Keadaan Obat dalam mulut Struktur Gastrointestinal Dasar Pemberian Obat Peroral 3
1. Paling alamiah utk semua bhn yang akan diserap
oleh organ tubuh.
2. Cara yang umum dan nyaman terutama utk
penderita penyakit menahun, perawatan lama bahkan seumur hidup.
3. Memudahkan untuk pemberian obat pada anak
karena aromanya yang enak. Kontra Indikasi Pada Pemberian Oral 4
1. Untuk sediaan antirematik,obat dpt dimuntahkan sebelum
obat bereaksi.
2. Enzim pencernaan, seperti lipase, penisilinase dlm kondisi
cairan lambung yang asam dpt merusak zat aktif tertentu, disamping juga terjadinya pengikisan mukosa. Untuk itu perlu sediaan bersalut.
3. Enzim proteolitik dlm saluran cerna dpt merusak zat aktif
polipeptida atau protein (Insulin, hormon, polipeptida, dan serum) Kontra Indikasi Pada Pemberian Oral 5
4. Terjadi reaksi antara zat aktif dan bahan cairan lambung
dan membentuk senyawa kompleks yang sukar diserap, misalnya musin dgn streptomisin, garam empedu dgn amonium kuartener.
5. Beberapa zat aktif dimetabolisme pada membran usus,
sehingga sebagian telah rusak pada saat memasuki aliran darah. Struktur Gastrointestinal 6
Stomach (perut) digolongkan menjadi 2 bagian yaitu body of
stomach dan pylorus. Usus kecil secara anatomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Duodenum Jejenum Ileum ketiganya termasuk dalam sistem pencernaan dan absorpsi makanan yang kemudian dipindahkan oleh darah dan limfe. Wilayah absorpsi diperluas dgn adanya Villi dan Mikrovilli. Gambar 9 : PROSES YANG TERJADI SELAMA ABSORPSI OBAT DI GASTROINTESTINAL 7 8 Faktor Fisiologi dan Patologi yang berperan pada Absorpsi Obat Peroral 9
7 Faktor Fisiologi, yaitu :
1. Permukaan penyerapan 2. Umur 3. Sifat Membran Biologi 4. Laju Pelewatan dan Waktu Tinggal Dalam Lambung 5. pH dan Perubahan pH karena Formulasi 6. Tegangan Permukaan 7. Kekentalan Permukaan Penyerapan 10
Dibandingkan dgn usus, lambung tdk mempunyai
permukaan penyerapan yg berarti. Lambung merupakan organ penggetahan dibandingkan penyerapan. Luas permukaan usus halus sekitar 40-50 m2, penyerapan secara pasif dapat terjadi secara kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan peranan pH yg akan mengionisasi zat aktif / pengendapan, sehingga penyerapan hanya terjadi pada daerah tertentu. 11 Umur 12
Pada bayi dan anak -anak, sebagian dari sistem enzimnya
belum berfungsi sempurna.
Perlu berhati-hati pada pemberian obat pada bayi untuk
mencegah terjadinya over dosis pada zat aktif tertentu.
Untuk itu pengaturan dosis obat pada bayi menggunakan
fungsi berat badan, tdk dgn perhitungan rumus org dewasa. Sifat Membran Biologik 13
Sifat membran biologik sel-sel penyerap pada mukosa
pencernaan akan mempengaruhi proses penyerapan.
Difusi pasif di lambung atau usus besar akan terjadi utk zat aktif dgn sifat lipofil tertentu.
Penyerapan di usus halus lebih besar dibandingkan dengan
penyerapan di usus besar, dgn adanya berbagai mekanisme transpor atau absorpsi. Laju Pelewatan Dan Waktu Tinggal Dalam Lambung 14
Merupakan faktor penting yang mempengaruhi intensitas
penyerapan, maka untuk zat aktif yang sukar diserap di lambung, sebaiknya tidak tinggal lama di lambung, waktu pengosongan lambung sebaiknya terjadi lebih cepat.
Faktor yang meningkatkan waktu pengosongan lambung
adalah volume, konsistensi, keasaman kandungan bahan- bahan tertentu yang berada di saluran cerna . pH dan Perubahan pH Karena Formulasi 15
Ditinjau dari pH lambung dan usus, maka Menurut teori
partisi pH, hanya bentuk zat aktif tak terionkan yang mengalami penyerapan pasif, sedangkan hanya zat aktif yg bersifat asam lemah yang diserap di lambung, dan yang bersifat basa lemah diserap di usus.
pH cairan lambung dapat ditingkatkan dengan pemberian
senyawa anti asam, misalnya : Natrium bikarbonat. Tegangan Permukaan 16
Pada cairan usus menurun, karena adanya cairan
empedu, hal ini akan memudahkan pembasahan dan pelarutan partikel yang semula belum larut.
Senyawa yang merangsang pengeluaran cairan empedu
akan meningkatkan kelarutan dan mempermudah pengemulsian dan penyerapan bahan lemak dan Vitamin yang larut lemak. Kekentalan 17
Pengaruh Kekentalan relatif dari cairan cerna:
1. Pada proses penyerapan, yaitu menghambat pembasahan partikel dan menekan laju pelarutan. 2. Menghambat proses difusi molekul zat aktif saat proses pelarutan di mukosa penyerap. 3. Menghambat proses transit dan terutama meningkatkan waktu tinggal dalam lambung. 18
Beberapa senyawa pada saluran cerna yang dapat mengubah
aksi zat aktif: 1.Musin 2.Garam Empedu 3.Ion-ion tertentu : Ca, Mg, Fe 4.Flora Usus 5.Enzim Musin 19
Merupakan mukopolisakarida alami yang melapisi
saluran cerna, dpt membentuk kompleks dgn zat aktif dan menghambat proses penyerapan. Contoh : Streptomisin, Dehidrostreptomisin, Antikolinergik dan penurun tekanan darah golongan amonium kuarterner yang membentuk komplek sangat kuat. Garam Empedu 20
Senyawa ini berperan dalam penurunan tegangan
permukaan, sehingga mempermudah pelarutan dan penyerapan zat aktif. Ion-ion (Ca, Mg, Dan Fe) 21
senyawa ini berperan dalam pembentukan
komplek yang sulit diserap. Flora Usus 22
Mengeluarkan enzim, misalnya penisilinase yang
mengaktifkan zat tertentu. Enzim 23
Enzim dapat merusak zat aktif tertentu
Misalnya, zat aktif peptida akan dirusak oleh enzimproteolitik (insulin, Oksitosin). Dalam hal-hal tertentu enzim dapat meningkatkan pelepasan obat dan mempengaruhi sifat sediaan. Faktor PATOLOGI 24
1. Gangguan Fungsi Penggetahan
2. Gangguan Transit 3. Gangguan Penyerapan Gangguan Fungsi Penggetahan 25
Faktor Psikis berpengaruh pada proses penggetahan
Pada orang pemarah akan terjadi peningkatan pengeluaran getah Pada orang yang depresi terjadi penghambatan pengeluaran getah. Gangguan Transit 26
Lamanya waktu transit dalam lambung akan meningkat pada
keadaan : penyempitan pilorus (stenose pylorus) tukak lambung (ulcus Ventriculi) kelainan pembuluh darah tertentu myxcodemia (peradangan pada kelenjar). Lamanya waktu transit berkurang pada keadaan: duodenal (ulcus duodenalis) Kecemasan meningkatnya aktivitas (parasympathicotonical). Gangguan Penyerapan 27
Pengurangan luas permukaan penyerap, misalnya akibat
pembedahan, pemotongan usus, serta cacat pada permukaan mukosa. Perubahan media usus, pemakaian antibiotika spektrum luas dapat mengganggu keseimbangan flora usus, misalnya : Neomisin dapat merintangi kerja lipase pankreatik dan garam empedu. Tidak adanya molekul pembawa, berpengaruh pada transpor spesifik. Hambatan pada pembuluh balik darah atau pembuluh getah bening (disebabkan tumor) 28
Pada umumnya dikenal 2 sediaan obat yang diberikan peroral,
yaitu : 1.Bentuk sediaan cair Zat aktif terlarut Zat aktif terdispersi 2.Bentuk sediaan padat Bentuk Sediaan Cair 29
Zat aktif terlarut.
Untuk mendapatkan penyerapan optimal, harus
mempunyai kriteria : berada dalam bentuk aktif, terlarut dan takterionkan. Bahan obat yg sukar larut dalam air atau tidak stabil dalam pembawa berair, kelarutan zat aktif dapat ditingkatkan dengan 3 cara : 30
Cara peningkatan kelarutan Zat aktif :
1. Dengan penggaraman, misalnya garam HCl atau garam asam organik (sitrat, oksalat, askorbat dan garam natrium dari asam dekarboksilat). 2. Pembentukan berbagai interaksi (kafein-natrium benzoat, riboflavin-kafein) 3. Penambahan surfaktan pada konsentrasi lebih besar dari konsentrasi miselar kritik (CMC) zat aktif berada dalam keadaan seimbang dengan bentuk bebas yang dapat diserap. 31
Zat aktif terdispersi (yaitu bentuk emulsi atau suspensi)
Zat aktif dlm sediaan emulsi berupa:
1. Fase terdispers (emulsi lipid, emulsi minyak ikan) 2. Terlarut dlm fase minyak yg terdispers (vitamin A atau K, balsam) 32
Zat aktif dalam sediaan suspensi berupa :
Untuk sediaan oral yang tidak larut atau diemulsikan, bentuk sediaan oral yang dapat memberikan ketersediaan hayati yang sesuai yaitu : suspensi dalam air. Kinetika suspensi obat dalam tubuh terjadi dalam 2 tahap: Pelarutan partikel zat aktif. Penyerapan partikel zat aktif. Ukuran partikel harus sangat halus dan tidak berubah. Timbulnya endapan atau caking membuat suspensi sukar didispersikan karena partikel-partikel saling bergabung. Bentuk Sediaan Padat 33
Dikenal 3 bentuk sediaan padat :
1. Bentuk serbuk, harus dibasahi agar zat aktif terlarut. 2. Bentuk kapsul. 3. Tablet atau tablet salut yang strukturnya harus dapat dirusak agar sediaan berada pada stadium serbuk.