Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN DAN EVALUASI

KEBERHASILAN STIMULASI HYDRAULIC


FRACTURING PADA SUMUR “POSEIDON”

Proposal Penelitian
Oleh :
Muhammad Farhan
113180115
PERENCANAAN DAN EVALUASI KEBERHASILAN STIMULASI SI
HYDRAULIC FRACTURING PADA SUMUR “POSEIDON”

II. LATAR BELAKANG


Sejalan dengan bertambahnya waktu produksi maka akan terjadi penurunan produktivitas formasi yang
tercermin melalui penurunan laju produksi minyak dari sumur-sumur produksi. Penurunan laju produksi
minyak tersebut disebabkan oleh banyak hal seperti penurunan tekanan reservoir, berkurangnya jumlah
cadangan minyak dan dapat juga disebabkan oleh terjadinya kerusakan formasi, dimana kerusakan
formasi tersebut akan mengakibatkan terjadinyapenurunan permeabilitas batuan. Penurunan
permeabilitas batuan ini disebabkan oleh adanya penyumbatan pori-pori batuan akibat invasi padatan
maupun filtrat lumpur bor, penyemenan, fluida komplesi, operasi stimulasi sebelumnya, kompaksi
mekanik akibat perforasi dan proses interaksi antara fluida dengan batuan formasi produktif selama
proses produksi. Selain itu kecilnya laju produksi minyak dapat juga disebabkan oleh rendahnya
permeabilitas alami batuan. Dengan adanya penurunan produktivitas formasi tersebut, maka perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan kembali produktivitas formasi tersebut, dimana salah satunya
adalah dengan metode stimulasi perekahan hidrolik. Stimulasi perekahan hidrolik dilakukan sebagai
perangsangan dengan tujuan untuk meningkatkan laju produksi minyak dengan cara memperbaiki
permeabilitas batuan yang mengalami kerusakan akibat kegiatan-kegiatan tersebut di atas, memperbesar
jari-jari efektif sumur (rw’) dan dengan membuat saluran konduktif sebagai jalan aliran fluida dari
formasi produktif menuju lubang sumur.
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat merencanakan suatu proyek operasi perekahan
hidrolik terhadap suatu sumur termasuk pemilihan sumur-sumur yang akan dilakukan perekahan dan
perhitungan perhitungan dalam perencanaan perekahan tersebut dan juga untuk dapat mengevaluasi
keberhasilan atau kegagalan suatu proyek operasi perekahan terhadap peningkatan produktivitas formasi,
serta mengevaluasi terhadap aspek keekonomiannya.
IV. DASAR TEORI

Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) adalah suatu teknik stimulasi yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan produktivitas sumur dimana metode ini dilakukan dengan pembuatan
rekahan dalam media berpori atau membuat saluran konduktif ke dalam reservoir dengan menginjeksikan
fluida perekah bertekanan lebih besar daripada tekanan rekah formasi sehingga akan terbentuk rekahan.
Atau dengan kata lain, mekanisme perekahan hidrolik yaitu merekahkan batuan reservoir dimana batuan
tersebut harus diberi tekanan hidrolik sampai melebihi kekuatan dan gaya-gaya yang mempertahankan
batuan tersebut. Apabila gaya horisontal yang mempertahankan keutuhan batuan lebih kecil dari gaya
vertikal, maka batuan tersebut akan dapat direkahkan dengan arah vertikal. Stimulasi perekahan hidrolik
ini umumnya dilakukan pada formasi batuan yang cukup ketat (consolidated), dimana fluida reservoir
sulit untuk mengalir, atau formasi yang mengalami kerusakan dengan radius yang panjang.
4.1. Kerusakan Formasi
Terjadinya kerusakan formasi akan menyebabkan penurunan permeabilitas batuan akibatnya kemampuan
formasi untuk mensuplay fluida ke dalam lubang sumur menjadi berkurang, hal ini akan menyebabkan
penurunan produktivitas sumur. Kerusakan formasi dapat terjadi pada tahap pemboran, komplesi
sumur meliputi penyemenan dan perforasi serta pada tahap produksi. Sewaktu pemboran berlangsung,
digunakan lumpur pemboran di mana salah satu kegunaannya adalah untuk mengimbangi tekanan
formasi. Umumnya lumpur pemboran menggunakan air sebagai campuran dasarnya. Pada saat melalui
formasi permeabel dengan tekanan hidrostatik lumpur lebih tinggi dari tekanan formasi maka akan
mengakibatkan filtrat lumpur masuk ke dalam formasi, hal ini akan merusak formasi di sekitar lubang
sumur (skin effect). Selain itu partikel padatan yang terdapat dalam lumpur seperti bahan pemberat
lumpur (barite), bentonite, lost circulation material (LCM), dan bahan pengatur viskositas lumpur (CMC)
dapat menyebabkan kerusakan formasi dengan mekanisme penyumbatan pada permukaan formasi
maupun masuk kedalam formasi.
Komplesi sumuran yang kurang terencana dapat menyebabkan skin effect, aktivitas tersebut adalah
penyemenan dan perforasi. Pada penyemenan dapat terjadi invasi filtrat semen kedalam formasi
produktif, sedangkan pada aktivitas perforasi yang tidak baik dapat menyebabkan produktivitas rendah,
karena ada sebagian atau seluruh perforasi tersumbat. Kerusakan perforasi dapat juga disebabkan oleh
proses pembuatan, karena penghancuran casing, semen dan runtuhnya material formasi pada waktu
penembakan, yang mana material formasi tersebut tetap tinggal dalam perforasi. Proses ini umumnya
terjadi pada formasi yang tidak kompak yang mempunyai masalh kepasiran, hal ini akan menyebabkan
pengecilan permebilitas formasi. Selain itu terjadinya kompaksi pada batuan akibat proses penembakan
pada proses perforasi dapat juga menyebabkan penurunan harga permeabilitas batuan. Pada dasarnya
terjadinya kerusakan formasi disebabkan oleh filtrat maupun padatan. Filtrat dapat menyebabkan : clay
swelling, water block, emulsi, perubahan wettabilitas batuan, scale parafin dan asphalthene, sedangkan
padatan akan mengakibatkan penyumbatan pori melalui fine migration, endapan dari hasil reaksi kimia
dan endapan oleh garam serta penyumbatan oleh bakteri.
4.2. FLUIDA PEREKAH DAN ADITIF
Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)
3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam)
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat
Dalam operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus menghasilkan friction yang kecil tetapi
mempunyai viskositas yang tinggi untuk dapat menahan proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah
operasi dengan mudah. Dalam hal ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk mengkondisikan
fluida perekah sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan dalam fluida dasar
adalah sebagai berikut :
1. Thickener
2. Crosslinker
3. Buffer
4. Bactericides/biocides
5. Gelling agent
6. Fluid Loss additive
7. Breakers
4.3. MATERIAL PENGGANJAL (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang terbentuk tidak menutup kembali
akibat closure pressure ketika pemompaan dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media
alir yang lebih baik bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir yang
bersangkutan.
Jenis Proppant :
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah pasir alami, pasir berlapis resin
(Resin Coated Sand), dan proppant keramik (Ceramic Proppant).
Pengaruh proppant terhadap konduktivitas rekahan.
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan antara lain :
a) Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan formasi akan cenderung untuk
menutup kembali rekahan tersebut yang dinotasikan sebagai closure stress (stress yang diteruskan
formasi kepada proppant pada waktu rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat menahan
closure stress tersebut.
b) Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya memberikan permeabilitas yang
semakin baik.
c) Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar dapat memberikan pengaruh
pada proppant pack.
d) Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin tahan tekanan.
e) Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam transportasi proppant dan
penempatannya dalam rekahan, dimana proppant dengan densitas yang tinggi akan membutuhkan
fluida berviskositas tinggi untuk mentransport ke dalam rekahan.
V. METODOLOGI

Untuk dapat merencanakan, mengevaluasi produktivitas sumur dan meninjau aspek keekonomian suatu
operasi stimulasi perekahan hidrolik pada suatu sumur dapat dilakukan dengan :
1. Menganalisa penurunan produksi sumur, apakah penurunan tersebutdisebabkan oleh terjadinya
kerusakan formasi, yang dapat dilakukandengan suatu test sumur seperti pressure build up test (PBU
test). Apabiladari test sumur diketahui harga skin factor bernilai positif maka berartiterjadi kerusakan
formasi, sehingga dapat dipilih sumur-sumur yang perludilakukan perekahan. Selain itu data uji
sumur juga diperlukan untuk melakukan perhitungan permeabilitas formasi untuk
menentukankelayakan dilakukan perekahan hidrolik.
2. Setelah diketahui sumur mana yang perlu dilakukan perekahan kemudiandilakukan perhitungan
parameter-parameter untuk merencanakan operasi perekahan sesuai dengan teknik pengasaman yang
dipilih, seperti penentuan gradient rekah formasi, perhitungan laju injeksi fluida, perhitungan
tekanan injeksi dipermukaan dan penentuan volume fluidayang digunakan. perhitungan waktu
injeksi, perhitungan jumlah material pengganjal, penentuan daya pompa dan lain sebagainya.
3. Mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan operasi perekahan yangdilakukan, dimana evaluasi
tersebut dilakukan dari segi keberhasilan proyek pelaksanaan dan keberhasilan dari segi produksi.
VI. KESIMPULAN SEMENTARA

1. Stimulasi perekahan hidrolik dilakukan sebagai perangsangan dengan tujuanuntuk meningkatkan


laju produksi minyak dengan memperbaiki permeabilitas batuan di sekitar lubang sumur yang
mengalami kerusakan dan untuk membuat / memperbesar rekahan sebagai saluran konduktif aliran
fluida darireservoir menuju lubang sumur. Diharapkan dengan adanya saluran-salurantersebut maka
laju produksi / suplay fluida dari formasi produktif menujulubang sumur akan meningkat.
2. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan perekahan sesuai dengan yangdiharapkan, maka dalam proyek
perekahan perlu dilakukan perencanaan yangmeliputi penentuan gradient rekah formasi, perhitungan
laju injeksi fluida, perhitungan tekanan injeksi dipermukaan dan penentuan volume fluida
yangdigunakan. perhitungan waktu injeksi, perhitungan jumlah material pengganjal, penentuan daya
pompa dan lain sebagainya.
3. Evaluasi keberhasilan proyek perekahan didasarkan terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek di
lapangan dan terhadap peningkatan laju produksi (Q), peningkatan productivity indeks (PI), dan
secara grafis dapat dengan melakukan analisa terhadap kurva IPR sebelum dan sesudah stimulasi
perekahan dilakukan yaitu pada harga Pwf yang sama akan didapatkan hargalaju produksi minyak
yang lebih besar (beberapa ahli menyebutkan perekahanhidrolik dapat dikatakan sukses dengan
batasan peningkatan laju produksiminyak sepuluh kali lipat).
VII.DAFTAR PUSTAKA

1. Allen T.O. and Robert, A, P., ”Production operation well completion, work over and stimulation”,
Vol 1 dan 2, second edition, oil and gas consultantsinternational, inc, Tulsa, 1982.
2. Amyx, J.W., :”Petroleum Reservoir Engineering”, second edition, Mc graw-hill Book Company,
New york, Toronto, London, 1960.
3. Economides, J. Michael., Daniel Hill. ; “Petroleum Production System”, PTR Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1994.
4. Economides, J. Michael., Nolte., K.G., ; “Reservoir Stimulation”, 2nd edition,Schlumberger, 1989.
5. Gidley,.J.L, Neely,. A.B, Nierode ,.D.E, Schechter,. R.S,. “ ProductionOperations Course III Well
Stimulation “ SPE of AIME, 1977.
6. Howard G. C., Henry L. Doherty, Hydraulic Fracturing, Societyof Prtroleum Engineering of AIME,
Houston, Texas, 1970.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai