Anda di halaman 1dari 395

SPESIFIKASI UMUM 2018

(Revisi 2)
Palembang, 13-14 Des 2021
ASPEK LEGAL (1)
 Perpres 16/2018
 15 Bab, 94 Pasal & “tiada” Penjelasan
 Mencabut: Perpres 54/2010; Perpres 35/2011 (Perubah-
bahan 1); Perpres 70/2012 (Perubahan 2); Perpres
172/2014 (Perubahan 3); Perpres 4/2015 (Perubahan 4)
 Perpres 12/2021
 Pasal I:
 34 Pasal berubah (bukan seluruh teks) + 4 Pasal

Sisipan (27A, 72A, 74A & 74B)


 Pasal 1 tentang definisi: 3 angka dihapus; 4 angka

disisipkan, 6 angka diubah & 1 angka ditambah


 Setiap Pasal terdapat keterangan perubahannya

 Pasal II:
 Ketentuan Penutup
ASPEK LEGAL (2)
 Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Perlem LKPP 12/2021
 Lampiran I : Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi Nonkonstruksi melalui Penyedia
 Lampiran II : Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi melalui Penyedia
 Lampiran III : Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun melalui Penyedia
 Lampiran IV : Dokumen Pemilihan Pengadaan Barang/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi Nonkonstruksi melalui Penyedia (16)
 Lampiran V : Dokumen Pemilihan Pengadaan Jasa Konstruksi
melalui Penyedia (30)
 Lapiran VI : Dokumen Pemilihan Pengadaan Pekerjaan Kon-
struksi Terintegrasi Rancang dan Bangun melalui Penyedia (5)
ASPEK LEGAL (3)

 SURAT EDARAN DIRJEN No.16.1/SE/Db/2020


tanggal 27 Oktober 2020
 SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA 2018 UNTUK
PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
(Revisi 2)
PERBANDINGAN ISI DOKUMEN TENDER LOAN & PERLEM LKPP No.12/2021
No. WORLD BANK July 2019 Perlem LKPP No.12/2021
I BIDDING PROCEDURES Pekerjaan Konstruksi

1 Bab I – Umum
2 Invitation for Bids (IFB) Bab II – “Undangan Tender” atau “Pengum-
uman Pemilihan dengan Pasca Kualifikasi”
3 Section I – Instruction to Bidders (ITB) Bab III – Instruksi kepada Peserta (IKP)
4 Section II – Bid Data Sheet (BDS) Bab IV – Lembar Data Pemilihan (LDP)
5 Section III – Eva. and Qualification Criteria Bab V – Lembar Data Kualifikasi (LDK)
6 Bab VII – Petunjuk Pengisian Data Kualifikasi
7 Bab VIII – Tata Cara Evaluasi Kualifikasi
8 Bab XIII – Petunjuk Evaluasi Kewajaran Harga
9 Section IV – Bidding Forms : Bab VI – Bentuk Dokumen Penawaran
10 - Bill of Quantities Bab XI – Daftar Quantitias dan Harga
11 Section V – Eligible Countries
12 Section VI – IsDB Policy - Corrupt and Fraudulent Practices
II WORK/EMPLOYER REQUIREMENTS KETENTUAN PENGGUNA JASA
13 Section VII – Specifications (Gen. & Special) Bab X – Spesifikasi Teknis dan
14 – Drawings – Gambar
15 – Supplement Information
III CONDITION OF CONTRACTS AND CONTRACT FORMS
16 Section VIII – Gen. Con. of Contract (GCC) Bab IX – II. Syarat2 Umum Kontrak (SSUK)
17 Section IX – Part. Con. of Contract (PCC) Bab IX – III. Syarat2 Khusus Kontrak (SSKK)
- Part A: Contract Data
- Part B: Particular Provisions
18 Section X – Contract Forms Bab IX – Rancangan Kontrak:
I. Surat Perjanjian
19 Bab XII – Bentuk Dokumen Lain
KETENTUAN PENGGUNA JASA
 LINGKUP PEKERJAAN
 JENIS PEKERJAAN
 PANJANG
 JENIS MATERIAL
 PERKIRAAN KUANTITAS PEKERJAAN UTAMA
 SPESIFIKASI “TEKNIS”
 SPESIFIKASI UMUM
 SPESIFIKASI KHUSUS
 GAMBAR
 GAMBAR RENCANA (DRAWINGS)
 GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS) ?

 GAMBAR TERLAKSANA (AS BUILT DRAWINGS) ?

 INFORMASI TAMBAHAN (jika ada)


GAMBAR
 SETTING OUT
 HARAFIAHNYA ADALAH MEMINDAHKAN GAMBAR KE
LAPANGAN
 BILAMANA TERJADI KETIDAK-SESUAIAN KARENA
PERUBAHAN KONDISI LAPANGAN MAKA DILAKUKAN
REVISI DESAIN
 DIMENSI PRODUK
 PANJANG, LEBAR, TINGGI ATAU TEBAL
 KETINGGIAN (ELEVASI)
 GARIS & KEMIRINGAN
 MUTU BAHAN
 NOTASI UMUM
 DETAILNYA DISEBUTKAN di dalam SPESIFIKASI
SPESIFIKASI
 MEMUAT SEGALA PERATURAN & KETENTUAN
TENTANG BAGAIMANA PEKERJAAN HARUS
DIKERJAKAN & BERHASIL “AKHIR”
 SALAH SATU BAGIAN PENTING DARI DOKUMEN
TENDER / KONTRAK
 DIKENAL DENGAN NAMA SPESIFIKASI TEKNIK /
UMUM
 JIKA PERLU DILENGKAPI SPESIFIKASI KHUSUS
ATAU ADDENDUM
 BENTUK : BERJENJANG ATAU “END RESULT”
ISI SPESIFIKASI “BERJENJANG”
 LINGKUP PEKERJAAN
 CUACA YANG DIIJINKAN UTK BEKERJA
 BAHAN
 METODE PELAKSANAAN
 PERALATAN
 PENGENDALIAN MUTU
 CARA PENGUKURAN HASIL KERJA
 CARA PEMBAYARAN
POLA SPESIFIKASI 3 - 2 - 5
 BERTAHAP 3 :
 BAHAN BAKU; OLAHAN ; JADI
 BERLINGKUP 2 :
 PENGENDALIAN KUANTITAS; KUALITAS
 BERSTRUKTUR 5 :
 JENIS PEMERIKSAAN
 METODE PEMERIKSAAN
 FREKWENSI
 PERSYARATAN MIN. & MAKS.
 TOLERANSI
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Rev.2)
Versi Spesifikasi Umum 2018 Rev.2 (27 Okt 2020)
 Div 1. Umum
 Div 2. Drainase
 Div 3. Pekerjaan Tanah dan Geosintetik
 Div 4. Pekerjaan Preventif
 Div 5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton
Semen
 Div 6. Perkerasan Aspal
 Div 7. Struktur
 Div 8. Rehabilitasi Jembatan
 Div 9. Pekerjaan Harian dan Pekerjaan Lain-lain
 Div 10. Pekerjaan Pemeliharaan Kinerja
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (1)

LINGKUP PEKERJAAN
 Pekerjaan dalam Spesifikasi ini dapat berupa:
 Pembangunan Jalan dan/atau Jembatan Baru,
 Penggantian Jembatan,
 Peningkatan Kapasitas Jembatan (pelebaran),
 Peningkatan Kapasitas Jalan,
 Preservasi Jalan (termasuk semua bangunan pelengkap),
 Rehabilitasi Jembatan, dan
 Perkuatan Struktur Jembatan (termasuk semua bangunan
pelengkap)
 Penyedia Jasa harus:
 melakukan pematokan dan survei lapangan yang cukup detail
berdasarkan Gambar selama periode mobilisasi, dan
 menyiapkan Gambar Kerja (Shop Drawings) untuk diperiksa dan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (2)
 Berdasarkan Kontrak, Penyedia Jasa harus:
 melaksanakan semua pekerjaan yang tercakup dalam Kontrak,
 memperbaiki cacat mutu selama Masa Kontrak yang harus
diselesaikan sebelum berakhirnya waktu yang diberikan untuk
memperbaiki cacat mutu,
 Pemeliharaan Jalan dan Jembatan yg harus dilaksanakan dalam
waktu yang diberikan selama Masa Pelaksanaan.
 Lingkup Pekerjaan termasuk, tetapi tidak terbatas:
 Fasilitas dan Pelayanan Pengujian;
 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas;
 Penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (termasuk
penyuluhan HIV/AIDs, jika disebutkan dalam Kontrak) yang
dituangkan dalam RKK (Rencana Keselamatan dan Kesehatan),
 Pengamanan Lingkungan Hidup, dan
 Manajemen Mutu.
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (3)

KETENTUAN KAJIAN TEKNIS


 Umum:
 Sebelum pekerjaan survei dimulai Penyedia Jasa harus
mempelajari Gambar untuk dikonsultasikan dengan Pengawas
Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap
kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang
berhubungan dengan pekerjaan ini. Penyedia Jasa dan
Pengawas Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam
menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam
revisi Gambar.
 Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga dapat diubah oleh
Pengawas Pekerjaan setelah revisi minor terhadap seluruh ran-
cangan telah selesai, di mana revisi minor ini harus berdasarkan
data survei lapangan yang dikumpulkan oleh Penyedia Jasa
sebagai bagian dari Lingkup perkerjaan dalam Kontrak.
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (4)
 Survei Lapangan oleh Penyedia Jasa:
 Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya Kontrak,
Penyedia Jasa harus melaksanakan survei lapangan yang
lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Ketentuan survei lapangan yang lengkap dan
detail terdapat dalam Seksi 1.9, Kajian Teknis Lapangan
 Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Penyedia Jasa
harus menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan detail
dari hasil survei ini kepada Pengawas Pekerjaan, tidak lebih
dari 30 hari setelah tanggal mulai kerja.
 Gambar Kerja (Shop Drawings):
 Gambar Kerja (Shop Drawings) dapat disiapkan secara bertahap
oleh Penyedia Jasa untuk mendapat persetujuan Pengawas
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (5)

PEMBAYARAN PEKERJAAN
 Penyedia Jasa harus melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan
detil yang diberikan dalam Gambar, dan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan,
 Sebagian besar pekerjaan tersebut akan dibayar menurut sistem
Harga Satuan. Pembayaran kepada Penyedia Jasa harus
dilakukan berdasarkan kuantitas aktual yang diukur pada
masing-masing Mata Pembayaran dalam Kontrak yang telah
dilaksanakan sesuai dengan Seksi yang berkaitan dari Spesifikasi
ini, baik cara pengukuran maupun pembayarannya
 Pembayaran juga akan dilakukan berdasarkan pengukuran dan
pembayaran Lump Sum untuk mata pembayaran Mobilisasi,
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, dan Manajemen Mutu, Pemeliharaan
Jembatan, serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan
yang diperintahkan atas dasar Pekerjaan Harian
Seksi 1.1 – Ringkasan Pekerjaan (6)
 Pembayaran yang diberikan kepada Penyedia Jasa harus
mencakup kompensasi penuh untuk seluruh biaya yang
dikeluarkan seluruh pekerja, bahan, peralatan konstruksi,
pengorganisasian pekerjaan, overhead, keuntungan, retribusi,
pajak, pengamanan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan,
pembayaran kepada pihak ketiga untuk tanah atau untuk
penggunaan atas tanah atau untuk kerusakan bangunan
(property) maupun untuk semua biaya pekerjaan tambah yang
tidak dibayar secara terpisah seperti pembuatan drainase
sementara untuk melindungi pekerjaan selama pelaksanaan,
pengangkutan, perkakas, peledakan dan bahan untuk
peledakan, penurapan, penyangga, pembuatan tempat kerja,
pembuatan tanda sumbu (centering) dan penopang, dan lain-
lain biaya yang diperlukan atau lazim dipakai untuk pelaksanaan
dan penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari Pekerjaan
tersebut
Seksi 1.2 – Mobilisasi (1)

UMUM
 Lingkup kegiatan mobilisasi tergantung pada jenis dan
volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan secara
umum harus memenuhi berikut:
 Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan
untuk base camp Penyedia Jasa dan kegiatan pelaksanaan.
 Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur
organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan
 Mobilisasi dan pemasangan instalasi konstruksi dan semua
peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
Penawaran yang diperlukan selama pelaksanaan Pekerjaan,
dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan
tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.
 Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa, jika
perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel,
gudang, ruang laboratorium beserta peralatan ujinya, dsb.
Seksi 1.2 – Mobilisasi (2)
 Perkuatan jembatan eksisting untuk pengangkutan alat-alat
berat (jika diperlukan).
 Mobilisasi personil inti dan peralatan utama dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan yang
disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting) yang disebutkan dalam Pasal 1.2.2 dalam Spesifikasi
ini yang kemudian dituangkan dalam Adendum.
 Lahan, base camp termasuk kantor lapangan, tempat tinggal,
bengkel, gudang, ruang laboratorium beserta perlengkapan dan
peralatan ujinya, dan semua fasilitas dan sarana lainnya yang
disediakan oleh Penyedia Jasa untuk mobilisasi menurut Seksi ini
tetap menjadi milik Penyedia Jasa setelah Kontrak berakhir.
 SSUK Pasal 24.4:
 Mobilisasi peralatan dan Tenaga Kerja Konstruksi dapat dilaku-
kan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
Seksi 1.2 – Mobilisasi (3)
 Periode Mobilisasi:
 Kecuali ditentukan lain sebagaimana yang disebutkan dalam
Pasal 1.2.1.1).a).vi) maka seluruh mobilisasi harus diselesaikan
dalam jangka waktu 60 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja,
kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian Mutu
yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga terampil, dan sumber daya
uji mutu lainnya yang siap digunakan sesuai dengan tahapan
mobilisasi yang disetujui (jika ada), harus diselesaikan dalam
waktu paling lama 45 hari. [end]
 SSUK Pasal 24.1:
 Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam
waktu 30 hari kalender sejak diterbitkan SPMK, atau sesuai
kebutuhan dan Rencana Kerja yang disepakati saat Rapat
Persiapan Pelaksanaan Kontrak [start]
Seksi 1.2 – Mobilisasi (4)
 Pengajuan Kesiapan Kerja:
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan
suatu program mobilisasi menurut detil dan waktu yang
disyaratkan dalam Pasal 1.2.2 dari Spesifikasi ini.
 Bilamana perkuatan bangunan pelengkap antara lain jembatan
eksisting atau pembuatan jembatan darurat atau pembuatan
timbunan darurat pada jalan yang berdekatan dengan proyek,
diperlukan untuk memperlancar pengangkutan peralatan,
instalasi atau bahan milik Penyedia Jasa, detil pekerjaan darurat
ini juga harus diserahkan bersama dengan program mobilisasi
sesuai dengan ketentuan Seksi 1.14 dari Spesifikasi ini
Seksi 1.2 – Mobilisasi (5)

PROGRAM MOBILISASI
 Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Tanggal Mulai
Kerja (SSUK Pasal 23.1), Rapat Persiapan Pelaksanaan
(Pre Construction Meeting) harus dilaksanakan dan
dihadiri PPK, Pengawas Pekerjaan, dan Penyedia Jasa
untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun
yang non teknis dalam kegiatan ini:
 Pendahuluan
 Sinkronisasi Struktur Organisasi dan Rincian Tugas dan
Tanggung Jawab
 Pengguna Jasa
 Penyedia Jasa
 Pengawas Pekerjaan
 Masalah-masalah Lapangan
 Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
 Sumber-sumber Bahan
Seksi 1.2 – Mobilisasi (6)
 Lokasi Base Camp
 Wakil Penyedia Jasa
 Tatacara pengajuan survei, permohonan pemeriksaan pekerjaan,
dan pengukuran hasil pekerjaan.
 Proses persetujuan hasil pengukuran, hasil pengujian, dan hasil
pekerjaan.
 Dokumen Akhir Pelaksanaan Pekerjaan (Final Construction
Documents)
 Bagan Jadwal Pelaksanaan kontrak yang menunjukkan waktu
dan urutan kegiatan utama yang membentuk Pekerjaan
termasuk jadwal pengadaan bahan yang dibutuhkan untuk
Pekerjaan
 Rencana Mobilisasi
 Rencana Relokasi
 Rencana Keselamatan dan Kesehatan (RKK)
 Program Mutu dalam bentuk Rencana * Mutu Kontrak (RMPK)*
 Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
Seksi 1.2 – Mobilisasi (7)
 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(RKPPL)* yg disusun berdasarkan Dokumen Upaya/Rencana
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (jika ada), atau
sekurang-kurangnya mengacu pada standar dan prosedur
pengelolaan lingkungan yg berlaku khusus utk kegiatan tsb
 Rencana Manajemen Rantai Pasok Sumber Daya (RMRP
 Rencana Inspeksi dan Pengujian )
 Komunikasi dan Korespondensi
 Rapat Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
 Pelaporan dan Pemantauan
 Dalam waktu 14 hari setelah PCM, Penyedia Jasa harus
menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program
perkuatan bangunan pelengkap antara lain jembatan,
bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada
Pengawas Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya
 SSUK Pasal 23.2(a):
 Penerapan SMKK: (4)*
Seksi 1.2 – Mobilisasi (8)

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


 Pengukuran:
 Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Pengawas
Pekerjaan atas dasar jadwal kemajuan mobilisasi yang lengkap
dan telah disetujui
 Dasar Pembayaran
 Mobilisasi harus dibayar atas dasar lump sum menurut jadwal
pembayaran yang diberikan di bawah, di mana pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua peralatan, dan untuk semua pekerja, bahan,
perkakas, dan biaya lainnya yang perlu untuk menyelesaikan
pekerjaan yang diuraikan dalam Spesifikasi ini. Walaupun
demikian Pengawas Pekerjaan dapat, setiap saat selama
pelaksanaan pekerjaan, memerintahkan Penyedia Jasa untuk
menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa menyebabkan
perubahan harga lump sum untuk Mobilisasi
Seksi 1.2 – Mobilisasi (9)
 Pembayaran biaya lump sum ini akan dilakukan dalam 3
angsuran sebagai berikut:
 50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi 50 % selesai, dan
fasilitas serta pelayanan pengujian laboratorium telah
dimobilisasi menurut tahapannya.
 20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada
di lapangan dan semua fasilitas pengujian laboratorium
telah lengkap dimobilisasi dan diterima oleh Pengawas
Pekerjaan.
 30 % (tiga puluh persen) bila seluruh demobilisasi selesai
dilaksanakan
 Bilamana Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai
dengan salah satu dari kedua batas waktu yang disyaratkan atau
keterlambatan setiap tahapan mobilisasi peralatan utama dan
personil inti yang terkait terhadap jadwalnya, maka jumlah yang
disahkan Pengawas Pekerjaan untuk pembayaran adalah persen-
tase angsuran penuh dari harga lump sum Mobilisasi dikurangi
sejumlah dari 1% nilai angsuran tsb untuk setiap keterlambatan
Seksi 1.3 – Kantor Lapangan dan
Fasilitasnya (1)
UMUM
 Uraian dan beberapa Ketentuan Umum:
 Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan, memasang,
memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya
Kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan
kantor darurat, gudang-gudang penyimpanan, barak-barak
tenaga kerja dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk
pengelolaan dan pengawasan kegiatan
 Penyedia Jasa harus menyediakan sarana dan prasarana untuk
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang disyaratkan
 Kantor lapangan (basecamp) harus dapat menginformasikan
arah evakuasi menuju titik berkumpul (assembly point)
pada keadaan darurat bencana
 Basecamp harus dapat mengakomodasi kebutuhan gender
(responsive gender)
 Kantor dan fasilitasnya yang disiapkan oleh Penyedia Jasa
menurut Seksi ini tetap menjadi milik Penyedia Jasa setelah
Kontrak berakhir.
Seksi 1.3 – Kantor Lapangan dan
Fasilitasnya (2)
KANTOR PENYEDIA JASA & FASILITASNYA
 Alat Komunikasi:
 Penyedia Jasa harus menyediakan alat komunikasi dan dapat
digunakan selama masa kontrak
 Bilamana sambungan saluran telepon (stationary) atau bergerak
(mobile) tidak mungkin disediakan, atau tidak dapat disediakan
dalam masa mobilisasi, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan pengganti yang berupa alat komunikasi lainnya
yang dapat berkomunikasi dengan jelas dan dapat diandalkan
antara kantor Pengguna Jasa, kantor Tim Supervisi Lapangan
dan titik terjauh di lapangan. Sistem telpon harus dipasang di
kantor utama dan semua kantor cabang serta digunakan sesuai
dng petunjuk Pengawas Pekerjaan
 Bilamana ijin atau perijinan dari instansi Pemerintah yang terkait
diperlukan untuk pemasangan dan penggunaan sistem telepon
satelit semacam ini, Pengawas Pekerjaan akan melakukan
semua pengaturan, tetapi semua biaya yang timbul harus
dibayar oleh Penyedia Jasa
Seksi 1.3 – Kantor Lapangan dan
Fasilitasnya (3)
KANTOR DAN AKOMODASI UNTUK PENGAWAS
PEKERJAAN
 Ketentuan ini disediakan dalam Kontrak lain yang
terpisah

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


 Bangunan yang diuraikan dalam Seksi ini akan dibayar menurut
pembayaran Lump Sum untuk Mobilisasi sesuai dengan Seksi 1.2
dari Spesifikasi ini, di mana pembayaran harus dianggap
kompensasi penuh untuk pembuatan, penyediaan, pelayanan,
pemeliharaan, pembersihan dan pembongkaran semua
bangunan tersebut setelah Pekerjaan selesai.
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (1)
UMUM
 Uraian:
 Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, fasilitas, pekerja,
pelayanan dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan
pengujian pengendalian mutu dan kecakapan kerja yg disyarat-
kan dalam Kontrak ini. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab
atas pelaksanaan semua pengujian dan berkoordinasi dengan
Manager Kendali Mutu dan di bawah pengawasan Pengawas
Pekerjaan
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian pengendalian
mutu di laboratorium lapangan atau laboratorium mobile atau di
laboratorium lain yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan
 Semua survei, pengujian, audit teknis, dsb harus dilengkapi
dengan peralatan GPS untuk ketepatan koordinat (garis lintang-
garis bujur)
 Semua fasilitas, perlengkapan, peralatan pengujian dan sarana
lainnya yang disiapkan oleh Penyedia Jasa menurut Seksi ini
tetap menjadi milik Penyedia Jasa setelah Kontrak berakhir.
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (2)
FASILITAS LABORATORIUM DAN PENGUJIAN
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara sebuah
laboratorium lengkap dng peralatannya sesuai dng
lingkup pekerjaannya di lapangan, dengan ketentuan
berikut:
 Tempat Kerja:

luas
 Laboratorium haruslah merupakan bangunan terpisah dengan
minimum luas minimum 108 m2 atau atau sebagaimana ditunjukkan
lab 108 m2 dalam Lampiran 1.4.B.
 Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas
pembuangan air kotor, dan dilengkapi dengan 2 buah AC
masing-masing berkapasitas minimum 1,5 PK
 Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri atas
meja kerja, lemari, ruang penyimpan yang dapat dikunci, tangki
perawatan, laci arsip (filing cabinet), meja dan kursi dengan
mutu standar dan jumlah yang mencukupi kebutuhan
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (2)
 Peralatan dan Perlengkapan:
 Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang terdaftar dalam
Lampiran 1.4.A dari Spesifikasi ini harus sudah
disediakan dalam waktu 45 hari terhitung sejak Tanggal Mulai
Kerja, sehingga pengujian sumber bahan dapat dimulai
sesegera mungkin
 Alat-alat ukur seperti timbangan, proving ring, pengukur suhu,
dan lainnya harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan dengan menunjukkan
sertifikat kalibrasi yang masih berlaku
PROVING RING & BREAKING
HEAD

 BENDA UJI DIDALAM BREAK-  PROVING RING


Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (3)
PROSEDUR PELAKSANAAN
 Peraturan dan Rujukan:
 Standard Nasional Indonesia (SNI), sebagaimana diberikan
dalam Seksi 1.10 dalam Spesifikasi ini harus digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan. Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus
menggunakan SNI yang relevan atau setara untuk mengganti-
kan standar-standar lain yang mungkin ditunjukkan dalam
Spesifikasi ini. Bilamana standar tersebut tidak terdapat
dalam Seksi 1.10, Penyedia Jasa harus menggunakan SNI
terbaru atau standar lain yang relevan sebagai pengganti atas
perintah Pengawas Pekerjaan.
 Personil:
 Personil yang bertugas pada pengujian bahan haruslah terdiri
atas tenaga-tenaga yang mempunyai pengalaman cukup dan
telah terbiasa melakukan pengujian bahan yang diperlukan dan
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas Pekerjaan.
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (4)
 Formulir:
 Formulir yang digunakan untuk pengujian harus disetujui
terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan
 Pemberitahuan:
 Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan rencana
waktu pelaksanaan pengujian, paling sedikit satu hari sebelum
pengujian dilaksanakan sehingga memungkinkan Pengawas
Pekerjaan atau Wakilnya untuk menyaksikan setiap pengujian
bukan rutin yang mereka inginkan.
 Distribusi:
 Laporan pengujian harus segera dikerjakan dan didistribusikan
sehingga memungkinkan untuk melakukan pengujian ulang,
penggantian bahan atau pemadatan ulang (jika diperlukan)
sedemikian hingga dapat mengurangi keterlambatan dalam
pelaksanaan Pekerjaan.
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (5)
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
 Pengujian:
 Biaya untuk melaksanakan semua pengujian yang disyaratkan
harus ditanggung oleh Penyedia Jasa, dan seluruh biaya tsb
sudah harus dipandang sudah dimasukkan dalam Harga Satuan
bahan yg bersangkutan, kecuali seperti disyaratkan di bawah ini
 Jika setiap pengujian yang tidak diperuntukkan atau tidak
disyaratkan, atau karena belum perlu dilaksanakan, atau karena
belum disyaratkan di dalam Dokumen Kontrak ternyata diperin-
tahkan untuk dilaksanakan oleh Pengawas Pekerjaan, atau
bilamana Pengawas Pekerjaan memerintahkan kepada Pihak
Ketiga untuk melaksanakan pengujian yang tidak termasuk
ketentuan atau pelaksanaan pengujian di luar lingkup Pekerjaan
atau pengujian di tempat suatu pabrik pembuat atau fabrikasi
bahan, maka biaya untuk pelaksanaan pengujian tersebut
menjadi beban Pengguna Jasa, kecuali jika hasil pengujian
tersebut menunjukkan bahwa pengerjaan atau bahan tersebut
tidak sesuai dengan yang disyaratkan, dengan demikian maka
biaya pengujian menjadi beban Penyedia Jasa
Seksi 1.4 – Fasilitas dan Pelayanan
Pengujian (6)
 Biaya penyediaan dan pemeliharaan bangunan laboratorium,
perlengkapan dalam bangunan, peralatan dan perlengkapan
tidak boleh diukur atau dibayar menurut Seksi ini. Bila secara
khusus dimasukkan ke dalam lingkup pekerjaan dalam Kontrak
ini, kompensasi untuk pekerjaan ini harus dimasukkan dalam
pembayaran Lump Sum untuk Mobilisasi sesuai dengan Seksi 1.2
dari Spesifikasi ini
BUKU PEDOMAN UNTUK LAB.
 AASHTO Standard Specifications for Transpor-
tation Materials and Methods of Sampling and
Testing, and AASHTO Provisional Standards, 40th
Edition 2020 (5679 pages):
 Part 1: Specifications & Practices (M & R)
 Part 2: Test Methods (T)
 Part 3: Provisionals (MP, PP & TP)
 AASHTO Standard Specifications for Transpor-
tation Materials and Methods of Sampling
and Testing, 27th Edition 2007 (5 books):
 Part 1: Specifications (2 books, M)
 Part 2: Methods of Sampling & Testing (2
books, T)
 Part 3: Provisional Standards (1 book, MP, PP
Seksi 1.5 – Transportasi dan
Penanganan (1)
PELAKSANAAN
 Koordinasi:
 Penyedia Jasa harus memperhatikan koordinasi yang diperlukan
dalam kegiatan transportasi baik untuk pekerjaan yang sedang
dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan dalam Kontrak-
kontrak lainnya, maupun untuk pekerjaan dengan Sub Penyedia
Jasa (Sub Penyedia Jasa) atau perusahaan utilitas dan lainnya
yang dipandang perlu
 Bilamana terjadi tumpang tindih pelaksanaan antara beberapa
Penyedia Jasa, maka Pengawas Pekerjaan harus mempunyai
kekuasaan penuh untuk memerintahkan setiap Penyedia Jasa
dan berhak menentukan urutan pekerjaan selanjutnya untuk
menjaga kelancaran penyelesaian seluruh kegiatan, dan dalam
segala hal keputusan Pengawas Pekerjaan harus diterima dan
dianggap sebagai keputusan akhir tanpa menyebabkan adanya
tuntutan apapun
Seksi 1.5 – Transportasi dan
Penanganan (2)
 Pembatasan Beban Transportasi:
 Bilamana diperlukan, Pengawas Pekerjaan dapat mengatur batas
beban dan muatan sumbu untuk melindungi jalan atau
jembatan yang ada di lingkungan kegiatan
 Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan
jalan maupun jembatan yang disebabkan oleh kegiatan
pelaksanaan pekerjaan
 Bilamana menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, kegiatan
pengangkutan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa akan
mengakibatkan kerusakan jalan raya atau jembatan, atau
bilamana terjadi banjir yang dapat menghentikan kegiatan
pengangkutan Penyedia Jasa, maka Pengawas Pekerjaan dapat
memerintahkan Penyedia Jasa untuk menggunakan jalan
alternatif, dan Penyedia Jasa tak berhak mengajukan tuntutan
apapun untuk kompensasi tambahan sebagai akibat dari
perintah Pengawas Pekerjaan
Seksi 1.5 – Transportasi dan
Penanganan (3)
 Pembuangan Bahan di luar Ruang Milik Jalan:
 Penyedia Jasa harus mengatur pembuangan bahan di luar
Ruang Milik Jalan sebagaimana disyaratkan dalam Spesifikasi ini
 Bilamana terdapat bahan yang hendak dibuang di luar Ruang
Milik Jalan, maka Penyedia Jasa harus mendapatkan ijin tertulis
dari pemilik tanah di mana bahan buangan tersebut akan
ditempatkan, dan ijin tersebut harus ditembuskan kepada
Pengawas Pekerjaan bersama dengan permohonan (request)
untuk pelaksanaan
 Tumpukan bahan yang dibuang tidak boleh mengganggu
lingkungan di sekitarnya
Seksi 1.6 – Pembayaran Sertifikat
Bulanan (1)
PENYIAPAN DAN PENYERAHAN
 Waktu:
 Setiap Usulan Sertifikat Bulanan harus diberi tanggal menurut
tanggal terakhir dari bulan kalender, tetapi jumlah tuntutan
penagihan (claim) harus didasarkan atas nilai yang sudah
diselesaikan sampai hari kedua puluh lima pada periode bulan
yang bersangkutan. Usulan Sertifikat Bulanan yang telah
disiapkan itu harus dikirimkan kepada Pengawas Pekerjaan
paling lambat pada hari terakhir dari setiap bulan kalender
Seksi 1.6 – Pembayaran Sertifikat
Bulanan (2)
 Kejadian dan/atau Kelalaian Penyedia Jasa:
 Yang dimaksud Kejadian dalam Spesifikasi ini adalah peristiwa
yang tidak direncanakan/ tidak diinginkan/tak terkendali/tak
terduga yang dapat menimbulkan segala bentuk kerugian.
 Yang dimaksud Kelalaian dalam Spesifikasi ini adalah kesalahan,
kekurang hati-hatian, kealpaan melaksanakan pekerjaan
menurut ketentuan.
 Jika tidak disebutkan lain dalam SSKK dan tanpa mengabaikan
ketentuan-ketentuan dari SSUK dan SSKK, Pengawas Pekerjaan
memberikan sanksi berupa pemotongan pembayaran sebesar 1
(satu) persen dari Harga Kontrak atau maksimum
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) mana yang lebih kecil,
bilamana setiap adanya kejadian dan/atau kelalaian akibat
tidak dilaksanakan salah satu kegiatan berikut: Seksi 1.8
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas; Seksi 1.14
Pemeliharaan Jalan yang Berdekatan dan Bangunan
Pelengkapnya; Seksi 1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup;
Seksi 1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Seksi 1.21
Manajemen Mutu, yang mengakibatkan kerugian
Seksi 1.7 – PEMBAYARAN BERSYA-
RAT (PROVISIONAL SUMS) (1)
1.7.1 UMUM
 Pembayaran Bersyarat tidak termasuk dalam Kontrak ini
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (1)

RENCANA MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU


LINTAS (RMKL)
 Urutan Pekerjaan dan Rencana Manajemen Lalu Lintas:
 Sebelum memulai pekerjaan apapun, Penyedia Jasa harus
menyiapkan dan mengajukan kepada Pengawas Pekerjaan,
Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL) untuk
kegiatan selama masa pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan
analisa arus lalu lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak
hanya terfokus di daerah konstruksi. RMKL harus
disusun oleh Tenaga Ahli Keselamatan Jalan dari Penyedia Jasa,
disampaikan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi (PCM) dan mendapatkan persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan.
 Bilamana pekerjaan belum selesai, dan jalan atau lajur dibuka
untuk lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus memasang marka
sementara (pre marking), dan rambu sementara atau
perlengkapan jalan lainnya yang dibutuhkan untuk menjamin
keselamatan pengguna jalan sebagaimana diuraikan pada Pasal
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (2)
 Dalam hal pekerjaan wajib melakukan Analisa Dampak Lalu Lin-
tas (ANDALALIN) sebagaimana ketentuan Permen Perhubungan
No.75/2015 atau perubahannya (jika ada? No.17/2021) tentang
Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas, maka penyusunan
dokumen Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
(RMKL) harus merujuk pada dokumen hasil ANDALALIN.
 akses ke dan dari jalan tol
 jalan layang (flyover);
 lintas bawah (under pass)
 terowongan (tunnel); dan/ atau
 infrastruktur lainnya (lihat penjelasan terpisah)
 RMKL harus dimutakhirkan secara regular berdasarkan kondisi
tempat pekerjaan.
 RMKL harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (lihat Seksi 1.19 Spesifikasi Umum).
 RMKL harus memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus
untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor jika
dibutuhkan.
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (3)
 Pembagian Zona Pekerjaan Jalan:
 Zona Pekerjaan Jalan dibagi menjadi 4 zona berdasarkan
fungsinya (sesuai dengan Instruksi Dirjen Bina Marga No. 02/IN/
Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan)
sebagaimana ditunjukkan pada gambar pada Lampiran 1.8.A.
Zona tersebut adalah:
 Zona peringatan dini adalah segmen jalan di mana pengguna
jalan diinformasikan tentang akan adanya pekerjaan jalan
dan apa yang harus dilakukan.
 Zona pemandu transisi adalah segmen jalan di mana
pengemudi dipandu untuk menurunkan kecepatan dan masuk
ke lintasan yang benar.
 Zona kerja adalah segmen jalan di mana pekerjaan
dilaksanakan dan terdapat pekerja, peralatan, perlengkapan,
serta material.
 Zona terminasi adalah segmen jalan di mana lalu lintas
dituntun kembali ke kondisi normal setelah melalui lokasi
pekerjaan
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (4)
 Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan
Lalu Lintas:
 Jika pada setiap saat, Pengawas Pekerjaan menetapkan bahwa
ketentuan yg sebagaimana mestinya untuk pengendalian lalu
lintas yg berkeselamatan tidak disediakan, tidak dipelihara atau
tidak dilaksanakan sesuai lingkup dari RMKL, Pengawas Peker-
jaan dapat membatasi kegiatan Penyedia Jasa yg mempengaruhi
situasi semacam ini sampai penyesuaian yang diperlukan telah
dilaksanakan. Pengawas Pekerjaan dapat juga
menangguhkan seluruh pekerjaan sampai penyesuaian tersebut
dicapai.
 Bilamana keselamatan pengguna jalan atau tenaga kerja
diabaikan secara serius dan dengan sengaja oleh Penyedia Jasa,
Pengawas Pekerjaan dapat menghentikan kegiatan Penyedia
Jasa yg terkait dan ketentuan pemotongan dalam Pasal 1.6.2.4)
dari Spesifikasi ini harus berlaku jika terdapat kejadian dan/atau
kelalaian Penyedia Jasa.
 Pelaksanaan pengaturan lalu lintas perlu berkoordinasi dengan
pihak Kepolisian dan/atau Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (5)
 Bahan dan Peralatan:
 Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dan
rambu lalu lintas sementara sekurang-kurangnya harus sesuai
dengan pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan
No.Pd-T-12-2003, Instruksi Dirjen Bina Marga No.02/IN/Db/
2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan:
Panduan Teknis 3: Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan, dan
Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 13/2014 tentang Rambu
Lalu lintas.
 Perlengkapan jalan sementara yg rusak oleh sebab apapun sela-
ma masa pelaksanaan harus diperbaiki/diganti segera,
termasuk pengecatan jika perlu oleh Penyedia Jasa dengan
biaya sendiri.
 Bilamana tidak diperlukan lagi, perlengkapan jalan sementara
harus disingkirkan dari area kerja.
 Perlengkapan jalan sementara harus dibuat sedemikian hingga
tidak merusak kendaraan yang melalui atau mencelakai peng-
guna jalan jika tertabrak dan harus tetap stabil dan berdiri di
tempat ketika diterpa angin maupun getaran akibat lalu lintas
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (6)
 Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas:
 Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga Koordinator Manaje-
men dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) yg memadai, dengan
pengalaman yg sesuai minimum 3 tahun dalam tugas-tugas
semacam ini dan staf yg diperlukan (jumlah minimum 2 orang)
yg dibawahinya untuk seluruh pengendalian dan pelaksanaan
dari manajemen dan keselamatan lalu lintas, termasuk koordi-
nasi dengan pejabat lalu lintas setempat yg bertanggungjawab
sesuai yuridiksi Daerah Kerja, sedemikian hingga dapat memper-
kecil halangan, risiko keselamatan dan memperlancar arus lalu
lintas yang melalui daerah pekerjaan konstruksi dan melalui
jalan-jalan pengalihan yg sesuai dan disetujui. Pemilihan KMKL
harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
 KMKL harus secara aktif berpartisipasi dalam semua rapat
reguler maupun khusus dengan Pengawas Pekerjaan.
KMKL harus siap dihubungi pada setiap saat (24 jam per hari, 7
hari per minggu) melalui komunikasi bergerak untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan, keadaan darurat, dan hal-hal lain terkait
lalu lintas dan manajemen keselamatan lalu lintas selama masa
pelaksanaan.
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (7)
 Rambu Lalu Lintas dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Tambahan:
 Atas permintaan Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan tambahan rambu-rambu lalu lintas sementara atau
alat pemberi isyarat lalu lintas. Peralatan tersebut harus sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan tersebut dalam
waktu 48 jam dan memasang serta memelihara peralatan
tersebut selama Masa Pelaksanaan
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (8)
 Marka Jalan Sementara:
 Marka jalan sementara harus dilaksanakan pada setiap pelapisan
perkerasan sebelum jalan dibuka untuk lalu lintas umum. Pada
pelapisan ulang perkerasan aspal beton, marka sementara harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah suatu lapisan telah
dihampar. Marka sementara pada permukaan akhir harus
dibuang sebelum marka permanen dilaksanakan.
 Perencanaan dan pemasangan marka sementara harus mengacu
pada Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 67 Tahun 2018
atau perubahannya (jika ada) tentang Marka Jalan
 Marka berwarna putih dan kuning hanya untuk Jalan
Nasional
 Marka berwarna putih hanya untuk Non Jalan
Nasional
Seksi 1.8 – Manajemen
Keselamatan Lalu Lintas (9)
 Pembayaran:
 Tahapan pembayaran biaya Lump Sum untuk Pekerjaan
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas sebagai berikut:
 25 % bilamana semua jenis peralatan utama untuk

Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas telah berada di


lapangan, diterima dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
 75 % harus dibayar secara angsuran atas dasar bulanan,

secara proporsional berdasarkan kemajuan penerapan


Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas yang dapat
disetujui Pengawas Pekerjaan.
 Tahapan pembayaran biaya Lump Sum untuk Jembatan
Sementara adalah sebagai berikut :
 75 % bilamana semua Jembatan Sementara telah terpasang
di lapangan, diterima dan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
 25 % bilamana Jembatan Sementara telah dibongkar dan
lokasinya telah dibersihkan dan dikembalikan ke dalam
kondisi asal
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (1)
PEKERJAAN SURVEI LAPANGAN UNTUK
PENINJAUAN KEMBALI RANCANGAN
 Uraian:
 Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Penyedia Jasa
harus mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei
lapangan dan membuat laporan tentang kondisi fisik dan
struktur dari perkerasan, drainase selokan, gorong-gorong,
jembatan dan struktur lainnya, dan perlengkapan jalan lainnya
seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar pengaman. Semua
survei harus menggunakan peralatan GPS untuk ketepatan
koordinat (garis lintang-garis bujur).
 Pekerjaan survei lapangan ini harus mencakup inventarisasi
geometrik yang meliputi : lebar perkerasan, kondisi permukaan,
jenis lapis permukaan, detil bahu jalan; radius tikungan, lereng
melintang (superelevasi di tikungan), dan kelandaian.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (2)
 Pelaporan gambar potongan memanjang yg lengkap sepanjang
dari tiap tepi jalan haruslah dalam bentuk baku yang diterima
oleh Pengawas Pekerjaan dan harus diserahkan kepada
Pengawas Pekerjaan dalam jumlah satu asli dan tiga salinan
sebagai bagian dari seluruh laporan survei Penyedia Jasa
 Pekerjaan Persiapan dan Gambar:
 Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar yang terdapat dalam
Dokumen Kontrak dan berkonsultasi dengan Pengawas
Pekerjaan sebelum pekerjaan survei dimulai.
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
maksud dari Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil
keuntungan atas setiap kesalahan atau kekurangan dalam
Gambar atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi dan
Penyedia Jasa harus menandai dan memperbaiki setiap
kesalahan atau kekurangan. Pengawas Pekerjaan akan
melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi
Spesifikasi dan Gambar ini.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (3)
 Setiap penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi
lapangan yang tidak terantisipasi akan ditentukan dan diperin-
tahkan secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa
dan Pengawas Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap
ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap
Gambar dalam Kontrak ini.
 Survei Kondisi Perkerasan, Bahu Jalan dan Drainase
Eksisting:
 Penyedia Jasa harus melaksanakan dan melaporkan pekerjaan
survei pada jalan eksisting, bahu jalan eksisting dan sistem
drainase eksisting.
 Bilamana diperlukan oleh Pengawas Pekerjaan, maka Penyedia
Jasa harus melakukan pengujian pada jalan dengan “proof
rolling” (pembebanan dengan kendaraan berjalan untuk
mengetahui lendutan secara visual) untuk memperoleh lokasi
yang daya dukungnya rendah.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (4)
 Survei Detail Jembatan Eksisting:
 Untuk jembatan yang akan dilakukan perbaikan yang berupa
rehabilitasi dan/atau perkuatan, sebelum pekerjaan preservasi
dilaksanakan harus dilakukan pemeriksaan detil kondisi
jembatan terlebih dahulu untuk memastikan kondisi sesaat
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
 Penyedia Jasa juga harus melakukan pengujian khusus seperti
pengujian Kecepatan Gelombang Ultrasonik (Ultrasonic Pulse
Velocity = UPV), pengambilan beton inti dan hammer test untuk
memastikan mutu beton struktur jembatan serta melakukan
pengujian diameter dan jarak baja tulangan.
 Penyedia Jasa dapat meminta kepada pihak ketiga yang ahli di
bidangnya untuk pengujian khusus tersebut untuk evaluasi dan
rekomendasi sebelum pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan yang
kemudian disetujui oleh Pengawas Pekerjaan
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (5)
PEKERJAAN SURVEI PELAKSANAAN RUTIN JALAN
DAN JEMBATAN
 Uraian:
 Penyedia Jasa harus yakin bahwa juru ukur (surveyor) yang
telah dilengkapi dengan semua gambar yang berisi informasi
yang paling mutakir tentang lebar perkerasan yang diperlukan
dan potongan melintang standar. Semua pengukuran survei
lapangan harus dicatat dalam buku catatan standar untuk survei
lapangan. Bentuk buku yang terdiri dari lembaran-lembaran
terlepas (loose leaf books) tidak boleh digunakan.
 Periksalah Stasiun (Sta.) pada setiap patok kilometer lama
siapkan sebuah denah yang menunjukkan dengan pasti posisi
setiap patok kilometer yang berhubungan dengan Chainage
kegiatan. Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer lama
tidak boleh dipindah atau digeser selama Masa Kontrak,
kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang sebagaimana mestinya.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (6)
 Pada lokasi di mana akan diadakan pekerjaan perbaikan tepi
perkerasan atau pelebaran, penampang melintang asli dari jalan
eksisting harus diukur dan dicatat untuk perhitungan kuantitas.
 Untuk pengukuran semua lapis perata, dan bilamana diperlukan
untuk penyesuaian punggung jalan (camber), harus diadakan
pengukuran profil memanjang sepanjang sumbu jalan dan profil
penampang melintang.

Penetapan Titik Pengukuran


 Secara umum, Bench Mark untuk survei rancangan akan menjadi
rujukan terhadap jalan yg akan ditetapkan titik pengukurannya.
 Penyedia Jasa tidak boleh memulai setiap bagian dari Pekerjaan
sebelum Penyedia Jasa memperoleh persetujuan penetapan titik
pengukuran (setting out) dari Pekerjaan tersebut,
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (7)
TENAGA AHLI KAJIAN TEKNIS LAPANGAN
 Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang
tanah/aspal dan beton semen (jika diperlukan) yg bertanggung-
jawab atas produksi aspal beton dan/atau beton semen, terma-
suk pengadaan bahan dan beton semen (jika diperlukan), pem-
buatan rumus perbandingan campuran, penyetelan instalasi
pencampur aspal beton dan/atau beton semen dan semua
kebutuhan lainnya untuk menjamin agar persyaratan campuran
aspal panas instalasi pencampur aspal beton dan/atau beton
semen dapat dipenuhi.
 Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang
struktur jembatan yang bertanggungjawab terhadap bahan,
metode pelaksanaan, jenis perkuatan struktur jembatan beton
atau baja, pengamanan bangunan bawah, serta gerusan
yang terjadi pada aliran sungai yang membahayakan struktur
jembatan dan hal-hal lain yang diperlukan dalam pekerjaan
preservasi jembatan.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (8)
Pengendalian Mutu Bahan
 Personil bidang tanah/aspal dan/atau beton semen yang
disediakan Penyedia Jasa harus melakukan investigasi sumber
bahan, membuat rancangan campuran percobaan untuk
campuran aspal panas dan/atau beton semen, dan secara rutin
melakukan pengujian laboratorium untuk pengendalian mutu
bahan aspal, beton, fondasi dan bahu jalan. Catatan harian dan
arsip hasil pengujian harus disimpan dan setiap saat dapat
ditunjukkan kepada Pengawas Pekerjaan jika ada pemeriksaan.
 Personil bidang rehabilitasi jembatan harus melakukan pengujian
bahan yang akan digunakan oleh Penyedia Jasa sebelum
pekerjaan rehabiltasi jembatan dilaksanakan
 Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Penyedia
Jasa di bawah pengawasan Pengawas Pekerjaan seperti
diuraikan dalam Seksi 1.4 dari Spesifikasi ini.
Seksi 1.9 – Kajian Teknis Lapangan
(Field Engineering) (9)
DASAR PEMBAYARAN
 Kajian Teknis Lapangan Rutin Selama Masa Pelaksanaan:
 Semua kegiatan Kajian Teknis Lapangan Rutin selama Masa
Pelaksanaan harus dipenuhi tanpa pembayaran tambahan dan
semua biaya tersebut harus dipandang telah termasuk dalam
Harga Satuan yang telah dimasukkan dalam berbagai Mata
Pembayaran yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
 Peralatan survei dan peralatan lain yg disediakan Penyedia Jasa
harus tetap menjadi milik Penyedia Jasa setelah Kontrak selesai.
 Pekerjaan Survei Lapangan:
 Survei lapangan dan laporan survei lapangan, termasuk survei
kondisi perkerasan lama, harus dipenuhi tanpa pembayaran tam-
bahan dan semua biaya tersebut harus dipandang telah termasuk
dalam Harga Satuan yang dimasukkan dalam berbagai Mata
Pembayaran yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
 Investigasi tanah yang diperlukan untuk pengujian pengeboran
sebagaimana yang diuraikan dalam Seksi 1.20 akan dibayar
sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.20 dari Spesifikasi ini
Seksi 1.10 – STANDAR RUJUKAN (1)
JAMINAN MUTU
 Tahap Pengadaan:
 Dalam pengadaan seluruh jenis bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini, Penyedia Jasa harus bertanggungjawab
untuk memeriksa dengan detil ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam peraturan dan standar yang disebutkan, dan
memeriksa bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini telah memenuhi atau melebihi ketentuan yang
disyaratkan.
 Tahap Pelaksanaan:
 Pengawas Pekerjaan berhak untuk menolak hasil pekerjaan yang
tidak memenuhi ketentuan minimum yang disyaratkan.
 Tanggung Jawab Penyedia Jasa:
 Bilamana disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diminta
secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
tetap harus bertanggungjawab untuk menyerahkan kepada
Pengawas Pekerjaan seluruh bukti yg menyatakan bahwa bahan
atau pengerjaan, atau keduanya, memenuhi atau melebihi
Seksi 1.10 – STANDAR RUJUKAN (2)
 Standar:
 Penggunaan standar yang tercantum dalam Spesifikasi ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, standar yang dirumuskan
oleh badan-badan dan organisasi-organisasi berikut:
 SNI, AASHTO, ACI, AISC, ANSI, ASMA, ASTM, AWS, BS, CRSI,
DIN, EN, ETAG, ICBO, IEC, ISO,ISSA, JIS, NACE, NEC, NES,
SPPC
 Contoh Pemutakhiran:
 SNI 03/2828/1992 menjadi SNI 2828:2008
 SNI 03-4142-1996 menjadi SNI ASTM C117:2012
 Tanggal Penerbitan:
 Tanggal pada saat penerbitan Dokumen Kontrak harus diambil
sebagai tanggal penerbitan, kecuali bilamana disebutkan tanggal
penerbitan tertentu maka tanggal penerbitan tersebut harus
diambil sesuai dengan standar yang berkaitan
 Ekivalensi Metode Pengujian yang Digunakan:
 AASHO, ASTM, BS, ISO, AS, DIN
Seksi 1.11 – Bahan dan
Penyimpanan (1)
UMUM
 Pengajuan:
 Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan untuk
memilih lokasi, memilih bahan, dan mengolah bahan alami
sesuai dengan Spesifikasi ini, dan harus menyerahkan kepada
Pengawas Pekerjaan semua informasi yang berhubungan
dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 30 hari sebelum
pekerjaan pengolahan bahan dimulai, untuk mendapatkan
persetujuan. Persetujuan Pengawas Pekerjaan atas sumber
bahan tersebut tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang
terdapat di lokasi sumber bahan telah disetujui untuk dipakai.
 Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi
lainnya akan digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate)
bahan tersebut harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan awal. Pengawas Pekerjaan
akan memberikan persetujuan tertulis kepada Penyedia Jasa
untuk melakukan pemesanan bahan. Selanjutnya bahan yang
sudah sampai di lapangan harus diuji ulang di bawah
pengawasan Pengawas Pekerjaan atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
Seksi 1.11 – Bahan dan
Penyimpanan (2)
PENGADAAN BAHAN
 Sumber Bahan:
 Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan
pernah diidentifikasikan serta diberikan dalam Gambar hanya
merupakan bahan informasi bagi Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
tetap harus bertanggungjawab untuk mengidentifikasi dan
memeriksa ulang apakah bahan tersebut cocok untuk
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Variasi Mutu Bahan:
 Penyedia Jasa harus menentukan sendiri jumlah serta jenis
peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan bahan yang memenuhi Spesifikasi. Penyedia Jasa
harus menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak
mungkin dapat menentukan batas-batas mutu bahan dengan
tepat pada seluruh deposit, dan variasi mutu bahan harus
dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan.
Seksi 1.11 – Bahan dan
Penyimpanan (3)
 Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan Penyedia Jasa untuk
melakukan pengadaan bahan dari setiap tempat pada suatu
deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada suatu
deposit yang tidak dapat diterima.
 Persetujuan:
 Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan sesuai dengan
maksud penggunaannya. Bahan tidak boleh dipergunakan untuk
maksud lain selain dari peruntukan yang telah disetujui.
 Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan
mutu bahan yang sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka
bahan tersebut harus ditolak, dan harus disingkirkan dari
lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali terdapat persetujuan lain
dari Pengawas Pekerjaan
Seksi 1.11 – Bahan dan
Penyimpanan (4)
PEMBAYARAN
 Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan dng pemilik
atau pemakai lahan untuk memperoleh hak konsesi yg diperlu-
kan sehingga dapat mengambil bahan yang akan digunakan
dalam Pekerjaan. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas semua
kompensasi dan restribusi yg harus dibayarkan sehubungan
dengan penggalian bahan atau keperluan lainnya. Tidak ada
pembayaran terpisah yg akan dilakukan untuk kompensasi dan
restribusi yg dibayar Penyedia Jasa, dan seluruh biaya tersebut
harus sudah dimasukkan ke dalam Harga Satuan untuk mata
pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
 Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk membuat jalan
masuk, membuang gundukan tanah dan semua biaya pelak-
sanaan lainnya yang diperlukan untuk pengadaan bahan, ter-
masuk pengembalian lapisan humus dan meninggalkan daerah
dan jalan masuk itu dalam kondisi rapi, tidak berdampak
keru- sakan lingkungan dan dapat diterima. Seluruh biaya
tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam Harga Satuan
untuk mata pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (1)

UMUM
 Uraian:
 Jadwal pelaksanaan diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan.
Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan jenis kegiatan,
urutan kegiatan dan waktu kegiatan.
 Pengajuan:
 Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan dalam
batas waktu 7 hari setelah Tanggal Mulai Kerja.
Jadwal pelaksanaan itu harus diserahkan dan mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
 Setiap akhir bulan Penyedia Jasa harus melengkapi Jadwal
Pelaksanaan untuk menggambarkan secara akurat kemajuan
pekerjaan (progress) aktual sampai tanggal 25 pada bulan tsb.
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (2)
 Setiap interval mingguan Penyedia Jasa harus menyerahkan
pada setiap hari Senin pagi, jadwal kegiatan mingguan yang
menunjukkan lokasi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan
selama minggu tersebut.
 Jadwal Pelaksanaan untuk Sub Penyedia Jasa harus
diserahkan terpisah atau menjadi satu dalam seluruh jadwal
pelaksanaan.

DETIL JADWAL PELAKSANAAN


 Analisa Jaringan (Network Analisis)
 Jadwal Kemajuan Keuangan
 Jadwal Produksi AMP dan Beton
 Jadwal Penyediaan Bahan
 Jadwal Pelaksanaan Jembatan
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (3)
 Jadwal Kemajuan Keuangan
 Setiap jenis pekerjaan atau kegiatan dari kelompok Mata
Pembayaran yang berkaitan harus digambarkan dalam diagram
balok yang terpisah, dan harus dibentuk sesuai dengan urutan
dari masing-masing kegiatan pekerjaan.
 Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan
berdasarkan satuan bulan.
 Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai ruangan
untuk mencatat kemajuan aktual dari setiap pekerjaan
dibandingkan dengan kemajuan rencana.
 Kurva seluruh kemajuan pekerjaan (overall progress) harus
dapat memberikan gambaran tentang kemajuan keuangan
rencana pada setiap akhir bulan terhadap kemajuan keuangan
aktual
 Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Keuangan harus
sedemikian rupa hingga tersedia ruangan untuk pencatatan,
revisi dan pemutakhiran mendatang. Ukuran lembar kertas
minimum adalah A3
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (4)

REVISI JADWAL PELAKSANAAN


 Waktu:
 Jika, pada setiap saat :
 Kemajuan pekerjaan aktual terlalu lambat untuk dapat
selesai dalam Masa Pelaksanaan; dan/atau
 Kemajuan pekerjaan terjadi (atau akan terjadi) lebih lambat
dari program yang sedang berjalan, selain dari akibat yang
disebabkan oleh:
(i) Perintah Perubahan (atau perubahan
penting lainnya dalam kuantitas dari suatu jenis
pekerjaan yg termasuk dalam Kontrak);
(ii) Perpanjangan waktu pelaksanaan;
(iii) Kondisi iklim yang luar biasa merugikan;
(iv) Setiap keterlambatan, kesulitan atau pencegahan yang
disebabkan atau diakibatkan oleh Pengguna Jasa,
Personil Pengguna Jasa, atau Penyedia Jasa lain dari
Pengguna Jasa;
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (5)
(v) Kekurangan yang tak terduga dalam
ketersediaan personil atau barang-barang yang
diakibatkan oleh epidemik atau tindakan-tindakan
Pemerintah.
 Selanjutnya
Penyedia Jasa
Pengawas
untuk mengajukan
Pekerjaan dapat
suatu revisi program dan
laporan pendukung yang menguraikan usulan revisi metoda
memerintahkan
yang akan diambil Penyedia Jasa agar dapat mempercepat
kemajuan pekerjaan dan selesai dalam Masa Pelaksanaan
 Pelaporan:
 Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan maka
Penyedia Jasa harus melengkapi laporan ringkas yg memberikan
alasan-alasan timbulnya revisi, yang harus meliputi:
 Uraian revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena
adanya perubahan Lingkup, revisi dalam kuantitas atau
perubahan jangka waktu kegiatan dan perubahan lainnya
yang dapat mempengaruhi jadwal.
Seksi 1.12 – Jadwal Pelaksanaan (6)
 Pembahasan lokasi-lokasi ynag bermasalah, termasuk faktor-
faktor penghambat yang sedang berlangsung maupun yang
harus diperkirakan serta dampaknya.
 Tindakan perbaikan yang diambil, diusulkan dan
pengaruhnya.

RAPAT PEMBUKTIAN KETERLAMBATAN


(Show
Cause Meeting)
 Pertemuan ini diadakan dalam hal terjadinya keterlambatan
progres fisik oleh Penyedia Jasa berdasarkan Jadwal
Pelaksanaan (Contstruction Schedule). Prosedur mengenai Rapat
Pembuktian Keterlambatan (Show Cause Meetiing) sebagaimana
yang telah ditentukan dalam Syarat – Syarat UMUM Kontrak.
Semua kegiatan Rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) harus
dibuat dalam Berita Acara Rapat Pembuktian Keterlambatan
yang ditandatangani oleh Pimpinan dari masing-masing pihak
Seksi 1.13 – Prosedur Perintah
Perubahan (1)
UMUM
 Uraian:
 Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena
terdapat perbedaan signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan
pada saat pelaksanaan dengan Gambar dan Spesifikasi yang
ditentukan dalam Kontrak maka Pengawas Pekerjaan bersama
Penyedia Jasa dapat melakukan perubahan kontrak sebagai-
mana disebutkan dalam Syarat-syarat Umum.
 Perintah Perubahan dan Adendum Kontrak harus
memenuhi ketentuan berikut:
 PERINTAH PERUBAHAN : Perintah tertulis yang dibuat oleh
Pengguna Jasa kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis
dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak Awal. Hasil negosiasi tersebut
dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar penyusunan
Adendum Kontrak.
Seksi 1.13 – Prosedur Perintah
Perubahan (2)
 ADDENDUM : Perjanjian tertulis antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa, yang memuat perubahan-perubahan dalam
Pekerjaan atau Dokumen Kontrak yang mengakibatkan
perubahan dalam struktur Harga Satuan Mata Pembayaran
atau perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Harga
Kontrak dan telah dinegosiasi dan disepakati terlebih dahulu
dalam Perintah Perubahan. Adendum juga
harus dibuat pada saat penutupan Kontrak dan semua
perubahan kontraktual atau teknis penting lainnya tanpa
memandang apakah terjadi perubahan struktur Harga
Satuan atau Jumlah Harga Kontrak
 Pengajuan:
 Pihak Penyedia Jasa harus menunjuk secara tertulis salah
seorang anggota dalam perusahaannya untuk menerima
Perintah Perubahan dalam Pekerjaan dan bertanggungjawab
untuk memberitahu kepada para pelaksana lainnya tentang
adanya Perintah Perubahan tersebut.
Seksi 1.13 – Prosedur Perintah
Perubahan (3)
 Pengawas Pekerjaan akan menunjuk secara tertulis orang yang
diberi wewenang untuk mengurus prosedur Perintah Perubahan
atas nama Pengguna Jasa.
 Penyedia Jasa harus melengkapi perhitungan untuk setiap
usulan pekerjaan yang akan dibayar lump sum, dan untuk setiap
Harga Satuan yang belum ditetapkan sebelumnya dengan data
pendukung yang lengkap sehingga dapat dievaluasi oleh
Pengawas Pekerjaan.
Seksi 1.14 – PEMELIHARAAN JALAN
YG BERDEKATAN DAN BANGUNAN
PELENGKAPNYA (1)
1.14.1 UMUM
 Uraian:
 Yang dimaksud dari Pasal-pasal dalam Seksi ini adalah untuk
memastikan bahwa selama pelaksanaan Pekerjaan seluruh jalan
dan jembatan yang ada baik yang berdekatan atau menuju
lokasi pekerjaan yang dilewati oleh peralatan dan mesin milik
Penyedia Jasa tetap terbuka untuk lalu lintas dan dipelihara
dalam keadaan aman dan dapat digunakan
 Dalam keadaan tertentu struktur yang ada mungkin memerlukan
perkuatan dan jembatan sementara dan timbunan mungkin
perlu perlu dibuat selama Masa Pelaksanaan untuk memudahkan
transportasi peralatan dan mesin milik Penyedia Jasa, menuju
dan dari lokasi pekerjaan.
Seksi 1.14 – PEMELIHARAAN JALAN
YG BERDEKATAN DAN BANGUNAN
PELENGKAPNYA (2)
 Pengajuan Kesiapan Kerja:
 Jika struktur yang ada memerlukan perkuatan atau jembatan
sementara dan timbunan mungkin perlu dibuat, Penyedia Jasa
harus menyerahkan suatu jadwal yang detil dari pekerjaan
sementara yang diperlukan, detil-detil metodologi
pelaksanaan yang diusulkan dan tanggal mulai dan akhir yang
diusulkan untuk perkuatan atau pelaksanaan setiap struktur.
Pengajuan program pekerjaan sementara semacam ini
harus dibuat bersama-sama dengan pengajuan jadwal
mobilisasi Penyedia Jasa yang diserahkan sesuai dengan Seksi
1.2 dari Spesifikasi ini
Seksi 1.14 – PEMELIHARAAN
JALAN YG BERDEKATAN DAN
BANGUNAN PELENGKAPNYA (3)
PEMELIHARAAN JALAN YG BERDEKATAN DAN
BANGUNAN PELENGKAPNYA YG DIGUNAKAN
OLEH PENYEDIA JASA
 Jalan umum dan jembatan yang berdekatan dengan lokasi
kegiatan Pekerjaan dan digunakan oleh Penyedia Jasa selama
kegiatan transportasi dan pengangkutan dalam
pelaksanaan Pekerjaan, termasuk perkuatan jembatan yg ada
oleh Penyedia Jasa, pembuatan jembatan sementara oleh
Penyedia Jasa dan jalan masuk ke lokasi sumber bahan yg
menerima beban berat tambahan sebagai akibat kegiatan
Penyedia Jasa, harus dipelihara secara keseluruhan oleh
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri selama waktu yg diperlukan
untuk Pekerjaan tersebut dan harus ditinggalkan dalam keadaan
berfungsi dengan baik, mutu dan kenyamanannya tidak lebih
buruk daripada sebelum kegiatan Penyedia Jasa dimulai.
Jembatan sementara yang dibuat oleh Penyedia Jasa menurut
Seksi dari Spesifikasi ini tidak boleh dibongkar oleh Penyedia
Jasa pada Tanggal Penyelesaian Pekerjaan kecuali diperintah
Seksi 1.14 – PEMELIHARAAN
JALAN YG BERDEKATAN DAN
BANGUNAN PELENGKAPNYA (4)
PEMELIHARAAN UNTUK MANAJEMEN DAN
KESELAMATAN LALU LINTAS
Pekerjaan Jalan Sementara dan Manajemen dan Kesela-
matan Lalu Lintas:
 Seluruh pekerjaan jalan sementara dan kelengkapan pengendali
lalu lintas yang disediakan oleh Penyedia Jasa di atas jalan
samping atau jalan lokal beserta bangunan pelengkapnya ke
lokasi pekerjaan setiap saat selama Masa Pelaksanaan harus
dipelihara dalam kondisi aman dan dapat berfungsi menurut
ketentuan dan dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan,
sehingga dapat menjamin keselamatan lalu lintas lainnya dan
masyarakat yang menggunakan jalan tersebut. Ketentuan
pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan dari Seksi
1.8, Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.
Seksi 1.14 – PEMELIHARAAN
JALAN YG BERDEKATAN DAN
BANGUNAN PELENGKAPNYA (5)
DASAR PEMBAYARAN
 Tidak ada pembayaran terpisah untuk pemeliharaan jalan yang
berdekatan dan bangunan pelengkapnya yang dilaksanakan
sesuai dengan Seksi dari Spesifikasi ini. Biaya
pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam Harga Satuan dari
semua Mata Pembayaran lain dalam Kontrak di mana
pembayaran itu harus dianggap kompensasi penuh untuk
penyediaan seluruh bahan, pekerja, peralatan, perkakas dan
keperluan sementara lainnya untuk pemeliharaan jalan yang
berdekatan dan bangunan pelengkapnya dengan Kontrak dan
digunakan oleh Penyedia Jasa dalam kegiatan pengangkutan,
termasuk jika perlu, perkuatan jembatan yang ada,
pemasangan dan pemeliharaan jembatan sementara atau
pemasangan jenis lainnya.
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (1)
1.15.1 UMUM
 Uraian:
 Selama pelaksanaan Pekerjaan Penyedia Jasa harus menjaga
rekaman yang akurat dari semua perubahan yang terjadi dalam
Dokumen Kontrak dalam satu set Dokumen Rekaman Pekerjaan,
dan harus memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam
Dokumen Rekaman Akhir dan dapat diserahkan dalam waktu 14
hari serah terima pertama Pekerjaan (PHO)
 Pengajuan:
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan
satu set Dokumen Rekaman Pekerjaan yang dalam keadaan
terpelihara pada setiap bulan tanggal 25 untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Dokumen Rekaman
Pekerjaan yang telah disetujui Pengawas Pekerjaan ini, menjadi
prasyarat untuk pengesahan Sertifikat Bulanan.
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (2)
 Penyimpanan Dokumen Kerja:
 Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di
kantor lapangan, dan Penyedia Jasa harus menjaga
dokumen kerja tersebut terlindung dari kehilangan atau
kerusakan sampai pemindahan data akhir ke dalam
Dokumentasi Pekerjaan Akhir telah selesai dilaksanakan.
Dokumen rekaman tersebut tidak boleh digunakan untuk
maksud-maksud di luar pelaksanaan pekerjaan dan dokumen
tersebut harus selalu tersedia setiap saat untuk diperiksa oleh
Pengawas Pekerjaan atau Pengguna Jasa

BAHAN REKAMAN PEKERJAAN


 Segera setelah semua bahan, aspal, agregat, bahan bahu jalan,
semen, beton, campuran aspal panas, dan sebagainya disetujui,
maka semua contoh yang telah disetujui harus disimpan dengan
baik di lapangan
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (3)
DOKUMEN PEKERJAAN AKHIR
 Umum:
 Tujuan pembuatan Dokumen Pekerjaan Akhir adalah menyiap-
kan informasi nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik
yang tertanam maupun yang terlihat, untuk memungkinkan
modifikasi rancangan di kemudian hari dapat dilaksanakan tanpa
pengukuran ulang yang lama dan mahal, tanpa investigasi dan
pemeriksaan ulang.
 Dokumen Pekerjaan harus mencakup :
 Syarat-syarat Kontrak.
 Gambar dalam Kontrak dan Gambar Terlaksana.
 Spesifikasi.
 Adendum (bila ada).
 Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan laporannya.
 Rencana Relokasi dan pelaporannya (bila ada).
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (4)
 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan
laporannya.
 Rencana Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
laporannya.
 Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas serta
laporannya
 Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan.
 Dokumentasi Pelaksanaan
 Pemindahan Data ke dalam Gambar:
 Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja
dari Gambar Rekaman harus dipindahkan dengan teliti ke dalam
Gambar Rekaman Akhir menurut masing-masing gambar
aslinya, dan penjelasan yang lengkap dari semua perubahan
selama pelaksanaan dan lokasi aktual dari semua jenis
pekerjaan harus ditunjukkan dengan jelas. Berilah tanda
perhatian pada setiap catatan atau pada tempat-tempat yang
mengalami perubahan.
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (5)
 Buatlah semua catatan perubahan pada dokumen yang asli
dengan rapi, konsisten, dan ditulis dengan tinta atau pinsil keras
hitam. Penyedia Jasa harus menyerahkan Gambar Rekaman
Akhir (As Built Drawing) kepada Pengawas Pekerjaan dalam
bentuk tercetak sebanyak 3 set dan dalam dokumen elektronik.
 Pemindahan Data ke Dokumen Lain:
 Dokumen-dokumen selain Gambar yang telah terpelihara rapi dan
terawat selama pelaksanaan Pekerjaan, dan setiap data
masukan telah dicatat dengan rapi untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan, maka dokumen kerja (job set) dari Dokumen tersebut
(selain Gambar) akan diterima Pengawas Pekerjaan sebagai
Dokumen Rekaman Akhir. Bilamana Dokumen tersebut belum
dapat disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
harus menyiapkan salinan baru dari Dokumen yang diperoleh dari
Pengawas Pekerjaan. Pemindahan perubahan data ke
dalam salinan baru ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
dapat disetujui oleh Pengawas Pekerjaan
Seksi 1.15 – Dokumen Rekaman
Proyek (6)
 Peninjauan dan Persetujuan:
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan
satu set lengkap Dokumen Rekaman Akhir pada saat
mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan. Bilamana diminta oleh Pengawas Pekerjaan, maka
Penyedia Jasa harus mengikuti rapat peninjauan (review
meeting) dan melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan
dan segera menyerahkan kembali Dokumen Rekaman Akhir
kepada Pengawas Pekerjaan untuk dapat diterima.
 Perubahan Setelah Dokumen Diterima:
 Penyedia Jasa tidak bertanggungjawab untuk mencatat
perubahan Pekerjaan setelah Serah Terima Pertama Pekerjaan,
kecuali perubahan yang diakibatkan oleh penggantian,
perbaikan, dan perubahan yang dilakukan Penyedia Jasa sebagai
bagian dari kewajibannya
Seksi 1.16 – Pekerjaan
Pembersihan (1)
UMUM
 Uraian:
 Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
memelihara Pekerjaan yang bebas dari akumulasi sisa bahan
bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh kegiatan
pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa
bahan bangunan dan bahan-bahan tak terpakai, sampah,
perlengkap- an, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan,
seluruh permukaan yg terekspos harus dibersihkan dan lokasi
kegiatan ditinggal dalam kondisi layak dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan.
PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN
 Penyedia Jasa harus melakukan pembersihan secara teratur
untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor
sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa
bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang diakibatkan
oleh kegiatan di tempat kerja dan memelihara tempat kerja
dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat
Seksi 1.16 – Pekerjaan
Pembersihan (2)
PEMBERSIHAN AKHIR
 Pada saat akhir pelaksanaan Pekerjaan, tempat kerja harus
ditinggal dalam keadaan bersih dan layak. Penyedia Jasa juga
harus mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak
diperuntukkan dalam Pekerjaan ke kondisi semula
 Pada saat pembersihan akhir, semua perkerasan, kerb, dan
struktur harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan fisik
yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi
yang diperkeras di tempat kerja dan semua lokasi diperkeras
untuk umum yang bersebelahan langsung dengan tempat kerja
harus disikat sampai bersih. Permukaan lainnya harus
dibersihkan dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang
DASAR PEMBAYARAN
 Tidak ada pembayaran terpisah untuk kegiatan pembersihan
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan menurut Seksi
dari Spesifikasi ini. Biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah
tercakup ke dalam berbagai Harga Penawaran.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (1)
UMUM
 Uraian:
 Cara untuk memperkecil gangguan lingkungan terhadap pendu-
duk yg berdekatan dengan lokasi kegiatan maka semua kegiatan
konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi dalam jam-jam
pengoperasian sebagaimana yg disebutkan dalam Syarat-syarat
Kontrak, kecuali jika disetujui lain oleh Pengawas Pekerjaan.
 Sebelum pelaksanaan dimulai, jika rencana kegiatan tidak ter-
masuk dalam kategori wajib dilengkapi dng dokumen Amdal
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL
(Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup) atau DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan
Hidup) atau DPLH (Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup),
maka Wakil Pengguna Jasa menyampaikan kepada Penyedia Ja-
sa untuk berkewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai ketentuan Spesifikasi ini dan berkewajiban memenuhi
peraturan/perundangan lingkungan hidup bidang jalan, peratur-
an daerah setempat dan peraturan perundangan terkait lainnya
serta berdasarkan persetujuan instansi lingkungan hidup terkait.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (2)
CATATAN :
Jika suatu bangunan/kegiatan yg sudah ada belum memiliki doku-
men lingkungan. Pada umumnya hal tersebut terjadi dikarenakan
bangunan/kegiatan itu telah ada sebelum UU No.32/2009 & PP
No.27/2012 disahkan. KLHK akan membuka proses Pemutihan
untuk bangunan/kegiatan yg belum memiliki dokumen lingkungan
pada akhir tahun, namun pihak KLHK sendiri belum tentu membu-
ka proses Pemutihan ini setiap tahunnya. DELH sendiri merupakan
dokumen pemutihan yang setara dengan AMDAL, sedangkan DPLH
merupakan dokumen pemutihan yang setara dengan UKL-UPL.
 Sebelum pelaksanaan kontrak dimulai, jika rencana kegiatan

termasuk dalam kategori wajib Amdal atau UKL-UPL atau DELH


atau DPLH, maka Wakil Pengguna Jasa wajib menyampaikan
pernyataan tertulis kepada Penyedia Jasa untuk mematuhi dan
mengimplementasikan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang tercantum dalam Dokumen Lingkungan, Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) dan/atau
Izin Lingkungan yang tersedia tersebut
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (3)
 Penyedia Jasa harus membuat/menyiapkan Rencana Kerja
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL) berdasarkan
Dokumen Lingkungan, Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup (SKKLH) dan/atau Izin Lingkungan yang telah tersedia
pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting, PCM) untuk dilakukan pembahasan bersama Wakil
Pengguna Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa juga
diwajibkan untuk menyiapkan sendiri semua persyaratan Izin
Lingkungan yang berkaitan dengan aktivitas mereka di semua
lokasi kegiatan seperti Quarry, AMP (Asphalt Mixing Plant), CBP
(Concrete Batching Plant), Base Camp, sesuai persyaratan,
dan melampirkan salinan izin lingkungan tersebut saat Rapat
Persiapan Pelaksanaan (PCM) dan Laporan Pelaksanaan RKPPL.
Bentuk RKPPL sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran 1.17
Spesifikasi ini.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (4)
 Berdasarkan RKPPL tersebut, Pengawas Pekerjaan harus
melakukan pemantauan sesuai periode yang ditentukan dalam
Dokumen Lingkungan, SKKLH, dan/atau Izin Lingkungan dari
setiap lokasi kegiatan di lapangan, lokasi AMP atau CBP, lokasi
quarry, dan lokasi basecamp termasuk jalan akses terkait tindak
lanjut penanganan pengelolaan lingkungan
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pengambilan sampel sesuai
dengan ketentuan dalam dokumen lingkungan, SKKLH, dan/atau
Izin Lingkungan. Jika ketentuan pengambilan sampel tidak
diatur dalam dokumen lingkungan, SKKLH dan/atau Izin
Lingkungan, maka Penyedia Jasa harus tetap melaksanakan
pengambilan sampel kualitas air, kualitas udara ambien,
kebisingan dan/atau getaran.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (5)
 Titik lokasi pengambilan sampel harus mewakili keberadaan
kegiatan di sekitar lokasi kegiatan, pengambilan sampel dapat
diambil 3 sampai 6 titik untuk pekerjaan jalan dan/atau
jembatan yang termasuk pada kegiatan wajib memiliki dokumen
lingkungan (Amdal atau UKL-UPL atau DELH atau DPLH), atau
ditentukan oleh instansi lingkungan hidup yang berwenang.
Pengambilan sampel diambil pada saat sebelum, saat konstruksi
berjalan, dan setelah konstruksi selesai
 Kriteria lokasi pengambilan sampel harus mengikuti ketentuan
yang ada di dalam dokumen lingkungan, SKKLH, dan/atau Izin
Lingkungan. Titik lokasi pengambilan sampel pada umumnya
mewakili keberadaan kegiatan di sekitar lokasi kegiatan antara
lain permukiman, fasilitas umum (sekolah, puskesmas, pasar,
rumah sakit), sumber mata air, air permukaan (sungai, danau),
yang berdekatan dan/atau dilintasi kegiatan, sumber bahan
(quarry), kegiatan budidaya (hutan, sawah, kebun dan
sebagainya) dan lokasi basecamp.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (6)
 Atas perintah/pendelegasian tugas dari Pengguna Jasa, maka
Pengawas Pekerjaan wajib menyampaikan pelaporan pelaksa-
naan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) sebagaimana yang tercantum
Dokumen Lingkungan setingkat AMDAL atau DELH, atau
pelaporan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagaimana yang
tercantum pada Dokumen Lingkungan setingkat UKL-UPL atau
DPLH, dan/atau Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
(SKKLH), dan/atau Izin Lingkungan untuk diteruskan oleh
Pengguna Jasa kepada instansi lingkungan hidup sesuai dengan
periode yang ditetapkan pada Dokumen Lingkungan, Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) dan/atau Izin
Lingkungan menggunakan format yang ditetapkan oleh instansi
lingkungan hidup sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2005 atau perubah-
annya (jika ada) tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelak-
sanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Ren-
cana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL),
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (7)
atau peraturan perundangan perubahan terhadap Keputusan
Menteri tersebut, dan/atau peraturan perundangan terkait
lainnya. Laporan Pelaksanaaan RKL-RPL atau UKL-UPL tersebut
dapat diperoleh di Penyedia Jasa
 Penggunaan alat-alat untuk pekerjaan jalan yang menggunakan
material yang dapat menyebabkan radiasi dan berpotensi
menurunkan kualitas lingkungan hidup harus dipastikan
mempunyai izin yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (8)
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
 Dampak Terhadap Kualitas Air (Sungai, Danau, Mata air,
Air Bawah Tanah)
 Dampak terhadap Kualitas Udara Ambien
 Dampak Kebisingan dan/atau Getaran
 Dampak terhadap Lalu Lintas, Harta Milik yang
Bersebelahan, dan Utilitas
 Keselamatan dan Kesehatan Manusia (lihat
Seksi 1.19)
 Dampak terhadap Flora dan Fauna
 Dampak terhadap Tanah
 Pembuangan Limbah
 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
 Dampak terhadap Daerah Sensitif
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (9)
LAPORAN BULANAN
 Jenis Laporan:
 Laporan terdiri dari laporan yang bersifat internal berupa
Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (RKPPL) dan eksternal berupa Laporan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Laporan
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
 Laporan pelaksanaan RKPPL disusun oleh Penyedia Jasa kepada
Pengawas Pekerjaan
 Laporan Pelaksanaan RKL-RPL sebagaimana yang tercantum
pada dokumen Amdal atau DELH dan Laporan Pelaksanaan UKL-
UPL sebagaimana yang tercantum pada dokumen UKL-UPL atau
DPLH, SKKLH dan/atau Izin Lingkungan disusun oleh Penyedia
Jasa untuk disampaikan kepada Pemegang Izin Lingkungan
melalui Pengawas Pekerjaan yang selanjutnya akan diteruskan
kepada instansi lingkungan hidup yang berwenang
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (10)
 Format dan metode pelaporan internal diatur sesuai dengan
yang tercantum pada Spesifikasi ini. Sedangkan, format dan
metode pelaporan eksternal kepada instansi lingkungan hidup
mengikuti peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh
instansi lingkungan hidup sesuai dengan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2005
atau perubahannya (jika ada) Tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan/atau peraturan
perundangan terkait lainnya.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (11)
 Pengajuan:
 Laporan Draft Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Ling-
kungan (RKPPL) dari Penyedia Jasa harus diserahkan pada saat
Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting, PCM)
untuk dilakukan pembahasan dan mendapat persetujuan dari
Wakil Pengguna Jasa atau Pengawas Pekerjaan. Selanjutnya
RKPPL yg telah disetujui tersebut dilakukan monitoring setiap
bulan terhadap kemajuan pekerjaan dan tindak lanjut penangan-
an pengelolaan lingkungan. Format Rencana Kerja Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL) dalam Lampiran 1.17.
 Konsep laporan pelaksanaan RKL-RPL atau UKL-UPL harus
disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Pengawas Pekerjaan
setidaknya 2 (dua) minggu sebelum jatuh tempo pelaporan
sebagaimana yang ditetapkan pada Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup (SKKLH) dan/atau Izin Lingkungan untuk
mendapatkan persetujuan dari Wakil Pengguna Jasa selaku
pemegang Izin Lingkungan. Pelaporan yang sudah disetujui
harus diteruskan oleh Wakil Pengguna Jasa selaku pemegang
Izin Lingkungan kepada instansi lingkungan hidup
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (12)
 Waktu:
 Pelaporan internal (RKPPL) dilakukan dengan frekuensi bulanan
sedangkan frekuensi pelaporan eksternal (Laporan Pelaksanaan
RKL-RPL atau UKL-UPL) kepada instansi lingkungan hidup
dilakukan setiap 6 bulan sekali atau sesuai dengan periode yang
tercantum pada Dokumen Lingkungan, SKKLH dan/atau Izin
Lingkungan.
 Setiap Laporan Bulanan Rencana Kerja Pengelolaaan dan
Pemantauan Lingkungan (RKPPL) harus diberi tanggal akhir dari
bulan kalender yang diserahkan bersama sebagai kelengkapan
data Usulan Sertifikat Bulanan sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 1.6.2.1
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (13)
DASAR PEMBAYARAN
 Pengukuran:
 Pekerjaan yg diukur untuk pembayaran menurut mata pemba-
yaran ini adalah pekerjaan yg dilaksanakan langsung dan dipe-
rintahkan oleh Pengawas Pekerjaan berdasarkan rekomendasi
yang tercantum dalam Dokumen Lingkungan, SKKLH dan/atau
Izin Lingkungan, untuk pekerjaan pengambilan sampel dan
pengujian kualitas air, kualitas udara ambien, kebisingan dan/
atau getaran sebagaimana sesuai Pasal 1.17.2 dari Spesifikasi.
 Untuk penanaman pohon akan dibayar terpisah dalam Seksi lain
dari Spesifikasi ini.
 Biaya pekerjaan sebagaimana diperintahkan dalam Pasal 1.17.3
(Integrasi Dokumen Lingkungan) dan 1.17.4. (Laporan Bulanan)
harus sudah termasuk dalam Harga Satuan dari semua Mata
Pekerjaan yang terdapat dalam Kontrak, di mana harga tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan semua
bahan, pekerja, peralatan, perlengkapan, metode, dan biaya
lainnya yang diperlukan untuk pengelolaan lingkungan.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (14)
 Untuk pengukuran pembayaran uji kualitas air, kualitas udara
ambien, kebisingan dan/atau getaran, maka disyaratkan bahwa
semua ketentuan baku mutu lingkungan tersebut harus dipenuhi
(wajib jika kegiatan sekitar lokasi tidak ada perubahan atau sama
dengan yg tercantum dalam dokumen lingkungan), jika Penyedia
Jasa tidak memenuhi persyaratan/ketentuan baku mutu
lingkungan maka pekerjaan tersebut tidak akan dibayar untuk
pengamanan lingkungan hidup.
 Pembayaran:
 Pekerjaan pengamanan lingkungan hidup dibayar atas dasar jum-
lah pengujian menurut Daftar Kuantitas yang terdapat di bawah
ini. Pengujian sebelum, sedang dan setelah pelaksanaan pada
lokasi yg sama dihitung 3 kali. Jumlah ini harus dipandang seba-
gai kompensasi penuh untuk penyediaan semua bahan, peralatan
pekerja, metode, pengujian mutu, dan biaya lainnya termasuk
alat bantu dan biaya pelaporan yg merupakan rekomendasi hasil
pengukuran baku mutu dalam pengamanan lingkungan hidup.
Seksi 1.17 – Pengamanan
Lingkungan Hidup (15)
 Jika kuantitas sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1.17.5.1)
tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan harga, maka tidak
ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pembayaran
pengamanan lingkungan hidup yang dilaksanakan sesuai dengan
Seksi dalam spesifikasi ini, biaya untuk pekerjaan ini harus
sudah termasuk dalam harga satuan dari Mata Pembayaran
yang tidak ada kuantitasnya tersebut dalam kontrak, di mana
harga tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan semua bahan, pekerja, peralatan, perlengkapan,
metode, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk pengelolaan
lingkungan.
 Setiap adanya kejadian dan/atau kelalaian akibat tidak dilaksa-
nakannya ketentuan dalam Seksi 1.17 ini maka pemotongan
pembayaran akan diterapkan sebagaimana yg diuraikan dalam
Pasal 1.6.2.4) dari Spesifikasi ini
Seksi 1.18 – RELOKASI UTILITAS
DAN PELAYANAN YANG ADA
 Kecuali disebutkan lain dalam Spesifikasi Khusus maka
Relokasi Utilitas dan Pelayanan yang Ada tidak termasuk
dalam Kontrak ini.
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (1)
UMUM
 Uraian:
 Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecela-
kaan kerja dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun
penyediaan personil yang kompeten dan organisasi pengendali-
an K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat risiko yang ditetapkan
oleh Pengawas Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan
K3 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No.21/PRT/M/2019 atau perubahannya
(jika ada? No.10/2021) tentang Pedoman Sistem Manjemen
Keselamatan Konstruksi (SMKK) dan Pedoman Pelaksanaan K3
untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan No. 004/BM/2006, serta
peraturan terkait lainnya.
 Semua fasilitas dan sarana lainnya yang disiapkan oleh Penyedia
Jasa menurut Seksi ini tetap menjadi milik Penyedia Jasa
setelah Kontrak berakhir.
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (2)
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
 Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara
prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengen-
daliannya secara berkesinambungan sesuai dengan Rencana
Keselamatan & Kesehatan (RKK) yang telah disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan sebagaimana dijelaskan dalam Seksi 1.2
Mobilisasi.
 Penyedia Jasa wajib melengkapi RKK dengan rencana penerapan
K3 Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
 Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RKK pada rapat persiap-
an pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan ditan-
da tangani oleh Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen
PUPR No.21/PRT/M/2019 atau perubahannya (jika ada ?
No.10/2021) tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Konstruksi (SMKK) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (3)
 Penyedia Jasa harus melibatkan setidak-tidaknya Ahli Madya K3
Konstruksi dng pengalaman minimum 3 tahun atau Ahli Utama
K3, Ahli Muda K3 dng pengalaman minimum 3 tahun atau Ahli
Madya K3 dan Petugas K3, masing-masing pada paket pekerjaan
dengan potensi risiko tinggi, sedang dan kecil. Identifikasi dan
potensi bahaya K3 ditetapkan oleh Wakil Pengguna Jasa.
 Sesuai Permen PUPR No.10/2021 Pasal 21 (7):
 Resiko Besar: Ahli Utama atau Ahli Madya 3 tahun
 Resiko Sedag: Ahli Madya atau Ahli Muda 3 tahun
 Resiko Kecil: Ahli Muda atau Petugas K3
 Sesuai Permen PUPR No.10/2021 Pasal 34 (5) s/d (7), salah satu
kriteria untuk Pekerjaan dengan:
 Resiko Besar: > Rp.100 milyar
 Resiko Sedag: > Rp.10 milyar s/d Rp.100 milyar
 Resiko Kecil: s/d Rp.10 milyar
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (4)
 Penyedia Jasa harus membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3) bila:
 Mengelola pekerjaan yg mempekerjakan tenaga kerja dng
jumlah paling sedikit 100 orang sesuai dg ketentuan yg
berlaku.
 Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan tenaga kerja
kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan,
proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.
 P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusaha-
an dan tempat kerja yg merupakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan tenaga kerja untuk mengembangkan kerja sama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan kesela-
matan dan kesehatan kerja. Unsur P2K3 terdiri dari Ketua, Sekre-
taris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak
organisas Penyedia Jasa dan Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3
Konstruksi.
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (5)
 Penyedia Jasa harus membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali ke Dinas Tenaga Kerja
setempat dan tembusannya disampaikan kepada Pengawas
Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
 Penyedia Jasa bersama dengan Pengawas Pekerjaan melakukan
inspeksi K3 Konstruksi secara periodik dalam mingguan dan/atau
bulanan.
 Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat
inspeksi K3 Konstruksi. Hasil inspeksi K3 Konstruksi disampaikan
oleh Penyedia Jasa kepada Pengawas Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RKK
(pada bagian yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berlangsung
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (6)
K3 KANTOR LAPANGAN & FASILITASNYA
 Fasilitas Pencucian
 Fasilitas Sanitasi
 Air Minum
 Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
 Akomodasi untuk Makan dan Baju
 Penerangan
 Pemeliharaan Fasilitas
 Ventilasi
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (7)
PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERMESIN
 Crane dan Alat Pengangkat:
 Ketentuan kompetensi operator pengangkatan dan pengang-
kutan merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.8 Tahun
2020 tentang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
 Persyaratan pemakaian dan kelaikan peralatan kerja untuk
pengangkatan dan pengangkutan merujuk pada Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.8 Tahun 2020 tentang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut atau perubahannya (jika ada) serta
peraturan terkait lainnya.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
 Pembayaran yg diberikan kepada Penyedia Jasa harus mencakup
seluruh biaya untuk penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) termasuk biaya untuk Ahli K3 Konstruksi pada paket
pekerjaan yg mempunyai risiko K3 tinggi dan sedang atau Petu-
gas K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yg mempunyai
risiko K3 kecil.
Seksi 1.19 – KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (8)
 Pekerjaan K3 dibayar atas dasar lump sum menurut daftar
pembayaran yg terdapat dibawah ini, yg dibayar secara angsuran
atas dasar bulanan, secara proporsional berdasarkan kemajuan
pekerjaan yg diterima. Jumlah ini harus dipandang sebagai kom-
pensasi penuh untuk penyediaan semua bahan, peralatan, tenaga
kerja, metode dan biaya lainnya yg dianggap perlu untuk
melaksanakan pekerjaan yg sebagaimana mestinya.
 Pengawas Pekerjaan yg mewakili Wakil Pengguna Jasa
akan
memberi surat peringatan secara bertahap kepada
Penyedia Jasa
apabila Penyedia Jasa menyimpang dari ketentuan dalam
Seksi
1.19 ini dng cara memberi surat peringatan ke-1 dan ke-
2. Apabil
peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti, maka Pengawas
Pekerjaan
yg mewakili Wakil Pengguna Jasa akan memerintahkan
penghentian sementara Pekerjaan sampai adanya
tindakan
perbaikan Penyedia Jasa sesuai dng Permen PUPR
Seksi 1.20 – PENGUJIAN TANAH (1)

PENGUJIAN BOR (LUBANG)


 Umum:
 Bilamana pengujian diperlukan Penyedia Jasa harus melakukan
beberapa pengujian bor pada setiap sisi jembatan untuk mem-
berikan profil lapisan tanah yang benar-benar tepat atau sebalik-
nya diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan. Lokasi pengu-
jian harus disepakati Pengawas Pekerjaan tetapi umumnya akan
berada pada posisi yang diusulkan untuk abutmen dan pier.
Bilamana batu nampak pada permukaan maka Pengawas Peker-
jaan dapat tidak memerlukan pengujian bor tersebut lagi
 Kedalaman (Lubang):
 Pengujian bor harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah
keras (bearing stratum) dan sampai ke dalaman yang cukup
untuk membuktikan kesinambungannya. Umumnya ke dalaman
tersebut harus lima meter. Jika lapisan tanah keras tidak dapat
dicapai sampai kedalaman 50 meter, pengujian bor dapat
dihentikan setelah mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan
Seksi 1.20 – PENGUJIAN TANAH (2)
 Metoda Pengeboran:
 Penyedia Jasa dapat menggunakan mesin bor dengan pencucian
(rotary wash drilling). Pada lapisan dasar batu harus dibor
menerus
 Pengujian yang Diperlukan pada Semua Lubang:
 Standard penetration test (SPT) dan benda uji yang terganggu
(Disturb Sample, DS) pada Pengujian Pengeboran harus dilaku-
kan sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
SPT dan DS harus diambil dengan interval 2 (dua) meter
atau pada setiap perubahan strata tanah mana yang lebih
kecil.
 Elevasi muka air tanah harus dicatat untuk setiap lubang. Pada
pengeboran batu maka seluruh benda uji inti harus diambil dan
disimpan dalam kotak benda uji inti untuk pemeriksaan Penga-
was Pekerjaan. Sondir (Dutch Cone Penetration Test, Dutch
CPT) harus dilakukan untuk mengukur tahanan ujung dan
hambatan akibat gesekan dengan interval 0,2 m sampai tahanan
ujung maksimum sebesar 250 kg/cm2 dicapai atau mencapi
Seksi 1.20 – PENGUJIAN TANAH (3)

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


 Pengukuran:
 Pengujian pengeboran harus diukur untuk maksud pembayaran
sebagai panjang dari lubang yang dibor tidak peduli bahan apa
yang dijumpai
 Pembayaran:
 Pembayaran akan dilakukan menurut kuantitas yang diukur di
atas dan dengan Harga Kontrak per meter panjang untuk mata
pembayaran yang terdapat dalam daftar di bawah ini serta
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pembayaran
harus sudah termasuk kompensasi penuh untuk semua
pengeboran, casing jika diperlukan, pengujian penetrasi dan
pengambilan benda uji, pencatatan dan penunjukkan hasil uji,
penyimpanan benda uji sampai pembuangan benda uji, laporan
hasil uji, evaluasi serta rekomendasi daya dukung tanah yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (1)
UMUM
 Pengguna Jasa menerima definisi-definisi yang
berhubungan dengan Manajemen Mutu:
 Pengendalian Mutu (Quality Control / QC): Proses memeriksa
mutu hasil produk atau jasa pelayanan tertentu dari Penyedia
Jasa untuk menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi
standar mutu terkait yg dipersyaratkan di dalam spesifikasi tek-
nis, memperbaiki kesalahan-kesalahan atas mutu yg diperoleh
lebih rendah serta cara-cara mengidentifikasi untuk menghilang-
kan sebab-sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang tidak
memenuhi syarat.
Proses pemeriksaan dan persetujuan/penolakan mutu produk
atau kinerja jasa pelayanan tertentu ini dilakukan oleh Manajer
Kendali Mutu (QCM) yg disiapkan oleh Penyedia Jasa mengontrol
dan menjamin secara internal mutu hasil pelaksanaan pekerjaan
konstruksi oleh wakil Penyedia Jasa (General Superintendent/
GS) sesuai yang dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini.
Laporan hasil QC dari QCM disampaikan kepada Penyedia Jasa
dengan tembusan kepada Pengawas Pekerjaan.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (2)
 Jaminan Mutu (Quality Assurance, QA): Proses mengevaluasi
prosedur standar dan instruksi kerja seluruh produk atau jasa
pelayanan, yang dievaluasi oleh Pengawas Pekerjaan untuk
dapat menjamin bahwa mutu hasil pekerjaan yang dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa dapat diterima atau ditolak sebagai dasar
persetujuan pembayaran pekerjaan yang memenuhi syarat
kontrak.
Program mutu di dalam manajemen mutu mempunyai 2 komponen
kunci yaitu :
 Pengendalian Mutu (QC) – tanggung-jawab Penyedia Jasa.

 Jaminan Mutu (QA) – tanggung-jawab Pengawas Pekerjaan

menurut Rencana Jaminan Mutu (QA Plan) Pengawas Pekerjaan


Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (3)

RENCANA PENGENDALIAN MUTU (QC PLAN)


 Ketentuan Umum Rencana Pengendalian (QC Plan):
 Sebagai bagian dari Program Mutu Penyedia Jasa yang
disyaratkan dalam Syarat-syarat Kontrak, Penyedia Jasa harus
bertanggung-jawab atas semua Pengendalian Mutu selama
pelaksanaan Pekerjaan. Pekerjaan Pengendalian Mutu (QC)
termasuk memantau, menginspeksi dan menguji cara, metoda,
bahan, kecakapan-kerja, proses produk dari semua aspek
Pekerjaan sebagaimana diperlukan untuk memastikan
kesesuaian dengan persyaratan Kontrak
 Penyedia Jasa harus menyiapkan Rencana Pengendalian Mutu
(QC Plan) sesuai dengan ketentuan-ketentuan Kontrak dan
harus menyerahkan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) yang
lengkap kepada Pengawas Pekerjaan minimum 2 minggu
sebelum dimulainya setiap elemen Pekerjaan yang dicakup oleh
perencanaan.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (4)
 Rencana Pengendalian Mutu Staf Kendali Mutu dan
Ketentuan-ketentuan Pengajuan Peralatan:
 Sesuai dengan Seksi 1.3 dan 1.4 dari Spesifikasi ini, dan
Program Mutu dari Syarat-syarat Kontrak, Penyedia Jasa harus
menyediakan semua sumber daya dan melakukan semua
kegiatan yang perlu untuk memastikan:
 Penyerahan hasil pengujian kepada Pengawas Pekerjaan,
dalam waktu 1x24 jam, untuk laporan harian semua
pengujian dan inspeksi yg menunjukkan ketidak-sesuaian
(Non-Conform) dari bahan yg diuji.
 Penyerahan hasil pengujian dalam waktu 2x24 jam, untuk
laporan harian kepada Pengawas Pekerjaan semua pengujian
dan inspeksi yg menunjukkan kesesuaian bahan yg diuji dan
ketersediaan dokumentasi pendukung untuk memperkuat
hasil pengujian jika diperlukan.
 Pengorganisasian, kompilasi dan penyerahan semua doku-
mentasi Pengendalian Mutu (QC) kegiatan dalam 14 hari se-
jak penerbitan Berita Acara Serah Terima Pertama.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (5)
 QCM haruslah berada di luar dari bagian produksi dalam organi-
sasi Penyedia Jasa dan terutama tidak boleh merangkap Manajer
Kegiatan atau Pelaksana Kegiatan (tidak berada di bawah dan
tidak bertanggung-jawab kepada General Superintendent).
 QCM, atau seseorang pengganti yg ditunjuk dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan diberdayakan dan mampu untuk melaksa-
nakan semua tugas-tugas QCM yang relevan, harus tinggal di
Lapangan pada setiap saat selama Penyedia Jasa sedang melak-
sanakan Pekerjaan di mana Pekerjaan tersebut harus diuji dan
diinspeksi sesuai proses, dan harus siap dihubungi dan dapat
kembali ketika ke luar dari Lapangan.
 Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) akan mencakup informasi
berikut :
 nama Manajer Kendali Mutu (QCM) dan kualifikasi yang
menunjukkan kemampuan yang dapat dibuktikan
untuk menyediakan jasa pelayanan khusus untuk
Kegiatan;
 nama dari badan penguji Pengendalian Mutu dan kemampuan
yang dapat dibuktikan untuk menyediakan jasa pelayanan
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (6)
 daftar staf Kendali Mutu (termasuk nama, kualifikasi dan
pengalaman yang relevan) dan peran yang mereka lakukan
dan penjadwalan pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugas
Pengendalian Mutu;
 daftar peralatan penguji yang digunakan dalam Pekerjaan
 Rencana Pengendali Mutu (QC Plan) harus termasuk struktur
organisasi yang menunjukkan rincian dari aliran
informasi, titik- titik tunggu (holding point), perbaikan
kekurangan dan hubung- an dan tanggung-jawab lain yang
perlu untuk memastikan ketentuan-ketentuan mutu dari
Kegiatan dapat dipenuhi.
 Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) harus menjelaskan bagai-
mana staf Kendali Mutu ditempatkan terhadap kebutuhan-kebu-
tuhan Kegiatan, tugas dari masing-masing staf, dan bagaimana
pekerjaan mereka dikoordinasikan.
 QCM Penyedia Jasa harus, tetapi tidak terbatas, dengan
indikator output dan daftar simak sebagaimana
ditunjukkan dalam Lampiran 1.21:
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (7)
 Ketentuan-ketentuan Pengajuan Rencana Pengendalian
Mutu (QC Plan):
 Pengajuan Lengkap
 Kecuali jika disebutkan lain dalam Ketentuan-ketentuan
Khusus, Rencana Pengendalian Mutu Penyedia Jasa harus
menyediakan rincian cara, metoda, dan frekwensi dari
pengukuran Pengendalian Mutu untuk semua elemen dari
Pekerjaan dalam Kontrak.
 Pengajuan Sebagian
 Pada kegiatan-kegiatan yg dipandang oleh Pengawas Peker-
jaan kerumitan dan/atau risikonya rendah, dan hanya di
mana secara eksplisit dilibatkan dng Ketentuan-ketentuan
Khusus, Pengawas Pekerjaan dapat menerima pengajuan
sebagian dari Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan).
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (8)
 Untuk Pengajuan Keduanya Lengkap dan Sebagian:
 Rencana Pengendalian Mutu awal harus diserahkan kepada
Pengawas Pekerjaan min. 7 hari sebelum Rapat Persiapan Pelak-
sanaan (PCM) dan Penyedia Jasa harus menyediakan rincian
dari semua elemen Pekerjaan yg diantisipasi untuk dikerjakan
dalam 30 hari pertama dari kegiatan Penyedia Jasa di
Lapangan.
 Pengajuan rincian untuk sisa Pekerjaan harus diterima min. 14
hari sebelum hari pertama Pekerjaan yang diantisipasi untuk
setiap elemen yang dicakup dalam pengajuan.
 Pengajuan awal, juga setiap pengajuan atau revisi berikutnya,
harus disertai Daftar Simak Pengendalian Mutu untuk
Manajemen Mutu, yang memverifikasi bahwa pengajuan
tersebut memenuhi semua ketentuan-ketentuan kontraktual
yang relevan.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (9)

RENCANA JAMINAN MUTU


 Pengawas Pekerjaan atau Pengguna jasa akan menyiapkan dan
melaksanakan Rencana Jaminan Mutu, yg merupakan bagian
dari keefektifan dan kepercayaan dari Rencana Pengendalian
Mutu Penyedia Jasa. Pengawas Pekerjaan mungkin juga
melakukan inspeksi acak dan sistematis dari Pekerjaan dan
dokumentasi Pengendalian Mutu Penyedia Jasa.
 Tujuan Rencana Jaminan Mutu dan kegiatan-kegiatan inspeksi
adalah untuk memastikan bahwa pembayaran yg dibuat hanya
untuk pekerjaan yg telah diterima di lapangan, dan dapat berda-
sarkan pengambilan benda uji dan pengujian dalam jumlah yg
terbatas dengan mengacu pada SNI 03-6868-2002: Tata Cara
Pengambilan Contoh Uji Secara Acak untuk Bahan Konstruksi.
 Pengawas Pekerjaan akan memantau operasi Penyedia Jasa dan
program Pengendalian Mutu untuk memastikan bahwa standar
tsb telah dipenuhi dan untuk mengakses pembayaran apa yg
telah diperoleh menurut ketentuan-ketentuan dalam Kontrak.
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (10)
 Setiap kejadian dari Tidak Diterimanya Pekerjaan yg ditemukan
akan menghasilkan Laporan Ketidak-sesuaian (NCR) yang
diterbitkan Pengawas Pekerjaan untuk Penyedia Jasa.
 Kegiatan program Pengendalian Mutu tidak akan melepaskan
tanggungjawab Pengendalian Mutu Penyedia Jasa menurut
ketentuan-ketentuan dalam Kontrak.
 Frekwensi inspeksi dan pengujian Jaminan Mutu umumnya
sekitar 0 – 10% (nol sampai sepuluh persen) dari frekwensi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa dalam Rencana Pengendalian
Mutunya dan pada awalnya akan ditetapkan pada tingkat yang
setaraf dengan keyakinan Pengawas Pekerjaan dalam
keefektifitan yg diantisipasi dari program Pengendalian Mutu
Penyedia Jasa.
 Pengawas Pekerjaan dapat menaikkan atau menurunkan
frekwensi dari inspeksi dan pengujian Jaminan Mutu selama
pelaksanaan Pekerjaan, yg merupakan bagian dari keefektifan
aktual dari Rencana Pengendalian Mutu Penyedia Jasa
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (11)

TITIK-TITIK TUNGGU (HOLDING POINTS)


 Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan, dan
Pengawas Pekerjaan atau yang didelegasikan akan menginspeksi
dan menyetujui tahapan-tahapan pekerjaan berikut sebelum
melaksanakan pekerjaan di atasnya.
 Penetapan Titik Pengukuran;

 Ketinggian Lapangan;

 Pengujian Tiang Pancang;

 Galian Fondasi Jembatan;

 Penulangan Baja dan Cetakan sebelum pengecoran beton;

 Penerimaan uji campuran mutu beton (job mix) yang akan

dicor sesuai dengan jenis beton (beton normal, SCC,


mass concrete) dan strukturnya;
 Pemasangan (erection) bangunan atas jembatan dan sistem

perletakannya;
 Permukaan tanah dasar yang telah dipadatkan;

 Permukaan fondasi Kelas B yang telah dipadatkan;


Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (12)
 Permukaan fondasi Kelas A yg telah dipadatkan termasuk
proof rolling, impact hammer atau pengujian lain yg dinomi-
nasi oleh Pengawas Pekerjaan;
 Penyiapan aspal lama untuk pelapisan ulang;

 Setiap lapisan campuran beraspal;

 Lapisan lean concrete, perkerasan beton semen;

 Gorong-gorong pipa, struktur drainase;

 Saluran tanah, saluran buangan udara & timbunan yg

rembes;
 Utilitas di bawah tanah.
 Pengawas Pekerjaan dapat menominasi kegiatan lain bilamana
inspeksi diperlukan, dan juga menominasi setiap pengujian yg
harus disediakan sebelum memberikan persetujuan untuk
melak-
sanakan pekerjaan di atasnya. Untuk masing-masing dari tahap
dan kegiatan yg disebutkan, Pengawas Pekerjaan dan Penyedia
Jasa harus menyepakati prosedur, tempat, dan waktu
pemberita-
huan untuk menginspeksi. Penyedia Jasa tidak terikat untuk
Seksi 1.21 – MANAJEMEN MUTU (13)
PEMBAYARAN
 Harga Penawaran Lump Sum untuk Manajemen Mutu haruslah
merupakan kompensasi penuh untuk semua biaya termasuk
semua gaji personil dan operasionalnya yg menghasilkan keten-
tuan Manajemen Mutu yg ditetapkan dalam Kontrak.
 Pembayaran akan dilakukan berdasarkan bulanan yg dibagi rata
terhadap persentase dari seluruh Pekerjaan yg telah
diselesaikan
sebagaimana ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, tunduk
kepa-
da hasil kerja Penyedia Jasa yang memenuhi ketentuan-keten-
tuan dalam Seksi ini dan Rencana Pengendalian Mutu itu sendiri.
 Tanpa mengabaikan ketentuan yg disyaratkan dalam Pasal
1.6.2.4) dari Spesifikasi ini Pengawas Pekerjaan dapat memo-
tong jumlah dari setiap pembayaran bulanan yg dihitung, untuk
setiap pekerjaan manajemen mutu yg diperlukan tetapi dilaksa-
nakan dng tidak memuaskan pada bulan tersebut. Pengawas
Pekerjaan akan mengurangi jumlah pembayaran tagihan bulan-
an pekerjaan akibat setiap pekerjaan manajemen mutu yg diper-
lukan tetapi dilaksanakan dng tidak memuaskan selama Masa
DIV 2. DRAINASE
(1)
2.1 SELOKAN & SALURAN AIR
 Uraian:
 Selokan baru baik dilapisi maupun tidak
 Selokan yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan
mortar atau yang seperti ditunjukkan dalam Gambar
 Relokasi atau perlindungan terhadap sungai yang ada, kanal
irigasi atau saluran air lainnya
 Toleransi Dimensi:
 Elevasi dasar selokan ≤ 3cm dari rencana
 Alinyemen selokan dan profil penampang melintang ≤ 5 cm dari
rencana
 Perlindungan terhadap Sungai Lama
 Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan Pekerjaan
dalam Kontrak ini, tidak boleh diganggu tanpa persetujuan
Pengawas Pekerjaan
DIV 2. DRAINASE
(2)
 Pengukuran:
 Galian dibayar sesuai Seksi 2.1 & Timbunan sesuai Seksi 3.2

2.2 PASANGAN BATU DENGAN MORTAR


 Uraian:
 Pelapisan sisi atau dasar selokan dan saluran air, dan
pembuatan "apron" (lantai golak), lubang masuk (entry pits) dan
struktur saluran kecil lainnya
 Mencakup pembuatan lubang sulingan (weep holes)
 Toleransi Dimensi:
 Sisi muka masing-masing batu ≤ 1 cm dari profil permukaan
rata-rata di sekitarnya
 Profil permukaan rata-rata selokan dan saluran air yang dibentuk
dari pasangan batu dengan mortar ≤ 3 cm dari profil
permukaan lantai saluran rencana, juga tidak bergeser > 5 cm
dari profil penampang melintang rencana
DIV 2. DRAINASE
(3)  Profil permukaan rata-rata selokan dan saluran air yang dibentuk
dari pasangan batu dengan mortar ≤ 3 cm dari profil
permukaan lantai saluran rencana, juga tidak bergeser > 5 cm
dari profil penampang melintang rencana
 Tebal minimum ≥ 20 cm
 Profil akhir untuk non struktur seperti bak kontrol (catch pits) &
lantai golak ≤ 3 cm dari profil rencana
 Jadwal Kerja:
 Besarnya pekerjaan yang dilaksanakan haruslah dibatasi sesuai
dengan tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin agar
seluruh batu hanya dipasang dengan adukan yang baru
 Bilamana digunakan pada lereng atau sebagai pelapisan selokan,
maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal
haruslah dibuat seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan
batu dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas-
batas yang ditentukan haruslah dilaksanakan sesaat sebelum
pemasangan pasangan batu dengan mortar
DIV 2. DRAINASE
(4)
 Bahan:
 Terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yg tidak
terbelah, yg utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap
udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yg
dimaksud.
 Batu sedapat mungkin harus berbentuk persegi
 Kecuali ditentukan lain oleh Gambar, maka semua batu yang
digunakan harus tertahan ayakan 10 cm
 Pengukuran:
 Untuk pelapisan pada permukaan selokan dan saluran air, tebal
nominal lapisan haruslah diambil yg terkecil dari berikut:
 Gambar

 Aktual terpasang

 Galian dibayar sesuai Seksi 2.1


 Landasan tembus air (permeable) atau bahan berbutir untuk
kantung saringan (filter pocket) harus diukur dan dibayar
menurut mata pembayaran Drainase Porous, dalam Seksi 2.4
DIV 2. DRAINASE
(5)
2.3 GORONG-GORONG DAN SELOKAN BETON U
 Bahan:
 Gorong-gorong pipa beton bertulang haruslah beton bertulang
pracetak dengan mutu beton fc’ 30 MPa dan harus memenuhi
persyaratan AASHTO M170-15
 Penempatan Gorong-gorong:
 Lidah sambungan harus diletakkan di bagian hilir, lidah
sambungan harus dimasukkan sepenuhnya ke dalam alur
sambungan dan sesuai dengan arah serta kelandaiannya
 Bila sambungan antar gorong-gorong pipa berupa karet khusus
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar maka semua
sambungan pada pipa haruslah bahan yang ditekan masuk pada
sambungan jenis bell and spigot (bell : bagian akhir pipa dengan
diameter yang lebih besar atau bagian alur; spigot : bagian
akhir pipa dengan diameter yang lebih kecil atau bagian lidah),
dari pabriknya dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan:
DIV 2. DRAINASE
(6)  Semua paking (gasket) harus berbentuk lingkaran atau profil
dan diproduksi sesuai dengan ASTM C443-12(2017). Sealer
jenis bitumen tidak boleh digunakan.
 Jenis pelumas pipa pra-cetak atau paking pra-pelumasan
harus digunakan.
 Setelah terpasang, sambungan yang belum terisi harus diisi
dengan adukan, dan adukan tambahan harus diberikan untuk
membentuk selimut adukan di sekeliling sambungan
 Bahan untuk penimbunan kembali terdiri dari tanah atau kerikil
yang bebas dari gumpalan lempung dan tetumbuhan serta yang
tidak mengandung batu yang tertahan pada ayakan 25 mm
 Penimbunan kembali minimum 30 cm di atas puncak pipa
 Kecuali kalau bukan suatu galian parit, maka jarak sumbu pipa
ke masing-masing sisi minimum 1,5 x diameter pipa
 Alat berat tidak boleh beroperasi < 1,5 m dari pipa sampai
seluruh pipa terbungkus dengan ketinggian ≥ 60 cm di atas
puncak pipa
DIV 2. DRAINASE
(7)  Perlengkapan ringan dapat dioperasikan asalkan penimbunan
kembali telah mencapai ketinggian 30 cm di atas puncak
pipa
 Perpanjangan Gorong-gorong Eksisting:
 Bilamana perpanjangannya mempunyai desain yg berbeda,
sambungan standar tidak mungkin dilakukan, maka suatu
sambungan (collar) beton harus dibuat untuk membentuk
sambungan (connection) seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau yg diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
 Pelaksanaan Drainase Beton:
 Permukaan saluran terbuka berbentuk U atau permukaan pelat
penutup harus dilaksanakan dengan profil yg rata, elevasi akhir
lapangan harus sesuai dng rencana serta terhadap elevasi akhir
dari perkerasan atau permukaan dari kerb dng toleransi ±1
cm.
 Untuk saluran yang dicor di tempat, sambungan konstruksi
harus dibuat pada interval 10 m atau kurang. Sambungan
tersebut harus mempunyai lebar nominal pemuaian 1 cm dan
DIV 2. DRAINASE
(8)
 Pengukuran:
 Kuantitas yg diukur untuk pembayaran gorong-gorong pipa
beton bertulang maupun tanpa tulangan dan gorong-gorong
persegi haruslah jumlah meter panjang, baik yang baru maupun
perpanjangannya, yg diukur dari ujung ke ujung gorong-gorong
 Kuantitas yg diukur untuk pembayaran saluran beton bertulang
berbentuk U haruslah dalam jumlah meter panjang saluran
berbentuk U yg dicor di tempat atau pra-cetak, termasuk baja
tulangan yg terpasang
 Kuantitas yg diukur untuk pembayaran tembok kepala beton,
apron (lantai golak), lubang masuk (entry pits), gorong-gorong
persegi dng ukuran lebih besar dari mata pembayaran yg terse-
dia di bawah ini dan struktur drainase beton lainnya haruslah
dalam jumlah meter kubik beton termasuk baja tulangan yg
terpasang sesuai dengan Gambar
 Kecuali Pasangan Batu tanpa Adukan (Aanstamping), Galian
Batu dan bahan Drainase Porous yg digunakan, tidak ada
pengukuran yg terpisah untuk pembayaran akan dilakukan
untuk pekerjaan galian atau timbunan
DIV 2. DRAINASE
(9)
2.4 DRAINASE POROUS
 Uraian:
 Mencakup pengadaan, pengangkutan, pemasangan dan
pemadatan bahan porous untuk drainase bawah tanah atau
untuk mencegah butiran tanah halus terhanyut atau tergerus
oleh rembesan air bawah tanah
 Juga mencakup pemasangan pipa berlubang banyak (perforated
pipes) PVC dan anyaman penyaring (filter)
 Bahan-bahan tersebut ditempatkan di bagian belakang (oprit)
abutment, tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan
batu kosong dan dinding bronjong, serta pada pembuatan
drainase bawah permukaan perkerasan jalan, saluran beton,
gorong-gorong, selimut pasir dan drainase vertikal untuk
pekerjaan stabilisasi, kantung lubang sulingan, penyaring (filter)
pada kaki lereng dan pekerjaan lain yang serupa.
DIV 2. DRAINASE (10)
 Toleransi:
 Profil akhir untuk timbunan berbutir untuk drainase porous tidak
boleh berbeda > 2 cm dari profil rencana
 Elevasi dan kelandaian akhir untuk bahan landasan pipa dan
drainase beton tidak boleh > 1 cm dari rencana
 Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang dan tebal
dinding dari pipa berlubang banyak (perforated pipes) harus
seperti yang disyaratkan dalam AASHTO 178M/M178-07(2012).
Celah maksimum antara lidah dan alur sambungan pipa ber-
lubang banyak (perforated pipes) pada waktu dipasang ≤ 5 mm.
 Kemiringan lereng drainase yang dibuat dengan menggunakan
pipa berlubang banyak (perforated pipes) min 1 : 1000
 Permukaan fondasi untuk penimbunan kembali bahan porous
yang digunakan sebagai selimut drainase (drainage
blankets) haruslah rata dan teratur dengan kemiringan
lereng yang merata untuk mencegah terjadinya genangan.
Lereng untuk permukaan tersebut min 1 : 200
DIV 2. DRAINASE (11)
 Bahan Porous untuk Penyaring (Filter):
 Gradasi yang disyaratkan harus dapat menjamin bahwa "piping"
(hanyutnya butir-butir halus) dari bahan arah "hulu" (sebelum
bahan porous) ke bahan porous, atau dari bahan porous ke
bahan arah "hilir" (setelah bahan porous), tidak akan terjadi.
 Gradasi-gradasi tersebut harus sesuai dengan kriteria berikut
ini:
 D15 (filter)/D85 (tanah) < 5
 4 < D15 (filter)/D15 (tanah) < 20
 D50 (tanah)/D50 (filter) < 5
 Istilah "filter" merujuk pada bahan pelindung yang lebih kasar;
dan istilah "tanah" merujuk pada bahan yang lebih halus dan
dilindungi dari "piping".
 Batas-batas gradasi untuk bahan porous dan penyaring (filter)
untuk penimbunan kembali yang akan mengalirkan aliran air
tanpa "piping" dari timbunan lempung sampai pasangan batu
kosong berdiameter 30 cm ditunjukkan oleh Lampiran 2.4.A
DIV 2. DRAINASE (12)
 Gambar tersebut secara umum menunjukkan bahwa pasangan
batu kosong harus dilindungi oleh kerikil, dan kerikil dilindungi
oleh pasir, dan pasir oleh pasir kelanauan atau oleh anyaman
penyaring plastik (plastic filter mesh). Data ini hanya merupakan
penuntun umum saja dan tidak harus digunakan sebagai dasar
untuk menyetujui atau menolak bahan-bahan di atas
 Bilamana bahan arah “hilir” (setelah bahan porous) dari bahan
porous yang ditimbun kembali bukan bahan berbutir, tetapi
digunakan lubang sulingan atau pipa berlubang banyak
(perforated pipes) maka bahan porous untuk penimbunan
kembali harus didasarkan atas kriteria berikut ini:
 D85 (bahan untuk penimbunan kembali) > 0,2 D (lubang)
 D50 (bahan untuk penimbunan kembali) > 0,04 D (lubang)
 Setiap ukuran bahan porous untuk penimbunan kembali dapat
digunakan untuk arah “hilir” (setelah bahan porous) dari suatu
anyaman penyaring (filter) plastik. Dalam segala hal, ijuk
tidak boleh digunakan sebagai pengganti anyaman penyaring
(filter) plastik
DIV 2. DRAINASE (13)
 Anyaman Penyaring (Filter) Plastik:
 Pemilihan lubang anyaman yg paling sesuai (Mesh Opening Size
/ MOS) untuk anyaman penyaring (filter) harus didasarkan pada
kurva gradasi tanah pada arah hulu dari anyaman penyaring
(filter), sesuai dengan yg lebih kecil dari berikut ini :
 MOS < 5 x D85 (tanah)
 MOS < 25 x D50 (tanah)
 Pipa Sulingan:
 Lubang sulingan melewati beton atau pasangan batu harus
berdiameter dalam 50 mm
DIV 2. DRAINASE (14)
 Pengukuran:
 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan dan diukur sebagai bahan
porous untuk bahan penyaring (filter) bilamana digunakan pada
lokasi atau untuk maksud-maksud di mana bahan porous untuk
penimbunan atau landasan atau bahan penyaring (filter) atau
selimut drainase yg telah ditentukan atau disetujui secara
tertulis oleh Pengawas Pekerjaan
 Kuantitas bahan porous untuk penyaring (filter) yg diukur untuk
pembayaran haruslah jumlah meter kubik bahan yg telah dipa-
datkan dan diperlukan untuk menimbun sampai hingga garis yg
ditentukan atau disetujui.
 Kuantitas Anyaman Penyaring Plastik (Plastic Filter Mesh) yang
diukur untuk pembayaran menurut Mata Pembayaran 3.5.(1)
Geotekstil Filter untuk Drainase Bawah Permukaan (Kelas 2)
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (1)
3.1 GALIAN
 Galian Biasa:
 Mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
lainnya dalam Spesifikasi ini, termasuk pembuangan bahan yang
tidak terpakai.
 Mencakup galian bahan, tanah gambut, organik, lunak, ekspan-
sif, yg tidak dikehendaki, tergumpal, daya dukung sedang.
 Galian Batu Lunak:
 mencakup galian pada batuan yang mempunyai kuat tekan
uniaksial 0,6 – 12,5 MPa (6 – 125 kg/cm2) yang diuji
sesuai dengan SNI 2825:2008
 Galian Batu:
 Mencakup galian bongkahan batu yg mempunyai kuat tekan
uniaksial > 12,5 MPa (> 125 kg/cm2) yg diuji sesuai dengan SNI
2825:2008, dng volume > 1m3 atau memerlukan alat bertekan-
an udara, drilling atau blasting, atau yg tidak dapat dibongkar
dng ripper dari dozer 15 ton – 180 HP
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (2)
 Galian Struktur:
 Mencakup segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
 Bukan galian biasa, galian batu, galian perkerasan beton
 Terbatas untuk galian lantai beton fondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya
selain yang disebut dalam Spesifikasi ini
 Termasuk penimbunan kembali dengan bahan yg disetujui;
pembuangan bahan galian yg tidak terpakai; semua keperluan
drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong;
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya
 Galian Perkerasan Beraspal
 dengan Cold Milling Machine maupun tidak
 Galian Perkerasan Berbutir
 Galian Perkerasan Beton
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (3)
 Toleransi:
 Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian
perkerasan beraspal dan/ atau perkerasan beton tidak
boleh berbeda > tinggi 2 cm atau < rendah 3 cm pada setiap
titik, dan 1 cm pada setiap titik untuk galian bahan perkerasan
lama.
 Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh
berbeda dari garis profil rencana > 10 cm untuk tanah dan 20
cm untuk batu di mana pemecahan batu yang berlebihan tak
dapat terhindarkan.
 Pengamanan Pekerjaan Galian
 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga
tetap stabil sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau
mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu,
penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai
harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin
tidak stabil.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (4)
 Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau
mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan
dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tsb
 Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan tenaga
kerja maka galian tanah > 5 m harus dibuat bertangga
dengan teras selebar 1 meter atau yg diperintahkan Pengawas
Pekerjaan
 Peralatan berat tidak diijinkan berada ≤ 1,5 m dari tepi galian
parit, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah
terpasang dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan
bahan yang disetujui dan telah dipadatkan
 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan
penghalang (barikade) yg cukup untuk mencegah tenaga kerja
atau orang lain terjatuh ke dalamnya.
 Galian Tanah Lunak, Ekspansif, atau Tanah Dasar
Berdaya Dukung Sedang selain Organik atau Gambut
 Penanganan Tanah Lunak:
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (5)
 Dipadatkan sampai CBR lapangan > 2,5%, atau
 Diperlukan Stabilisasi, atau
 Dibuang seluruhnya, atau
 Diperlukan Capping Layer sesuai dng Bagan Desain 2 MDP
 Tanah Ekspansif harus ditangani secara khusus
 Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai
kedalaman tebal Capping Layer yg ditunjukkan dalam Gambar
 Pengukuran:
 Penampang melintang profil tanah asli sebelum digali dan profil
rencana.
 Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata,
secara umum dengan jarak ≤ 25 m atau dengan jarak ≤ 50 m
untuk medan yang datar.
 Galian Struktur adalah volume prisma yg dibatasi oleh bidang-
bidang berikut:
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (6)
 Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar
fondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di
atas bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai
galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya.
 Bidang bawah adalah bidang dasar fondasi
 Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling fondasi
 Galian yang bahannya digunakan untuk timbunan, tanah
gambut, tanah organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah
yang tidak dikehendaki, tanah tergumpal dan tanah dengan
daya dukung sedang, jika tidak disebutkan lain dalam pasal-
pasal yang sebelumnya, harus diukur untuk pembayaran sebagai
Galian Biasa
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (7)

TITIK POTONG
TERENDAH
C

C = GALIAN YANG TIDAK DIBAYAR

= GALIAN BIASA ATAU BATU YANG


DIBAYAR
= GALIAN STRUKTUR YANG DIBAYAR.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (8)

3.2 TIMBUNAN
 Timbunan Biasa:
 Bebas dari bahan organik
 Bukan A-7-6 menurut AASHTO atau CH menurut USCS untuk
30 cm lapisan teratas
 CBR ≥ daya dukung tanah dasar dalam Gambar atau ≥ 6%
jika tidak disebutkan lain.
 Nilai Aktif (= PI / % Clay) ≤ 1,25
 NILAI AKTIF < 0,75 : TIDAK AKTIF
 NILAI AKTIF 0,75 – 1,25 : NORMAL
 NILAI AKTIF > 1,25 : AKTIF
 Non Ekspansif menurut Van Der Merwe
 Grafik Lampiran 3.2.A
 Derajat pengembangan yg diklasifikasikan oleh AASHTO T258-
81(2013) BUKAN sebagai "very high" atau "extra high"
KLASIFIKASI TEKNIS TANAH
 PRIMER (UKURAN BUTIRANNYA) :
 BOULDER (BERANGKAL) : > 20 cm
 COBBLE (KERAKAL) : 7,5 cm ~ 20 cm
 GRAVEL (KERIKIL) : 4,75 mm ~ 7,5 cm
 SAND (PASIR) : 0,075 mm ~ 4,75 mm
 SILT (LANAU) : 0,005 ~ 0,075 mm
 CLAY (LEMPUNG) < 0,005 mm
 SEKUNDER :
 BUTIRAN > PASIR : GRADASI
 BUTIRAN < PASIR : SIFAT-SIFAT (PROPERTIS)
Perkiraan CBR
Berdasarkan Klasifikasi Tanah
AASHTO C B R (%) Casagrande C B R (%)
atau U S C S
A1 > 20 GW > 50
A2 > 8 GC > 40
A3 > 10 GP 25 – 60
A4 3 – 25 GF 20
A5 < 7 SW & SC 20 – 60
A6 & A7 < 15 SP 10 – 30
SF 8 – 30
ML 6 – 25
Catatan : CL 4 – 15
G C & S C : gradasi menerus dng OL 3 – 8
sedikit l emp u n g MH < 7
G F & S F : g r a d a s i jelek d n g CH < 6
sedikit le mp u n g OH < 4
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (9)
 Timbunan Pilihan:
 CBR ≥ 10%
 Juga digunakan sebagai Capping Layer.
 Timbunan Pilihan Berbutir:
 Bahan timbunan pilihan berbutir di atas tanah rawa dan untuk
keadaan di mana penghamparan dalam kondisi jenuh atau
banjir tidak dapat dihindarkan
 Batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan Index Plastisitas maks 6% (PI = LL – PL)
 Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen
berada di bawah permukan air, menurut pendapat
Pengawas Pekerjaan, tidak dapat dialirkan atau dikeringkan
dengan metoda yang dapat dipertimbangkan dalam
Spesifikasi ini.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (10)
 Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill):
 Daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu, timbunan
batu atau pasir alam atau campuran yg baik dari kombinasi
bahan-bahan ini dng bergradasi bukan menerus dan mempu-
nyai Indeks Plastisitas maksimum 10% dng gradasi berikut:
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
4” 100 100
No.4 4,75 25 - 90
No.200 0,075 0 - 10
 Toleransi Dimensi:
 Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan tidak lebih
tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari rencana
 Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih
dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan
 Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak
tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat > 20
cm atau dalam lapisan dengan tebal padat < 10 cm.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (11)
 Penyiapan Tempat Kerja:
 Kecuali untuk tanah lunak atau tanah yang tidak dapat
dipadatkan atau tanah rawa, dasar fondasi timbunan harus
dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan & penge-
ringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar fondasi memenuhi kepadatan
yang disyaratkan untuk Timbunan yg ditempatkan di atasnya
 Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah
dng kelandaian lereng > 10%, ditempatkan di atas
permukaan lama atau pembangunan timbunan baru, maka
lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan
bertangga dengan lebar yg cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut
tidak boleh mempunyai kelandaian > 4% dan harus dibuatkan
sedemikian dng jarak vertikal ≤ 30 cm untuk kelandaian yang
< 15% dan ≤ 60 cm untuk kelandaian ≥ 15%
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (12)
Rencana Subgrade Existing Ground

Galian

Urugan

Bidang potong

 Pemadatan Timbunan:
 Dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam
rentang - 3 % s/d +1% dari kadar air optimum (OMC)
HUBUNGAN KADAR AIR &
ENERGI PEMADATAN
Kepadatan kering Tanah
CONTOH

an
ah
T TDK TEPAT DI SINI
(ton/m3)

ker

ing
untuk Lapis Fondasi Agregat

(to - 3% untuk Tanah


+ 1%
n/ Berapa PL?
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (13)
 Optimum Moisture Content diperoleh dari kadar air pada
Kepadatan Kering Maksimum (Maximum Dry Density,
MDD) dari Standard Proctor (Kepadatan Ringan)
T a n a h tidak plastis D a e r a h Plastis Cairan
kental

IP = W l - W p

W=0 Ws Wp Wl W (%)
 Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan 1 lapisan atau
lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak
mengandung batu > 5 cm serta mampu mengisi rongga-
rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut.
 Timbunan batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan
teratas timbunan
 Sand Cone per ≤ 200 m & keseragaman kepadatan dng Light
Weight Deflectometer (LWD) sesuai dng Pd 03-2016-B (prose-
dur LWD ditunjukkan dalam Lampiran 3.2.B) jika diperintah-
kan oleh Pengawas Pekerjaan.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (14)
 Lapisan tanah ≤ 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan 100% MDD
 Lapisan tanah > 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan 95% MDD.
 Untuk tanah yg mengandung >10% bahan yg tertahan
ayakan 19 mm, MDD yg diperoleh harus dikoreksi terhadap
bahan yg oversize
 Pengujian kepadatan setiap lapisan timbunan dilakukan
sampai ke dalaman penuh, tidak boleh berselang > 200 m.
 Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau gorong-
gorong, paling sedikit harus dilaksanakan 1 pengujian untuk
satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.
 Paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yg lengkap
harus dilakukan untuk setiap 1000 m3 bahan yg dihampar
 Timbunan Pilihan sebagai lapisan penopang di atas tanah
lunak (CBR lapangan < 2,5%) dapat dihampar dalam satu
atau beberapa lapis yg harus dipadatkan dng persetujuan
khusus tergantung kondisi lapangan.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (15)
 Pengukuran:
 Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata,
secara umum dengan jarak ≤ 25 m atau dengan jarak ≤ 50 m
untuk medan yang datar
 Jika bahan Timbunan Pilihan Berbutir digunakan di atas tanah
rawa, pengukuran akan dilakukan dng salah satu cara ini:
 Dengan pemasangan pelat (plate) dan batang (rod)
pengukur penurunan (settlement) yang harus ditempatkan
dan diamati. Kuantitas timbunan dapat
ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah
penurunan.
 Dengan volume gembur yg diukur pada kendaraan
pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi
penimbunan. Kuantitas timbunan kemudian dapat
ditentukan setelah bahan di atas bak truk diratakan sesuai
dng bidang datar horisontal yg sejajar dengan tepi-tepi bak
truk.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (16)

3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN


 Uraian:
 Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan
pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan
kerikil lama, yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan
Pengembalian Kondisi, dan di daerah bahu jalan baru yang
bukan di atas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas
 Toleransi Dimensi:
 Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari rencana.
 Pengukuran:
 Daerah jalur lalu lintas eksisting yang memerlukan rekon-
struksi, akan ditetapkan sebagai lokasi yang ditingkatkan dan
penyiapan badan jalan akan dibayar menurut Seksi ini. Juga
penyiapan tanah dasar di daerah galian untuk jalur lalu lintas
dan bahu jalan
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (17)

3.4 PEMBERSIHAN, PENGUPASAN, DAN


PEMOTONGAN POHON
 Uraian:
 Pembersihan dan pengupasan lahan terdiri dari pembersihan
semua pohon dengan diameter <15 cm, pohon-pohon yang
tumbang, halangan-halangan, semak-semak, tumbuh-
tumbuhan lainnya, sampah, dan semua bahan yang tidak
dikehendaki, dan harus termasuk pembongkaran tunggul,
akar dan pembuangan semua ceceran bahan yang diakibatkan
oleh pembersihan dan pengupasan
 Pemotongan pohon yang dipilih harus terdiri dari pemotongan
semua pohon yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetap-
kan oleh Pengawas Pekerjaan dng diameter≥ 15 cm yg diukur
1 meter di atas permukaan tanah. Pekerjaan ini termasuk
tidak hanya penyingkiran dan pembuangan sampai dapat
diterima oleh Pengawas Pekerjaan atas setiap pohon tetapi
juga tunggul dan akar-akarnya.
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (18)

3.5 GEOTEKSTIL
 Uraian:
 Spesifikasi ini merupakan spesifikasi bahan geotekstil filter
untuk drainase bawah permukaan, separator dan stabilisator,
sedangkan spesifikasi Geogrid disyaratkan dalam Spesifikasi
Khusus
 Bahan:
 Persyaratan Kekuatan Geotekstil
 Persyaratan Geotekstil untuk Drainase Bawah Permukaan
 Persyaratan Geotekstil Separator
 Persyaratan Derajat Daya Bertahan (Survivability)
 Persyaratan Geotekstil untuk Stabilisasi
 Ketentuan Tumpang Tindih (Overlap)
 Tergantung dari CBR tanah dasar
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (19)
 Pengukuran dan Pembayaran:
 AASHTO M288-15 Geotextile Specifïcation for Highway
Applications, kekuatan geotekstil terdiri dari 3 kelas:
 Geotekstil Filter utk Drainase Bawah Permukaan
(Kelas 2)
 Geotekstil Separator Kelas 1
 Geotekstil Separator Kelas 2
 Geotekstil Separator Kelas 3
 Geotekstil Stabilisator (Kelas 1)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(1)
4.1 PENGABUTAN ASPAL EMULSI (FOG SEAL)
 Uraian:
 Pekerjaan pengabutan (fog seal) ini diterapkan pada permukaan
perkerasan beraspal eksisting dalam kondisi baik yang mulai
terjadi retak rambut, pengausan (stripping) sesuai dengan lokasi
yang sudah ditunjukkan di dalam Gambar
 Pengabutan digunakan untuk menutup permukaan perkerasan
beraspal untuk mencegah terjadinya pelepasan butiran agregat
(raveling) pada permukaan perkerasan beraspal. Penambahan
aspal akan meningkatkan kekedapan (water proofing) permukaan
dan mengurangi kerentanan terhadap penuaan dengan
menurunkan permeabilitas air dan udara.
 Agregat Penutup
 Jika terjadi aplikasi pengabutan berlebih, maka untuk memper-

baikinya dengan menghampar agregat penutup.


 Agregat penutup harus dihamparkan bila ruas jalan tersebut

segera dibuka untuk lalu lintas


DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(2)
 Bahan:
 Hubungan Jenis Batuan Aspal Eksisting dan Jenis Aspal Emulsi.
Jenis Aspal Emulsi yang
No Sifat Batuan Eksisting mengikat mengikat
Muatan ion
lambat lebih cepat
Basa CQS-1h &
1 CSS-1h Kationik
(antara lain: basalt) PMCQS-1h
Asam QS-1h dan
2 SS-1h Anionik
(antara lain: granit, andesit) PMQS-1h
Catatan:
P atau L : Polimer atau
Latex. M : dimodifikasi
C : kationik
Q : quick (lebih cepat
dari SLOW)
S : setting
1 : viskositas
rendah, disimpan di
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(3)
 Tabel 4.1.2.4) Ketentuan Aspal Emulsi Modifikasi Polymer
(PMCQS-1h dan PMQS-1h)
No. Sifat Standar Satuan Persyaratan
Pengujian pada Aspal Emulsi
1 Viskositas Saybolt Furol SNI 03-6721-2002 detik 15 - 90
pada 25oC
2 Stabilitas Penyimpanan AASHTO T59-15 % berat Maks.1
dalam 24 jam
3 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks.0,3
4 Kadar residu dengan destilasi SNI 03-3642-1994 % berat Min.62*
Pengujian pada Residu Hasil Penguapan
6 Penetrasi pada 25°C SNI 06-2456-1991 0,1 mm 40 - 90
7 Titik Lembek SNI 2434:2011 °C Min.57
8 Kadar polimer padat AASHTO T302-15 % berat Min.2,5
untuk LMCQS-1h
Catatan:
*) : Prosedur distilasi standar harus disesuaikan berikut ini:
Temperatur yang lebih rendah harus dinaikkan perlahan-lahan sampai 177°C ± 10°C dan
dipertahankan selama 20 menit. Penyulingan total harus diselesaikan dalam 60 ± 5 menit
dari pemanasan pertama
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(4)
 Campuran:
 Kedalaman Tekstur dengan Sand Patch Method
 Lampiran 6.2.C

 ASTM E965-15

 BS EN 13036-1:2010

 Perkiraan Takaran Aspal Emulsi


Takaran Penggunaan pada
Permukaan Perkerasan Permukaan Perkerasan
Pengenceran (Berat
yang Halus/Rapat yang Terbuka/Kasar
Aspal Emulsi :
dengan Kedalaman dengan Kedalaman
Berat Air)
Tekstur rata-rata Tekstur rata-rata >
≤ 0,10 cm (ltr/m2) 0,10 cm (ltr/m2)
1:1 0,15 - 0,50 0,40 - 1,00

 Rancangan Takaran Aspal Emulsi


 Aspal Emulsi meresap ke permukaan setelah 15 s/d 20 menit.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(5)
4.2 LABURAN ASPAL (BURAS)
 Uraian:
 Pekerjaan ini meliputi pelaburan aspal pada lokasi perkerasan
yang luasnya kecil menggunakan baik aspal panas, aspal cair
maupun aspal emulsi untuk menutup retak, mencegah pelepasan
butiran agregat, memelihara tambalan atau menambal lubang
agar kedap air, memelihara perkerasan eksisting yang mengalami
penuaan atau untuk tujuan lainnya
 Bahan:
 Agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Tipe 1 (Halus spt HRS) Tipe 2 (Kasar spt AC)
⅜” 9,5 100
No.4 4,75 100 85 - 100
No.8 2,36 80 - 100 0 - 40
No.30 0,600 0 - 30 -
No.200 0,075 0-5 0-5
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(6)
 Aspal
 Aspal Keras : Pen.80-100 atau Pen.60-70 + 2-3% oli SAE40

 Aspal Cair : MC 250 atau MC 800

 Aspal Emulsi

Jenis Aspal Standar Rujukan


Aspal Emulsi : - MS-1 SNI 6832:2011
- HFMS-2 2) SNI 6832:2011
- RS-1 SNI 6832:2011
- CRS-11) SNI 4798:2011
Catatan :
1) Pengujian pencampuran semen (cement mixing) dan stabiltas penyimpanan
(storage stability) tidak disyaratkan
2) HFMS-2 : High Float Medium Setting dengan viskositas tinggi
3) Akhiran 1 : viskositas rendah, disimpan di tempat yang temperaturnya lebih rendah.
4) Akhiran 2 : viskositas tinggi, disimpan di tempat yang btemperaturnya lebih tinggi.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(7)
 Takaran:
 Takaran Aspal & Agregat Penutup
Takaran Penggunaan Untuk Variasi Tekstur
Bahan Satuan
Tipe 1 (Halus spt HRS) Tipe 2 (Kasar spt AC)
Aspal (residu) liter/m2 0,60 – 0,86 0,87 – 1,00
Agregat Penutup kg/m2 7,00 – 7,70 7,80 – 8,60
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(8)
4.3 PEMELIHARAAN DENGAN LABURAN ASPAL
SATU LAPIS (SINGLE CHIP SEAL)
 Uraian:
 Pekerjaan ini harus mencakup pelapisan dengan aspal dan butiran
agregat di atasnya (surface dressing) yang disebut chip seal.
 Pelapisan chip seal yang digunakan adalah chip seal satu lapis
(Single Chip Seal, SCS) yang terdiri dari lapis perekat aspal dan
kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping), serta
dihampar dan dipadatkan dengan menggunakan alat penghampar
dan alat pemadat di atas permukaan perkerasan beraspal
eksisting yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya
Chip Seal Satu Lapis disebut SCS.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(9)
 Pelapisan SCS untuk mengatasi kerusakan minor berupa
pelepasan butir (raveling), retak-retak (cracks), permukaan
perkerasan-beraspal yang licin atau agregatnya sudah aus.
Dengan demikian permukaaan perkerasan diharapkan menjadi
kedap air, kekesatan permukaan meningkat kembali sehingga
dapat meningkatkan aspek keselamatan jalan dan
mempertahankan umur layan perkerasan sesuai dengan yang
direncanakan.
 Penggunaan SCS ini untuk ruas jalan mantap dengan sistem lalu
lintas lambat atau LHRT < 2000 kendaraan/hari/jalur,
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
 Pengukuran dan Pembayaran:
 Pengukuran dan pembayaran pemeliharaan dengan Laburan
Aspal Satu Lapis (Single Chip Seal) akan dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.2.7 dalam Spesifikasi ini..
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(10)
4.4 LAPIS PENUTUP BUBUR ASPAL
EMULSI (EMULSIFIED ASPHALT
SLURRY SEAL)
 Uraian:
 Pekerjaan Lapis penutup bubur aspal emulsi (Emulsified Asphalt
Slurry Seal) ini diterapkan pada jalan dengan perkerasan beraspal
dalam kondisi pelayanan mantap sesuai dengan lokasi yang
sudah ditetapkan di dalam Gambar. Penggunaan lapis penutup
bubur aspal emulsi mencakup perbaikan minor terhadap retakan
halus, mengisi rongga, pengausan, pelepasan butir, memperbaiki
variasi tekstur penampang permukaan perkerasan.
 Lapis penutup bubur aspal emulsi harus mencakup suatu campur-
an yang secara proporsional terdiri dari aspal emulsi, agregat,
air, bahan pengisi dan atau bahan tambahan khusus jika
diperlukan, yang dicampur dan digelar merata di atas permukaan
perkerasan beraspal. Lapis penutup bubur aspal emulsi yang
sudah selesai harus secara homogen merekat dengan baik
SLURRY SEAL APPLICATION
12/13/2021 October 2009
Yayan Suryana 183
SLURRY SEAL APPLICATION
12/13/2021 Yayan Suryana 184
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(11)
 Bahan:
 Agregat
 LHRT < 1000 kendaraan/hari/arah : agregat pecah min.50%

 LHRT ≥ 1000 kendaraan/hari/arah : agregat pecah min.100%

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


1. Keausan dengan Los Angeles pada SNI 2417:2008
 100 putaran, % Maks.6
 500 putaran, % Maks.30
2. Kelekatan dengan aspal, % SNI 2439:2011 Min.95
3. Penyerapan air agregat, % SNI 1970:2016 Maks.3
4. Nilai setara pasir, % SNI 03-4428-1997 Min.60
5. Uji kadar rongga tidak dipadatkan, % SNI 03-6877-2002 Maks.45
6. Kekekalan agregat (soundness), % SNI 3407:2008
- natrium sulfat Maks.12
- magnesium sulfat Maks.18
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(12)
 Agregat
 Tipe 1 (2 - 4 mm) digunakan terutama untuk penutupan (sealing)
permu-kaan dan kekesatan (skid resistance) pada kelas jalan
Kecil
 Tipe 2 (4 - 6 mm) digunakan pada perkerasan jalan yg mulai menga-
lami kerusakan yg lebih luas, untuk meningkatkan kekesatan kembali,
dan menyediakan lapis permukaan yg kedap air pada kelas jalan Kecil.
 Tipe 3 (6 – 9 mm) digunakan untuk meningkatkan kekesatan kembali,
& Ukuran
menyediakan
Ayakan lapis permukaan yg lolos
% Berat yang kedaptipeair pada kelas jalan
campuran Sedang.
Toleransi di
ASTM (mm) Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 stockpile

⅜” 9,5 - 100 100


No.4 4,75 100 90-100 70-90 ±5%
No.8 2,36 90-100 65-90 45-70 ±5%
No.16 1,18 65-90 45-70 28-50 ±5%
No.30 0,600 40-60 30-50 19-34 ±5%
No.50 0,300 25-42 18-30 12-25 ±4%
No.100 0,150 15-30 10-21 7-18 ±3%
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(13)
 Bahan Pengisi
 Bahan pengisi kimia aktif seperti portland cement (disarankan

menggunakan semen tipe I, Ordinary Portland Cement atau


OPC), kapur terhidrasi, dan amonium sulfat, yang digunakan
untuk meningkatkan kelecakan (workability), mengatur waktu
pengikatan (setting time).
 Bahan pengisi kimia tidak aktif seperti debu kapur, abu terbang

(fly-ash), dan abu batu, terutama digunakan untuk memperbaiki


gradasi agregat campuran.
 Bahan Tambah (Additive)
 Setiap bahan tambah yang digunakan (bila perlu) untuk

mempercepat atau memperlambat waktu pengikatan dari lapis


penutup bubur aspal emulsi harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan dan sebagai bagian dari rancangan
campuran atau campuran rencana. Jumlah dan jenis bahan
tambah harus dicantumkan dalam campuran rencana.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(14)
 Aspal Emulsi
 SS-1h sesuai dengan SNI 6832:2011 dan CSS-1h sesuai SNI

4798:2011.
 QS-1h dan CQS-1h (khususnya untuk kelas jalan sedang) harus

memenuhi persyaratan masing-masing sesuai SNI 6832:2011


dan SNI 4798:2011, kecuali persyaratan pengujian untuk
pencampuran semen (cement mixing) dan stabilitas
penyimpanan (storage stability) tidak berlaku

 Campuran:
 Dengan proporsi campuran bahan yang tepat, sifat campuran
yang diperoleh harus memenuhi persyaratan pengelupasan (wet
stripping), konsistensi, waktu pengikatan dan perawatan,
kohesi pada 30 menit dan 60 menit (khusus untuk kelas jalan
Sedang), serta persyaratan abrasi jalur basah (Wet Track
Abrasion Test, WTAT)
 Ketentuan Campuran Lapis Penutup dng Bubur Aspal Emulsi:
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(15)
Metode Tipe Campuran
No. Karakteristik Campuran 1 2 3
Pengujian

1. Kandungan residu aspal, % terhadap 10-16 7,5-13,5 6,5-12


berat agregat kering
2. Takaran Penghamparan, kg/m2: min 6 9 12
maks 9 13 14
3. Konsistensi, cm*) ISSA TB No.106 2-3
4. Pengelupasan (wet stripping), % ISSA TB No.114 Min.90
5. Kohesi: **)
a. 30 menit, kg-cm ISSA TB No.139 ≥ 12
a. 60 menit, kg-cm ≥ 20
6. Waktu pengikatan, menit 15 - 720
7. Waktu perawatan, menit ISSA TB No.139 < 720
8. Pengujian abrasi jalur basah setelah ISSA TB No.100
≤ 500
direndam selama 1 jam, gram/m2
 Penggilasan:
 Biasanya tidak diperlukan.
 Untuk mengurangi jumlah agregat yang lepas dan menghilangkan
alur (rutting) maka penggilasan diperlukan
 Dilakukan setelah waktu pengikatan dan sebelum berakhirnya
waktu perawatan (curing time)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(16)
4.5 LAPIS PERMUKAAN MIKRO ASPAL
EMULSI MODIFIKASI POLIMER (MICRO
SURFACING)
 Uraian:
 Pekerjaan lapis permukaan mikro (micro surfacing) ini diterapkan
pada jalan dengan perkerasan beraspal dalam kondisi pelayanan
mantap, sesuai dengan lokasi yang sudah ditetapkan di dalam
Gambar. Penggunaan lapis permukaan mikro mencakup
perbaikan minor terhadap profil permukaan perkerasan,
pelepasan butir, perkerasan yang sudah mengalami oksidasi
dengan retak rambut, alur (rutting).
 Lapis permukaan mikro harus mencakup suatu campuran dari
polymer-modified asphalt emulsion yang disetujui, agregat, air,
dan bahan tambahan khusus, secara proporsional, yang dicampur
dan digelar merata di atas permukaan perkerasan beraspal. Lapis
permukaan mikro yang sudah selesai harus secara homogen
merekat dengan baik terhadap lapis permukaan perkerasan, dan
RUTTING BEFORE REPAIR
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(17)
 Bahan:
 Agregat halus berupa batu pecah atau dapat juga bahan lain,
seperti terak besi dari tanur tinggi (air cooled blast furnace slag),
batu kapur, atau agregat lain dengan kualitas tinggi, atau
kombinasi dari beberapa jenis agregat tersebut
Metode
No Jenis Pengujian Persyaratan
Pengujian
1. Keausan dengan Los Angeles pada 500 SNI 2417:2008 Maks.30
putaran, %
2. Kelekatan dengan Aspal, % SNI 2439:2011 Min.95
3. Penyerapan air agregat, % SNI 1970:2016 Maks.3
4. Nilai setara pasir, % SNI 03-4428:1997 Min.65
5. Kadar rongga agregat halus yang tidak SNI 03-6877:2002 Maks.45
dipadatkan
6. Kekekalan agregat (Soundness) dengan SNI 3407:2008
- Natrium Sulfat atau Maks.12
- Magnesium Sulfat, %
Maks.18

 Gradasi Agregat = Tipe 2 & 3 Emulsified Asphalt Slurry Seal


DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(18)
 Gradasi:
 Tipe 1, cocok untuk jalan-jalan perkotaan dan
perumahan.
 Tipe 2, cocok untuk jalan arteri primer serta untuk
penutupan alur jejak roda pada perkerasan jalan.
 Bahan Pengisi
 Bahan pengisi: PC atau kapur terhidrasi dan harus bebas dari

gumpalan serta diterima setelah pemeriksaan secara visual.


 Bahan pengisi maksimum 3% terhadap berat agregat kering.

 Bahan Tambah (Additive)


 Bahan tambah dapat digunakan untuk mempercepat atau

memperlambat pemisahan air.


 Aspal Emulsi
 Aspal emulsi yang digunakan harus aspal emulsi modifikasi

polymer yang mengikat lebih cepat (quick setting) yang


DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(19)
 Campuran:
 Kebutuhan kuantitas untuk menutup alur pada jejak roda
kendaraan dapat dilakukan sebagai berikut:
 Untuk setiap 25,4 mm campuran lapis permukaan mikro
tambahan bahan 3,2 - 6,4 mm sebagai mahkota (crown)
untuk memungkinkan pemadatan oleh lalu lintas

 Kebutuhan kuantitas bahan untuk menutup alur dengan lapis


permukaan mikro, pada berbagai kedalaman alur adalah
Kedalaman alur (mm) Kuantitas (kg/m2)
8 - 12 9,1 - 13,6
13 - 25 11,4 - 15,9
RUTTING AFTER REPAIR
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(20)
4.6 LAPIS TIPIS ASPAL PASIR
 Uraian:
 Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup
permukaan perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir
atau campuran keduanya, dan aspal keras yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur
tertentu.
 Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS,
terdiri dari dua macam gradasi, Kelas-A dan Kelas-B.
Pemilihan Kelas-A dan Kelas-B tergantung pada tebal nominal
minimum. Latasir biasanya memerlukan penambahan filler agar
memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.
 Pada umumnya Latasir pada umumnya digunakan untuk
perancangan jalan dengan lalu lintas rendah (≤ 500.000 ESA)
 Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.4) dengan tebal
nominal minimum untuk Latasir Kelas A dan B masing-masing 2,0
cm dan 1,5 cm toleransi - 2,0 mm harus berlaku.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(21)
 Campuran: Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir
Sifat-sifat Campuran Latasir (SS)
Kelas A & B
(non
mod.)
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (1)
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60 ºC (2)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(22)
4.7 LAPIS TIPIS BETON ASPAL (LTBA) DAN
STONE MATRIX ASPHALT TIPIS (SMA TIPIS)
 Uraian:
 Pekerjaan Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA) dan Stone Matrix
Asphalt Tipis (SMA Tipis) ini diterapkan pada jalan dengan
perkerasan beraspal dalam kondisi pelayanan mantap, sesuai
dengan lokasi yang sudah ditetapkan di dalam Gambar. Pekerjaan
ini digunakan untuk menanggulangi kerusakan permukaan jalan
seperti alur (rutting), pelepasan butir (raveling), retak, dan
memiliki fungsi sebagai lapisan fungsional serta lapis kedap air.
Digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan preventif yang tidak
dapat ditangani dengan teknologi preventif lainnya.
 Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.4) dng tebal nomi-
nal minimum untuk LTBA-A, LTBA-B Halus, dan LTBA-B Kasar
maisng-masing 2,0 cm, 3,0 cm dan 3,0 cm dan toleransi tebal
maksimum untuk LTBA-A, LTBA-B Halus, LTBA-B Kasar
masing- masing – 2,0 mm, –
3,0 mm dan – 3,0 mm harus berlaku, termasuk Pasal 6.3.1.4).f)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(23)
 Campuran : Ketentuan Sifat-sifat Campuran LTBA
Sifat-sifat Campuran Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA)
LTBA-A LTBA-B
Kasar
Halus Kasar
Modifikasi
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min. 0,6 0,6
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,2 1,2
Rongga dalam campuran (%) (1) Min. 3,0
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 16 15
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1000
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 4,5
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 85 90
perendaman selama 24 jam, 60 ºC (2)
Rongga dalam campuran (%) pada Min. - - 2
Kepadatan membal (refusal) (3)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(24)
 Gradasi & Ketentuan Sifat-sifat Campuran SMA Tipis
 Rujuk Seksi 6.3
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(25)
4.8 PENAMBALAN DANGKAL PERKERASAN BETON
SEMEN BERSAMBUNG TANPA TULANGAN
 Uraian:
 Pekerjaan penambalan dangkal perkerasan beton semen
bersambung tanpa tulangan (partial depth repair) merupakan
perbaikan pada perkerasan beton semen dengan mengganti
bagian pelat yang mengalami kerusakan terbatas. Kerusakan
yang tepat ditangani adalah gompal atau retak dengan
kedalaman tidak lebih dari sepertiga bagian atas
pelat.
 Penanganan ini akan memulihkan integritas struktural
(structural
integrity) serta meningkatkan kenyamanan, sehingga dapat
mempertahankan umur pelayanan perkerasan.
 Perbedaan elevasi perkerasan eksisting dengan tambalan ≤
3 mm
 Bahan:
 Bahan Tambalan Beton : mengacu pada ketentuan Perkerasan
Partial-Depth Repairs
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(26)
 Rancangan:
 Skema Penambalan :
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(27)
 Pelaksanaan :
 Penyiapan Tempat Sambungan sambungan

75 mm

Pemecah lekatan
75 mm

Tampak atas tambalan


takikan

pelat yang ada

25 mm

Tampak samping
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(28)
4.9 PENAMBALAN PENUH PERKERASAN BETON
SEMEN BERSAMBUNG TANPA TULANGAN
 Uraian:
 Pekerjaan penambalan penuh perkerasan beton semen bersam-
bung tanpa tulangan (Full Depth Repair) merupakan perbaikan
pada perkerasan beton semen dengan mengganti bagian pelat
yang mengalami kerusakan terbatas pada sambungan atau retak,
yang tidak tersebar di seluruh panjang perkerasan yang ditinjau,
gompal atau retak dengan kedalaman lebih dari sepertiga bagian
atas pelat.
 Penanganan ini akan memulihkan integritas struktural (structural
integrity) serta meningkatkan kenyamanan, sehingga dapat
mempertahankan umur pelayanan perkerasan
 Perbedaan elevasi perkerasan eksisting dengan tambalan ≤ 3
mm
Full-Depth Repairs
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(29)
 Bahan:
 Bahan Tambalan Beton : mengacu pada ketentuan Perkerasan
Beton Semen Fast Track dengan umur menurut Pasal 4.8.8.2)
 Bahan Perekat Beton : adhesif-epoxy dan harus memenuhi
persyaratan AASHTO M235M/M235-13
 Perlengkapan Pemindahan Beban : ruji (dowel) harus
memenuhi
mutu BjTP 280 sesuai dengan SNI 2052:2017 atau mutu ruji
(dowel) memenuhi persyaratan menurut AASHTO M31M/M31-15
Grade 40 (tegangan leleh minimum 280 MPa).
 Rancangan:
 Jarak Maksimum Antara Perbaikan
Jarak Penambalan
maksimum Penuh
antar tambalan
Tebal Perkerasan, untuk penggabungan tambalan,
mm m
Lebar lajur 3,0 m Lebar lajur 3,5 m
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(30)
 Skema Penambalan

Catatan
a = Panjang minimum adalah 1,8 m,
b = Jarak antara tambalan dan sambungan terdekat adalah 1,8 m,
c = Mengganti pelat keseluruhan, di mana terdapat banyak retak yg saling memotong
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(31)
 Pelaksanaan:
 Lokasi Pemotongan untuk Perbaikan Penambalan Penuh
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(32)
 Sketsa Posisi dan Ukuran Lubang Ruji (Dowel)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(33)
 Rekomendasi arah perataan pada daerah perbaikan
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(34)
4.10 PENAMBAHAN PENYALUR BEBAN PADA
PERKERASAN BETON SEMEN (DOWEL
RETROFIT)
 Uraian:
 Penambahan penyaluran beban (dowel retrofit) pada perkerasan
beton semen merupakan kegiatan pemeliharaan perkerasan beton
semen yang dilakukan melalui pemasangan beberapa buah
batang ruji (dowel) pada sambungan atau retak melintang pada
perkerasan beton semen. Tujuan pekerjaan ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi penyaluran beban pada sambungan.
 Perkerasan beton semen yang memerlukan penambahan
dan/atau penggantian penyaluran bebannya adalah sebagai
berikut:
 Perkerasan beton semen eksisting yang tidak dilengkapi
dengan ruji (dowel) yang mulai terjadi gejala
pumping pada sambungan pola retak.
 Perkerasan beton semen eksisting yang dilengkapi dengan ruji
(dowel) tetapi sudah mengalami penurunan efisiensi.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(35)
 Pekerjaan ini juga merupakan cara efektif untuk meningkatkan
penyaluran beban pada pelat yang mengalami retak
melintang
(apabila retak cukup seragam dan belum mengalami
perbedaan elevasi pada sambungan atau faulting) sehingga
dapat mempertahankan kekuatan struktural dan
meningkatkan kenyamanan
 Toleransi hasil pelaksanaan pekerjaan ini adalah perbedaan
elevasi antara permukaan slab beton dan tambalan tidak lebih
dari 3 mm
 Bahan:
 Perlengkapan Pemindahan Beban :
 panjang 450 mm dgn toleransi ± 9 mm, diameter min.32
mm
 memenuhi mutu BjTP 280 sesuai dengan SNI 2052:2017 atau
mutu ruji (dowel) memenuhi persyaratan menurut AASHTO
M31M/M31-15 Grade 40 (tegangan leleh minimum 280 MPa).
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(36)
 Bahan Tambalan Beton :
 Mortar semen dengan bahan tambah yang umum digunakan
sesuai dengan SNI 03-6825-2002.
 Bahan cepat mengeras (rapid setting materials), umumnya
merupakan produk bahan jadi dalam kemasan. Penggunaan
bahan ini harus mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh
produsen
Sifat-Sifat Prosedur Nilai yang
Bahan Pengujian Direkomendasikan
Kuat tekan, 3 jam ASTM C109/C109M-16a Minimum 21 MPa
Kuat tekan, 24 jam ASTM C109/C109M-16a Minimum 34 MPa
Penyusutan, 4 hari ASTM C596-09(2017) Maksimum 0,13 persen

 Bahan Perekat Beton : adhesif-epoxy dan harus memenuhi


persyaratan AASHTO M235M/M235-13
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(37)
 Rancangan :
 Tata Letak Batang Ruji (Dowel)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(38)
 Skema Rancangan Celah untuk Pemasangan Ruji (Dowel):

Potongan Potongan Memanjang

Melintang
Load-Transfer Restoration
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(39)
4.11 PENJAHITAN MELINTANG PADA
PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU (CROSS
STITCHING
)

 Pekerjaan penjahitan melintang (cross stitching) ini diterapkan
Uraian:
pada permukaan perkerasan beton semen, baik yang mengalami
retak memanjang ataupun untuk pengikat sambungan
memanjang yang mengalami pemisahan.
 Bahan:
 Batang Pengikat :
 Kualitas batang pengikat yang digunakan adalah besi sirip
(deformed bar) dengan persyaratan sesuai SNI 6764:2016.
 Dimensi batang pengikat yang digunakan harus sesuai dengan
tebal pelat beton dan kemiringan lubang bor (lihat tabel di
bawah).
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(40)
Sudut Tebal Pelat Beton, mm
Batang 175 200 225 250 275 300 325 350
Pengikat Jarak dari retak ke lubang, mm

35º 125 145 165 180 195 210 - -


40º - - - - 165 180 195 205
45º - - - - - 150 165 175
Panjang batang pengikat, mm
35º 200 240 275 315 365 400 - -
40º - - - - 315 350 400 465
45º - - - - - 300 350 415
Diameter batang pengikat, mm
 13 dan
Bahan Pengisi 19
Perekat:19 19 19 19
25 25
 Bahan pengisi, dan perekat yang digunakan untuk penjahitan
melintang adalah bahan adhesif-epoxy sesuai persyaratan
AASHTO M235M/M235-13 dan penggunaannya harus
mengikuti rekomendasi produsen.
 Bahan perekat berfungsi untuk meningkatkan lekatan antara
beton lama dengan bahan pengisi.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(41)
 Skema Lokasi Batang Pengikat:
Cross Stitching

Batang pengikat (sirip) dijangkar dan bahan


graut disuntikkan ke dalam lubang

– 45º

Pelat Perkerasan Beton


Dowel Semen
bar

Lean Concrete
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(42)
4.12 PENUTUPAN ULANG SAMBUNGAN DAN
PENUTUPAN RETAK PADA PERKERASAN
KAKU (JOINT AND CRACK
SEALING)

 Pekerjaan ini bertujuan untuk mengurangi air yang masuk ke
Uraian:
dalam struktur perkerasan sehingga mengurangi kerusakan
perkerasan yang ditimbulkan oleh air; serta untuk mencegah
intrusi bahan keras ke dalam sambungan memanjang dan
melintang (kecuali expansion joint), dan retak, sehingga
mencegah kerusakan akibat tegangan; seperti gompal (spalling),
tekuk ke atas (blowup atau buckling), dan kehancuran pelat.
Penutupan retak dapat dilakukan terhadap retak garis yang
mempunyai tingkat keparahan rendah atau sedang dengan lebar
retak lebih kecil dari 13 mm.
Joint Resealing and
Crack
CrackSealing
Sealing
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(43)
 Bahan:
 Bahan Penutup :
 Bahan penutup termoplastik yang dipasang dalam keadaan
panas.
 Bahan penutup termoseting yang dipasang dalam keadaan
dingin.
 Bahan penutup yang dibentuk (preformed joint sealant)
 Bahan Penyokong :
 Batang penyokong yang dapat digunakan adalah dari
bahan
dasar polikhloroprin (polychloroprene), polistrin (polystyrene),
poliuretan (polyurethane), dan polietilin (polyethylene).
Batang penyokong berfungsi untuk mencegah pelekatan
bahan penutup dengan dasar reservoir dan mencegah
pengaliran bahan penutup yang masih encer ke dalam retak
yang terdapat di bawah reservoir.
 Jenis batang penyokong menurut ASTM D5249-10(2016):
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(44)
 Jenis batang penyokong menurut ASTM D5249-10(2016):
Tipe 1 : berbentuk batang bulat dengan berbagai variasi
diameter digunakan untuk bahan penutup dipasang
dingin dan panas.
Tipe 2 : berbentuk lembaran atau strip dengan berbagai
variasi ketebalan digunakan untuk bahan penutup
dipasang dingin dan panas.
Tipe 3 : berbentuk batang bulat dengan berbagai variasi
diameter digunakan untuk bahan penutup dipasang
dingin
 Batang penyokong harus lentur serta tidak menyerap dan
kompatibel dengan bahan penutup. Temperatur titik leleh dari
bahan batang penyokong minimum 14°C lebih tinggi
daripada temperatur aplikasi bahan penutup.
 Ukuran diameter batang penyokong sekitar 25% lebih besar
dari lebar reservoir.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(45)
 Jenis dan Standar Bahan Penutup untuk Perkerasan Beton Semen
Jenis Bahan Penutup Standar Deskripsi
Bahan Cair, dipasang dalam keadaan panas
 Aspal Karet (Ruberized Aspalt) ASTM D 6690-15, Tipe II Merata sendiri
 Polimerik (Polimeric) ASTM D 6690-15, Tipe I Merata sendiri
 Elastomerik (Elastomeric) SNI 03-4814-1998 Merata sendiri
Bahan Cair, dipasang dalam keadaan dingin
Tanpa lakukan (Non-Sag),
 Silikon Tipe NS (Non-Sag) ASTM D5893/D5893M-16 dipasang menggunakan alat,
modulus rendah.
Merata sendiri, dipasang tidak
 Silikon Tipe SL (Self-Leavelling) ASTM D5893/D5893M-16 menggunakan alat, modulus
rendah
Bahan yang dibentuk (Preformed Compression Seals)
 Polikroprin Elastomerik Dipasang dengan
ASTM D2628-91(2016)
(Polychloprene menggunakan pelumas
Ealstomeric)
Digunakan pada saat
 Pelumas (Lubricant) ASTM D2835-89(2017)
pemasangan bahan penutup
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(46)
 Rancangan:
 Rancangan Rasio Dimensi Penampang Bahan Penutup pada
Sambungan Melintang (Joint Sealing).
Jenis Bahan Penutup Sifat Bahan Faktor Bentuk Tipikal (W : D)
Aspal Karet Termoplastik 1:1
Silikon Termoseting 2:1
Polisulfida dan Poliuretan Termoseting 1:1
Catatan:
W = lebar bahan penutup dan
D = kedalaman bahan penutup

 Rancangan Penutup pada


Sambungan Melintang
(joint sealing)
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(47)
 Rancangan Dimensi Penampang Bahan Penutup pada Sambungan
Memanjang, dan Penutup Retak (Crack Sealing)
 Bahan penutup untuk retak memanjang atau sambungan
memanjang antar pelat beton dengan lebar sekitar 6
mm (0,25 inch) harus menggunakan bahan termoplastik
atau termoseting.
 Untuk sambungan memanjang antara pelat beton dan bahu
jalan yang dilapis beton aspal panas harus menggunakan
bahan termoplastik atau termoseting, dan menerapkan
konfigurasi reservoir yang dimensinya 19 mm x 19 mm hingga
25 mm x 25 mm
 Pelaksanaan :
 Konfigurasi Bahan
Penutup Sambungan
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(48)
4.13 PENSTABILAN DAN PENGEMBALIAN ELEVASI
PLAT BETON DENGAN INJEKSI PADA
PERKERASAN BETON SEMEN
 Uraian :
 Pekerjaan penstabilan dan pengembalian elevasi pelat beton
dengan cara injeksi pada perkerasan beton semen diterapkan
pada jalan yang mempunyai masalah penurunan daya dukung
karena adanya rongga di bawah pelat beton akibat pumping,
penurunan (consolidation) fondasi bawah. Pekerjaan ini bertujuan
untuk pekerjaan penstabilan pelat dan pengembalian elevasi
pelat yang turun pada perkerasan beton bersambung tanpa
tulangan sesuai Gambar.
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(49)
 Bahan :
 Bahan Graut Berbahan Dasar Semen (Cement Grout Mixtures)
1. Bahan campuran graut berbahan dasar semen.
Bahan campuran graut yg digunakan merupakan produk jadi
dng ketentuan kuat tekan min. 4,1 MPa pada umur 3 hari,
tidak susut sesuai dng SNI 03-6430.3-2000, dan harus meme-
nuhi ketentuan waktu alir dng metoda flow cone melalui
corong alir sesuai SNI 03-6808-2002, yg ditunjukan di bawah
Jenis Perbaikan Waktu Pengaliran (detik)
Penstabilan Pelat Beton 10 - 16
Pengembalian Elevasi Pelat Beton 16 - 30

2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau
pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi
ketentuan SNI 7974:2016 dan Pasal 7.1.2.2) dari Spesifikasi ini
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(50)
 Bahan Graut Cellular Plastic
 Bahan cellular plastic harus kuat, ringan, tidak susut dan mirip
busa, yang digunakan sebagai bahan penstabilan dan
pengembalian elevasi pelat yang turun. Bahan ini harus
memenuhi kuat tekan sebesar 1,0 MPa sesuai ketentuan ASTM
D1621-16. Polyurethane atau cellular plastic jenis lainnya
yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan dapat digunakan.
 Rancangan :
 Pola Lubang Injeksi pada Penstabilan Pelat Beton
a) Rekomendasi untuk Rongga BAHU LUAR

di Bawah Pelat Depan Sambungan


Melintang
63-90 cm

46-63 cm

63 cm

LALU LINTAS
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(51)
b) Rekomendasi untuk Rongga di BAHU LUAR

Bawah Pelat Belakang & Depan 63-90 cm

Sambungan
Melintang

30-46 cm
46-63 cm

1,8 m 63 cm

LALU LINTAS

c) Rekomendasi untuk Rongga BAHU LUAR

yang Besar pada Sisi Pelat 63-90 cm

Belakang & Depan Sambungan


Melintang

30-46 cm
46-63 cm

63 cm

LALU LINTAS
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(52)
 Perancangan Pola Lubang Injeksi pada Pengembalian Elevasi
Pelat Beton
LALU
Tampak atas LINTAS

30-46 cm

Sambungan
1,8 m
Melintang

30-46 cm 30-46 cm

1,8 m 30-46 cm

Tampak samping
DIV 4.PEKERJAAN PREVENTIF(53)
 Pelaksanaan :
 Denah Urutan Pemompaan untuk Menangani Pelat yang Turun

Tampak Atas

Potongan Memanjang
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (1)
5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT
 Toleransi Dimensi dan Elevasi:
Kecuali disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dng
ketentuan yg diuraikan dalam Pasal 5.1.4.1) dari Spesifikasi ini.
 Lapis Fondasi Agr Kelas B sebagai Sub-base: + 0 cm & -2 cm

 Lapis Fondasi Agr Kelas A sebagai Base: + 0 cm & -1 cm

 Lapis Fondasi Agr Kelas S atau C: + 1,5 cm & -1,5 cm

 Tebal total min Lapis Fondasi Agr & Lapis Drainase ≤ 1 cm

dari tebal desain


 Tebal min Lapis Fondasi Agr Kelas A ≤ 1 cm dari tebal

desain
 Permukaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang disiapkan

untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan,


bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan
sikat yang keras maka kerataan permukaan yang diukur
dng mistar lurus 3 m, diletakkan sejajar atau melintang
MANUAL DESAIN PERKERASAN
Bahu Jalan Berpenutup
 Tebal Lapisan Berbutir:
 Tebal lapisan berbutir bahu harus sama dengan tebal
lapisan berbutir perkerasan untuk memudahkan
pelaksanaan
 Bahu Tanpa Pengikat (Kelas S):
 Tebal lapis permukaan bahu = tebal lapisan
beraspal
jika tebalnya > 125 mm, jika tidak maka tebal lapis
permukaan bahu min. 125 mm
 Bahu Berpengikat:
 Jika terdapat kerb
 Gradien Jalan >
4%
 Sisi yg lebih
tinggi pada
Tipikal Penampang Melintang
CONTOH:
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (2)
 Perbaikan Terhadap Lapis Fondasi Agregat Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan:
 Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang
tidak memenuhi ketentuan toleransi yg disyaratkan, atau yg
permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan
atau setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dng membongkar
lapis permukaan tsb dan membuang atau menambahkan
bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali
 Bilamana Lapisan Fondasi Agregat yg tidak memenuhi keten-
tuan, telah dilapisi dng lapisan di atasnya. Kekurangan tebal
dapat dikompensasi dng tebal yg sesuai dng sifat bahan dan
mempunyai kekuatan yg sama dng tebal yg kurang
 Lapis Fondasi Agregat yg terlalu kering untuk pemadatan,
harus diperbaiki dng menggaru bahan tsb yg dilanjutkan
dengan penyemprotan air dalam kuantitas yg cukup serta
mencampurnya sampai rata
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (3)
 Lapis Fondasi Agregat yg terlalu basah untuk pemadatan
harus diperbaiki dng menggaru bahan tsb secara berulang-
ulang pada cuaca kering dng peralatan yg disetujui disertai
waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana
pengeringan yg memadai tidak dapat diperoleh dengan cara
tsb di atas, maka bahan tersebut dibuang dan diganti dng
bahan kering yg memenuhi ketentuan
 Lapis Fondasi Agregat yg tidak memenuhi kepadatan harus
diperbaiki dng pemadatan tambahan.
 Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian:
 Seluruh lubang pada pekerjaan yg telah selesai dikerjakan
akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus segera ditutup
kembali oleh Penyedia Jasa dng bahan Lapis Fondasi
Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Pengawas Pekerjaan dan
dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi
permukaan dalam Spesifikasi ini.
 Sifat-sifat Bahan yang disyaratkan:
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (4)
Sifat-sifat Lapis Fondasi
Agregat Kelas A Kelas B Lapis
Kelas S Drainase
0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI
2417:2008) 95/901) 55/502) 55/502) 80/753)
Butiran pecah, tertahan ayakan No.4
(SNI 7619:2012) 0 - 25 0 - 35 0 - 35 -
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0-6 4 - 10 4 - 15 -
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) maks.25 - - -
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos
Ayakan No.200
0-5% 0-5% 0-5% 0-5%
Gumpalan Lempung dan Butiran-butiran
Mudah Pecah (SNI 4141:2015) min.90 % min.60 % min.50 % -
CBR rendaman (SNI 1744:2012)
maks.2/3 maks.2/3 - -
Perbandingan Persen Lolos Ayakan
No.200 dan No.40 - - - > 3,5
Koefisien Keseragaman : Cv = bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
Catatan : 1) 95/90 menunjukkan
D60/D10 atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
California Bearing Ratio (CBR)
 Perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch2
sedalam 0,1 inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2 inch
terhadap beban 4500 lbs
Catatan :
 Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch

 Bilamana yang 0,2 inch >, pengujian harus diulang

 Bilamana hasil ulang masih sama, diambil yang 0,2 inch

BEBAN

PISTON PENEKAN

PENETRASI
LUAS ALAS 3 INCH2
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (5)
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
Lapis Fondasi Agregat Lapis
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
2” 50 100
1½” 37,5 100 88 - 95 100 100
1” 25,0 79 - 85 70 - 85 77 - 89 71 - 87
¾” 19,0 58 - 74
½” 12,5 44 - 60
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66 34 - 50
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54 19 - 31
No.8 2,36 8 - 16
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.16 1,18 0-4
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 16
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (6)
 Pemadatan:
 Rentang kadar air - 3 % s/d +1% kadar air optimum (OMC)
 Kepadatan ≥ 100 % KOREKSI Kepadatan Kering Maksimum
(MDD) modified proctor (kepadatan berat) Metode D (cetakan
6”, 5 lapis, 56 tumbukan per lapis) kecuali disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan sehubungan dengan ketentuan yg
diuraikan dalam Tabel 5.1.4.2)
 Formula Koreksi Kepadatan untuk Metode C & D:
Dd = 100 x Df x k / (Df x Pc + k x Pf)
 Dd = Koreksi Kepadatan Kering Gabungan
 Df = Kepadatan Kering Fraksi Halus
 Pc = % Fraksi Oversize Terhadap Berat
 Pf = % Fraksi Halus Terhadap Berat
 K = 1000 x Sp.Gr. Oven Dry FRAKSI
OVERSIZE
 % KEPADATAN = LAP./LAB.TERKOREKSI x
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (7)
 Pemadatan Lapis Drainase dengan mesin gilas berpenggetar
(vibratory roller) sekitar 10 ton harus dilaksanakan sampai
seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak 6
lintasan dengan penggetar yang diaktifkan atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
 Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan
mesin gilas beroda karet untuk pemadatan akhir, bila mesin
gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan
 Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat Kelas C:
 Lapis Fondasi Agregat Kelas C dapat digunakan untuk bahu
jalan tanpa penutup untuk LHRT < 2000 kendaraan/hari pada
jalur lalu lintas (carriageway)
 Gradasi Lapis Fondasi Agregat Kelas C harus memenuhi keten-
tuan Lapis Fondasi Agregat dalam Tabel 5.2.2.1 dan meme-
nuhi sifat-sifat Lapis Fondasi Agregat dalam Tabel 5.2.2.2).
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (8)
 Pengujian:
 Pengujian untuk pembangunan atau penambahan lajur setiap
1000 m3, untuk pelebaran menuju lebar standar setiap 500m3,
bahan yg diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi
partikel, dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum.
Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
 Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara
rutin diperiksa, mengunakan sand cone (SNI 2828:2011) dan
keseragaman kepadatan diuji dengan Light Weight Deflecto-
meter (LWD) sesuai dengan Pd 03-2016-B (prosedur LWD
ditunjukkan dalam Lampiran 3.2.B) bilamana diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan. Pengujian harus dilakukan tidak
boleh berselang lebih dari 100 m untuk pembangunan atau
penambahan lajur & 50 m untuk pelebaran menuju lebar
standar
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN (9)

Pada kepadatan 1842kg/m3 (1842/1973 x 100% = 93,3%), CBR


terjun bebas menjadi 27%, ini menunjukkan TIDAK LINEAR
BLENDING EQUIPMENT (1)
 Spesifikasi Umum Pasal 5.1.2.(6) - Pencampuran
Bahan Untuk Lapis Fondasi Agregat
 Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi
pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
 dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical
feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh
aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
 Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan
 Apakah pencampuran dengan menggunakan
Loader atau Motor Grader diijinkan?
 Apa dapat diperoleh campuran yg homogen &
isotropis ?
BLENDING EQUIPMENT (2)
BLENDING EQUIPMENT (3)
MATERIAL LAPIS FONDASI
AGREGAT YG TIDAK SESUAI
 CLOSE UP PERMUKAAN
LAPIS FONDASI AGREGAT

 LAPIS FONDASI AGREGAT


YG SUDAH DI-PRIME COAT
 KEKURANGAN PARTIKEL
HALUS
SAND CONE
 JUMLAH BENDA UJI :
Ukuran Butiran Maks Sample Minimum
ASTM (mm) Volume (cm3) Berat (gr)
2” 50 2830 1000
1½” 37,5 2125 500
1” 25,0 1415 250
⅜” 9,50 710 100

 PASIR (TIDAK HARUS OTTAWA SAND) :


 BERSIH, KERING, FREE FLOW (SERAGAM), NON
SEMENTASI, SEDIKIT BUTIRAN <#200 &
>#10
Pengujian Kepadatan dengan Sand Cone
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(10)
 Pengukuran:
 Diukur sebagai jumlah meter kubik bahan yg sudah dipadat-
kan, lengkap di tempat dan diterima berdasarkan atas penam-
pang melintang yg ditunjukkan pada Gambar bila tebal yg di-
perlukan merata, dan pada penampang melintang yg disetujui
Pengawas Pekerjaan bila tebal yg diperlukan tidak merata, dan
panjangnya diukur secara mendatar sepanjang sumbu jalan
 Bilamana tebal rata-rata Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drai-
nase untuk suatu segmen tebalnya kurang dari toleransi yg
disyaratkan, maka kekurangan tebal ini harus diperbaiki kecuali
Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan Lapis Fondasi
Agregat atau Lapis Drainase Perkerasan dng harga satuan
dikalikan dng Faktor Pembayaran dalam Tabel 5.1.4.1) berikut:
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal
(% Harga Satuan)
0,0 - 1,0 cm 100 %
> 1,0 - 2,0 cm 90 % atau diperbaiki
> 2,0 - 3,0 cm 80 % atau diperbaiki
> 3,0 cm harus diperbaiki
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(11)
 Jika kepadatan lapangan rata-rata dalam suatu segmen<100%
kepadatan kering maksimum mod., tetapi semua sifat-sifat
bahan yg disyaratkan memenuhi ketentuan yg disyaratkan
dalam spesifikasi, maka kepadatan yg kurang ini harus
diperbaiki kecuali Pengawas Pekerjaan dapat menerima
pekerjaan Lapis Fondasi Agregat dng harga satuan dikalikan
dng Faktor Pembayaran dalam Tabel 5.1.4.2) berikut:
Faktor Pembayaran
Kepadatan
(% Harga Satuan)
≥ 100 % 100 %
99 - < 100% 90 % atau diperbaiki
98 - < 99% 80 % atau diperbaiki
97 - < 98% 70 % atau diperbaiki
< 97% harus diperbaiki
 Bilamana ketebalan dan kepadatan Lapis Fondasi Agregat rata-
rata kurang dari yg disyaratkan tetapi masih dalam batas-
batas toleransi sesuai kedua tabel diatas maka pembayaran
dilaku- kan dng mengalikan harga satuan dng Faktor
Pembayaran yg tercantum dalam Tabel 5.1.4.1) dan Tabel
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(12)
 Perbaikan dari Lapis Fondasi Agregat yg tidak memenuhi ke-
tentuan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 5.1.4.1) dan/
atau Tabel 5.1.4.2) dapat dilaksanakan setelah diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan atau penambahan lapisan mengacu
pada standar, pedoman, manual yang berlaku
 Kuantitas yg akan diukur untuk pembayaran untuk perbaikan
Lapis Fondasi Agregat, haruslah kuantitas berdasarkan tebal
terpasang yg memenuhi toleransi pada Pasal 5.1.4.1).a), dan
tidak melebihi tebal dalam Gambar untuk setiap lapisnya, serta
memenuhi kepadatan pada Pasal 5.1.4.1).b). Pembayaran tam-
bahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan perbaikan tsb.
 Bilamana perbaikan Lapis Fondasi Agregat adalah dng penam-
bahan lapisan di atasnya, maka harus dilengkapi dng Justek yg
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Jenis lapisan
yg digunakan harus tercantum dalam Spesifikasi seperti Seksi
4.7 atau Seksi 6.3 atau lainnya. Perbaikan tsb harus membuat
perkerasan memiliki umur layanan minimum sesuai desain.
Kuantitas yg diukur untuk pembayaran haruslah sesuai dng
Gambar. Tidak ada pembayaran tambahan untuk
pekerjaan penambahan lapisan tsb
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(13)
5.2 LAPIS PERMUKAAN AGREGAT & LAPIS
FONDASI AGREGAT TANPA PENUTUP ASPAL
 Toleransi Dimensi:
 Tebal min ≤ 1 cm terhadap tebal yg ditunjukkan Gambar,
kecuali disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dng
ketentuan yg diuraikan dalam Pasal 5.2.5.1) dari Spesifikasi ini
 Bila semua agregat yg lepas dibuang, standar kerataan per-
mukaan yg padat harus sedemikian rupa sehingga tidak satu
titikpun pada permukaan berbeda > 1 cm diukur dng mistar
lurus 3 m yg dipasang sejajar atau tegak lurus sumbu jalan
 Lereng melintang atau punggung jalan sebesar 5% untuk
daerah bukan superelevasi
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(14)
 Bahan:
 Gradasi Lapis Permukaan Agregat dan Lapis Fondasi Agregat
Tanpa Penutup Aspal sesuai Tabel 5.2.2.1) berikut:
Ukuran Ayakan Lapis Permukaan Agregat Lapis Fondasi Agregat
ASTM (mm) Persen Berat Yang Lolos
1” 25 100
¾” 19 100 -
½” 12,5 - 68 - 91
No.4 4,75 50 - 78 46 - 70
No.8 2,36 37 - 67 34 - 54
No.40 0,425 13 - 35 13 - 35
No.200 0,075 8 - 15 3 - 12
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(15)
 Sifat-sifat bahan Lapis Permukaan Agregat dan Lapis Fondasi
Agregat Tanpa Penutup Aspal sesuai Tabel 5.2.2.2) berikut:
Sifat-sifat Metoda Pengujian Lapis Permukan Lapis Fondasi
Agregat Agregat
Abrasi Agregat Kasar SNI 2417:2008 Maks.40 Maks.50
Butiran pecah, tertahan SNI 7619:2012 95/90 1) -
ayakan No.4
Indeks Plastisitas SNI 1966:2008 6 - 10% 6 - 15%
Batas Cair SNI 1967:2008 Maks.25 Maks.40
Gumpalan Lempung SNI 03-4141-1996 Maks.5% Maks.5%
dan Butiran-butiran
Mudah Pecah
CBR rendaman SNI 1744:2012 min.80 % min.30 %
Perbandingan Persen maks.2/3 -
Lolos Ayakan No.200
dan No.40
 Gradasi & sifat-sifat bahan Lapis Fondasi Kelas C untuk Bahu
Jalan = Lapis Fondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(16)
 Pemadatan
 Kepadatan setiap lapis perkerasan berbutir tanpa penutup
aspal min.100%, dari kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) yg ditentukan oleh SNI 1743:2008, metode D.
Bilamana kepadatan yg diperoleh kurang dari yg disyaratkan,
maka kepadatan yg kurang ini harus diperbaiki kecuali
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dng ketentuan
yg diuraikan dalam Tabel 5.2.5.2)
 Pengukuran
 Pengukuran pengurangan untuk pekerjaan yg tidak memenuhi
ketebalan dan/atau kepadatan pada Perkerasan Berbutir
Jalan Tanpa Penutup Aspal adalah sama dengan ketentuan
Seksi 5.1, hanya saja tidak ada perbaikan dengan overlay
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(17)
5.3 PERKERASAN BETON
 Toleransi Dimensi:
 Elevasi permukaan Beton Kurus maupun Perkerasan Beton
Semen: – 10mm s/d +10mm dari elevasi rencana
 Lereng melintang Beton Kurus: ± 0,3% dari rencana
 Kerataan: ± 3 mm dari elevasi desain diukur dng mistar 3
m
 Alinyemen Dowel:
 ± 2 mm untuk 2/3 jumlah dowel dalam sambungan
 ± 4 mm untuk satu dari sisa 1/3 jumlah dowel dalam
sambungan
 ± 2 mm antar dowel yang berdampingan dalam arah
vertikal maupun horisontal
 Bahan:
 OPC Tipe 1 atau 3, PPC dan SPS (Semen Portland Slag)
 Abu Terbang hanya digunakan untuk Tipe I
 Kekuatan Beton Kurus:
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(18)
 Sambungan Konstruksi:
 ≥ 1/3 panjang segmen
 ≥ 1,8 m dari sambungan muai/susut
 Sambungan Susut Gergajian (Sawn Contraction
Joint):
 ≤ 4 jam & tidak > waktu pengikatan akhir (final setting time,
±10 jam tergantung bahan-bahan yg digunakan dalam cam-
puran beton, jenis semen, bahan tambah dsb) setelah pema-
datan akhir beton, diambil mana yg lebih pendek waktunya.
 Kekuatan Perkerasan Beton Semen:
 Laboratorium: fs 4,7 MPa (bukan fc !)
 Produksi: fs 4,5 MPa (bukan fc !)
 Konversi fs – fc diperoleh dng membandingkan kuat lentur
rata-rata dan kuat tekan rata-rata, masing-masing 8 benda
uji, bukan dari literatur yg sekitar 30-40 MPa (fc)
 Pengujian:
 Jika Kuat Lentur < 90%, maka dilakukan pengujian Kuat
Tekan Benda Uji Inti (Core), yg diambil dari konversi diatas
Jenis Semen
 Semen Portland (OPC = Ordinary Portland
Cement)
 Tipe 1: umum, tidak butuh persyaratan
khusus
 Tipe 2: ketahanan thd sulfat / panas hidrasi
sedang
 Tipe 3: kekuatan awal yg tinggi setelah
setting
 Tipe 4: panas hidrasi rendah
 Tipe 5: ketahanan tinggi terhadap sulfat
 Semen Portland Pozzolan (PPC = Portland
Pozzolan Cement)
Ordinary Portland Cement (OPC)
 OPC :
 Terak/Klinker Semen Portland terutama terdiri dari
kalsium silikat, digiling bersama satu atau lebih
bahan tambah yang berbentuk kristal senyawa
Kalsium Sulfat
 4 komponen utama : C3S, C2S, C3A, C4AF
 Ada 5 tipe sesuai dengan penggunaannya.
 Kelekatan terbaik dibanding jenis lainnya.
 TIDAK TERSEDIA DI PASAR, HARUS DIPESAN
 SNI 2049:2015
 ASTM C150/C150M-18
 EN 197-1:2011
Portland Pozzolan Cement (PPC)
 PPC :
 Terak/Klinker Semen Portland terutama terdiri dari
kalsium silikat, digiling bersama Pozzolan (6 – 40%)
 Ada 4 tipe (IP-U, IP-K, P-U, P-K) sesuai dengan
penggunaannya.
 TERSEDIA DI PASAR RETAIL TETAPI TIDAK SEMUA
MERK ADA
 SNI 0302:2014
Portland Composite Cement (PCC)
 PCC :
 Terak/Klinker Semen Portland terutama terdiri dari
kalsium silikat, digiling bersama dengan gipsum dan
bahan anorganik lebih dari 1 macam (6 – 35%)
seperti : terak tanur tinggi, pozolan, senyawa silikat
& batu kapur
 Ada 2 tipe (Type II/A-M: 6 – 20% & Type II/B-M:
21 – 35%)
 TERSEDIA DI PASAR RETAIL
 SNI 7064:2014
Kelebihan PPC & PCC
 Kuat tekan awal
 Lebih tinggi dari OPC
 Tergantung produsen berapa bahan tambahnya
 Kuat tekan akhir
 Baik untuk umur > 28 hari
 Panas Hidrasi
 Lebih rendah dari OPC
 Ketahanan terhadap Sulfat
 PPC dapat digunakan
Kekurangan PPC & PCC
 Kuat tekan umur 28 hari
 Lebih rendah dari OPC
 Diperlukan tambahan PPC/PCC 20 – 50 kg/m3
untuk mengejar kuat tekan umur 28 hari
 Kuat tekan optimum pada 56 atau 90 hari.
 Konsistensi beton
 Sangat dipengaruhi oleh kadar bahan tambah
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(19)
 Kerataan Permukaan yang Tidak Memenuhi Syarat:
 Permukaan digurida
 Dibongkar dan diganti
 Pengukuran untuk Pembayaran:
 Harga satuan harus dikalikan dengan Faktor Pembayaran
(FP1) sesuai Tabel 5.3.10.1) berikut:
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal rata-rata
(% Harga
Satuan)
0 - 5 mm 100 %
> 5 - 8 mm 80% atau diperbaiki
> 8 - 10 mm 72% atau diperbaiki
> 10 - 12,5 mm 68% atau diperbaiki
> 12,5 mm harus diperbaiki
 Harga Satuan dikalikan Faktor Pembayaran (FP2) sebesar
100% - 4% x penurunan setiap 0,1 MPa
 Bilamana keduanya kurang dari ketentuan: HS x FP1 x
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(20)
 Pengukuran untuk Pekerjaan Perbaikan:
 Perbaikan Perkerasan Beton Semen dapat dilakukan dng over-
lay di atasnya dng perkerasan beton semen atau campuran
beraspal dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan serta mengacu kepada standar, pedoman, dan
manual yang berlaku, dan dilengkapi dng Justek. Jenis lapisan
yg digunakan harus tercantum dalam Spesifikasi seperti Seksi
5.3 atau Seksi 6.3 atau lainnya. Perbaikan tersebut harus
membuat perkerasan memiliki umur layanan minimum sesuai
desain. Pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk
pekerjaan perbaikan tersebut atau kuantitas tambahan yang
diperlukan untuk Perbaikan tersebut.
 Bila perbaikan telah diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
dan telah dilaksanakan serta diterima, maka jumlah volume
yang diukur untuk pembayaran haruslah volume sesuai
dengan Gambar
PELAKSANAAN PERKERASAN
BETON SEMEN YG TDK TEPAT (1)
 DUDUKAN DOWEL DIPA-
SANG SEGERA SETELAH
BETON AKAN DICOR
 ALINYEMEN DOWEL ?

 TRUK MOLEN MASUK


LAJUR RENCANA
 BAGAIMANA MENJANGKAR
DUDUKAN DOWEL ?
PELAKSANAAN PERKERASAN
BETON SEMEN YG TDK TEPAT (2)

 TANPA PLASTIK PEMISAH


ANTARA LAPIS FONDASI
BAWAH & PELAT BETON

 TIE BAR POLOS, BUKAN


ULIR
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(21)
5.4 STABILISASI TANAH (SOIL
STABILIZATION)
 Stabilisasi Tanah:
 Perbaikan Tanah Dasar (Sub-grade Improvement)
 Lapis Fondasi Tanah Semen (Soil Cement Base)
 Tanah sebelum Pulverization (Penghalusan):
 Butiran < 75 mm
 Material lolos #200 < 50%
 Kadar Air ≤ 2% Kadar Air Optimum (OMC)
 Tanah setelah Pulverization (Penghalusan):
 Butiran < 25 mm
 Material lolos #4 > 80%
 Semen Portland:
 PC Tipe 1, PPC & PCC
 Kadar 3 – 8%

KLASIFIKASI TANAH (AASHTO) &
PERKIRAAN KEBUTUHAN SEMEN
 KLASIFIKASI TANAH & PERKIRAAN KADAR
SEMEN (dari Portland Cement
Association)
 A1 (fraksi batu : kerikil & pasir); A1-a : 3 ~ 5% & A1-
b : 5 ~ 8%
 A2 (kerikil-pasir kelanauan/kelempungan); A2-4,
A2- 5, A2-6 & A2-7 : 5 ~ 9%
 A3 (pasir halus) : 7 ~ 11%
 A4 (tanah lanau) : 7 ~ 12%
 A5 (tanah lanau) : 8 ~ 13%
 A6 (tanah lempung) : 9 ~ 15%

DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(22)
Sifat-sifat Stabilisasi Tanah Tanah & Lapis Fondasi Tanah Semen
BATAS-BATAS SIFAT METODE
PENGUJIAN (Setelah Perawatan 7 Hari) PENGUJIAN
Minimum Target Maksimum

Stabilisasi Tanah Dasar (Sub-grade Improvement)


California Bearing Ratio (CBR) % 12 15 - SNI 1744:2012

Lapis Fondasi Tanah Semen (Soil Cement Base)


Kuat Tekan Bebas (Unconfined 20 24 35 SNI 03-6887-2002
Compressive Strength,
UCS) kg/cm2
Uji Basah dan Kering: SNI 13-6427-2000
(i) % Kehilangan Berat - - 7
(ii) % Perubahan Volume - - 2

Rancangan Campuran Laboratorium (Cara UCS) utk Lapis Fondasi Tanah


Semen dipandu dengan Grafik 1 s/d 4 di bawah ini (Lampiran 5.4.B)
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(23)
Petunjuk Untuk Pemilihan Alat-alat Yang Cocok
Tebal Perkiraan
Indeks Plastisitas
Petunjuk Maksimum Yang
Tanah Dikalikan Persen
Jenis Peralatan Mampu Dilakukan
Lolos Ayakan No.40
Dalam Satu Lapis (cm)
Instalasi Pencampuran Pusat < 500 Tak Dibatasi
Rotovator Ringan ( < 100 HP) <2000 15
Rotovator untuk Pekerjaan < 3500 20 s/d 30
Berat ( > 100 HP) tergantung jenis
tanah & HP mesin yg
tersedia
Mesin Stabilisasi Tanah Satu < 3000 20
Lintasan tergantung HP mesin
 Pengendalian Mutu:
 Kadar Air (sampling ≤ 100 m)
 3 benda uji: tanpa PC & air (pulveration), dng PC, dng PC & air

 “OMC” s/d “MOC+2%”, MENGAPA ?


DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(24)
 pH tanah (SNI 19-6426-2000)
 Jika terjadi “Slow Hardening”

 pH > 12,2

 Kepadatan (sampling ≤ 100 m)


 2 benda uji untuk MDD & 4 benda uji untuk UCS

 Sand Cone per 100 m & keseragaman kepadatan dng LWD jika

diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan


 ≥ 97% MDD

 Keseragaman
 UCS rata-rata dari ⅔ tebal setiap segmen (≤ 200m) harus

> UCS Target, dan


 Tidak satupun < UCS min.

 Tebal Efektif untuk Pembayaran


 DCP-CBR
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(25
Ketentuan Scala Penetration Resistance (SPR) Lapis Fondasi Tanah Semen
Batas-batas Sifat Metoda
Pengujian (Setelah Perawatan 7 Hari) Pengujian
Minimum Target Maksimum

Rata-rata Scala Penetration 1,0* 1,3* 2,5* Lampiran


Resistance (SPR) melampaui (1,0+) (0,8+) (0,4+) 5.4.A,
2/3 tebal (pukulan/mm) Spesifika
si
Scala Penetration Resistance 0,8* - - Lampiran
(SPR) yang menentukan (1,3+) 5.4.A,
batas
Catatanminimum
: tebal efektif Spesifika
*(pukulan/mm) si dengan angka-
Angka-angka ini dapat disesuaikan oleh Pengawas Pekerjaan untuk dikalibrasikan
angka UCS yang disyaratkan, mengikuti pengujian kalibrasi untuk setiap jenis tanah baru
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5.4.6.5).
+ Angka-angka di dalam kurung adalah kemampuan penetrasi ekivalen dalam mm per pukulan
GAMBAR DCP
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(26)
 Pengukuran:
 Bilamana tebal rata-rata Stabilisasi Tanah untuk Peningkatan
Tanah Dasar untuk suatu segmen tebalnya kurang dari tole-
ransi yg disyaratkan, maka pekerjaan tersebut harus diperbaiki
kecuali Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan Stabi-
lisasi Tanah Dasar dng harga satuan dikalikan dng Faktor
Pembayaran sesuai Tabel 5.4.7.1) berikut:
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal
(% Harga Satuan)
0,0 - 1,0 cm 100 %
> 1,0 - 2,0 cm 90 % atau diperbaiki
> 2,0 - 3,0 cm 80 % atau diperbaiki
> 3,0 cm harus diperbaiki
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(27)
 Jika kepadatan rata-rata Stabilisasi Tanah untuk Peningkatan
Tanah Dasar dalam suatu segmen tidak tercapai, tetapi semua
sifat-sifat bahan yg digunakan memenuhi ketentuan yg disya-
ratkan dalam Spesifikasi ini, maka pekerjaan tersebut harus
diperbaiki kecuali Pengawas Pekerjaan dapat menerima peker-
jaan Stabilisasi Tanah untuk Peningkatan Tanah Dasar dng
harga satuan dikalikan dng Faktor Pembayaran sesuai Tabel
5.4.7.2) berikut:
Faktor Pembayaran
Kepadatan
(% Harga Satuan)
≥ 97 % 100 %
96 - < 97% 90 % atau diperbaiki
95 - < 96% 80 % atau diperbaiki
< 95% harus diperbaiki
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(28)
 Jika Skala Penetrometer rata-rata dalam penampang melintang
suatu segmen tidak tercapai, tetapi semua sifat-sifat bahan
yang digunakan memenuhi ketentuan yg disyaratkan dalam
Spesifikasi ini, maka pekerjaan tersebut harus diperbaiki
kecuali Pengawas Pekerjaan dapat menerima bagian tebal
Lapis Fondasi Tanah Semen yg tidak memenuhi dengan harga
satuan dikalikan dengan Faktor Pembayaran sesuai dalam
Tabel 5.4.7.3) berikut:
Faktor Pembayaran
Kekurangan Skala Penetrometer
(% Harga
Satuan)
≥ 0,8* pukulan/mm 100 %
0,75 - < 0,8* pukulan/mm 90 % atau diperbaiki
0,7** - < 0,75 pukulan/mm 80 % atau
< 0,7** pukulan/mm
Catatan : diperbaiki harus
* Angka ini harus disesuaikan untuk dikalibrasikandiperbaiki
dng UCS 20 kg/cm2
untuk setiap jenis tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5.4.6.5).
** Angka ini harus disesuaikan untuk dikalibrasikan dng UCS 18 kg/cm2
untuk setiap jenis tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5.4.6.5).
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(29)
 Bilamana ketebalan dan kepadatan Stabilisasi Tanah untuk
Peningkatan Tanah Dasar dan bagian tebal Lapis Fondasi
Tanah Semen yg diuji dengan Skala Pentrometer kurang dari yg
disya- ratkan tetapi masih dalam batas-batas toleransi sesuai
yg diya- ratkan Tabel 5.4.7.1), Tabel 5.4.7.2) dan Tabel 5.4.7.1)
maka pembayaran dilakukan dng mengalikan harga satuan dng
Faktor Pembayaran yg tercantum dalam Tabel 5.4.7.1), Tabel
5.4.7.2) dan Tabel 5.4.7.3).
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(30)
5.5 LAPIS FONDASI AGREGAT SEMEN (CTB &
CTSB)
 Toleransi Dimensi dan Elevasi:
Kecuali disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dng
ketentuan yg diuraikan Tabel 5.5.8.1) dari Spesifikasi ini.m
 Lapis Fondasi Agregat Semen (CTB) : + 0 cm & -1 cm

 Tebal min Lapis Fondasi Agr Semen Kelas A ≤ 1 cm dari tebal

yang ditunjukkan dalam Gambar


 Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakkan pada

permukaan jalan sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu


jalan, variasi permukaan yg ada tidak boleh > 1 cm tiap 3 meter
 Semen Portland:
 OPC Tipe 1 dan PPC
 Gradasi Agregat:
 LPAS Kelas A (CTB) = Lapis Fondasi Agregat Kelas A &
 LAPS Kelas B (CTSB) = Lapis Fondasi Agregat Kelas B
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(31)
 Kuat Tekan (UCS):
 CTB = 45 – 55 kg/m2 & CTSB = 35 – 45 kg/m2
 Kadar Air:
 Kadar Air = 70 – 100% OMC
 Kepadatan:
 Kepadatan ≥ 98% kepadatan kering maksimum sebagaimana yg
ditentukan sesuai SNI 1743:2008 Metode D. Bilamana kepadatan
yg diperoleh kurang dari yg disyaratkan, maka kepadatan yg
kurang ini harus diperbaiki kecuali disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan sehubungan dengan ketentuan yang diuraikan dalam
Tabel 5.5.8.2).
 Jika Tebal Padat > 20 cm, 2 x Sand Cone Test
 Pengujian 20 cm bagian atas & 15 cm bagian bawah
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(32)
 Peralatan:
 Self Propelled Rotary Mixer dengan lebar pencampuran ≥ 1,8 m
& ke dalaman ≥ 30 cm
 Vibratory Padfoot Roller, Berat Statis min.13 ton untuk tebal
padat ≤ 20 cm, min.19 ton untuk tebal padat ≤ 25cm, min.25
ton untuk tebal padat ≤ 30cm, dengan tonjolan ≥ 12,5 cm
 Gambar ini :
Berat Statis 25 ton
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(33)
 Pengukuran:
 Bilamana tebal rata-rata Lapis Fondasi Agregat Semen (CTB
dan CTSB) untuk suatu segmen tebalnya kurang dari toleransi
yang disyaratkan dalam Pasal 5.5.1.3) maka kekurangan
tebal ini harus diperbaiki kecuali Pengawas Pekerjaan dapat
menerima pekerjaan Lapis Fondasi Agregat Semen dengan
harga satuan dikalikan dengan Faktor Pembayaran
sesuai Tabel 5.5.8.1) berikut:
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal
(% Harga Satuan)
0,0 - 1,0 cm 100 %
> 1,0 - 2,0 cm 90 % atau diperbaiki
> 2,0 - 3,0 cm 80 % atau diperbaiki
> 3,0 cm harus diperbaiki
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(34)
 Lapis Fondasi Agregat Semen yg diterima harus memenuhi ke-
padatan yg disyaratkan. Jika kepadatan lapangan rata-rata da-
lam suatu segmen tidak tercapai, tetapi semua sifat-sifat ba-
han yg digunakan memenuhi ketentuan yg disyaratkan dalam
spesifikasi, maka kepadatan yg kurang ini harus diperbaiki
kecuali Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan Lapis
Fondasi Agregat Semen dng harga satuan dikalikan dng Faktor
Pembayaran sesuai Tabel 5.5.8.2) berikut:
Faktor Pembayaran
Kepadatan
(% Harga Satuan)
≥ 98% 100 %
97 - < 98% 90 % atau diperbaiki
96 - < 97% 80 % atau diperbaiki
95 - < 96% 70 % atau diperbaiki
< 95% harus diperbaiki
 Bilamana ketebalan dan kepadatan Lapis Fondasi Agregat
Semen rata-rata kurang dari yg disyaratkan tetapi masih dalam
batas-batas toleransi sesuai Pasal 5.5.1.3) maka pembayaran
dilakukan dng mengalikan harga satuan dng Faktor Pembayar-
an yg tercantum dalam Tabel 5.5.8.1) dan Tabel 5.5.8.2).
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN(35)
 Perbaikan Lapis Fondasi Agregat Semen dapat dilakukan dng
overlay di atasnya dng perkerasan campuran beraspal dan
harus mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan serta
mengacu kepada standar, pedoman, dan manual yg berlaku,
dan dilengkapi dng Justek. Jenis lapisan yg digunakan harus
tercantum dalam Spesifikasi seperti Seksi 4.7 atau Seksi 6.3
atau lainnya. Perbaikan tersebut harus membuat perkerasan
memiliki umur layanan min. sesuai desain. Pembayaran tam-
bahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan perbaikan tsb atau
kuantitas tambahan yg diperlukan untuk perbaikan tsb
 Bila perbaikan telah diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
dan telah dilaksanakan serta diterima, maka jumlah volume yg
diukur untuk pembayaran haruslah volume sesuai dng Gambar.
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (1)

6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT


 LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT)

BUKAN SEBAGAI PEREKAT TETAPI PELINDUNG, JADI


HANYA PADA GRANULAR BASE SAJA
 ASPAL EMULSI : MS atau SS, MENGAPA TIDAK

RS ?
 KATIONIK utk agregat yg bersifat ASAM (dominan Silika)
 ANIONIK utk agregat yg bersifat BASA (dominan Karbonat)
 ASPAL CAIR : AC + Kerosene (80 – 85 pph, MC-30,
viskositas kinematis pada 60°C : 30 - 60 mm2/sec)
 80 pph artinya 80 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka
kadar kerosen = 80 / (80 +100) = 44,4%.
 85 pph artinya 85 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka
kadar kerosen = 85 / (85 +100) = 45,9%.
 Kadar kerosen rata-rata = 45,19 dibulatkan 45%
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (2)
 LAPIS PEREKAT (TACK COAT)
SEBAGAI PEREKAT, PADA SEMUA JENIS LAPISAN YANG
ADA PENGIKATNYA
 ASPAL EMULSI :

 RS (Rapid Setting)
 PMCQS-1h dan PMQS-1h
 ASPAL CAIR :
 RC 250 (Rapid Curing)
 MC 250 (Medium Curing)
AC + Kerosene [25 - 30 pph, setara MC 250 DIPANASKAN]
 25 pph artinya 25 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka
kadar kerosen = 25 / (25 +100) = 20%.
 30 pph artinya 30 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka
kadar kerosen = 30 / (30 +100) = 23%.
 Kadar kerosen rata-rata = 21,5%
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (3)
 KADAR TACK COAT MINIMUM:
Takaran (liter per meter persegi) pada
Jenis Aspal Permukaan Baru Permukaan Permukaan
atau Aspal atau Porous dan Berbahan
Beton Lama Yang Terekpos Cuaca Pengikat
Licin Semen
Aspal Cair 0,15 0,15 – 0,35 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi 0,20 0,20 – 0,50 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi Di- 0,20 0,20 – 0,50 0,2 – 1,0
modifikasi Polimer
Kadar Residu* (liter per meter persegi)
Semua 0,12 0,12 – 0,21 0,12 – 0,60
 RESIDU :
 MC : 0,15 (min. Spec) x (100 - 21,5)% = 0,118,

SETARA DNG.
 RS : 0,2 (min. Spec) x 60%= 0,120
PEMBERSIHAN MANUAL
(APA DIIJINKAN ?)
 PERMUKAAN
LPA SUDAH
DI-PRIME
 TIDAK ADA
PENGATURAN
LALIN YG
MEMADAI
 PERMUKAAN
KOTOR
LAGI
AKIBAT
LINTASAN
 PEMBERSIHAN
DILAKUKAN
HANYA OLEH
OVERLAY TANPA PEMBERSIHAN
(BALAPAN DNG HUJAN/PROGRES?)
 PERMUKAAN
PRIME COAT
YG KOTOR
BELUM
DIBERSIHKAN
 TIDAK ADA

TAMBAHAN
PRIME
 MUATAN
HOTMIX
SUDAH
DITUANG KE
PAVER
 SOLUSI ?
SEBAB & AKIBAT
BONDING YANG JELEK
 PERMUKAAN
EXISTING
TIDAK
BERSIH
 BAN TRUK
MENGOTORI
 TACK COAT
TIDAK
MERATA
 KADAR TACK
COAT
KURANG
 SLIPPAGE
CRACK
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (4)

6.2 BURTU & BURDA


KUNCI KEBERHASILAN :
 PEMBERSIHAN
 AGREGAT BURTU &
LAPIS 1 BURDA
 UKURAN HAMPIR

SERAGAM (GRADASI)
 BERSIH

 TAHAN AUS

 BENTUK

 KELEKATAN

TERHADAP ASPAL
 DIGUNAKANNYA ASPAL DISTRIBUTOR, BUKAN HAND
SPRAYER
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (5)
 AGREGAT :
 GRADASI BURTU (4, max size ⅜”, ½”, ¾” & 1”)

 GRADASI BURDA (2, kombinasi ⅜”+¾” & ½”+1”)

 AGD/ALD ≥ 2,3

 ALD dalam rentang ± 2,5mm min.60%

 ASPAL :
 Pen.60/70 atau 80/100
 CRS-2P (aspal emulsi kationik yang dibuat dari

aspal yang dimodifikasi dengan Styrene-Butadiene


atau Styrebe-Butadiene Styrene Block
Copolymers)
 CRS-2L (aspal emulsi kationik yang dibuat dari
Rubber Latex
aspal yang atau Polychloroprene
dmodifikasi dengan Styrene-Butadiene
Latex)
For “AGD” Testing

For “ALD” Testing


ALAT PEMBERSIH YG MEMADAI

 KOMPRESOR

 POWER BROOM, SANGAT DIANJUR-


KAN UNTUK PEMBERSIHAN AWAL
SETELAH MILLING, KEMUDIAN
DILANJUTKAN DNG KOMPRESOR
ALAT PENYEMPROT ASPAL

 HAND SPRAYER

 ASPAL DISTRIBUTOR
 KERB SEHARUSNYA DITUTUP
CONTOH APLIKASI AGREGAT (1)

 UKURAN AGREGAT YG SALAH

 UKURAN AGREGAT YG BENAR


CONTOH APLIKASI AGREGAT (2)
 DAMPAK UKURAN AGREGAT YG LEBIH DARI
SATU UKURAN
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (6)
 Pasal 6.2.1.5) alinea terakhir:
BURTU dan Lapis ke-1 BURDA, pemakaian chip hanya
secukupnya, sehingga agregat itu bersentuhan antar
sisi dan seluruh permukaan bitumen harus tertutup
agregat. Chipping yg berlebihan mengakibatkan tidak
tersedia cukup ruang untuk chip tersebar merata di
atas bitumen bila digilas, maka harus dihindari.
LAMPIRAN 6.2.C:
 Perkiraan takaran yang diperlukan adalah [1000/(1,5ALD +
0,6)] m3/m2
 Kuantitas dapat dinaikkan jika keseragaman penebaran tidak
optimum
 Agreagat dari Lapis ke-2 BURDA, jumlah chip kecil yang dapat
ditahan oleh tekstur permukaan lapis ke-1 harus ditentukan dari
percobaan lapangan
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (7)
PENGUKURAN & PEMBAYARAN
 TEBAL BURDA TIDAK PERNAH DISYARATKAN.
 KOEFISIEN DALAM ANALISA HARGA SATUAN (AHS)
BUKANLAH KETENTUAN DALAM KONTRAK.
 JIKA PARTIKEL LAPIS PERTAMA SEKITAR 12,5 mm DAN
PARTIKEL LAPIS KEDUA SEKITAR 6,35 mm MAKA TEBAL
TOTAL SEKITAR 18,85 mm (SEBUT SAJA < 2 cm).
 JIKA KOEFISIEN DALAM AHS MENUNJUKKAN TEBAL > 2
cm, INI BUKANLAH KETENTUAN DALAM SPESIFIKASI.
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (8)

6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS


 STONE MATRIX ASPHALT (hanya surface course)
 SMA TIPIS = 3 cm (mata pembayaran di Seksi 4.7)
 SMA HALUS = 4 cm
 SMA KASAR = 5 cm
 LATASTON (HOT ROLLED SHEET, HRS)
 HRS-WC min. = 3 cm (gradasi SENJANG)
 HRS-Base min. = 3,5 cm (gradasi SENJANG)
 LASTON (ASPHALT CONCRETE, AC)
 AC-WC min. = 4 cm
 AC-BC min. = 6 cm
 AC-Base min. = 7,5 cm
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (9)
 SIMBOL & TOLERANSI YG DISYARATKAN
 Mencakup semua campuran aspal panas yg menggu-
nakan aspal tipe I (Pen.60- 70) maupun tipe II
(aspal modifikasi), semua campuran aspal hangat,
semua campuran aspal panas dengan asbuton
 LAPIS PERATA
 Diaplikasikan bersama-sama dng sebagian atau selu-
ruh tebal pelapisan (overlay) untuk perkuatan (streng-
thening) sebagaimana yg ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yg diperintahkan.
 Tebal lapis perata tidak boleh > 2,5 x tebal nominal
dan tidak boleh < diameter maks partikel yg diguna-
kan kecuali aplikasi perataan setempat (spot levelling)
secara manual yang disetujui
Ketentuan Aspal Keras (1)
Tipe I Tipe II Aspal
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Aspal Modifikasi
Pen.60-70 PG70
1. Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 2456:2011 60-70 PG76
Temperatur yang menghasilkan Geser Dinamis Dilaporkan (1)
2. (G*/sinδ) pada osilasi 10 rad/detik ≥ 1,0 kPa, SNI 06-6442-2000 -
(°C) 70
3. Viskositas Kinematis 135C (cSt) (3) ASTM D2170-10 ≥ 300 76 ≤ 3000
4. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 > 48 Dilaporkan (2)
5. Daktilitas pada 25C, (cm) SNI 2432:2011 > 100 -
6. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 > 232 > 230
7. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-14 > 99 > 99
8. Berat Jenis SNI 2441:2011 > 1,0 -
Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan Titik ASTM D 5976-00 Part
9. - ≤ 2,2
Lembek (C) 6.1 & SNI
10. Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002
2434:2011 ≤2
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT(SNI-03-6835-2002) :
11. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 Temperatur yang < 0,8
menghasilkan Geser Dinamis
12. (G*/sinδ) pada osilasi 10 rad/detik ≥ 2,2 kPa, SNI 06-6442-2000 - 70 76
(°C)
13. Penetrasi pada 25C (% semula) SNI 2456:2011 > 54 > 54 ≥ 54
14. Daktilitas pada 25C (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50 ≥ 25
Residu aspal segar setelah PAV (SNI 03-6837-2002) pada temperatur 100oC dan tekanan 2,1
MPa
Temperatur yang menghasilkan Geser Dinamis
15. (G*sinδ) pada osilasi 10 rad/detik ≤ 5000 kPa, SNI 06-6442-2000 - 31 34
(°C)
Ketentuan Aspal Keras (2)
Catatan :
1. Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang
disyaratkan pada Pasal 6.3.2.6).a). Sedangkan untuk pengendalian mutu
di lapangan, ketentuan untuk aspal dengan penetrasi ≥ 50 adalah ± 4
(0,1 mm) dan untuk aspal dengan penetrasi < 50 adalah ± 2 (0,1 mm),
masing-masing dari nilai penetrasi yang dilaporkan pada saat pengujian
semua sifat-sifat aspal keras.
2. Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang
disyaratkan pada Pasal 6.3.2.6).a). Sedangkan untuk pengendalian mutu
di lapangan, ketentuan titik lembek diterima adalah ± 1 °C dari nilai
titik lembek yang dilaporkan pada saat pengujian semua sifat-sifat aspal
keras.
3. Viskositas diuji juga pada temperatur 100°C dan 160°C untuk tipe I,
untuk tipe II pada temperatur 100°C dan 170°C untuk menetapkan
temperatur yang akan diterapkan pada Pasal 6.3.5.5).
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO
T201-15 maka hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.
Setiap kedatangan bahan aspal dan sebelum dituangkan ke
tangki penyimpan AMP, aspal Tipe I harus diuji penetrasi pada
25°C dan titik lembek, dan aspal Tipe II harus diuji penetrasi
pada 25°C dan stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM
D5976-00 Part 6.1.
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (10)
Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin
Ukuran nominal agregat kasar penampung
Jenis Campuran dingin (cold bin) minimum yg diperlukan (mm)
5-8 8 - 11 11 - 16 16 - 22

Stone Matrix Asphalt - Tipis Ya Ya


Stone Matrix Asphalt - Halus Ya Ya Ya
Stone Matrix Asphalt - Kasar Ya Ya Ya Ya
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Aus Ya Ya
Lataston Lapis Fondasi Ya Ya
Laston Lapis Aus Ya Ya
Laston Lapis Antara Ya Ya Ya
Laston Lapis Fondasi Ya Ya Ya Ya
Gradasi Agregat Campuran Aspal
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat
Ukuran Ayakan Stone Matrix Asphalt Lataston Laston
(SMA) (HRS) (AC)
ASTM (mm) Tipis Halus Kasar WC Base WC BC Base
1½” 37,5 100
1” 25 100 100 90 - 100
¾” 19 100 90 - 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
½” 12,5 100 90 - 100 50 - 88 90 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
⅜” 9,5 70 - 95 50 - 80 25 - 60 75 - 85 65 - 90 77 - 90 66 - 82 52 - 71
No.4 4,75 30 - 50 20 - 35 20 - 28 53 - 69 46 - 64 35 - 54
No.8 2,36 20 - 30 16 - 24 16 - 24 50 - 72 35 - 55 33 - 53 30 - 49 23 - 41
No.16 1,18 14 - 21 21 - 40
Lolos #30 ≥ 80% Lolos #8 18 - 38 13 - 30
No.30 0,600 12 - 18 35 - 60 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
No.50 0,300 10 - 15 9 - 22 7 - 20 6 - 15
No.100 0,150 6 - 15 5 -13 4 - 10
0,075 8 - 12 8 - 11 8 - 11 6 - 10 2-9 4-9 4-8 3- 7
CONTOH GRADASI HRS-WC & GARIS
FULLER
100
90
Batas Baw ah HRS-WC

80 Batas Atas HRS-WC


Garis Fuller
% Berat Yang Lolos

70 Contoh Gradasi HRS-WC

60
48
60
50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran Partikel
(mm)
PENGAMATAN VISUAL TERHADAP
GRADASI HRS-WC YANG BENAR

 GRADASI SENJANG SULIT  GRADASI SENJANG DAPAT


DIAMATI DARI TEXTURE DIAMATI DENGAN JELAS
PERMUKAAN DARI PERMUKAAN DINDING
CORING
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (11)
 KOMPONEN AGREGAT UNTUK HRS:
 FRAKSI 0-5
 DI LAPANGAN DISEBUT ABU BATU
 FRAKSI 5-10
 DI LAPANGAN DISEBUT MEDIUM SIZE
 FRAKSI 10-15 (bukan 10-20)
 AGREGAT KASAR
 FRAKSI PASIR ALAM (HALUS)
 PASIR UNTUK BETON MAUPUN MORTAR TIDAK BISA
DIGUNAKAN
 HANYA PASIR HALUS YANG BISA DIGUNAKAN
 TIDAK SEMUA PASIR HALUS DAPAT DIGUNAKAN
Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Metoda Nilai
Pengujian

Kekekal an bentuk agregat natrium sulfat Maks.12 %


SNI 3407:2008 Maks.18 %
p larutan magnesium sulfat
terhada
Campuran AC Modifikasi 100 putaran Maks. 6%
Abrasi dengan dan SMA 500 putaran Maks. 30%
mesin Los Semua jenis campuran 100 putaran SNI 2417:2008 Maks. 8%
Angeles1) beraspal bergradasi
500 putaran Maks. 40%
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95 %
SMA 100/90 *)
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012
Lainnya 95/90 **)
SMA ASTM D4791-10 Maks. 5%
Partikel Pipih dan Lonjong
Lainnya Perbandingan 1 : 5 Maks. 10 %
SNI ASTM C117:
Material lolos Ayakan No.200 Maks. 1%
2012
Catatan :
**) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
ILUSTRASI BATU PECAH YANG
MASIH BANYAK KULITNYA
 CLOSE UP BATU PECAH 10-
20 YANG MASIH BANYAK
KULITNYA
 KELEKATAN AGREGAT?

 STOCKPILE BATU PECAH YG


MSH BANYAK KULITNYA
 PERLUKAN SCALPING
SCREEN?
Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min.50%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min.45
Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks.1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117: 2012 Maks.10%
AGREGAT KASAR = TERTAHAN No.4 (4,75 mm) SESUAI DENGAN
AASHTO, BUKAN No.8 (2,36 mm)
UNTUK MEMPEROLEH AGREGAT HALUS YG MEMENUHI SYARAT:
1. BAHAN BAKU DICUCI TERLEBIH DAHULU SECARA MEKANIS,
atau
2. DIGUNAKAN SCALPING SCREEN :
 PRODUK PRIMARY TIDAK BOLEH DIGUNAKAN LANGSUNG
 VIBRO SCALPING SCREEN
 YANG TERTAHAN MASUK SECONDARY
 YANG LOLOS UNTUK LAPIS FONDASI AGREGAT
ILUSTRASI PASIR HALUS u/HRS &
BAT U PECAH MESIN HALUS (0 – 5)
 WARNA PASIR
DAPAT
PUTIH, ABU-
ABU,
COKLAT, DSB
 PASIR INI
DAPAT
DIPEROLEH DI
BUKIT ATAU
PESISIR
 TIDAK BOLEH
MENGANDUNG
LEMPUNG
(JIKA PERLU
HARUS DNG
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (12)
 FILLER ADDED
 DEBU BATU KAPUR (LIMESTONE DUST), PC
 DEBU KAPUR MAGNESIUM ATAU DOLOMIT
 ABU TERBANG TIPE C ATAU F
 KADAR FILLER ADDED: PC 1 – 2%; lainya 1 – 3%,
kecuali SMA tidak dibatasi
 ANTI STRIPPING AGENT
 DIGUNAKAN JIKA STABILITAS MARSHALL SISA
SEBELUM DIBERI ANTI STRIPPING AGENT ≥ 75%
 DITAMBAHKAN DI TIMBANGAN ASPAL DNG DOZING
PUMP SEBELUM WET MIX DI PUGMILL
 0,2 – 0,4% TERHADAP BERAT ASPAL
 JIKA MARSHALL STABILITAS SISA ≥ 90%, ANTI
STRIPPING AGENT TIDAK DIPERLUKAN
 TDK BOLEH UTK ASPAL MOD BERMUATAN
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (13)

Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan


No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Nilai
1 Titik Nyala (Claveland Open Cup), °C SNI 2433:2011 min.180
2 Viskositas, pada 25ºC (Saybolt Furol), detik SNI 03-6721-2002 >200
3 Berat Jenis, pada 25ºC, SNI 2441:2011 0,92 – 1,06
4 Bilangan asam (acid value), mL KOH/g(1) ASTM D664-17 < 10
5 Total bilangan amine (amine value), mL HCl/g(1) ASTM D2073-07 150 - 350
Catatan: (1) untuk bahan anti pengelupasan yg mengandung amine
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Nilai
1 Uji pengelupasan dengan air mendidih (boiling ASTM D3625/ min.803)
water test), %1) D3635M-12
2 Stabilitas penyimpanan campuran beraspal dan SNI 2434:2011 maks.2,22)
bahan anti pengelupasan, ºC
3 Stabilitas pemanasan (Heat stability). ASTM D3625/ min.703)
Pengon- disian 72 jam, % permukaan D3635M-12
terselimuti aspal
4 Homogenitas (homogeneity), % |Bbottom ASTM D3625/ < 103)
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (14)
 BAHAN TAMBAH ATAU STABILIZER UNTUK SMA
 Bahan tambah atau stabilizer yg ditambahkan ke da-
lam campuran, sekitar 0,3% terhadap total campur-
an, sehingga dapat mencegah terjadinya
draindown.
Pengujian Satuan Persyaratan
Bentuk Serat :
Panjang serat mm Maks 6,35
Lolos ayakan No.20 % 85 ± 10
Lolos ayakan No.40 % 40 ± 10
Lolos ayakan No.140 % 30 ± 10
pH 7,5 ± 1,0
Penyerapan Minyak 7,5 ± 1,0 kali berat serat selulosa
Kadar Air % Maks. 5
Bentuk Pelet :
Diamater mm 3,8 - 4,0
Panjang mm 5,9 - 6,1
Sifat-sifat Campuran Stone Matrix
AsphaltSifat-sifat Campuran SMA SMA Mod
Tipis, Halus Tipis, Halus
dan Kasar dan Kasar
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 17
Rasio VCAmix/VCAdrc <1
Draindown pada temperatur produksi, %
Maks. 0,3
berat dalam campuran (waktu 1 jam)
Stabilitas Marshall (kg) Min. 600 750
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 4,5
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60 ºC (5)
Stabilitas Dinamis (lintasan/mm (7)) Min. 2500 3000
Sifat-sifat Campuran Lataston (HRS)
Lataston
Sifat-sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Fondasi
Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,5
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 17 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 600
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60
ºC
Sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran Laston
Lapis Aus Lapis Antara Fondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Min. 0,6
Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,6
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks 4 6

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 90


perendaman selama 24 jam, 60
ºC
Rongga dalam campuran (%) pada Min. 2
kepadatan membal (refusal)
Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifkasi

Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifikasi

Jumlah tumbukan per bidang 75 112


Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. 0,6
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,6
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60
ºC
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2
Kepadatan membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm Min. 2500
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (15)
 PEMBUATAN DESIGN MIX FORMULA (DMF)
 SUMBER-SUMBER AGREGAT
 UKURAN NOMINAL MAKSIMUM PARTIKEL
 PROSENTASE SETIAP AGREGAT YG CENDERUNG
AKAN DIGUNAKAN PADA COLD BIN & HOT BIN
 GRADASI AGREGAT GABUNGAN YG MEMENUHI.
KHUSUS SMA, GRADASI HARUS MEMENUHI
VCAmix
< VCAdrc (AASHTO R46-08(2012)).
 KADAR SERAT SELUOSA UNTUK SMA BERDASARKAN
DRAINDOWN DNG TEMPERATUR PRODUKSI DALAM
WAKTU 1 JAM (AASHTO T305-2014), ≤ 0,3%.
 KADAR ASPAL OPTIMUM & EFEKTIF THD
CAMPURAN.
 KADAR BAHAN ANTI PENGELUPASAN THD ASPAL
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (16)
 KETENTUAN CAMPURAN BERASPAL
 RONGGA DLM CAMPURAN : 3 – 5% untuk SEMUA
 RONGGA DALAM CAMPURAN PADA KEPADATAN

MEMBAL : 2% untuk semua AC


 STABILITAS MARSHALL AC-Base = 1800 kg

(apakah
> kuat dari AC-WC & AB-BC ?) & PELELEHAN =
4,5
mm (apakah > lentur dari AC-WC & AC-BC ?)
 ALT. PENGUJIAN KEPEKAAN CAMPURAN TERHADAP

AIR : NILAI INDIRECT TENSILE STRENGTH (ITSR)


DNG RONGGA DALAM CAMPURAN 7±0,5%, ≥ 80%
ASPHALT MIXING PLANT
 BAHAN BAKAR HARUSLAH MINYAK TANAH, SOLAR

ATAU GAS (TERMASUK BATU BARA YG


DIV 6. PERKERASAN ASPAL (17)
 PERCOBAAN PENGHAMPAR
 MIN.50 TON DI LUAR ATAU DI DALAM LOKASI
PEKERJAAN.
 JIKA DI DALAM MAKA HARUS DISETUJUI PENGAWAS
PEKERJAAN TERLEBIH DAHULU & DAPAT DIBAYAR
JIKA MEMENUHI SYARAT.
 JIKA DI LUAR, TIDAK ADA PEMBAYARAN.
 DMF YANG DISETUJUI MENJADI JMF.
 KEPADATAN RATA-RATA DARI SEMUA BENDA UJI
DARI TRIAL PAVING YG MEMENUHI KETENTUAN
HARUS MENJADI KEPADATAN STANDAR KERJA (JOB
STANDARD DENSITY, JSD), MENJADI TOLOK UKUR
UNTUK MENENTUKAN DERAJAD KEPADATAN
LAPANGAN.
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (18)
 KEPADATAN
 Kepadatan semua jenis campuran beraspal (menca-
kup semua campuran aspal panas yg menggunakan
aspal tipe I (Pen.60-70) maupun tipe II (aspal modifi-
kasi), semua campuran aspal hangat, semua
campur- an aspal panas dengan asbuton) yg telah
dipadatkan,
≥ 97% dari Kepadatan Standar Kerja (Job Standard
Density) untuk HRS dan 98% untuk semua jenis
campuran beraspal lainnya, kecuali disetujui oleh
Pengawasan Pekerjaan sehubungan dng ketentuan yg
diuraikan dalam Tabel 6.3.8.2).
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (19)
 PENGUKURAN
 SEMUA DIUKUR DALAM TON
 ASPAL KERAS
 KADAR ASPAL DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI

 Cb = Kdr Asp AKTUAL/ Kdr Asp JMF (Cb boleh >1)

 ANTI STRIPPING AGENT : DIBAYAR TERPISAH


 DIPEROLEH DARI PENCATATAN KUANTITAS TANKI

SEBELUM & SETELAH PRODUKSI


 PENGUJIAN STABILITAS MARSHALL SISA PER 200

TON PRODUKSI
 LEBAR
 LEBAR DIAMBIL DARI CROSS SECTION PER 25m

ATAU LEBIH RAPAT SEBAGAIMANA DIPERINTAH-


KAN PENGAWAS PEKERJAAN
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (20)
 LAPIS BUKAN PERATA
 TEBAL AKTUAL ADALAH TEBAL RATA-RATA (BAIK > MAUPUN
< DARI GAMBAR) SUATU SEGMEN YG MEMENUHI TOLERANSI
 SEGMEN : PANJANG HAMPARAN DALAM 1 KALI PRODUKSI
AMP DALAM 1 HARI PADA 1 HAMPARAN
 CORE DIAMBIL 2 TITIK PENGUJIAN PER CROSS SECTION PER
LAJUR DNG JARAK ≤ 100 m
 LAPIS PERATA :
 VOLUME DIPEROLEH DENGAN PROSEDUR PENGUKURAN
STANDAR ILMU UKUR TANAH (PERBEDAAN ELEVASI)
 BERAT ISI (UNIT WEIGHT) DARI KEPADATAN CORE
 CAMPURAN ASPAL :
 jumlah tonase bersih dari campuran yg dihampar dan
diterima
 dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi yg diterima
dan
tebal yg diterima dng kepadatan campuran yg diperoleh dari
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (21)
 PENYESUAIAN PEMBAYARAN:
Penyesuaian pembayaran untuk masing-masing lapis-
an campuran beraspal panas yg tidak memenuhi ke-
tebalan dan/atau kepadatan
 Kuantitas untuk pengukuran meliputi segmen dng tebal rata-
rata dari semua benda uji inti (baik lebih maupun kurang dari
tebal yg ditunjukkan dalam Gambar) tebalnya kurang dari tole-
ransi yg ditunjukkan pada Pasal 6.3.1.4).f), maka kekurangan
tebal ini harus diperbaiki kecuali Pengawas Pekerjaan dapat
menerima pekerjaan campuran beraspal panas dng harga
satuan dikalikan dng Faktor Pembayaran sesuai Tabel 6.3.8.1)
Faktor Pembayaran
Kekurangan Tebal
(% Harga
Satuan)
0 – 1 kali toleransi 100 %
>1 – 2 kali toleransi 75 % atau diperbaiki
>2 – 3 kali toleransi 55 % atau diperbaiki
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (22)
 Jika kepadatan rata-rata semua jenis campuran beraspal panas
yg dipadatkan, kurang dari ketentuan pada Pasal 6.3.7.2),
tetapi semua aspek memenuhi spesifikasi, maka kepadatan yg
kurang ini harus diperbaiki kecuali Pengawas Pekerjaan dapat
menerima pekerjaan Campuran Beraspal Panas tsb dng harga
satuan dikalikan dng Faktor Pembayaran sesuai Tabel 6.3.8.2)
Faktor Pembayaran
Jenis Campuran Kepadatan
(% Harga
Satuan)
≥ 98 % 100 %
Campuran Beraspal
97 - < 98 % 90 % atau diperbaiki
Lainnya
96 - < 97 % 80 % atau
diperbaiki
< 96 % harus diperbaiki
Lataston (HRS) ≥ 97 % 100 %
96 - < 97 % 90 % atau diperbaiki
95 - < 96 % 80 % atau diperbaiki
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (23)
 Bilamana ketebalan dan kepadatan Campuran Beraspal Panas
rata-rata kurang dari yg disyaratkan tetapi masih dalam batas-
batas toleransi sesuai Pasal 6.3.8.1.j).i) dan 6.3.8.1.j).ii) maka
bilamana Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan
Campuran Beraspal Panas tsb, pembayaran dilakukan dng me-
ngalikan harga satuan dng Faktor Pembayaran yg tercantum
dalam Tabel 6.3.8.1) dan Tabel 6.3.8.2).
 PENGUKURAN PEKERJAAN YG DIPERBAIKI
 Bilamana ketebalan dan kepadatan Campuran Beraspal Panas
rata-rata kurang dari yg disyaratkan tetapi masih dalam batas-
batas toleransi sesuai Pasal 6.3.8.1.j).i) dan 6.3.8.1.j).ii) maka
bilamana Pengawas Pekerjaan dapat menerima pekerjaan
Campuran Beraspal Panas tsb, pembayaran dilakukan dng me-
ngalikan harga satuan dng Faktor Pembayaran yg tercantum
dalam Tabel 6.3.8.1) dan Tabel 6.3.8.2).
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (23)
 Perbaikan dari Campuran Beraspal Panas yg tidak memenuhi
ketentuan toleransi yg disyaratkan dalam Tabel 6.3.8.1) dan/
atau Tabel 6.3.8.2) dapat dilaksanakan setelah diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan sesuai Pasal 6.3.1.8) dan Pasal
6.3.1.4).e) atau penambahan lapisan mengacu pada standar,
pedoman, manual yang berlaku
 Bilamana perbaikan dari Campuran Beraspal Panas
dilaksana-
kan sesuai dng Pasal 6.3.1.8), kuantitas yg akan diukur
untuk
pembayaran haruslah kuantitas berdasarkan tebal terpasang
yg memenuhi toleransi pada Pasal 6.3.8.1).j).i), dan tidak
melebihi tebal dalam Gambar untuk setiap lapisnya, serta
memenuhi kepadatan pada Pasal 6.3.8.1).j).ii). Pembayaran
tambahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan perbaikan tsb
 Bilamana perbaikan dari Campuran Beraspal Panas adalah
dng
overlay di atasnya, maka harus dilengkapi dng Justek yg
men-
dapat persetujuan Pengawas Pekerjaan. Jenis lapisan yg digu-
nakan harus tercantum dalam Spesifikasi Umum seperti Seksi
PERALATAN LAB - ASPAL
 PEDESTAL
 BERAT ISI KAYU 0,673 – 0,769 ton/m3
 UKURAN 20,3 x 20,3 x 45,7 (cm)
 HAMMER
 MOLD 4” (untuk ukuran maks partikel 1”)
 TINGGI JATUH 457,2 ± 1,5 mm
 BERAT 4.536 ± 9 gram
 MOLD 6” (untuk ukuran maks partikel 2”)
 TINGGI JATUH 457,2 ± 2,5 mm
 BERAT 10.206 ± 9 gram
 KECEPATAN MESIN MARSHALL 5,08 cm per
menit
MESIN PENGUJI TEKANAN & PEDESTAL

 MESIN PENGGERAK JACK


 PEDESTAL
MECHANICAL
HAMMER

 MECHANICAL  HAMMER &


PERALATAN LABORATORIUM

 PEDESTAL DNG HAMMER


MANUAL (TIDAK  PEDESTAL DENGAN
DIANJURKAN) HAMMER MEKANIK
UKURAN KAWAT u/AYAKAN
 RUJUKAN AASHTO M92 ATAU ASTM E11
 SETIAP AYAKAN MEMPUNYAI DIAMETER
KAWAT YANG TERSENDIRI
 SEMAKIN BESAR AYAKAN SEMAKIN BESAR
DIAMATER KAWAT
 ARTI #4 : SETIAP INCH ADA 4 LUBANG
 # 4 = 4,75 mm
 DIA. KAWAT= (25,4 – 4 x 4,75)/4 = 1,6 mm
 DIA. KAWAT SESUAI AASHTO = 1,54 mm
KAWAT AYAKAN No.4
 KIRI, AYAKAN YG BENAR
 KANAN, AYAKAN YG SALAH
 YG BENAR : KAWATNYA LBH
BESAR & TEGAR

 KIRI, AYAKAN YG BENAR


 KANAN, AYAKAN YG SALAH
KAWAT AYAKAN No.8
 KIRI, AYAKAN YG BENAR
 KANAN, AYAKAN YG SALAH
 YG BENAR : KAWATNYA
LEBIH BESAR & TEGAR

 KIRI, AYAKAN YG BENAR


 KANAN, AYAKAN YG SALAH
MIXING TIME
 DERAJAD PENYELIMUTAN ASPAL THD BUTIRAN
AGREGAT KASAR (AASHTO 195-11 (2015))
 CEK VISUAL PARTIKEL TERTAHAN ⅜” (9,5mm), JIKA
1 BINTIK SAJA UNCOATING, DIANGGAP
UNCOATING
 CONTINEOUS PLANT
 MAKS 60 DETIK
 BATCHING PLANT
 DRYMIX (agregat+filler added) & WETMIX, UNTUK:
 AC : drymix 10 detik & wetmix ≥ 35 detik
 SMA : drymix (termasuk serat selulosa) 15-20 detik
 ASBUTON:
 agregat 10 detik, aspal 20 detik, asbuton butir B5/20 =15
detik
DUMP TRUCK
 BAK BEBAS DARI BAHAN SISA SEBELUMNYA
 TIDAK ADA SISA MINYAK PADA BAK TRUK
 BAN DUMP TRUCK TIDAK BOLEH BERLEMPUNG
 TERPAL HARUS DAPAT MENUTUP SAMPAI
KELUAR BAK & DIIKAT RAPI (mandatory)
 MESKI JARAK DEKAT, TETAP HARUS MENGGUNAKAN
TERPAL, KENAPA?
 PROSES OKSIDASI BITUMEN SAAT MIXING DI PUGMILL, DAN
 SELAMA PERJALANAN DARI AMP MENUJU LAPANGAN, APA-
LAGI JIKA TERSENTUHAN DNG UDARA MENGALIR
 SIMULASI LAB. ADALAH PENGUJIAN THIN FILM OVEN TEST
(TFOT), TEMPERATUR 163°C SELAMA 5 JAM
 JARAK JAUH, DIPERKIRAKAN SUHU TURUN
5°C/JAM

BAK DUMP TRUCK

 BAK HARUS BEBAS DARI  PEMASANGAN TERPAL YANG


SEGALA MATERIAL, SISA- BENAR (MENUTUP SAMPAI
SISA MATERIAL DI LEKUKAN KELUAR BAK)
BAK HARUS DIBERSIHKAN
KESALAHAN UMUM PADA PAVER
 HOT MIX
PADA
HOOPER
DIHABISKAN
 HOT MIX

DITEBAR

DIDEPAN
PAVER
 HOT MIX DI
TEBAR
DIBELAKANG
PAVER
KEMUDIAN
DI-RAKING
PENGHAMPARAN
 PENYIAPAN PERMUKAAN
 ACUAN TEPI
 PROFIL BESI SIKU DNG TINGGI MINUS 5mm DARI
TEBAL DESAIN YG DITUNJUKKAN DAAM GAMBAR
 PENGHAMPARAN & PEMBENTUKAN
 PEMADATAN
 AWAL, ANTARA & AKHIR

 SAMBUNGAN
PNEUMATIC TIRE ROLLER
 SISTEM SPRINKLER SETIAP RODA BERFUNGSI
 KECUALI DNG DETERJEN, PELUMASAN DNG
MINYAK PADA RODA TIDAK DIIJINKAN
 PLY & TEKANAN ANGIN SETIAP RODA HARUS
SAMA DNG TOLERANSI YG DIIJINKAN
 RODA TIDAK BOPENG-BOPENG, DINDINGNYA
TIDAK MENGGELEMBUNG
 KESET DIATAS RODA HARUS LENGKAP
 OIL SEAL TIDAK ADA YG BOCOR
STEEL WHEEL ROLLER
 PERMUKAAN RODA BESI RATA
 SISTEM SPRINKLER BERFUNGSI
 SISTEM PENGEREMAN SMOOTH
 OIL SEAL TIDAK ADA YANG BOCOR
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (1)
9.1 PEKERJAAN HARIAN
 Uraian:
 Pekerjaan ini mencakup kegiatan yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan yang semula tidak diperkirakan atau disediakan dalam
Daftar Kuantitas tetapi diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan
untuk penyelesaian Pekerjaan yang memenuhi ketentuan.
Kegiatan yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat
terdiri dari pekerjaan jenis apapun sebagaimana yang ditunjukkan
atau diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, dan dapat
mencakup pekerjaan tambahan dari drainase, galian, timbunan,
stabilisasi, pengujian, pengembalian (restitution) perkerasan
eksisting ke bentuk semula, pelapisan ulang, struktur atau
pekerjaan lainnya
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (2)
 Pelaksanaan:
 Tagihan Atas Pekerjaan Harian
Data penunjang untuk tagihan Pekerjaan Harian ini harus
termasuk semua catatan harian yang telah disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan ditambah semua informasi tambahan lainnya
yang diminta oleh Pengawas Pekerjaan seperti:
 Salinan Surat Perintah Pekerjaan Harian dari Pengawas
Pekerjaan;
 Ringkasan dari tanggal dan waktu pekerjaan diselesaikan dan
oleh siapa;
 Ringkasan jam kerja untuk semua tenaga kerja;
 Ringkasan jam kerja untuk semua peralatan yang digunakan;
 Kuitansi dan surat tanda terima setiap bahan, produk atau
layanan yang digunakan dalam Pekerjaan seperti
diperintahkan dalam Perintah Perubahan
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (3)
 Pengukuran dan Pembayaran :
 Bahan
 Untuk bahan “khusus” (tidak terdapat dalam Harga Satuan
Dasar yang tercantum dalam Penawaran) yang telah
digunakan dalam Pekerjaan Harian, pembayaran harus
berdasarkan harga netto yang dibayarkan oleh Penyedia Jasa
untuk bahan-bahan yang didatangkan ke lapangan,
sebagaimana tertulis dalam faktur tagihan dari pemasok, di
mana harga tersebut harus ditambah sebesar 15 persen dari
jumlah harga bahan yang bersangkutan
 Tenaga
 Peralatan
 Pembayaran semua bahan yang telah digunakan dalam Pekerjaan
Harian, harus diambilkan dari seluruh anggaran yang telah
ditetapkan untuk Pekerjaan Harian menurut Seksi 9.1 dari Daftar
Kuantitas dan Harga atau, menurut pendapat Pengawas
Pekerjaan, harus dari Mata Pembayaran lain
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (4)
9.2 PEKERJAAN LAIN-LAIN
 Uraian:
 Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang
perlengkapan jalan baru atau penggantian perlengkapan jalan
lama seperti rambu jalan, patok pangarah, patok kilomater, rel
pengaman, paku jalan tidak memantul (non reflective)atau
memantul (reflective), kereb beton, perkerasan blok beton, beton
pemisah jalur, lampu penerangan jalan dan sistem kelistrikan
lainnya dan modifikasi sistem yang ada jika disebutkan, pagar
pemisah pedestrian dan pengecatan marka jalan, pada lokasi
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
 Pekerjaan pemasangan perlengkapan jalan harus
meliputi semua
penggalian, pondasi, penimbunan kembali, penjangkaran,
pemasangan, pengencangan dan penunjangan yang diperlukan.
 Pekerjaan tanaman baru untuk menggantikan tanaman yang
dipotong karena pelebaran jalan maupun untuk penghijauan
harus mencakup penyiapan bahan, pelaksanaan, penyiraman,
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (5)
 Bahan:
Perubahan terhadap Spesifikasi Umum sebelumnya
 Plat Rambu
 Bahan campuran aluminium keras 5052-H34 sesuai dengan
ASTM B209-14 dengan ketebalan minimum 2 mm;
 Bahan logam lainnya selain alumunium dengan syarat:
i) Tahan terhadap proses korosi dan oksidasi, dengan atau
tanpa pencegah korosi dan oksidasi, termasuk bagian untuk
sambungan baut;
ii) Mempunyai tebal minimal 0,8 mm
 Bahan panel komposit alumunium (Aluminium Composite
Panel, ACP) dengan ketebalan minimal 3,0 mm;
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (6)
 Bahan non logam tertentu dengan syarat:
i) Mempunyai ketahanan terhadap :
(1) cuaca, dengan metode uji setara ASTM G154-16;
(2) kelembapan nisbi, dengan metode uji setara ASTM
D2247-15;
(3) asam, dengan metoda uji setara ASTM D1308-
02(2013);
(4) kelapukan;
(5) uji mekanik meliputi, daya lengkung dan
patah.
ii) Mempunyai tebal minimal 2,0 mm
 Tiang Rambu
 Tiang Tunggal
 Tiang Berbentuk Huruf F
 Kupu-kupu dengan Tiang Tunggal

DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (7)
 Lembar Pemantul
 Lembaran pemantul (retroreflective sheeting) harus
merupakan "Scotchlite" jenis Engineering Grade atau High
Intensity Quality, sesuai dengan ASTM D4956-17
a) Rambu Lalu Lintas Standar
i) Memiliki nilai koefisien retroreflektif (RA) minimal sesuai
dengan pembagian jenis material retroreflektif sesuai
dengan ASTM D4956-17 tipe II;
ii) Khusus untuk rambu larangan berupa kata-kata dengan
warna dasar putih dan tulisan warna merah, nilai
retroreflektif untuk warna merah harus lebih tinggi
daripada nilai retroreflektif warna putih. Nilai
retroreflektif warna putih minimal 70 (Ra) (cd.lx-1.m-2);
iii) Permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta
bagian belakang dilengkapi dengan perekat;
iv) Warna mengacu pada Keputusan Menhub Nomor: KM
61 Tahun 1993 dan lampirannya tentang Rambu –
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (8)
b) Rambu Pendahulu Jalan Penunjuk Jalan (RPPJ)
i) Memiliki nilai koefisien retroreflektif (RA) minimal sesuai
dengan pembagian jenis material retroreflektif sesuai
dengan ASTM D4956-17 Tipe IV;
ii) Permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta
bagian belakang dilengkapi dengan perekat berjenis
precoated adhesive;
iii) Warna mengacu pada Keputusan Menhub Nomor: KM
61 Tahun 1993 dan lampirannya tentang Rambu –
Rambu Lalu Lintas di Jalan
 Paku Jalan
 Jenis : Reflektif (manik-manik & LED) & Non Reflektif
 Kepala : bujur sangkar; persegi panjang & bulat
 Pasak
 Penggunaan : kuning (pemisah jalur atau lajur); merah (garis
batas kiri jalan) & putih (garis batas kanan jalan)
DIV 9.PEKERJAAN HARIAN
DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN (9)
 Cat untuk Marka Jalan
 Marka jalan harus memiliki rata rata tingkat retroreflektif
minimal 200 mcd/m²/lux (warna putih maupun kuning) sesuai
dengan ASTM E1710-18 pada umur 0 - 6 bulan setelah
aplikasi. Pada akhir tahun ke-1 rata rata tingkat retroreflektif
minimal 150 mcd/m²/lux sesuai dengan ASTM E1710-18.
Bahan yang digunakan harus diproduksi oleh pabrikan yang
terakreditasi sesuai dengan SNI ISO 9001:2015 tentang Sistem
Manajemen Mutu – Persyaratan. Bahan yang digunakan tidak
boleh lebih dari 1 tahun dari tanggal produksi
Catatan:
1. Tingkat retroreflektif diukur pada siang hari maupun malam hari
dengan alat retroreflektometer pada kondisi jalan kering.
Pengukuran dilakukan saat 0-1 bulan dan pada bulan ke 6 setelah
diaplikasikan.
2. Mcd : millicandela
 Lampu Penerangan Jalan
 Non LED
 LED : Sertifikasi (7); Renderasi Warna (Ra), Temperatur
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (1)
10.1 PEMELIHARAAN JALAN
 Uraian:
 Pemeliharaan Jalan untuk menjamin agar :

o perkerasan (berpenutup aspal, tanpa penutup aspal; beton


semen);
o bahu jalan;
o sistem drainase;
o bangunan pelengkap jalan dan
o perlengkapan jalan,
 selalu dipelihara setiap saat;
 dalam kondisi pelayanan yang dapat diterima;
 atau dalam kondisi mantap berdasarkan kinerja yg
disyaratkan bilamana Pemeliharaan Kinerja disebut-
kan dalam Perjanjikan Kontrak atau SSKK.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (2)
 Untuk mencegah kerusakan yang lebih besar dengan
memelihara atau memperbaiki kerusakan
perkerasan dan bahu jalan seperti:
 menutup celah/retak permukaan (sealing);

 penambalan lubang-lubang (patching);

 perataan setempat (spot leveling);

 perbaikan tepi perkerasan,

 pelaburan aspal,

 perbaikan retak,

 perbaikan permukaan yang bergelombang atau

keriting (corrugations), dan


 meratakan alur (rutting) yang dalam untuk

mempertahankan lereng melintang jalan yang


standar.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (3)
 Penyedia Jasa harus menyiapkan rencana kerja yang
sekurang-kurangnya meliputi:
 metode dan tahapan pelaksanaan pekerjaan;

 kebutuhan kuantitas bahan;

 kebutuhan jenis peralatan;

 jumlah tenaga kerja;

 pengaturan lalu-lintas;

 pengendalian mutu pekerjaan; dan

 kemungkinan masalah-masalah yang timbul dalam

pelaksanaan
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (4)
 Yang menggunakan peralatan sederhana harus
dilaksanakan melalui padat karya antara lain pekerjaan
pemeliharaan:
 Drainase;

 Bangunan Pelengkap Jalan;

 Perlengkapan Jalan;

 Pengendalian Tanaman; dan

 Pengecatan Kerb/Median

 Kegiatan pemeliharaan harus segera dimulai setelah

Tanggal Mulai Kerja selama Masa Pelaksanaan


 Gambar Kerja (Shop Drawings):
 Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus

menyiapkan dan menyerahkan Gambar Kerja detail


pelaksanaan untuk mendapat persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (5)
 Pengajuan Kesiapan Kerja:
 Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan

untuk mendapatkan persetujuan.


 Jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut harus

menunjukkan:
 rencana lokasi pekerjaan;
 kuantitas pekerjaan;
 bahan & peralatan yang digunakan utk setiap jenis
pekerjaan
 Kuantitas pekerjaan yang telah selesai harus
dibuat
dalam Laporan Mingguan dan disampaikan kepada
Pengawas Pekerjaan
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (6)
 Tanggungjawab Penyedia:
 Sejak Tanggal Mulai Kerja hingga PHO, Penyedia Jasa
bertanggung-jawab atas semua pemenuhan Tingkat Layanan
Jalan dan memelihara jalan dan memperbaiki kerusakan bagian
ruas jalan dalam Kontrak.
 Bilamana Pemeliharaan Kinerja disebutkan dalam Perjanjian Kon-
trak atau SSKK maka Penyedia Jasa bertanggung jawab atas se-
mua pemenuhan Tingkat Layanan Jalan, pemenuhan tingkat la-
yanan jalan sebagaimana yg disyaratkan dalam Pasal 10.1.4.1)
mulai berlaku 90 hari setelah tanggal mulai kerja jika tidak dite-
tapkan lain dalam Perjanjian Kontrak atau SSKK:
 Penyedia Jasa harus menyelesaikan semua pekerjaan yang
diuraikan dalam Seksi 10.1 ini dan menjaga kinerja jalan
berdasarkan Indikator Kinerja Jalan yang disyaratkan.
 Apabila Penyedia Jasa tidak dapat memenuhi Indikator Kinerja
Jalan berdasarkan waktu tanggap perbaikan yang ditetapkan,
dikenakan pemotongan pembayaran sesuai ketentuan dalam
Spesifikasi ini Sanksi Keterlambatan Pemenuhan Tingkat
Layanan Jalan.
No. Indikator Kinerja Jalan Waktu Tanggap Perbaikan
1 Perkerasan Jalan
a. Lubang (untuk jalan berpenutup aspal):
Tidak boleh ada lubang dengan diameter lebih dari 10 cm Harus selesai diperbaiki dalam waktu
dan kedalaman lebih dari 4 cm pada bagian jalan. maksimum 7 (tujuh) hari.
b. Retakan (untuk jalan berpenutup aspal):
Tidak boleh ada retakan lebih lebar 3 mm dan/atau luas Harus selesai ditutup dalam waktu
re-takan lebih besar 5% setiap 100 m panjang lajur maksimum 14 (empat belas) hari.
(lane) jalan.
c. Amblas (untuk jalan berpenutup aspal):
Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 3 Harus selesai diperbaiki dalam waktu
cm dengan luasan permukaan yang amblas lebih besar maksimum 7 (tujuh) hari.
5% setiap 100 m lajur jalan.
d. Faulting (untuk perkerasan beton semen):
Tidak boleh ada bagian jalan yang mengalami patahan Harus selesai diperbaiki dalam waktu
(faulting). maksimum 14 (empat belas) hari.
e Joint Sealant (untuk perkerasan beton semen):
Dalam kondisi baik, tidak boleh rusak atau hilang Harus selesai diperbaiki dalam waktu
disemua slab joint. maksimum 14 (empat belas) hari.
f Ketidakrataan (untuk perkerasan yang
kan pelapisan ulang/overlay):
dilaksana-
Nilai IRI rata-rata setiap segmen lajur (lane) jalan Harus selesai diperbaiki dalam waktu
dalam kondisi mantap, maksimum 4 mm/m. maks 28 (dua puluh delapan) hari.
g Amplitudo Keriting/Corrugation (untuk jalan
tanpa penutup aspal): Harus selesai diperbaiki dalam waktu
Tidak boleh ada yang melampaui 3,5 cm maksimum 7 (tujuh) hari
h Kedalaman Alur/Rutting (untuk jalan tanpa
penutup aspal):
Tidak boleh ada yang melampaui 7 cm Harus selesai diperbaiki dalam waktu
maksimum 7 (tujuh) hari
No. Indikator Kinerja Jalan Waktu Tanggap Perbaikan
2 Bahu
Jalan
a. Lubang (untuk jalur lalin berpenutup aspal):
Tidak boleh ada lubang dengan diameter lebih dari 20 Harus selesai diperbaiki dalam waktu
cm dan kedalaman lebih dari 10 cm. maksimum 7 (tujuh) hari.
b. Elevasi / Ketinggian (untuk jalur lalin
berpenutup
aspal):
Tidak boleh ada beda tinggi bahu jalan dengan tepi Harus selesai diperbaiki dalam waktu
perkerasan jalan lebih dari 5cm maksimum 14 (empat belas) hari.
c Amblas (untuk jalur lalin berpenutup aspal):
Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 10 cm Harus selesai diperbaiki dalam waktu
dengan luasan permukaan yang amblas lebih dari 3% maksimum 7 (tujuh) hari.
setiap 100 m bahu jalan.
d Joint Sealant (untuk perkerasan beton semen):
Dalam kondisi baik, tidak boleh rusak atau hilang Harus selesai diperbaiki dalam waktu
disemua slab joint. maksimum 14 (empat belas) hari.
e Kebersihan permukaan bahu jalan (untuk
jalur lalin tanpa penutup) terhadap: Harus selesai dibersihkan dalam waktu
Tanah, puing, sampah, dan bahan lainnya maksimum 7 (tujuh) hari.
3 Drainase
a Semua jenis saluran:
i) Harus bersih dan tidak mengalami kerusakan Kerusakan harus selesai diperbaiki
struktur. dalam waktu maksimum 21 (dua puluh
ii) Tidak boleh ada penyumbatan lebih besar satu) hari untuk kerusakan struktur dan
10% dari kapasitas saluran. 7 (tujuh) hari untuk penyumbatan.

b Lereng Timbunan dan Galian:


i) Pada Lereng Timbunan tidak ada deformasi dan Deformasi dan longsoran harus selesai
erosi serta dapat berfungsi dengan baik. diperbaiki dalam waktu maksimum 14
ii) Pada Lereng Galian harus stabil, kuat untuk (empat belas) hari.
menahan erosi dan berfungsi dengan baik.
No. Indikator Kinerja Jalan Waktu Tanggap Perbaikan
4 Perlengkapan
Jalan
a Rambu Peringatan dan Rambu Petunjuk:
i) Terpasang dengan benar sesuai ketentuan, secara Kekurangan, kerusakan dan cacat
struktur kokoh dan tiang tidak bengkok. mutu harus selesai diperbaiki
selambat-lambatnya 21 (dua puluh
satu) hari.
i) Pemasangan rambu sementara untuk pencegahan Pemasangan rambu sementara paling
kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kerusakan lambat 24 (dua puluh empat) jam.
jalan yang belum dapat diperbaiki.
b Pemisah Horizontal pada Median atau Trotoar:
i) Pemisah eksisting harus kokoh dan berfungsi dengan Kekurangan, kerusakan dan cacat
baik. mutu harus selesai diperbaiki
ii) Permukaannya dapat dilihat dengan jelas selambat- lambatnya 21 (dua puluh
pada
malam hari. satu) hari.
c Guardrails/Rel Pengaman:
Secara struktur kokoh, terpasang dengan benar dan Kekurangan, kerusakan dan cacat
tidak terjadi kerusakan. mutu harus selesai diperbaiki
selambat-lambatnya 21 (dua puluh
satu) hari.
No. Indikator Kinerja Jalan Waktu Tanggap Perbaikan
5 Bangunan Pelengkap (jika ada dalam
a Jalan Pendekat (Oprit):
Kontrak)
Tidak terjadi penurunan lebih dari 5cm dari elevasi Kerusakan harus selesai diperbaiki se-
rencana permukaan pendekat. lambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
b Dinding Penahan Tanah:
i) Tidak ada kerusakan struktur dan berfungsi baik. Kerusakan harus selesai diperbaiki
ii) Tidak terjadi keretakan pada dinding dan selambat-lambatnya 28 (dua puluh
fondasi. delapan) hari.
iii) mengakibatkan
Tidak terjadi patahan struktur
kerusakan bangunan
struktur yang
bangunan.
6 Pengendalian Tanaman
a Bebas dari tumbuh-tumbuhan di sekitar ujung gorong- Pengendalian tanaman harus selesai
gorong, terusan gorong-gorong, saluran air yang dirapikan atau dipotong sesuai
diperkeras, kerb, sekitar rambu lalu-lintas, guardrails, ketentuan selambat-lambatnya 7
patok pengarah, tiang lampu, bahu jalan, seluruh (tujuh) hari.
permukaan yang dilabur (black top), pulau untuk lalu
lintas, bangunan bawah jembatan dan tepi deck
jembatan.
b Tumbuh-tumbuhan yang diizinkan mempunyai tinggi Pengendalian tanaman harus selesai
maksimum 10cm di sekitar patok-patok pengarah jalan dirapikan atau dipotong sesuai
dan rambu-rambu lalu lintas, ujung saluran melintang ketentuan selambat-lambatnya 7
jalan, guardrails, tiang-tiang lampu, median yang (tujuh) hari.
ditinggikan, pulau-pulau untuk lalu lintas dan trotoar
termasuk tepi deck jembatan, serta mempunyai tinggi
minimal 2,5 cm dan maksimum 10cm pada lokasi median
jalan yang direndahkan, tebing tepi jalan (di luar ruang
manfaat jalan), tanaman di tempat istirahat (termasuk
taman) di Ruang Milik Jalan) kecuali terhadap taman
yang sudah ada namun tidak mengganggu jarak pandang
untuk keselamatan pengguna jalan.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (7)
 Gambar Kerja (Shop Drawings):
 Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus

menyiapkan dan menyerahkan Gambar Kerja detail


pelaksanaan untuk mendapat persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan
 Pengajuan Kesiapan Kerja:
 Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan

untuk mendapatkan persetujuan.


 Jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut harus

menunjukkan:
 rencana lokasi pekerjaan;
 kuantitas pekerjaan;
 bahan & peralatan yang digunakan utk setiap jenis
pekerjaan
 Kuantitas pekerjaan yang telah selesai harus
dibuat
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (8)
 Metode Inspeksi Kinerja Jalan
 Inspeksi/Inspeksi Harian
 Inspeksi Formal
1. Inspeksi formal adalah inspeksi yang dijadwalkan oleh PPK
mengacu pada jadwal inspeksi tingkat layanan yang disusun
oleh Manajer Kendali Mutu (Quality Control Manager, QCM)
Penyedia Jasa. Inspeksi formal dilaksanakan setiap akan
melakukan pengajuan tagihan pembayaran. Inspeksi formal
dilaksanakan secara bersama-sama antara Penyedia Jasa,
dan Pengawas Pekerjaan. Tujuan utama inspeksi formal
adalah agar Pengawas Pekerjaan dapat memverifikasi data
pendukung dalam pengajuan pembayaran dan untuk
memberikan persetujuan atas Sertifikat Pembayaran
Bulanan (Monthly Certificate).
2. Data pemenuhan Tingkat Layanan Jalan serta
kemajuan pemenuhan tingkat layanan terakhir yang
mendukung pengajuan pembayaran harus didasarkan
pada Laporan Mingguan yang sudah terverifikasi
melalui Berita Acara Verifikasi.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (9)
3. Verifikasi Laporan Mingguan harus mencakup rincian
penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan kinerja yang
dilaksanakan dengan cara padat karya serta tanda bukti
pembayaran upah tenaga kerja mingguan yang besarnya
tidak boleh kurang dari nilai UMR (Upah Minimum
Regional).
4. Berita Acara Hasil Verifikasi tersebut dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan pemotongan pembayaran
prestasi pekerjaan sebagai konsekuensi dari keterlambatan
pemenuhan tingkat layanan jalan
LAPORAN INSPEKSI PEMENUHAN TINGKAT LAYANAN
JALAN CONT
Kontrak OH
No.: ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Tanggal Inspeksi : 1 Juli 2016
Ruas Jalan : Segmen Jalan : Sta........ - Sta…….
…………………..
Panjang …………….. Lingkup Pekerjaan : ………………..
Jalan :
Propinsi :
Kategori Pemenuhan Tingkat Layanan Jalan Pemenuhan Batas
…No.
……………… Sta. - Sta. Kanan/Kiri
1a 1b 1c 2a 2b 2c 3a 3b 4a 4b 4c 5a 5b 5c 5d 6a 6b Tk. Tanggap
Layanan Perbaikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

0+ - 0+
1 000 100 Kanan V V V V V V V V V V V V V V V V V V

2 0 + 100 - 0 + Kanan V V X V V V V V V V V V V V V V V X 8-Jul-16


200
3 0 + 200 - 0 + Kanan V V V V X V V V X V V V V V V V V X 15-Jul-16
300

Dan seterusnya

Catatan :
1 Pada Kolom 4 s/d Kolom 21 beri tanda : 3. Kode Kategori Tingkat Layanan Jalan yaitu:
V = Memenuhi Tingkat Layanan - Perkerasan Jalan : 1a.Lubang ; 1b.Retak ; 1c.Amblas

X = Tidak Memenuhi Tingkat Layanan - Bahu Jalan : 2a.Lubang ; 2b.Beda tinggi; 2c.Amblas
2 Pada Kolom 22 diisi tanggal sesuai target waktu tanggap perbaikan - Drainase : 3a.Tidak rusak & ada penyumbatan ; 3b.Erosi/Deformasi lereng
- Perlengkapan Jalan : 4a.Rambu ; 4b.Median/Trotoar; 4c.Guardrail/Rel pengaman
Inspeksi Oleh :
Diketahui Mengetah - Bangunan Pelengkap : 5a.Oprit ; 5b.Dinding penahan tanah; 5c.Expansion joint; 5d.Pagar jembatan
Konsultan
oleh : ui : - Pengendalian Tanaman : 5a.Bebas dari tanaman ; 5b.Ketinggian tanaman terkendali
Supervisi

Penyedia Pengawas Inspekt


INSPEKSI ULANG PEMENUHAN INDIKATOR KINERJA
JALAN CONTO
Kontrak No.: ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, H
Ruas Jalan : ................. Tanggal Inspeksi : …………
Propinsi : ................. Segmen Jalan : Sta......... - Sta.........
Total Panjang Jalan : ...... Lingkup Pekerjaan : ..................
Km
Ketidaksesuaian Indikator Kinerja Jalan Kode Kategori Tanggal Perbaikan Masa Denda
No. Keterangan
Sta. - Sta. Kanan/Kiri Indikator Target Realisasi (Hari)
1 Tgl.Penemuan Kinerja 5 6 7 8 9
2 3 4

1 0 + 100 - 0 + 200 Kana 1-Jul-16 1c 8-Jul-16 12-Jul-16 4


2 0 + 200 - 0 + 300
n
Kana 1-Jul-16 2 b + 4a 15-Jul-16 20-Jul-16 5
n
Dan seterusnya

Tota 9
Catatan l
: 1 Kolom 4 diisi tanggal penemuan ketidaksesuaian pada saat 3. Kolom 6 diisi tanggal target perbaikan sesuai Spesifikasi Khusus
inspeksi 4. Kolom 7 diisi tanggal realisasi perbaikan
2 Kolom 5 diisi Kode Kategori Indikator Kinerja Jalan berdasarkan 5. Kolom 8 diisi jumlah hari masa denda = (kolom 7) - (kolom
hasil inspeksi lapangan. 6)

Inspeksi Oleh
Mengetahui , Kontraktor : Konsultan
, Supervisi

Pengawas Lapangan Nama & Jabatan Nama & Jabatan


DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (9)
 Sanksi Keterlambatan Pemenuhan Tingkat Layanan
Jalan

di mana:
D = Besarnya pemotongan pembayaran dalam rupiah.
H = Jumlah hari keterlambatan perbaikan pemenuhan
tingkat layanan jalan, berdasarkan hasil inspeksi
lapangan.
Pjc= Panjang jalan yang cacat (tidak memenuhi indikator kinerja)
dalam segmen jalan yang ditetapkan (panjang segmen
minimal 100 meter).
Pjl = Panjang jalan dalam kontrak berdasarkan lingkup pekerjaan.
Nlp = Nilai lingkup pekerjaan dalam kontrak.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (10)
 Pengukuran dan Pembayaran:
 Penambalan perkerasan dan bahu jalan, perbaikan lubang,
laburan setempat, perataan setempat, perbaikan tepi perkerasan
dan pengkerikilan kembali yang ditetapkan sebagai pekerjaan
pemeliharaan perkerasan dan/atau bahu jalan oleh Pengawas
Pekerjaan harus diukur dalam meter kubik untuk pembayaran
sesuai volume bahan berbutir atau beraspal yang dihampar aktual
berdasarkan hasil pengukuran awal dan diterima hasil pekerjaan
tersebut oleh Pengawas Pekerjaan. Pembayaran tersebut juga
harus sudah mencakup pemasokan, pencampuran dan pemakaian
lapis resap pengikat dan atau lapis perekat.
 Galian (cutting) dan pembuangan seluruh bahan eksisting yang
rusak, memangkas dan membersihkan tepi lokasi galian,
pembuangan endapan saluran dan benda hanyutan, serta
pemadatan dan penyiapan tanah dasar hasil penggalian tidak
akan diukur dan dibayar tersendiri. Pekerjaan ini dipandang
seluruhnya dibayar menurut berbagai Mata Pembayaran yang
terdaftar pada Pasal 10.1.5.2) di bawah.
DIV 10.PEKERJAAN
PEMELIHARAAN (11)
 Untuk pemeliharaan jalan yang dilaksanakan dengan padat karya,
selain pengukuran hasil pekerjaan juga harus dilengkapi dengan
tanda bukti pembayaran upah tenaga kerja mingguan yang
besarnya tidak boleh kurang dari UMR
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
10.1.(1) Galian pada Saluran Air atau 2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase
Lereng untuk Pemeliharaan dan Saluran Air
3.1.(1) Galian Biasa
10.1.(2) Timbunan Pilihan pada Lereng 3.2.(1a) Timbunan Biasa dari
Tepi Saluran untuk Sumber Galian
Pemeliharaan 3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil
10.1.(3) Perbaikan Pasangan Batu dengan 2.2.(1) Galian
Pasangan Batu dengan Mortar
Mortar
10.1.(4) Perbaikan Lapis Fondasi Agregat 5.1.(1) Lapis Fondasi Agregat Kelas A
Kelas A
10.1.(5) Perbaikan Lapis Fondasi Agregat 5.1.(2) Lapis Fondasi Agregat Kelas B
Kelas B
10.1.(6a) Perbaikan Lapis Fondasi Agregat 5.1.(3a) Lapis Fondasi Agregat Kelas S
Kelas S
10.1.(6b) Perbaikan Lapis Fondasi 5.1.(3b) Lapis Fondasi Agregat Kelas C
Agregat Kelas C
10.1.(8) Perbaikan dan Perataan 5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa
Permukaan Perkerasan Penutup Aspal
Berbutir Tanpa Penutup Aspal 5.2.(2) Lapis Fondasi Agregat Tanpa
Penutup Aspal
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
10.1.(9) Perbaikan Campuran Aspal Panas 6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC)
6.3.(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC)
6.3.(7a) Laston Lapis Fondasi (AC-Base)
10.1.(10) Perbaikan Campuran Aspal Panas 6.5.(1) Laston Lapis Aus Asbuton (AC-WC
dengan Asbuton Asb)
6.5.(2) Laston Lapis Antara Asbuton (AC-
BC Asb)
6.5.(3) Laston Lapis Fondasi Asbuton
(AC-Base Asb)
10.1.(11) Perbaikan Asbuton Campuran 6.6.(1) CPHMA Kemasan Kantong
Panas Hampar Dingin
10.1.(12) Perbaikan Lapis Penetrasi 6.7. Lapis Penetrasi Macadam
Macadam tanpa atau dengan (1) Lapis Penetrasi Macadam Asbuton
Asbuton 6.7.
10.1.(13) Residu Bitumen untuk (2)
4.2.(1) Laburan Aspal (Buras)
Pemeliharaan
10.1.(14) Perbaikan Perkerasan Beton 5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen
Semen
10.1.(15) Perbaikan Lapis Fondasi Bawah 5.3.(3) Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus
Beton Kurus
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
10.1.(16) Perbaikan Pasangan Batu 7.9 Pasangan Batu
10.1.(17) Pengecatan Kereb pada 8.3.(2a) Pengecatan dekoratif pd elemen
atau Median
Trotoar struktur beton, tebal 100 µm
10.1.(18a)
Penggantian Komp Rel Pengaman Rel Pengaman
10.1.(18b) Perbaikan Rel Pengaman 9.2.(7)
10.1.(19a) Pengecatan Patok
9.2.(5) Patok Pengarah
10.1.(19b) Pembersihan Patok
9.2.(6a) Patok Kilometer
9.2.(6b) Patok Hektometer
10.1.(20a) Pengecatan Rambu
Rambu Jalan Tunggal dng Permu-
10.1.(20b) Pembersihan Rambu 9.2.(3a) kaan Pemantul Engineering
Grade Jalan Ganda dng Permu-
9.2.(3b) Rambu
kaan Pemantul Engineering
Grade
9.2.(4a) Rambu Jalan Tunggal dng Permu-
kaan Pemantul High Intensity
Grade
9.2.(4b) Rambu Jalan Ganda dng Permu-
kaan Pemantul High Intensity
10.1.(21) Pembersihan Drainase Grade
10.1.(22) Pengendalian Tanaman
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal
dengan Cold Milling Machine
3.1.(9) Galian Perkerasan Berbutir
4.1.(1) Pengabutan (Fog Seal) dengan
Aspal Emulsi yang Mengikat
Lambat (CSS-1h atau SS-1h)
4.1.(2) Pengabutan (Fog Seal)
dengan
Aspal Emulsi yang Mengikat Lebih
Cepat (CQS-1h atau QS-1h)
4.1.(3) Pengabutan (Fog Seal) dengan
Aspal Emulsi Modifikasi Polymer
yang Mengikat Lebih Cepat
(PMCQS-1h atau PMQS-1h)
4.5.(2) Lapis Permukaan Mikro Perata
dengan aspal emulsi modifikasi
polymer PMCQS-1h atau
PMQS- 1h untuk Tipe 1
4.5.(4) Lapis Permukaan Mikro Perata
dengan aspal emulsi modifikasi
polymer PMCQS-1h atau
PMQS- 1h untuk Tipe 2
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
4.8.(1) Tambalan Dangkal dng Beton Se-
men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton ≤
24 jam
4.8.(2) Tambalan Dangkal dng Beton Se-
men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton lebih
dari 1 hari dan kurang dari 3 hari

4.8.(3) Tambalan Dangkal dng Beton Se-


men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton lebih
dari 3 hari dan kurang dari 7 hari

4.9.(1) Tambalan Penuh dng Beton Se-


men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton ≤
24 jam
4.9.(2) Tambalan Penuh dng Beton Se-
men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton lebih
dari 1 hari dan kurang dari 3 hari
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
4.9.(3) Tambalan Penuh dng Beton
Se- men Cepat Mengeras utk Pembu-
kaan Lalu Lintas Umur Beton lebih
dari 3 hari dan kurang dari 7 hari
4.9.(4) Pemasangan Ruji (Dowel)
4.9.(5) Pemasangan Sealant
4.10.(1) Penambahan dan/atau Penggan-
tian Ruji (Dowel) pada Perkerasan
Beton Semen dengan Epoksi
4.11.(1) Penjahitan Melintang Tipe 1 (te-
bal pelat beton = 150 - 175 mm)
4.11.(2) Penjahitan Melintang Tipe 2 (te-
bal pelat beton ≥175mm-200mm)
4.11.(3) Penjahitan Melintang Tipe 3 (te-
bal pelat beton ≥200mm-225mm)
4.11.(4) Penjahitan Melintang Tipe 4 (te-
bal pelat beton ≥225mm-250mm)
4.11.(5) Penjahitan Melintang Tipe 5 (te-
bal pelat beton ≥250mm-275mm)
4.11.(6) Penjahitan Melintang Tipe 6 (te-
bal pelat beton ≥275mm-300mm)
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
4.11.(7) Penjahitan Melintang Tipe 7 (tebal
pelat beton ≥ 300 mm - 325
4.11.(8) mm)
Penjahitan
pelat betonMelintang
≥ 325 mmTipe
- 350
8 (tebal
mm)
4.12.(1) Penutupan Sambungan
(Termoplastik)
Melintang
4.12.(2) Penutupan Sambungan Melintang
(Termoseting)
4.12.(3) Penutupan Sambungan Melintang
(Preformed)
4.12.(4) Penutupan Sambungan
Memanjang (Termoplastik)
4.12.(5) Penutupan Sambungan
Memanjang (Termoseting)
4.12.(6) Penutupan Sambungan
Memanjang (Preformed)
4.12.(7) Penutupan Retak (Termoplastik)
4.12.(8) Penutupan Retak (Termoseting)
PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN
No. & Nama Mata Pembayaran No. & Nama Mata Pembayaran
4.13.(1) Pengeboran Lubang
4.13.(2) Material Injeksi Berbahan Dasar
Semen
4.13.(3) Material Injeksi Berbahan Dasar
Cellular Plastic
5.5.(1) Lapis Fondasi Agregat Semen
Kelas A (Cement Treated Base =
CTB)
5.5.(2) Lapis Fondasi Agregat Semen
Kelas B (Cement Treated
Sub- Base = CTSB)
6.2.(1) Agregat Penutup BURTU
6.2.(3a) Bahan Aspal Keras untuk
Pekerjaan Pelaburan
6.2.(3b) Bahan Aspal Emulsi Modifikasi
Polimer untuk Pekerjaan
Pelaburan

SEMUA MATA PEMBAYARAN DIVISI 8


PENUTUP
 SEMOGA BERMANFAAT !

Anda mungkin juga menyukai