Anda di halaman 1dari 19

HIPOKALSEMIA

Dahlia Setiawan (130212210019)


Definisi

◦ Hipokalsemia adalah suatu kondisi kelainan metabolisme yang diakibatkan oleh rendahnya
kadar kalsium dalam darah. Kasus hipokalsemia banyak dijumpai pada sapi setelah
melahirkan terutama sapi dengan reproduksi tinggi. Penyakit iniditandai dengan penurunan
kadar kalsium di dalam darah, yang normalnya 9 – 12 mg/dl menjadi kurang dari 5 mg/dl.
Selain itu hipokalsemia juga ditandai dengan hipofosfatemia, hipomagnesemia, dan
hiperglikemia. Kejadian paling banyak (90%)ditemukan dalam 48 jam setelah sapi melahirkan
(Subroto, 2007). Pada peternakan sapi perah, penyakit ini sangat berpengaruh terhadap
produktifitas susu, baik dalam hal kualitas ataupun kuantitas dari air susu
Etiologi

◦ Hipokalsemia sering terjadi pada sapi terutama sapi Jersy dan FriesienHolstein.
◦ Hipokalsemia terjadi akibat perubahan kadar ion dalam sel cairan tubuh yang
mempengaruhi iritabilitas, gerakan dan tonus otot,serta pengaruh dari ion – ion
Na, K, Ca dan Mg yang mempengaruhi implus saraf.
◦ Ca dan Mg berfungsi sebagai pemelihara permeabilitas membran sel dan
kemampuan otot untuk berkontraksi.
◦ Sedangkan Ca berfungsi sebagai aktifator antara ikatan protein aktin dan protein
myosin sehingga dapat menghasilkan kontraksi otot.
Etiologi

◦ Kebutuhan kalsium pada akhir masa kebuntingan cukup tinggi sehingga jika kalsium dalam
pakan tidak mencukupi, maka kalsium di dalam tubuh akan di mobilisasi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
◦ Kebutuhan kalsium pada awal laktasi juga meningkat, karena setiap kg air susu mengandung
1.2 – 1.4 gram kalsium.
◦ Sedangkan kalsium dalam darah adalah 8 – 10 mg/dl , sehingga sekresi susu yang mendekati
2 kg akan memerlukan semua kalsium yang terdapat dalam darah.
◦ Jika kadar kalsium dalam darah tidak dapat dipertahankan, maka sapi akan mengalami
hipokalsemia
Faktor Predisposisi

◦ Umur ◦ Bawaan dari lahir


◦ Produktivitas air susu ◦ Kecukupan sinar ultra violet
◦ Nafsu makan ◦ Breed
◦ Kandungan gizi ransum ◦ Masa kering kandang
◦ Fungsi pencernaan
Patofisiologi

◦ Hipokalsemia disebabkan karena kegagalan homeostasis kalsium pada awal masa laktasi.
Kebutuhan yang mendadak terhadap kalsium (Ca) untuk sintesis kolostrum di dalam kelenjar
ambing yang berlaktasi merupakan faktor penyebab kegagalan homeostasis Ca. Induk sapi
secara normal memiliki cadangan kalsium yang cukup dalam tulangnya (6.000 g) maupun dari
asupan pakan melalui saluran pencernaan (100 g) serta hanya dalam jumlah kecil terdapat di
dalam sirkulasi darah(8 g). Cadangan kalsium tersebut tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pedet bila terjadi perubahan yang drastis pada akhir kebuntingan (5 g/hari) dan
untuk menghasilkan susu pada masa awal laktasi (25 g/kg).
Patofisiologi

◦ Secara normal, setiap hari selalu terjadi kehilangan kalsium melalui ekskresi
urin dan feces yang tidak dapat dihindari oleh induk sapi perah. Kondisi ini
semakin parah karena kolostrum mengandung kalsium dua kali lebih banyak
daripada susu (2 g/liter berbanding 1g/liter) sehingga terjadi kehilangan
kalsium yang drastis dalam cairan tubuh. Oleh karena itu, pada saat
melahirkan, kebutuhan kalsium akan meningkat tinggi secara mendadak yang
mengakibatkan induk sapi mengalami penurunan kadar kalsium dalam darah
Patofisiologi
◦ Menurunnya kadar kalsium darah akan merangsang pelepasan hormon parathyroid yang
terdapat di dalam kelenjar parathyroid. Hormon ini memiliki kemampuan untuk merangsang
pelepasan kalsium dan fosfor dari tulang. Senyawa1,25 (OH)2D3 bertanggung jawab dalam
penyerapan kalsium dari tulang dan saluran pencernaan. Penyerapan kalsium dari tulang
memerlukan waktu yang lama yakni 10-14 hari, sehingga usus halus merupakan sumber utama
kalsium setelah melahirkan. Otot usus halus sangat peka terhadap kadar kalsium rendah yang
dapat menurunkan aktivitas usus halus sehingga menimbulkan gejala hipokalsemia.
Rendahnya kadar kalsium akan menurunkan motilitas rumen sehingga mengurangi asupan
nutrisi dan selanjutnya penurunan aktivitas intestinal akan mengurangi absorpsi kalsium dari
saluran pencernaan
Gejala Klinis

◦ Stadium 1 ( prodromal )

Gambar 1.Sapi perah mengalami inkoordinasi gerak


(Sumber : www.sapiterkenahypokalsemia.com)
Gejala Klinis

◦ Stadium 2 ( Recumbent = Berbaring )

Gambar 2.Sapi perah terkena milk fever


(hypokalsemia)
(Sumber : www.sapiterkenahypokalsemia.com)
Gejala Klinis

◦ Stadium 3 (Koma)
Diagnosis

Untuk mendiagnosis penyakit ini dapat dilakukan dengan melihat tanda klinis
yang dialami oleh hewan. Anamnesis merupakan langkah awal yang dilakukan
sebelum melakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini ialah uji
hematologi dengan melihat kadar Ca dalam serum
Prognosa
◦ Dubius-Infausta
Pengobatan

◦ Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita hypokalsemia ialah dengan


pemberian Kalsium glukonat 5 g per oral diberikan tiga kali sehari dan vitamin
D 50 000 I.U. diberikan melalui injeksi intramuskular satu kali sehari
◦ Selain itu, dapat pula diberikan obat Calcidexplus,Calbro, Biosolamin, dan
Novaldon. Tujuan pemberian obat tersebut agar mampu meningkatkan kadar
kalsium di dalam darah dengan ditambah Adenosin TriPhospat sebagai support
energi dan Novaldon untuk mengurangi rasa sakit.
Pengobatan (Lanjutan)

◦ Pengobatan yang dilakukan dengan memberikan kalsium. Pada kasus yang terjadi
saat koasistensi diberikan kalsium boroglukonat® secara intravena untuk
menggantikan kalsium di dalam darah. Pemberian kalsium secara intravena
dilakukan agar kalsium yang diberikan cepat dialirkan ke seluruh tubuh agar
cepat menggantikan kalsium yang hilang.Akan tetapi, pemberian kalsium harus
diberikan secara perlahan agar tidak menimbulkan syok pada jantung. Kalsium
merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi saraf,
kontraksi jantung, otot, sistem rangka dan pemerbealitas membrane sel.
Pengobatan (Lanjutan)

◦ Hematopan® (IM) mengandung vitamin B12 dimana memiliki indikasi untuk


meningkatkan nafsu makan, serta membantu dalam gangguan hematopoietic
seperti anemia akibat kekurangan makan atau infeksi, proses penyembuhan,
kebuntingan, untuk meningkatkan kondisi dan stamina. Vitamin B 12 berfungsi
untuk menjadi keseimbangan di dalam tubuh dengan membantu organ tetap
berjalan dengan fungsinya masing-masing.Vitamin B12 membantu dalam
mengangkat tingkat energy dan membantu hati, ginjal,limpa, jantung dan kandung
kemih normal. Selain itu vitamin B 12 juga berfungsi dalam produksi sel darah
merah.
Pengobatan (Lanjutan)

◦ Lalu dibrikan juga biosolamine® (IM) mengandung ATP, Magnesium aspartate, kalium aspartate dan
natrium selenite yang memiliki indikasi mengembalikan fungsi otot akibat melahirkan, kelemahan akibat
kekurangan makanan. Adeno trifosfat (ATP) adalah suatu nukleotida yang dalam biokimia dikenal
dengan satuan molekuler pertukaran energy intraseluler, artinya ATP dapat digunakan untuk menyimpan
dan mentransport energy kimia di dalam sel. ATP berperan penting dalam menyuplai energy dan
berperan dalam signaling dalam respon perubahan lingkungan. Magnesium aspartate adalah mineral
garam ganda dimana kalsium, magnesium dan aspartate diberikan sebagai produk bi-tunggal. Mineral ini
berfungsi dalam meningkatkan daya tahan fisik dan memfasilitasi produksi energy tubuh dengan cara
memainkan peran penting dalam regenerasi danmemproduksi ATP. Ketiga komponen ini juga memiliki
peran penting dalammemproduksi energy dan mengosumsi oksigen dari sel-sel pada saat siklus energy
Pencegahan
◦ Pencegahan hipokalsemia dilakukan dengan memperbaiki manajemen pemberian pakan. Pada masa kering, pemberian
kalsium tidak lebih dari 100 gram/hari dan pemberian fosfor tidak lebih dari 40 gram/hari. Kemudian melakukan
manipulasi keseimbangan rasio anion kation, dapat dilakukan dengan memberikan kalsium klorida,magnesium sulfat,
ammonium klorida atau ammonium sulfat. Sapi sebaiknya diberikan pakan yang mengandung bahan tersebut 10 hari
sebelum partus untuk memberikan hasil yang baik. Selain itu injeksi vitamin D juga dapat diberikan sebagai
pencegahan secara intra muscular, diberikan 8 sampai 2 hari sebelum melahirkan. Selain itu dapat diberikan gel
kalsium untuk pencegahan, Gel kalsium tersebut dapat diberikan pada sapi beresiko 24 jam sebelum partus, saat partus
dan 10 hingga 14 hari paska partus. Kelebihan gel kalsium yaitu mudah diberikan dana aman namun kekurangannya
lebih pahit dan lebih mahal dibanding preparat lainnya
Daftar Pustaka
Can Vet J. Hypocalcemia in a Dog. Department of Veterinary Internal Medicine,Western College of Veterinary Medicine, University of
Saskatchewan,Saskatoon, Saskatchewan S7N 0 WO 1983; 24: 214-217

Kornegay Jn. Greene Ce. Mar-1'in C. Gorgacz Ej. Melcon Dk. Idiopathichypocalcemia in four dogs. J Am Anim Hosp Assoc 1980; 16: 723-734.

Martindah, E., Sani, Y., Noor, S.M., 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah diIndonesia dalamhttp://peternakan.litbang.pertanian.go.id.Diakses
padaSelasa, 20 November 2018 pukul 16.30 WITA

Sjafarjanto, A. 2010. Ilmu Penyakit Hewan Besar II. Diktat Program PendidikanDiploma Tiga Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner
FakultasKedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Subroto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II Gajah Mada Universitas Pers Yogyakarta.Yogyakarta.

Thirunavukkarasu, M., Kathiravan, G., Kalaikannan, A., and Jebarani, W., 2010.Quantifying Economic Loses due to Milk Fever in Dairy
Farms.Agricultural Economics Reaserch Review 23, 77-81

Wirjaatmadja, Roeswandono, 2008. Higine Susu. Diktat Program PendidikanDiploma Tiga Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner
FakultasKedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Anda mungkin juga menyukai