Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

TRAUMA OKULI
Kelompok 3

Anita Nurazmi
Beta Budiawan
Evi Rosmawati
Nita Rosiani
Stutianti
01
JUDUL JURNAL:
TRAUMA KIMIA ASAM OKULI
DEXTRA
Serafina Subagio, Muhammad Yusran, Rani Himayani Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Lampung
2019
Introduction
Trauma kimia menjadi penyebab sekitar 10% kunjungan pasien ke rumah sakit dengan keluhan pada mata.
Lebih dari 60 % trauma terjadi di tempat kerja, dan 30 % terjadi dirumah. Sekitar 20 % trauma kimia
menyebabkan gangguan penglihatan dan kosmetik, hanya 15% pasien dengan trauma kimia berat yang dapat
mencapai penglihatan fungsionalnya setelah dilakukan rehabilitasi. Trauma kimia dapat terjadi pada seluruh
usia, namun kebanyakan terjadi pada usia 16-45 tahun. Trauma kimia pada mata dapat mengakibatkan
kerusakan kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus permanen tergantung lamanya
kontak bahan kimia dengan mata dan kedalaman penetrasi bahan kimia.
Kasus
Status oftalmologis OD visus 1/60. Palpebra superior dan
inferior didapatkan edema, konjungtiva kemosis, kornea
Wanita usia 40 tahun datang dengan mata merah dan didapatkan erosi dan iskemik pada sepertiga limbus temporal
penurunan penglihatan mata kanan sejak setelah terkena lateral, sinekia iris (-), pupil bulat, regular sentral, diameter
semprotan cairan pembersih lantai sejak 4 jam sebelum 3mm, reflex cahaya (+), lensa jernih. Fundus reflex (+), tension
masuk rumah sakit. mata terasa perih, terasa panas oculi normal pada palpasi.
seperti terbakar, menjadi merah, pandangan kabur,
merasa ada yang mengganjal pada mata kanannya dan
mata menjadi berair terus menerus. setelah kejadian itu
pasien mengucek matanya berulang-ulang lalu
menyirami mata kanannya dengan air mineral sebanyak
dua botol besar (tiga liter).
Diagnosa dan
penatalaksanaa
n
● Diagnosis kerja: trauma Kimia Oculi Dextra grade II
ec trauma kimia asam
● Penatalaksanaan non farmakologi irigasi mata dengan
NaCl 0,9% 4-5 kolf dengan teknik eversi palpebra
superior sampai didapatkan pemeriksaan kertas
lakmus mencapai pH netral.
● Tatalaksana farmakologi meliputi moxifloxacin
hydrochloride 0,5% 1 gtt/ jam OD, EDTA 4x 1gtt
OD, vitamin C 2x100 mg tablet.
Pembahasan
• Mata merah pada pasien disebabkan
karena iritasi akibat bahan kimia
asam.
• Penurunan tajam penglihatan dapat
terjadi karena kerusakan epitel
kornea.
• Edema palpebra terjadi karena reaksi
inflamasi terhadap bahan asam
Mata adalah
jendela dun tersebut.
ia.
“Terapi yang diberikan pada pasien yang utama adalah
melakukan pengaliran air (irigasi) pada mata dengan
teknik eviserasi palpebra dengan tujuan untuk
menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin.
Irigasi bertujuan agar permukaan bola mata segera
mengadakan reepitelisasi dan transdiferensiasi,
mempercepat penyembuhan kornea dengan membantu
produksi keratosit dan kolagen dan memperkecil
terjadinya inflamasi.”

Irigasi diberikan sebaiknya dilakukan selama 60 menit, kemudian


dilakukan pemeriksaan kertas lakmus, irigasi dihentikan apabila pH sudah
netral.
Moxifloxacin
mencegah terjadinya infeksi oleh kuman
oportunis
Kesimpulan
EDTA
Inhibitor kolagenase membantu proses penyembuhan luka
dengan menghambat aktivitas kolagenolitik dan dengan Penegakkan dan tatalaksana pada pasien ini
demikian mencegah ulserasi stroma. sudah tepat. Tatalaksana paling utama
adalah irigasi pada mata yang terkena
bahan kimia sebersih mungkin dilakukan
Vitamin C dalam 60 menit sampai pemeriksaan kertas
lakmus.
meningkatkan produksi kolagen dan
mempunyai kelebihan dapat menekan
perforasi kornea
02
JUDUL JURNAL:
PENANGANAN TRAUMA MATA
AKIBAT SEMBURAN BISA ULAR
Muhammad Abdurrauf
Dokter Internsip RSUD Sumberrejo Bojonegoro
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 3 Desember 2016
Introduction
Bisa digunakan oleh ular untuk membunuh mangsa dan mempertahankan diri. Bisa ini umumnya dimasukkan
lewat gigitan ular, namun beberapa jenis ular kobra mengembangkan kemampuan untuk menyemburkan untuk
mempertahankan diri. Semburan bisa ular dapat mencapai 2 – 5 meter.

Kerusakan yang ditimbulkan pada trauma mata akibat semburan bisa ular beragam tergantung dari volume bisa
yang masuk ke mata, waktu dari terpapar bisa dengan penanganan, dan penangan pertama. Walaupun jarang
mengancam nyawa tapi kerusakan yang timbul jika tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan beberapa
kompikasi dari keratitis hingga dapat menimbulkan kebutaan.
Kasus Hasil pemeriksaan setelah irigasi didapatkan mata
kananblepharospasme, hiperemi konjungtiva, tidak tampak
kekeruhan kornea, bmd tampak dalam. Visus pasien > 3/60
dengan hitung jari. Kemudian pasien diberi antibiotik topikal
chloramphenicol
dan oral NSAID.
Seorang laki laki usia 34 tahun datang ke RSUD Sumberrejo
Bojonegoro dengan keluhan mata terasa panas setelah terkena
semburan bisa ular sejak 10 menit sebelum masuk rumah
sakit. Sesaat setelah terkena semburan bisa ular tersebut
pasien mengeluh mata terasa panas, berair dan susah untuk
dibuka. Setelah sampai di UGD RSUD Sumberrejo
Bojonegoro dilakukan irigasi selama 30 menit kemudian
dievaluasi.
Pemberian sikloplegik topikal boleh digunakan untuk
mencegah sinekia posterior, spasme silier dan
mengurangi nyeri. Antihistamin dapat di berikan jika
Bisa dari ular kobra penyembur mengandung terdapat keratokonjungtivitis alergi.
cytotoxin,cardiotoxin dan beberapa enzim termasuk
phospholipase yang merupakan faktor hemolisis yang
relatif lemah yang dapat merusak membran dan
menyebabkan kemosis. Kesimpulan:
Pertolongan pertama yang terpenting dalam kasus ini Trauma mata akibat semburan bisa ular merupakan
adalah irigasi mata sedini mungkin selama 15 – 30
menit, kelopak mata atas dan bawah juga tidak lupa
salah satu kegawatdaruratan mata yang memerlukan
untuk dibalik untuk menghilangkan partikel yang penganganan pertama sedini mungkin untuk mencegah
terperangkap pada fornik. Selain irigasi mata dapat pula progresifitas kerusakan mata.
diberikan analgesik dengan vasokontriktor dengan
aktifitas midriasis yang lemah (seperti epinephrine) dan
anastesi topikal terbatas(seperti tetracaine), eksklusi
abrasi kornea dengan pewarnaan flouresin dengan
pemeriksaan slitlamp dan pemberian antibiotik topikal
profilaksis.

Anda mungkin juga menyukai