kelompok
berisiko;
c. skrining pada kondisi situasi khusus.
Hak pasien TB selama pengobatan
a. pendampingan dari keluarga, komunitas, dan tenaga kesehatan;
b. dukungan psikologis, sosial, dan ekonomi yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan nonpemerintah untuk
memastikan keberlangsungan pengobatan sampai selesai;
c. perlindungan terhadap stigma dan diskriminasi terkait dengan
penyakitnya.
Upaya pencapaian keberhasilan
pengobatan
a. optimalisasi upaya penanganan kasus TBC sesuai standar untuk meningkatkan kualitas
pelayanan;
b. upaya penyediaan layanan TBC yang ramah dan berpihak pada kebutuhan pasien;
c. sistem pelacakan aktif untuk pasien TBC yang mangkir dan berhenti berobat sebelum
waktunya;
d. peningkatan jejaring pelacakan dengan melibatkan kader kesehatan dan tokoh
masyarakat;
e. pelaporan hasil pengobatan kasus TBC oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan
menggunakan format atau sistem yang standar.
Pemberian kekebalan dan obat
pencegahan
a. Pemberian kekebalan dilakukan melalui imunisasi
b. Pemberian obat pencegahan ditujukan kepada kontak dengan pasien TBC,
orang dengan Human Immunodeficiencg Vints (HIV Acquired Immuno
Deficiency Sgndrome (AIDS) yang terbukti tidak menderita TBC, dan
orang
yang mengalami penurunan fungsi sistem imun.
TAHAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
KLIEN TB PARU
PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat masa lalu: riwayat TB Paru pada keluarga, riwayat pengobatan TB,
PMO, kebiasaan/ perilaku membuang dahak sembarangan, merokok
b. Riwayat saat ini: kaji adanya batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih,
batuk dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas (malaise), nafsu
makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, sulit tidur, demam/ meriang lebih dari satu bulan
PENGKAJIAN (2)
PENGKAJIAN (3)
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi:
• Pemeriksaan sputum (Sewaktu Pagi Sewaktu/ SPS)
• Ziehl Neelsen (pemeriksaan BTA)
• Test kulit (Protein Purified Derivate/ PPD atau Mantoux test)
• Foto torak
4. Pengkajian lingkungan: data kondisi lingkungan rumah pasien TB,
diantaranya pencahayaan sinar matahari, ventilasi udara, jenis lantai.
PENGKAJIAN (4)
5. Pengkajian psikososial: kaji perasaan isolasi, penolakan lingkungan, perubahan
harga diri, peran, strategi koping; kaji sistem pendukung termasuk keluarga,
orang yang berarti dan teman; aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk
perubahan yang terjadi; status pekerjaan, aktivitas sosial, hobi, dan sumber
finansial.
6. Pengkajian kebutuhan pembelajaran klien dan keluarga
PENGKAJIAN (5)
Pengkajian kebutuhan keluarga dilakukan dengan mengkaji 5 tugas Kesehatan keluarga
a.Mengenal masalah
b.Memutuskan
c.Merawat
d.Memodifikasi lingkungan
e.Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tujuan: Setelah dilakukan Rencana tindakan:


kunjungan sebanyak...kali Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
klien dapat mempertahankan penggunaan otot aksesori)
jalan nafas yang efektif Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak melalui batuk efektif
(catat karakter dahak, jumlah sputum dan adanya hemoptisis)
Berikan klien posisi semi fowler atau fowler
Kriteria hasil: Klien dapat:
Bantu klien latihan batuk efektif dan latihan nafas dalam
mengeluarkan sekret tanpa
Anjurkan klien mempertahankan masukan cairan sedikitnya 2500
bantuan, menunjukkan
ml/hari
perilaku untuk memperbaiki/
Berikan obat–obatan sesuai indikasi seperti agen mukolitik
mempertahankan bersihan
bronchodilator
jalan nafas, berpartisipasi
Libatkan keluarga membantu klien latihan batuk efektif dan nafas dalam
dalam program pengobatan
RENCANA KEPERAWATAN (2)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Setelah dilakukan Rencana tindakan:


kunjungan sebanyak...kali Identifikasi pola diet klien terkait makanan yang disukai/ tidak disukai
klien mampu Catat status nutrisi klien (turgor kulit, berat badan, integritas mukosa
mempertahankan oral, kemampuan menelan, riwayat mual/ muntah atau diare)
keseimbangan nutrisi sesuai Kaji anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan
kebutuhan dengan pemberian obat
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang kebutuhan gizi seimbang
Kriteria hasil: Klien dapat (tinggi kalori dan protein dengan porsi kecil tetapi sering)
melakukan perubahan pola Libatkan keluarga dalam mengawasi asupan nutrisi
hidup untuk meningkatkan Timbang berat badan secara periodik
dan /atau mempertahankan Ajarkan klien dan keluarga dalam menyusun menu seimbang sesuai
berat badan yang tepat kebutuhan klien
RENCANA KEPERAWATAN (3)
 Risiko tinggi penyebaran/ aktivasi ulang infeksi
Tujuan: Setelah Rencana tindakan:
dilakukan Kaji patologi penyakit dan penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin,
kunjungan meludah, bicara, tertawa dan menyanyi
sebanyak...kali Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga di rumah, teman)
penyebaran infeksi Ajarkan klien etika batuk yaitu batuk/ bersin dengan cara menutup mulut pakai kertas tissue/
dapat dicegah atau saputangan/ lengan dalam baju; hindari meludah sembarangan (meludah pada tempat tertutup yang
menurunnya risiko berisi/ mengandung desinfektan: air sabun, lisol, cairan pemutih pakaian/ klorin); gunakan tissue
penyebaran infeksi sekali pakai; dan ajarkan teknik mencuci tangan yang tepat.
Kriteria hasil: Ajarkan keluarga untuk menghindar saat klien batuk/bersin (pada fase aktif)
Klien menunjukkan Anjurkan keluarga untuk memantau suhu tubuh klien
teknik/ melakukan Jelaskan pentingnya terapi obat bagi klien sampai pengobatan tuntas
perubahan pola Jelaskan pentingnya melakukan pemeriksaan BTA ulang secara periodik selama program terapi
hidup untuk Motivasi untuk makan makanan bergizi (gizi seimbang) Berikan makanan porsi kecil tetapi sering
meningkatkan Berikan OAT sesuai program terapi
lingkungan yang Anjurkan keluarga agar memodifikasi lingkungan untuk mencegah penularan TB Paru seperti
aman. membuka jendela agar cahaya masuk rumah, ventilasi yang cukup, membersihkan debu rumah,
menjemur kasur, bantal dan selimut secara rutin
RENCANA KEPERAWATAN (4)
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pencegahan dan pengobatan
Tujuan: Setelah dilakukan Rencana tindakan:
kunjungan sebanyak...kali klien Kaji kemampuan klien dan keluarga untuk belajar (masalah, kelemahan, tingkat
dan keluarga menyatakan partisipasi, lingkungan terbaik dimana klien dapat belajar, seberapa banyak isi, media
pemahaman tentang proses terbaik dan siapa yang terlibat)
penyakit, pencegahan dan Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pengertian TB, tanda dan gejala, penyebab,
kebutuhan pengobatan. akibat serta perawatannya
Berikan informasi tertulis khusus pada klien sebagai panduan (jadwal obat)
Kriteria hasil: Klien mampu Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang alasan pengobatan dalam jangka waktu yang
melakukan perubahan pola panjang, dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, efek samping obat dan
hidup untuk memperbaiki cara mengatasinya serta dampak putus obat
kesehatan dan menurunkan Ajarkan klien mengidentifikasi gejala yang perlu penanganan lanjut (batuk darah,nyeri
resiko kekambuhan, dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran dan vertigo)
mengidentifikasi gejala yang Libatkan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam mengawasi klien minum
memerlukan evaluasi/ obat
intervensi, menggambarkan Anjurkan keluarga agar membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan untuk
rencana untuk menerima pemeriksaan sputum ulang dan jika ditemukan adanya efek samping yang berat dari obat
perawatan kesehatan yang TB Paru (mulut kering, sakit kepala, mual berlebihan, konstipasi)
adekuat.
EVALUASI
Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
Kecepatan nafas dalam batas normal
Tidak ada sesak nafas
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan adekuat
Klien mampu mendemonstrasikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Klien mampu melakukan cara-cara untuk mencegah penularan
Pengetahuan klien dan keluarga meningkat tentang perawatan, pengobatan dan
pencegahan penularanTB Paru
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah penularan TB
Keluarga terlibat aktif dalam perawatan klien TB Paru
Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi TB
Paru
TERAPI KEPERAWATAN PADA
KLIEN TB PARU
Batuk Efektif
 Batuk efektif adalah membersihkan jalan nafas dari sekresi yang berlebih.
Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan paru-paru mengembang,
mobilisasi sekret, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi paru.
 Pelaksanaan:
a) Persiapan klien: jelaskan tujuan dan rasionalisasi tindakan
b) Persiapan alat: bantal, tempat tidur (yang dapat diatur) atau kursi, tempat/ wadah
sputum yang tertutup yang telah diisi larutan klorin, kertas tissue
 Persiapan lingkungan:
a) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Batuk Efektif (2)
 Langkah kerja:
a) Cuci tangan g) Kembali rileks dan bernafas normal
b) Awali interaksi dengan mengucapkan salam h) Anjurkan klien untuk batuk kembali secara
c) Tempatkan klien dengan posisi duduk teratur (tetap memperhatikan tindakan
d) Anjurkan klien untuk rileks dan bernafas normal hygienis)
untuk beberapa menit hingga merasa nyaman
e) Lakukan nafas dalam dan panjang sebanyak lima i) Anjurkan klien membuang dahak (bila ada) ke
kali dan tahan tarikan nafas terakhir selama tiga dalam sputum pot
detik (jika memungkinkan) j) Bersihkan mulut klien dengan kertas tissue
f) Batukkan dengan segera setelah menahan nafas k) Lakukan evaluasi respon klien selama dan
selama tiga detik, dengan cara menggunakan otot- setelah tindakan
otot perut atau otot-otot respirasi yang lain. Tekan
di kedua sisi abdomen dengan menggunakan l) Rapihkan alat-alat
telapak tangan saat batuk. Upayakan lendir untuk m) Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
keluar n) Cuci tangan
o) Dokumentasikan hasil tindakan batuk efektif
Batuk Efektif (3)
Evaluasi
a) Respon verbal:
b)Klien mengatakan dapat lebih nyaman dan dapat mengeluarkan sekret
dengan mudah.
c) Respon non verbal:
d)Klien kooperatif dan tidak ditemukan tanda-tanda adanya penumpukan
sekret pada jalan nafas.
Latihan Pernapasan Diafragma
 Latihan pernafasan diafragma adalah teknik yang digunakan untuk mengkompensasi kekurangan
pernafasan dengan meningkatkan efisiensi pernafasan. Latihan dilakukan untuk menyimpan
energi melalui pernafasan yang terkendali.
 Tujuan: Mengurangi kegiatan otot pernafasan yang tidak terkordinasi, menurunkan beban kerja
pernafasan, merelaksasi otot dan memulihkan kecemasan. Pernafasan perut menjadi spontan dan
respirasi lebih efisien dan rileks
 Pelaksanaan:
a) Persiapan klien: jelaskan tujuan dan rasionalisasi tindakan
b) Persiapan alat: bantal, tempat tidur (yang dapat diatur) atau kursi
 Persiapan lingkungan:
a) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Latihan Pernapasan Diafragma (2)
 Langkah kerja:
g) Lakukan latihan kira-kira satu menit dan istirahat 2
a) Cuci tangan
menit, lakukan selama 10 menit (4 kali sehari).
b) Awali interaksi dengan mengucapkan salam
c) Tempatkan klien dengan posisi sit up lurus dengan Lakukan pernafasan diafragma pada saat berbaring,
ditopang oleh bahu dan kepala menengadah. duduk dan akhirnya saat berdiri dan berjalan.
d) Letakkan telapak tangan diatas perut, persis di bawah Kordinasikan pernafasan diafragma pada saat
tulang iga dan tangan yang lain pada bagian tengah menaiki tangga dan lakukan aktifitas selama masa
dada
e) Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan lambat ekspirasi yang panjang
secara perlahan melalui hidung sampai perut menonjol h) Lakukan evaluasi respon klien sebelum, selama dan
keatas setinggi mungkin. Perut akan membesar selama setelah tindakan
inspirasi dan mengempes selama ekspirasi i) Rapihkan alat-alat
f) Keluarkan nafas melalui ”pursed lip” sambil
j) Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
menegangkan otot perut dengan kuat kearah dalam.
Rongga dada tidak bergerak, perhatian ditujukan pada k) Cuci tangan
perut l) Dokumentasikan hasil tindakan nafas dalam.
Latihan Pernapasan Diafragma (3)
Evaluasi:
a) Respon verbal klien:
b)Klien dapat mengatakan bahwa bernafas menjadi lebih ringan dan
rileks. Otot pernafasan menjadi terkordinasi dan merasa lebih nyaman.
c) Respon non verbal: Klien kooperatif ,pernafasan tampak spontan dan
respirasi lebih efisien dan rileks.
Contoh Kasus Askep Klien TB dalam
Keluarga
Keluarga Bp.M (32 tahun) dan Ibu H (28 tahuh) memiliki 2 orang anak balita An. J (3 tahun )
dan An. S (1 Tahun). Bapak M sejak 2 bulan yang lalu dinyatakan menderita tuberkulosis.
Saat ini mengeluh cepat lelah, kurang nafsu makan dan kadang terasa nyeri di dada. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital :TD: 130/70 mmHg, N: 82x/ menit, S: 38°C, R: 24x/ menit. BB
sekarang : 50 kg (BB bulan lalu: 55 kg), TB: 160 cm. Hasil pemeriksaan sputum: BTA positif
(3 bulan yang lalu). Klien tampat pucat, keringat dingin dan sering batuk-batuk berdahak.
Keluarga mengatakan sejak dinyatakan menderita tuberkulosis, Bp.M sudah minum OAT, dan
selanjutnya berhenti minum obat karena selalu merasa mual. Bapak M bekerja sebagai buruh
angkut di pasar, pendapatan sehari-hari tidak menentu. Bp.M biasa mengkonsumsi nasi
dengan lauk tempe atau tahu. Saat ini Bp.M tidak bisa menghentikan kebiasan merokok.
Keluarga Bp.M tinggal di lingkungan kumuh dan padat penduduk.
TERIMAKASIH 
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai