MIKROBIOLOGI FARMASI
PERCOBAAN VII
UJI CEMARAN MIKROBA DALAM SIMPLISIA
3) Untuk uji konfirmasi : biarkan tabung dengan gas positif, pindahkan 1 ose ke dalam
tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung Durham, inkubasikan.
4) Jumlah tabung dengan gas positif dicatat dan dibandingkan dengan tabel Nilai
Duga Terdekat (NDT) / Most Probable Number (MPN). Angka yang ditunjukkan
pada tabel menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap gram sampel.
III. PEMBAHASAN
Praktikum pertama kali ini membahas tentang uji cemaran mikroba dalam
simplisia. Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini untuk mengetahui cara –
cara menguji uji cemaran mikroba dalam simplisia, mengetahui macam – macam
simplisia, serta mengetahui faktor – faktor yang memengaruhi mutu dari suatu
simplisia. Simplisia berupa bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun, berupa bahan yang telah dikeringkan. Cara
pembuatan simplisia dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu
disortir,dibersihkan dengan air mengalir, pengeringan, dan penyimpanan.
Simplisia dapat terbagi menjadi 3 yaitu, simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia mineral
Percobaan ini dilakukan pemeriksaan Angka Lempeng Total yaitu
menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada media dari pengenceran sampel.
Pengenceran bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi mikroorganisme
karena tanpa dilakukannya pengenceran koloni yang tumbuh akan menumpuk
sehingga akan menyulitkan dalam perhitungan jumlah koloni. Setelah itu, sampel
dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga
didapatkan perhitungan yang tepat.
1. Percobaan kali ini dilakukan perhitungan dari berbagai simplisia dengan media
yang berbeda. Media yang digunakan pada percobaan ini antara lain, nutrient agar (NA)
dan potato dextrose agar (PDA). Percobaan ini juga menggunakan simplisia organik
yang berasal dari kulit manggis, rimpang kunyit, daun meniran, dan bunga alamanda.
Percobaan pertama dengan menggunakan kulit manggis dan menggunakan media
NA. Pada sampel dilakukan pengenceran untuk memudahkan dalam perhitungan koloni.
Pengenceran pada- menghasilkan jumlah bakteri pada S sejumlah 374, 289, 165, 87,
24 dan pada D menghasilkan 368, 275, 180, 93, 54. Setelah didapatkan jumlah bakteri
dilakukan perhitungan dengan 2 macam seperti perhitungan angka kapang khamir (AKK)
dan angka lempeng total (ALT). Pada sampel kulit manggis ini kita menggunakan
perhitungan angka lempeng total (ALT). Hasil yang ditunjukkan dari perhitungan angka
lempeng total (ALT) sebesar 5,14 x CFU/ml.
Percobaan kedua dengan menggunakan rimpang kulit dan menggunakan media PDA.
Pengenceran pada -menghasilkan jumlah bakteri pada S sejumlah 98,67,56,43,24 dan
pada D sebesar 89,65,32,11,9. Setelah didapatkan jumlah bakteri dilakukan
perhitungan dengan 2 macam seperti perhitungan angka kapang khamir (AKK) dan
angka lempeng total (ALT). Pada sampel rimpang kunyit ini kita menggunakan
perhitungan angka kapang khamir (AKK). Hasil yang ditunjukkan dari perhitungan angka
lempeng total (ALT) 2,18 x CFU/ml.
Percobaan ketiga dengan menggunakan daun meniran dan menggunakan media
NA. Pada sampel dilakukan pengenceran untuk mengurangi jumlah kandungan
mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.
Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni. Pengenceran pada -
menghasilkan jumlah bakteri pada S sejumlah 392,266,201,153,77 dan pada D
menghasilkan 397,249,199,168,54. Setelah didapatkan jumlah bakteri dilakukan
perhitungan dengan 2 macam seperti perhitungan angka kapang khamir (AKK) dan
angka lempeng total (ALT). Pada sampel kulit manggis ini kita menggunakan
perhitungan angka lempeng total (ALT). Hasil yang ditunjukkan dari perhitungan
angka lempeng total (ALT) 6,15 x CFU/ml.
Percobaan keempat dengan menggunakan bunga alamanda dan menggunakan
media PDA. Pengenceran pada - menghasilkan jumlah bakteri pada S sejumlah
150,127,99,56,11 dan pada D menghasilkan 101,78,45,21,10. Setelah didapatkan
jumlah bakteri dilakukan perhitungan dengan 2 macam seperti perhitungan angka
kapang khamir (AKK) dan angka lempeng total (ALT). Pada sampel rimpang kunyit
ini kita menggunakan perhitungan angka kapang khamir (AKK). Hasil yang
ditunjukkan dari perhitungan angka lempeng total (ALT) 3,14 x CFU/ml.
IV. KESIMPULAN
1. Pengujian pada uji cemaran mikroba dalam simplisia dapat dilakukan
dengan cara uji angka lempeng total dan uji nilai daya terdekat (MPN)
coliform.
2. Uji angka lempeng total dapat dilihat dengan pertumbuhan koloni
bakteri aerob setelah cuplikan diinokulasikan pada media agar dengan
cara tuang dan diinkubasikan pada suhu yang sesuai.
3. Uji nilai daya terdekat (MPN) coliform dapat dilihat dengan
pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada media
cair yang sesuai dengan adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas
di dalam tabung durham.
4. Simplisia dapat terbagi menjadi 3 yaitu, simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia mineral.
5. Faktor yang memengaruhi mutu simplisia antara lain pemanenan
(waktu, tempat panen dan alat yang digunakan), sortasi basah, pencucian,
perajangan, dan pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Atma, Yoni, 2016. Angka Lempeng Total (Alt), Angka Paling Mungkin (Apm) dan Total Kapang Khamir Sebagai
Metode Analisis Sederhana Untuk Menentukan Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya,
Jurnal Teknologi , 8(2) : 77-81.
Khoirani, Nur, 2013. Karakterisasi Simplisia dan Standarisasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum
americanum L.), UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
Lubis, Hertati Anriani, I Gusti Ketut Suarjana dan Mas Djoko Rudyanto, 2012. Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan Telur Ayam Kampung terhadap Jumlah Escherichia Coli, Indonesia Medicus
Veterinus, 1(1) : 144 – 159.
Mursalim, 2018. Pemeriksaan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Minuman Sari Kedelai Yang Diperjualbelikan
Di Kecamatan Manggala Kota Makassar, Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1) : 56-62.
Saweng, Cikal Farah Irian Jati, Luh Made Sudimartini dan I Nyoman Suartha, 2020. Uji Cemaran Mikroba
pada Daun Mimba (Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal, Indonesia
Medicus Veterinus, 9(2) : 270-280.