Anda di halaman 1dari 20

FLUOR ALBUS

Oleh: Mahar Matul Hilma


110.2010.155
Pembimbing: dr. Mathius Simuruk Gasong

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT MOH. RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 20 OKTOBER – 27 DESEMBER 2014
PENDAHULUAN
 Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala
keluarnya cairan dari vagina selain darah haid.
Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan
ada yang patologik (tidak normal)
 Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis
dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia
reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal
tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya,
meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita
dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
rendah
 Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat
bervariasi sehingga disebut multifaktorial. Faktor-faktor
tersebut mengharuskan seorang dokter meningkatkan
ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab
serta memberikan terapi atau tindakan yang sesuai.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan)
adalah bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang
berlebihan dan bukan merupakan darah.
EPIDEMIOLOGI
 Proporsi perempuan yang mengalami fluor albus
bervariasi antara 1 -15 % dan hampir seluruhnya
memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika
merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada
semua umur.
ETIOLOGI

• Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari


• Menarche karena mulai terdapat pengaruh
estrogen
• Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan
pada waktu koitus
• Ovulasi
• Kehamilan
Fisiologis • Stres, kelelahan
• Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
• Wanita dengan penyakit menahun, dan pada
wanita dengan ektropion porsionis uteri.
• Infeksi
• Iritasi
• Tumor atau jaringan
Patologis abnormal lain
• Benda asing
• Radiasi
• Fistula
PATOGENESIS

 Lactobacillus acidophilus endogen peroksida


toksik terhadap bakteri patogen.
Estrogen, glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan
produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 menghambat
pertumbuhan bakteri lain
 Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon
dapat merubah lingkungan vagina dan memacu pertumbuhan
bakteri patogen.

 Menurunkan jumlah hidrogen peroksida

 Tumbuhnya mikroba

 Menghasilkan amin

 Menaikkan pH vagina, menyebabkan pelepasan sel-sel


vagina, penghasil bau
  Kandidosis Trichomoniasi Vaginosis
Vulvovaginalis s Bakterial
C.albicans T.vaginalis G.vaginalis
PENYEBAB
Bakteri
anaerob
Mycoplasma

     
KELUHAN
Bau asam Bau Bau amis
- bau duh
     
tubuh vagina
+ + Jarang
- lecet pada
+ + Jarang
vulva
+ + Jarang
- iritasi pada
vulva
- dispareunia
     
GEJALA
+ + Jarang
- Vulvitis/vaginitis
     
- Duh tubuh vagina
Sedikit-sedang Banyak Sedang
 Jumlah
Putih Kuning Putih Keabuan
 Warna
Encer/menggumpal/cheesy Encer/berbusa Encer/berbusa.
 konsistensi
plaques purulen Homogen, tipis,
  melekat pada
dinding vagina

     
DIAGNOSIS
- pH vagina  4,5 > 4,5 > 4,5
(-) seringkali (+) (+)
- Whiff test
     
- Mikroskopis
Bentuk ragi/sel tunas    
 KOH 10%
Pseudohifa bentuk ragi    
 
(+)    
 
  Clue cells, PMN
 Gram
  sedikit, lactobacilli
 
  sedikit (-)
 
Gerakan
NaCl
Trichomonas (+)
Banyak sel PMN
 
  Kandidosis Vulvovaginalis Trichomoniasis Vaginosis Bakterial

TERAPI - Klotrimazol 500 mg - Metronidazole 2 gr - Metronidazole 2 gr


intravagina, dosis peroral, dosis tunggal peroral, dosis
tunggal atau atau tunggal atau
- Klotrimazol 200 mg / - Metronidazole 2x500 - Metronidazole
intravagina selama 3 mg peroral, selama 7 2x500 mg peroral,
hari atau hari 2 kali selama 2 hari
- Nistatin 100.000 unit / atau
intravagina selama 14 - Ampisilin 500 mg
hari atau peroral 4xsehari
- Flukonazole 150 mg / selama 7 hari
peroral dosis tunggal - Krim klindamisin
atau vagina 2%,
- Ketokonazole 200 mg intravagina selama
2x1 tablet selama 5 hari 7 hari atau
atau - Gel metronidazole
- Itrakonazole 200 mg 0,75% intravagina
2x1 tablet selama 1 hari 2xsehari selama 5
hari
PROTOKOL DIAGNOSIS
PENCEGAHAN
 Alat pelindung
 Pemakaian obat atau cara profilaksis

 Pemeriksaan secara dini


PROGNOSIS
 Kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus
memberikan respon terhadap pengobatan dalam
beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan
pengobatan yang lebih efektif.
KESIMPULAN
 Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan)
bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan
yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan
dan bukan merupakan darah
 Berdasarkan data epidemiologik, penyebab utama fluor
albus adalah infeksi
 Terapi kausal merupakan terapi utama fluor albus.
Pencegahan terhadap fluor albus dengan menjaga higien
genital. Pemakaian pelindung, penggunaan obat
profilaksis serta pemeriksaan dini
DAFTAR PUSTAKA
 Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor albus Patologis yang disebabkan oleh Infeksi pada
Penderita Rawat Jalan di Klinik. 2004. Tesis/FK UNDIP;Semarang.
 Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001. Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.
 Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8

 Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita. 1999. Jakarta

 Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).

 Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada
alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta
 Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

 Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A


Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford
 Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran UNHAS RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
 Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada
akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai