Abstract
Setelah suatu sumur dikatakan ekonomis maka sumur tersebut akan dikembangkan menjadi
sumur produksi, tahap akhir sebelum sumur tersebut menjadi sumur produksi adalah tahap
penyelesaian sumur atau well completion.
Secara garis besar well completion dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu formation
completion, tubing completion dan wellhead completion, adapun kriteria well completion
yang baik ditinjau dari masalah yang dihadapi setiap bagian well completion seperti pada
formation completion yang digunakan untuk mengatasi masalah masalah yang ditimbulkan
oleh sifat sifat dari formasi produktifnya.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan formation completion adalah
produktivitas formasi, kestabilan formasi serta kekompakkan batuan. Pada perencanaan
formation completion untuk open hole perlu memperhitungkan laju penembusannya seperti
fully atau partially. Pada perforated completion perlu memperhitungkan interval dan posisi
perforasi, densitas dan diameter perforasi
Swara Patra 19
Dalam mempertimbangkan faktor faktor yang Pe : tekanan formasi pada jarak re dari
mempengaruhi penerapan metode penyele- sumur, psi
saian sumur ini maka karakteristik dari reser- Pwf : tekanan dasar sumur, psi
voir menjadi pertimbangan utamanya, karena
µo : viscositas minyak, cp
uida hidrokarbon selalu berasosiasi dengan
Bo : faktor volume formasi minyak, STB/
suatu reservoir, baik meliputi jenis-jenis reser-
bbl
voirnya maupun sifat batuan dan uidanya,
seperti pada pemilihan formation completion rw : jari-jari sumur, ft
yang lebih berpengaruh dalam pemilihannya re : jari-jari pengurasan, ft
adalah faktor sementasi atau kekompakkan Fully penetrating well umumnya diterapkan
batuan yang selanjutnya akan dipakai jenis pada sumur dengan mekanisme pendorong
open hole atau perforated completion. reservoir berupa depletion drive dimana tidak
ada akumulasi air ataupun gas.
dimana :
q : rate produksi, BPD
k : permeabilitas effektif minyak, md
h : ketebalan formasi produtif, ft
Swara Patra 21
dan juga untuk menempatkan sumbu (ig- tebal
niter) dan propelant dengan shear disk 3. Perforasi yang dihasilkan bersifat “bur-
didasarnya, untuk memegang bullet di- rless” (rata pada bagian dalam) serta
tempatnya sampai tekanan maksimum lubang berbentuk bulat, dengan kondisi
tercapai karena terbakarnya powder. ini maka sebagian perforasi dapat di-
• Bullet tutup dengan klep-klep bola/ball sealer
• Thead sell sementara waktu diperlukan
• Shear Disk 4. Bullet cocok untuk formasi lunak, di-
mana ia dapat menebus lebih dalam di-
• Powder Centrifuge
banding jet
• Contact-pin Assembly
• Back Contack Spring
Keterbatasannya
Prinsip kerja bullet perforator karena arus lis-
trik melalui wireline timbul pembakaran pada 1. Efek fracturing dapat merugikan bila la-
propelant dalam centrifuge-tube sehingga ter- pisan produktif tipis-tipis dan air atau ui-
jadi ledakan yang melontarkan bullet dengan da formasi lainnya ikut terproduksi pula
kecepatan tinggi. 2. Bullet tidak dapat digunakan untuk tem-
Keuntungannya : peratur yang tinggi, lebih dari 250 oF
3. Bullet sukar menembus formasi yang ke-
1. Bullet lebih murah dan mudah dari jet
ras, dan untuk casing yang terlalu tebal/
perforator
berlapis-lapis
2. Bullet menyebabkan perekahan formasi
4. Bullet yang ukuran kecil tidak memberi-
yang dapat dipakai pada formasi yang
kan hasil yang baik
Swara Patra 23
meningkatkan permeabilitas pada lapisan 2.2.4. Perhitungan Diameter Perforasi dan
yang tebal Kedalaman Penetrasi
2. Penggunaan ball sealer tidak dapat dipa- Untuk mendapatkan rate sebesar 100 bbl/day,
kai karena hasil pelubangan yang runcing dengan kedalaman penetrasi perforasi 12 inc-
dibagian dalam dan tidak bulat di bagian hi (305 mm) dan dimeter lubang perforasi se-
luar besar 0,375 inchi (9,5) dibutuhkan drowdown
3. Jet lebih mahal jika dibandingkan dengan (∆P) sebesar 1,0 psi.
bullet bila dipakai pada interval perforasi Pola pertama (strip shooting) menghasilkan
yang pendek atau sedikit jumlah penem- productivity ratio yang lebih rendah bila di-
bakannya bandingkan dengan kedua pola lainnya. Hal
Pengerjaan perforasi ini sangat penting sekali ini disebabkan oleh distribusi tekanan pada
karena mempengaruhi produktivitas sumur. kedua pola menghasilkan drow-down yang
Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam lebih merata untuk memproduksi uida yang
pengerjaan perforasi adalah menentukan po- lebih besar.
sisi dan intrval perforasi.
Pada formasi yang isotropic (permeabilitas
horizontal dan vertikal sama), keseragaman
2.2.2. Penentuan Interval dan Posisi
Perforasi besarnya drow-down dihubungkan terhadap
jarak antara pelubangan yang berdekatan.
Dalam proses produksi minyak dapat terjadi
Jarak yang terbesar terdapat pada pola ketiga
water conning, dimana hal ini akan membe-
(staggered pattern), (staggered pattern), se-
rikan pengaruh negatif terhadap perolehan
hingga pola tersebut mempunyai productivity
minyak. Dengan fenomena gas dan water
ratio yang tertinggi.
conning tersebut, maka para ahli mencari
hubungan antara laju produksi kritis dengan
parameter reservoir serta parameter produksi
untuk menentukan interval perforasi dan po-
sisinya.
St = Sd + S p........................................... (6)
Swara Patra 25
an tekanan (pressure drop) dalam formasi. kanan formasi).
Oleh karena itulah, Carl Granger dan Kermit • dari permeabilitas formasi, apabila
Brown telah menggunakan analisa Nodal un- diperforasi dengan tekanan under-
tuk mengevaluasi besarnya penurunan tekan- balanced (tekanan hidro atis dalam
an melalui lubang perforasi, pada berbagai lubang bor lebih kecil daripada te-
harga density perforasi. Analisa Nodal disini, kanan formasi).
diterapkan untuk Standart Perforated Well,
2. Ketebalan crushed zone adalah 1/2 inch.
dengan menganggap perforated hole turn 90 o
3. In niti reservoir, sehingga P wst tetap pada
dan tidak terjadi damage zone disekeliling lu-
sisi dari compact zone, jadi pada closed
bang bor.
outer boundary, konstanta - 3/4 pada per-
Anggapan-anggapan lain yang digunakan da- samaan Darcy dihilangkan.
lam mengevaluasi pressure drop melalui lu-
4. Untuk mengevaluasi pressure drop mela-
bang perforasi ini adalah : lui lubang perforasi digunakan persama-
1. Permeabilitas dari crushed zone atau an dari Jones, Blount dan Galze.
compact zone yaitu :
• dari permeabilitas formasi apabila Open Perforated Pressure Drop
diperforasi dengan tekanan overba-
lanced (tekanan hidro atis dalam Persamaan dibawah ini hanya berlaku untuk
lubang bor lebih besar daripada te- sumur minyak pada umumnya, yaitu seba-
gai berikut :
2,30x10 B 02 ( rp1 + 1
0 B 0 (ln rp )
-4
re
P=
0 re 2+ q ............. (9)
L p2 q -3
7,08x10 L p k p
dimana :
2,30x10 B 02 ( rp1 + 1
-4
a=
0 re
L p2
B 0 (ln rerp )
b=
0
7,08x10 -3 L p k p
2,33x1010
= turbulence factor, ft -1 =
1,201 kp
DAFTAR PUSTAKA
Allen, T.O., Robert, A.P., “Production Operation, Well Completion, Work Over and
Stimulation”, Vol. I & II and Gas Consultant International, Inc., Second Edition, 1982.
Buzarde, L.E., Kasto,R.I., Bell, W.T. “ Production Operation Course I-Well Completion”.
Society Of Petroleum Enginer of AIME, Houston, 1972.
Craft, B.C and Hawkins M.F., “Applied Petroleum Reservoir Engineering”, Prentice Hall,
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1959
Gatlin Carl, “Petroleum Engineering, Drilling and Well Completion”, Prentice Hall, New
Jersey, 1960.
Muskat, M., “Phisical Principle of Oil Production”, Mc Graw Hill Book Co., New York –
Toronto – London, 1949.
Nind, T.E.W., “Principle of Oil Well Production”, Mc Graw Hill Book Company, New York,
1964.
Swara Patra 27