Anda di halaman 1dari 9

Peran Penting Perencanaan Komplesi

Formasi dalam Keberhasilan Komplesi


Sumur
Agus Alexandri

Abstract
Setelah suatu sumur dikatakan ekonomis maka sumur tersebut akan dikembangkan menjadi
sumur produksi, tahap akhir sebelum sumur tersebut menjadi sumur produksi adalah tahap
penyelesaian sumur atau well completion.
Secara garis besar well completion dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu formation
completion, tubing completion dan wellhead completion, adapun kriteria well completion
yang baik ditinjau dari masalah yang dihadapi setiap bagian well completion seperti pada
formation completion yang digunakan untuk mengatasi masalah masalah yang ditimbulkan
oleh sifat sifat dari formasi produktifnya.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan formation completion adalah
produktivitas formasi, kestabilan formasi serta kekompakkan batuan. Pada perencanaan
formation completion untuk open hole perlu memperhitungkan laju penembusannya seperti
fully atau partially. Pada perforated completion perlu memperhitungkan interval dan posisi
perforasi, densitas dan diameter perforasi

I. Latar Belakang Masalah rapan metode well completion, kemungkin-


an penerapan metode produksi dimasa yang
Setelah operasi pemboran mencapai target
akan datang serta operasi perbaikan formasi
yang ditentukan maka langkah selanjutnya
dan sumur ( work over, stimulasi dan reparasi
adalah pelaksanaan operasi produksi. Tahap
sumur ) perlu dipertimbangkan
awal dimuainya suatu operasi produksi ada-
lah dengan dilaksanakannya tahap penyele- Untuk mendapatkan produksi yang optimum
saian sumur (Well Completion). dari reservoir dengan meminimumkan prob-
lem produksinya, maka dibutuhkan penerap-
Well Completion adalah pekerjaan tahap
an metode well completion yang tepat de-
akhir atau pekerjaan penyempurnaan untuk
ngan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempersiapkan suatu sumur pemboran men-
mempengaruhinya. Faktor faktor yang men-
jadi sumur produksi.. Penyelesaian sumur
jadi dasar pertimbangan penerapan metode
bertujuan untuk mengoptimumkan produksi
well completion ini dapat dibagi berdasar-
dari reservoir kepermukaan dengan menekan
kan jenis-jenis metode well completion yang
kemungkinan adanya problem produksi semi-
meliputi pertimbangan penerapan formation
nimal mungkin baik pada masa natural ow
completion, tubing completion dan well head
maupun pada saat arti cial lift diterapkan.
completion.
Dengan pertimbangan ini maka dalam pene-

Swara Patra 19
Dalam mempertimbangkan faktor faktor yang Pe : tekanan formasi pada jarak re dari
mempengaruhi penerapan metode penyele- sumur, psi
saian sumur ini maka karakteristik dari reser- Pwf : tekanan dasar sumur, psi
voir menjadi pertimbangan utamanya, karena
µo : viscositas minyak, cp
uida hidrokarbon selalu berasosiasi dengan
Bo : faktor volume formasi minyak, STB/
suatu reservoir, baik meliputi jenis-jenis reser-
bbl
voirnya maupun sifat batuan dan uidanya,
seperti pada pemilihan formation completion rw : jari-jari sumur, ft
yang lebih berpengaruh dalam pemilihannya re : jari-jari pengurasan, ft
adalah faktor sementasi atau kekompakkan Fully penetrating well umumnya diterapkan
batuan yang selanjutnya akan dipakai jenis pada sumur dengan mekanisme pendorong
open hole atau perforated completion. reservoir berupa depletion drive dimana tidak
ada akumulasi air ataupun gas.

II. Perencanaan Formation


2. Perhitungan Rate Produksi Pada
Completion Partially Penetrating

2.1. Open Hole Completion Partialy Penetrating well merupakan sumur


dengan lubang bornya hanya mencapai seba-
Perencanaan dan perhitungan yang ada pada
gian dari ketebalan formasi produktif. Muskat
komplesi ini didasarkan pada penempatan
menyatakan bahwa kepasiran produksi pada
komplesinya dalam formasi produktif, yaitu
partially penetrating well adalah berbanding
penembusan sebagian dan total.
lurus terhadap fraksi penembusan dari kete-
balan total formasi produktif. Gambar 2. me-
1. Perhitungan Laju Produksi Pada Fully
Penetrating nunjukkan untuk ketebalan formasi sebesar
130 ft dengan fraksi penetrasi 0,2 (926 ft) dan
Tingkat pemboran di dalam formasi sangat
0,8 (110 ft) akan didapatkan produktivity ratio
berpengaruh terhadap besarnya laju produksi
(PR) masing-masing adalah 30 % sampai 90
yang dihasilkan. Fully penetrating well meru-
%. Dengan kata lain sumur dengan kedalam-
pakan sumur dimana pemboran menembus
an penetrasi 110 ft akan mempunyai kapasitas
seluruh ketebalan formasi produtif.
produksi tiga kali lebih besar bila dibanding-
Untuk kondisi ini dimana aliran uida mem- kan dengan sumur yang mempunyai kedalam-
bentuk aliran radial, maka penentuan rate de- an penetrasi 26 ft.
ngan menggunakan persamaan yang dikemu-
kan oleh Darcy, sebagai berikut :

7,082 . k . h . (Pe - Pwf)


q = ...... (1)
o . Bo . ln (re / rw)

dimana :
q : rate produksi, BPD
k : permeabilitas effektif minyak, md
h : ketebalan formasi produtif, ft

20 Volume 8 No 4 tahun 2018


sumur dengan batas air-minyak awal adalah
10 ft, maka P max akan didapatkan sekitar 1,00
psi. dengan demikian untuk suatu sumur de-
ngan produktivity index 10 STB/hari/psi, alir-
an maksimal tanpa menyebabkan air masuk
ke dalam sumur adalah sekitar 13 BPD.
2. Pengaruh berkurangnya tekanan dasar su-
mur (Pwf)
Tekanan dasar sumur pada partially penetra-
ting adalah lebih kecil daripada kondisi to-
Gambar 1. Partially Penetrating Well Water Drive tally penetrating. Hal ini disebabkan adanya
skin demage (pseudo skin damage).
3. Pengaruh Skin Damage
Adanya perubahan aliran uida secara radial
menjadi spherical karena pengaruh partial pe-
netration ini, akan menyebabkan bertambah-
nya pressure drop di sekitar lubang bor yang
dinyatakan sebagai extra skin faktor.

2.2. Perforated Completion


Didalam perhitungan perforated casing
completion yang paling utama adalah me-
Gambar 2. Produktivity Ratio Pada Partially
nentukan interval perforasi, densitas per-
Penetrating Well forasi dan diameter perforasi. Perhitungan
ini dimaksudkan untuk mencegah gas atau
Penerapan partially penetrating well biasanya water coning juga dapat menentukan besar
pada reservoir water drive untuk menghindari atau kecilnya rate produksi yang diinginkan.
produksi air yang tinggi. Pada partially penet-
rating ada beberapa pengaruh diantaranya 2.2.1. Pelaksanaan Perforator dan Peralatan
adalah : Perforasi

1. Pengaruh Coning Peralatan perforasi terangkum dalam suatu


Adanya pengaruh coning dalam hubungannya perforator gun.
dengan partial penetrasi akan mengganggu Bulet Perforator
e siensi pengurasan sumur. Tinggi dari cone
Gambar (3) memperlihatkan alat perforasi je-
akan bertambah dengan bertambahnya tekan-
nis ini. Komponen utama dari bullet perfora-
an drow-down sumur. Tekanan drow-down
tor meliputi :
maksimum tanpa menyebabkan air masuk ke
dalam sumur dapat diperkirakan sebagai ber- • Fluida seal disk yang menahan masuknya
ikut : uida sumur ke dalam alat dimana dapat
melemahkan kekuatan membakar pow-
Pmax = 0,433 ( w − o ) h max .............. (4)
der.
Bila selisih speci c gravity dari uida reservo- • Gun barrel
ir adalah 0,30 dan jarak vertikal antara dasar
• Gun body, dimana barrel disekrupkan

Swara Patra 21
dan juga untuk menempatkan sumbu (ig- tebal
niter) dan propelant dengan shear disk 3. Perforasi yang dihasilkan bersifat “bur-
didasarnya, untuk memegang bullet di- rless” (rata pada bagian dalam) serta
tempatnya sampai tekanan maksimum lubang berbentuk bulat, dengan kondisi
tercapai karena terbakarnya powder. ini maka sebagian perforasi dapat di-
• Bullet tutup dengan klep-klep bola/ball sealer
• Thead sell sementara waktu diperlukan
• Shear Disk 4. Bullet cocok untuk formasi lunak, di-
mana ia dapat menebus lebih dalam di-
• Powder Centrifuge
banding jet
• Contact-pin Assembly
• Back Contack Spring
Keterbatasannya
Prinsip kerja bullet perforator karena arus lis-
trik melalui wireline timbul pembakaran pada 1. Efek fracturing dapat merugikan bila la-
propelant dalam centrifuge-tube sehingga ter- pisan produktif tipis-tipis dan air atau ui-
jadi ledakan yang melontarkan bullet dengan da formasi lainnya ikut terproduksi pula
kecepatan tinggi. 2. Bullet tidak dapat digunakan untuk tem-
Keuntungannya : peratur yang tinggi, lebih dari 250 oF
3. Bullet sukar menembus formasi yang ke-
1. Bullet lebih murah dan mudah dari jet
ras, dan untuk casing yang terlalu tebal/
perforator
berlapis-lapis
2. Bullet menyebabkan perekahan formasi
4. Bullet yang ukuran kecil tidak memberi-
yang dapat dipakai pada formasi yang
kan hasil yang baik

Gambar 3. Kontruksi Bullet Perforator

22 Volume 8 No 4 tahun 2018


Jet Perforator an jet berkecepatan tinggi dan menyebabkan
suatu dorongan jet berkecepatan tinggi dan
Proses perforasi dengan jet perforator dilu-
pertikel-partikel yang dimuntahkan dari cone
kiskan dalam Gambar 4 Detonator elektris
pada kecepatan sekitar 20.000 ft/sec.
memulai reaksi berantai dimana berturut-turut
meledakkan primacord, booster berkecepatan Selubung terluar liner rusak untuk memben-
tinggi di dalam change dan akhirnya peledak tuk suatu gerakan aliran metal yang rendah
utama. Tekanan tinggi yang dihasilkan oleh dengan kecepatan antara 1500 dan 3000 psi.
bahan peledak menyebabkan logam di dalam Sisa outer liner ini mungkin dapat memben-
charge liner mengalir, memisahkan inneer tuk slug tunggal yang disebut sebagai aliran
dan outer liner. Pembentukan tekanan lebih partikel-partikel logam.
lanjut pada liner menyebakan suatu dorong-

Gambar 4. Prinsip Kerja Jet Perforator

Keuntungannya 4. Jet perforator menembus formasi keras


tapi baik
1. Dapat digunakan untuk temperatur sam-
pai 400 oF 5. Untuk operasi dalam tubing (parmaneny
type completion) hanya jet yang cocok
2. Rekahan yang terjadi tidak terlalu besar
karena alat untuk bullet memerlukan dia-
sehingga cocok untuk formasi yang tipis
meter yang besar agar peluru cukup besar
3. Lebih banyak tembakan yang dapat di-
diameternya
lakukan untuk sekali penurunan gun ke
Keterbatasannya
dalam sumur, sehingga untuk formasi
dengan interval yang panjang akan lebih 1. Rekahan yang terbentuk tidak terlalu le-
baik dan murah. bar sehingga tidak banyak membantu

Swara Patra 23
meningkatkan permeabilitas pada lapisan 2.2.4. Perhitungan Diameter Perforasi dan
yang tebal Kedalaman Penetrasi
2. Penggunaan ball sealer tidak dapat dipa- Untuk mendapatkan rate sebesar 100 bbl/day,
kai karena hasil pelubangan yang runcing dengan kedalaman penetrasi perforasi 12 inc-
dibagian dalam dan tidak bulat di bagian hi (305 mm) dan dimeter lubang perforasi se-
luar besar 0,375 inchi (9,5) dibutuhkan drowdown
3. Jet lebih mahal jika dibandingkan dengan (∆P) sebesar 1,0 psi.
bullet bila dipakai pada interval perforasi Pola pertama (strip shooting) menghasilkan
yang pendek atau sedikit jumlah penem- productivity ratio yang lebih rendah bila di-
bakannya bandingkan dengan kedua pola lainnya. Hal
Pengerjaan perforasi ini sangat penting sekali ini disebabkan oleh distribusi tekanan pada
karena mempengaruhi produktivitas sumur. kedua pola menghasilkan drow-down yang
Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam lebih merata untuk memproduksi uida yang
pengerjaan perforasi adalah menentukan po- lebih besar.
sisi dan intrval perforasi.
Pada formasi yang isotropic (permeabilitas
horizontal dan vertikal sama), keseragaman
2.2.2. Penentuan Interval dan Posisi
Perforasi besarnya drow-down dihubungkan terhadap
jarak antara pelubangan yang berdekatan.
Dalam proses produksi minyak dapat terjadi
Jarak yang terbesar terdapat pada pola ketiga
water conning, dimana hal ini akan membe-
(staggered pattern), (staggered pattern), se-
rikan pengaruh negatif terhadap perolehan
hingga pola tersebut mempunyai productivity
minyak. Dengan fenomena gas dan water
ratio yang tertinggi.
conning tersebut, maka para ahli mencari
hubungan antara laju produksi kritis dengan
parameter reservoir serta parameter produksi
untuk menentukan interval perforasi dan po-
sisinya.

2.2.3. Penentuan Densitas Perforasi


Densitas perforasi adalah jumlah lubang da-
lam casing per satuan panjang (feet). Untuk
mencegah terjadinya coning, faktor utama
yang harus dibatasi adalah laju produksi awal
dari sumur tersebut akan membandingkan
laju produksi dari sumur yang diperforasi (Qp)
terhadap produktivitas sumur bila dikomplesi
secara terbuka (open hole). Dengan demikian
Gambar 5. Pengaruh Pola Perforasi pada
terlihat bahwa, produktivitas awal dari suatu
Produktivity Ratio
formasi dipengaruhi oleh faktor faktor :
- Skin karena lumpur bor dan semen Dari hasil penelitian Stanley Locke, digam-
barkan pengaruh dari kedalaman penetrasi
- Perforasi, yang meliputi pola, kedalaman
perforasi (perforation length) terhadap pro-
penembusan dan diameter perforasi.
ductivity ratio, seperti terlihat pada gambar 6.
Productivity ratio mencapai harga maksimum

24 Volume 8 No 4 tahun 2018


pada kedalaman penetrasi kira-kira 12 inch 2.2.5. Perhitungan Faktor Skin Perforasi
(395 mm). Juga terlihat bahwa productivity
Laju aliran dari formasi kedalam sumur pada
ratio akan makin meningkat dengan pertam-
perforted casing completion, dipengaruhi
bahan kedalaman penetrasi perforasi. Pada
oleh kerusakan (damage) dan lubang perfo-
Gambar 7, digambarkan untuk suatu keda-
rasi. Dalam hal ini keduanya dapat dikatakan
laman penetrasi yang sama, maka besarnya
sebagai skin yang sama secara kwantitatif da-
productivity ratio akan bertambah dengan
pat berharga positif atau negatif. Untuk selan-
bertambahnya densitas perforasi. Jadi density
jutnya masing-masing dinyatakan sebagai skin
perforasi akan mempengaruhi besarnya pro-
damage (Sd) dan skin perforasi (Sp).
ductivity ratio pada suatu harga kedalaman
penetrasi dari perforasi. Sedangkan hasil dari analisa tes tekanan
memberikan harga skin total (St), dimana :

St = Sd + S p........................................... (6)

Teori analisa uida menuju ke sumur meng-


anggap geometri aliran radial dengan ba-
tas-batas r = rw (dinding.formasi) dan r = re
(batas pengurasan). Apabila faktor skin diper-
hitungkan sebagai kehilangan tekanan, maka
persamaan menjadi:

7,08 k h (Pr - Pwf)


q = ..... (7)
Gambar 6. Produktivity Ratio vs Kedalaman B (ln (re / rw) - 1 / 2 + S)
Penetrasi Perforasi
dimana :
S = St untuk sumur berselubung (ber-casing)
St = Sd atau S p = 0 untuk open hole completion

Dalam hal ini, makin kecil diameter perforasi,


semakin besar skin perforasinya. Dan makin
banyak lubang juga makin dalam perforasi-
nya, maka skin semakin kecil.

2.2.7. Perhitungan Pressure Drop Perforasi


Salah satu penyebab rendahnya produktivitas
sumur pada perforated completion adalah ka-
Gambar 7. Produktivity ratio vs Kedalaman
rena program pelubangan selubung (perforasi)
Penetrasi pada Berbagai Harga Densitas Perforasi.
yang tidak memadai. Apabila kondisi ini terja-
di akan berakibat timbulnya suatu hambatan
terhadap aliran atau bertambahnya penurun-

Swara Patra 25
an tekanan (pressure drop) dalam formasi. kanan formasi).
Oleh karena itulah, Carl Granger dan Kermit • dari permeabilitas formasi, apabila
Brown telah menggunakan analisa Nodal un- diperforasi dengan tekanan under-
tuk mengevaluasi besarnya penurunan tekan- balanced (tekanan hidro atis dalam
an melalui lubang perforasi, pada berbagai lubang bor lebih kecil daripada te-
harga density perforasi. Analisa Nodal disini, kanan formasi).
diterapkan untuk Standart Perforated Well,
2. Ketebalan crushed zone adalah 1/2 inch.
dengan menganggap perforated hole turn 90 o
3. In niti reservoir, sehingga P wst tetap pada
dan tidak terjadi damage zone disekeliling lu-
sisi dari compact zone, jadi pada closed
bang bor.
outer boundary, konstanta - 3/4 pada per-
Anggapan-anggapan lain yang digunakan da- samaan Darcy dihilangkan.
lam mengevaluasi pressure drop melalui lu-
4. Untuk mengevaluasi pressure drop mela-
bang perforasi ini adalah : lui lubang perforasi digunakan persama-
1. Permeabilitas dari crushed zone atau an dari Jones, Blount dan Galze.
compact zone yaitu :
• dari permeabilitas formasi apabila Open Perforated Pressure Drop
diperforasi dengan tekanan overba-
lanced (tekanan hidro atis dalam Persamaan dibawah ini hanya berlaku untuk
lubang bor lebih besar daripada te- sumur minyak pada umumnya, yaitu seba-
gai berikut :

Pwfs - Pwf = aq 2 + bq = P ...................................................................... (8)

2,30x10 B 02 ( rp1 + 1
0 B 0 (ln rp )
-4
re
P=
0 re 2+ q ............. (9)
L p2 q -3
7,08x10 L p k p

dimana :

2,30x10 B 02 ( rp1 + 1
-4

a=
0 re

L p2

B 0 (ln rerp )
b=
0

7,08x10 -3 L p k p

2,33x1010
= turbulence factor, ft -1 =
1,201 kp

dimana : Kp = permeabilitas compact zone, md (kp


= 0,1 k formasi, jika overbalanced
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
dan kp = 0,4 k formasi, jika kondisi
ρo = densitas minyak, lb/cuft
underbalanced).
Lp = perforation length, ft
rp = jari-jari lubang perforasi, ft

26 Volume 8 No 4 tahun 2018


re = jari-jari compact zone, ft (re = rp + yaitu kekompakkan batuan, dan juga laju
0,5 inch) produksi yang optimum tanpa terjadinya
µo = voscositas minyak, cp. coning.
3 Perencanaan dan perhitungan yang ada
pada open hole completion didasarkan
III. Kesimpulan pada penempatan komplesinya dalam
formasi produktif, yaitu penembusan se-
1 Penyelesaian sumur atau well completion
bagian dan total.
merupakan pekerjaan tahap akhir dari su-
4 Didalam perhitungan perforated casing
atu operasi pemboran yang bertujuan un-
completion yang paling utama adalah
tuk mempersiapkan sumur untuk menjadi
menentukan interval perforasi, densitas
sumur peroduksi.
perforasi dan diameter perforasi untuk
2 Perencanaan formation completion dite-
mencegah gas atau water coning juga da-
rapkan dengan mempertimbangkan pro-
pat menentukan besar atau kecilnya rate
duktivitas formasi dan kestabilan formasi
produksi yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, T.O., Robert, A.P., “Production Operation, Well Completion, Work Over and
Stimulation”, Vol. I & II and Gas Consultant International, Inc., Second Edition, 1982.
Buzarde, L.E., Kasto,R.I., Bell, W.T. “ Production Operation Course I-Well Completion”.
Society Of Petroleum Enginer of AIME, Houston, 1972.
Craft, B.C and Hawkins M.F., “Applied Petroleum Reservoir Engineering”, Prentice Hall,
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1959
Gatlin Carl, “Petroleum Engineering, Drilling and Well Completion”, Prentice Hall, New
Jersey, 1960.
Muskat, M., “Phisical Principle of Oil Production”, Mc Graw Hill Book Co., New York –
Toronto – London, 1949.
Nind, T.E.W., “Principle of Oil Well Production”, Mc Graw Hill Book Company, New York,
1964.

Swara Patra 27

Anda mungkin juga menyukai