..
(4-2)
dimana :
Sw : saturasi air, fraksi
K : permeabilitas, mD
: porositas, fraksi
h : tebal formasi
o : viscositas minyak, cp
w : viscositas air, cp
Bo : faktor volume formasi minyak, (STB/BBL)
Pi : tekanan reservoir mula-mula, psia
Pa : tekanan reservoir pada saat ditinggalkan, psia
Secara volumetris dapat pula ditentukan jumlah minyak yang dapat
dihasilkan oleh penginjeksian air yaitu berdasarkan persamaan:
.............................................................. (4-3)
dimana :
Npf : kumulatif produksi minyak, STB
Vsw : gross swept volume, acre-ft
Sop : saturasi minyak pada saat dimulai injeksi, fraksi
Sor : saturasi minyak pada saat akhir injeksi, fraksi
Bop : faktor volume formasi minyak pada awal injeksi,
BBL/STB
Bor : faktor volume formasi minyak pada akhir injeksi, BBL/STB
Et : effisiensi total penginjeksian, fraksi.
Gross swept volume, Vsw merupakan volume minyak yang dipengaruhi oleh
letak dari sumur injeksi-produksi yang harganya belum tentu sama dengan volume
reservoir keseluruhannya. Faktor efisiensi, Et dipengaruhi sifat homogenitas reservoir
(variasi harga permeabilitas dalam arah vertikal) dan pola susunan sumur injeksi-
produksi.
...........................................................................
(4-4)
Pola staggered line drive (d/a 1),
................................................ (4-5)
.................................................................... (4-6)
Pola seven spot,
............................................................... (4-7)
dimana :
i : laju injeksi,bbl/day
kw : permeabilitas efektif terhadap air, mD
h : ketebalan, ft
P : perbedaan tekanan di dasar, psi
w : viscositas air,cp
d : jarak antara sumur tidak sejenis, ft
a : jarak antara sumur sejenis
rw : jari-jari efektif sumur, ft
Persamaan yang disebutkan diatas adalah laju injeksi dari fluida yang
mempunyai mobilitas yang sama (M=1) karena reservoir minyak terisi oleh cairan
saja. Untuk menentukan laju injeksi sampai dengan terjadinya interferensi digunakan
persamaan:
................................................. (4-8)
dimana :
re : radius terluar oil bank, ft
r : radius terluar dari front pendesakan air, ft
Dari persamaan darcy terlihat bahwa debit injeksi dan tekanan injeksi
mempunyai keterkaitan. Masalah sekarang adalah besaran mana yang harus
ditentukan lebih dahulu, karena keduanya merupakan besaran yang dapat diatur
dalam operasi injeksi air. Untuk mencapai keuntungan ekonomis yang maksimal
biasanya diinginkan debit injeksi yang maksimal, namun ada pembatasan-
pembatasan yang harus diperhatikan. Batas bawah debit injeksi adalah debit yang
menghasilkan produksi minyak yang merupakan batas ekonomisnya. Batas atas debit
injeksi adalah debit yang berhubungan dengan tekanan injeksi yang mulai
menyebabkan terjadi rekahan di reservoir. Metode untuk memperkirakan debit
injeksi yang terbaik dengan menggunakan pola five spot seperti yang ditunjukan
pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3.
Divisi dari Sebuah Segment Jaringan Sumur Five-Spot
Kedalam Sektor Aliran Radial 22)
Gambar 4.4.
Conductance Ratio Untuk Five Spot Pattern 13)
Analisa berikutnya adalah injeksi air dari interface sampai dengan fill-
up. Besarnya laju injeksi pada perioda ini dinyatakan dengan persamaan:
iwf = x I
..................................................................................................................................................................................................................................................
(4-9)
dimana :
iwf : laju injeksi air selama fill up, bbl/day
i : laju injeksi fluida dengan M = 1, bbl/day
: conductance ratio yang ditentukan dari grafik
Gambar 4.4. memperlihatkan salah satu contoh grafik conductance ratio
untuk pola five spot. Dengan diketahuinya laju injeksi pada setiap periode dari
perilaku water flood, maka diramalkan waktu injeksi dari setiap periode.
................................................ (4-11)
Gambar 4.5.
Grafik Effisiensi untuk Pola Penyapuan Lima Titik 13)
Pada waktu injeksi dimulai reservoir akan mengandung gas bebas bila
tekanan reservoir berada dibawah tekanan jenuh. Gas bebas ini baru dapat mengalir
bila saturasi gas sudah melampaui harga saturasi yang kritis (Sg > Sgc). Gas bebas
pada saat saturasi mencapai Sg Sgc masih belum dapat mengalir, sehingga injeksi air
tidak dapat mendesak gas ke arah sumur-sumur produksi melainkan tertinggal di
belakang front atau larut kembali dalam minyak.
............................................................................................. (4-13)
VD = volume pori-pori yang dapat didesak oleh air (displaceble pore volume)
= Vb . (1 – Swc – Sg – Sor) ..................................................................... (4-14)
Dari grafik-grafik (seperti pada gambar 4.6.) dapat ditentukan hubungan Es vs Vid
(=Vi/VD) atau Es vs fw untuk harga M yang bersangkutan.
I. Vid Es II. Es fw
* *
-
* = tembus air
dst dst dst dst
Di buat gambarnya
pada kertas milimeter
Dari hubungan Vid vs Es seperti di atas dapat dihitung :
(fo)res =
(fw)res = 1 – (fo)res
= tan , dimana adalah sudut kemiringan dari grafik Es vs Vid
atau
Dari harga (fw)res dapat dihitung :
................................................................................ (4-15)
.......................................................................... (4-16)
Selanjutnya ditentukan :
.................................................................................... (4-17)
................................................................................... (4-18)
................................................................................ (4-19)
Hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas memberi kemungkinan untuk
menghitung harga-harga :
......................................................................................... (4-20)
......................................................................................... (4-21)
Np vs (Wp + Np)
Gambar 4.7.
Grafik Hubungan Np vs (Wp + Np) 13)
Bila digunakan hubungan Es vs fw maka perhitungan performance dilakukan sebagai
berikut :
Setelah menentukan M dan Vd, maka dibuatlah grafik Es vs fw. Kemudian dihitung ;
............................................................................... (4-22)
Gambar 4.8
Zona Minyak dan Gas 21)
Dari mulai terbentuknya hingga oil bank mencapai sumur produksi minyak
tetap diproduksikan seperti sebelum di injeksi dimulai (kecuali bila sumur-sumur
produksi ditutup) dengan harga GOR yang tinggi. Laju produksi minyak akan
bertambah setelah oil bank mencapai sumur produksi (oil breakthrough) disertai
dengan berkurangnya harga GOR. Perkiraan performance dilakukan berdasarkan
data Es vs fw (ViD vs Es) dengan memperhatikan jumlah air yang telah di injeksi (Wif)
hingga oil bank breakthrough.
Penentuan performance berikaut ini di peroleh dari metode yang sama seperti
untuk lapisan tunggal dimana 0SgSgc disertai dengan anggapan bahwa :
1. Oil bank diusahakan bertemu pada sumur produksi yang dikelilingi oleh
sumur injeksi, hal ini telah dicapai oleh sistem injeksi berpola.
2. Oil telah mengisi seluruh bagian reservoir kecuali daerah yang diisi oleh air
pada saat oil bank mencapai sumur produksi. Oil bank breakthrough terjadi
bersamaan di semua unit dari injeksi berpola.
3. Selama pengisian pori-pori yang telah ditinggalkan oleh gas dengan minyak
hingga oil bank breakthrough tercapai (fill-up) sumur tetap memproduksi minyak
(qo) seperti sebelum injeksi dimulai.
4. Pada saat oil bank breakthrough terjadi maka volume air dan situasi
minyak adalah sebagai berikut :
1. Situasi minyak pada oil bank :
2. So = (1 – Swc – Sgr) ........................................................................................ (4-24)
3. Dan displaceable porosity :
4. D = (1 – Swc – Sgr – Sor) ............................................................................. (4-25)
5. Jumlah air yang telah diinjeksi, Wif, mengisi ruangan yang telah ditinggalkan
oleh :
Gas bebas yang mengalir keluar sebanyak :
Vb (Sg – Sgr)
Reservoir void sebagai akibat minyak terproduksi sebesar qo selama fill-up
(t) :
Wif = Vb (Sg – Sgr) + (void rate) (t)
dimana :
........................................................................... (4-26)
atau :
............................................ (4-27)
................................................................ (4-29)
............................................................................... (4-30)
Untuk Wi Wif
Volume air yang telah diinjeksikan sejak operasi dimulai :
........................................................................ (4-31)
= ...................................................................... (4-32)
Gambar 4.9.
Geometri Aliran 7)
Anggapan/asumsi yang digunakan :
Aliran mantap (steady state).
Sistem pendesakan dari dua macam fluida yang tidak larut satu sama lain
(immiscible).
Fluida yang tidak dapat dimampatkan (incompressible).
Aliran terjadi pada media berpori-pori yang homogen.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi pendesakan
dikembangkan pertama kali oleh Buckley-Leverret, yang mendasarkan pada
persamaan Darcy :
............................................................................ (4-34)
dimana :
s = sumbu yang searah dengan aliran
= sudut kemiringan
= massa jenis
k = permeabilitas
P = tekanan
V = laju aliran
Untuk aliran horisontal, persamaan (4-34) berubah menjadi :
...................................................................................... (4-35)
Jika dua macam fluida yang mengalir, misalkan air dan minyak, maka
persamaan aliran untuk masing-masing fasa menjadi :
.......................................................... (4-36)
............................................................ (4-37)
Dengan pengaturan selanjutnya gabungan dari persamaan (4-36) dan (4-
37) menjadi :
................................................................ (4-38)
Jika qt = qo + qw .................................................................................... (4-39)
Maka persamaan (4-38) menjadi :
................................ (4-40)
Dengan jalan membagi persamaan (4-40) dengan dan
................................................. (4-41)
atau bila dinyatakan dalam satuan :
k = mD.................................................................Pc
= psi
= cp.....................................................................s
= ft
A = ft3....................................................................
= gr/cc
.......................... (4-42)
Data tekanan kapiler umumnya dinyatakan sebagai fungsi dari (Sw)
gradien tekanan kapiler dapat dinyatakan dalam hubungan :
............................................................................ (4-43)
dimana harga diperoleh dari grafik tekanan kapiler. Akan tetapi sulit
diperoleh, atau tidak diketahui sama sekali. Berdasarkan hal itu untuk segi praktisnya
maka harga diabaikan. Jadi persamaan fraksi aliran menjadi :
......................................... (4-44)
Persamaan ini akan lebih sederhana bila aliran terjadi dalam arah
horisontal, = 0.
............................................................................... (4-45)
Bila pendesakan minyak terjadi pada temperatur konstant dengan harga
viscositas minyak dan air tertentu, maka persamaan (4-45) hanya merupakan fungsi
langsung dari saturasi. Persamaan fraksi aliran jika di plot dalam kertas milimeter
akan menghasilkan kurva seperti ditunjukkan pada gambar 4.10. dengan saturasi
antara Swc dan 1 - Sor dimana fraksi aliran bertambah dari nol sampai satu.
Gambar 4.10.
Kurva Fraksi Aliran Sebagai Fungsi dari Saturasi Air 7)
Metoda Pendesakan Kemajuan Front
Dalam th 1942 Buckley-Leverett menyajikan apa yang disebut sebagai
persamaan dasar untuk menggambarkan pendesakan immiscible satu dimensi.
Persamaan Buckley-Leverret tersebut adalah :
................................................................... (4-46)
Untuk laju injeksi air yang konstan (iw = qi) kecepatan bidang dengan Sw
pada Sw yang bersangkutan. Sedangkan letak atau posisi dengan Sw yang berbeda-
beda pada waktu tertentu dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
................................................................................... (4-47)
dimana :
Wi = injeksi air kumulatip (dengan anggapan Wi = 0, untuk t = 0)
Secara matematis terdapat kesukaran hubungan antara kurva fraksi aliran
(Gambar 4.10.) dengan persamaan (4-47). Adanya titik belok di dalam kurva fraksi
aliran menyebabkan dfw vs Sw akan mempunyai suatu titik maksimum yang
ditunjukkan oleh gambar 4.11a. Penggunaan persamaan (4-48) untuk memplot
distribusi pada waktu tertentu akan menghasilkan kurva garis lurus pada gambar
4.11b.
Gambar 4.11.
Penurunan Saturasi dari Suatu Kurva Fraksi Aliran
Distribusi Saturasi Dalam Jarak Pendesakan 7)
Profil saturasi seperti gambar di atas secara fisik tidak mungkin, karena
tidak mungkin ada beberapa harga saturasi pada satu titik di reservoir. Untuk
menggambarkan profil saturasi yang tepat maka ditarik garis vertikal lurus sehingga
luas A sama dengan B. Garis ini merupakan gambaran saturasi di front Swf
Welge (1952) mengajukan pendekatan lain untuk menentukan Swf. Cara
yang dilakukan adalah mengintegrasikan distribusi saturasi dari titik injeksi ke front,
selanjutnya dapat diperoleh saturasi air rata-rata di belakang front (sw), seperti
ditunjukan pada gambar 4.12.
............................................................................. (4-48)
atau :
......................................................... (4-49)
Untuk memenuhi persamaan tersebut, haruslah dibuat garis singgung terhadap kurva
fraksi aliran dari titik (Sw = Swf ; fw = 0) ke titik (Sw = Swf ;fw Swf) dan ekstrapolasi
garis singgung tersebut akan memotong garis fw = 1 di titik (Sw = Sw ; fw = 1). Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat gambar 4.12.
Gambar 4.12.
Garis Singgung terhadap Kurva Fraksi Aliran dari Sw = Swc 7)
Dengan demikian di dalam menentukan Swf, fwSw dan Sw diperlukan plot
kurva fraksi aliran, yaitu dengan menggunakan persamaan (4-44) atau (4-48) untuk
interval saturasi Swc < Sw <1 - Sor. Perlu di ingat bahwa masing-masing persamaan
tersebut mengabaikan pengaruh gradien tekanan kapiler. Hal ini dapat dipenuhi
untuk di belakang front, yaitu bahwa Swf < Sw <1 - Sor.
Sebelum breakthrough (BT) dalam sumur produksi persamaan untuk
menentukan posisi bidang dengan Sw konstan untuk Swf < Sw < 1 < 1 - Sor adalah :
..................................................................................... (4-50)
Pada saat breakthrough dan sesudahnya yang diamati adalah kenaikan Sw
pada sumur produksi, dalam hal ini x = L, sehingga persamaan menjadi:
........................................................................... (4-51)
dimana :
Swe = Sw sesaat di sumur produksi.
Wid = injeksi air dalam jumlah volume pori, demensionless.
Pada saat breakthrough, saturasi front pendesakan Swf = Sw bt mencapai sumur
produksi dan water cut reservoir bertambah dengan cepat dari nol sampai fwbt =fwswf.
Perolehan minyak untuk fasa ini dinyatakan dengan persamaan berikut :
Bila laju injeksi tanpa dimensi iwd = qi/LA, (PV/satuan waktu), maka waktu
terjadinya breakthrough dapat dihitung dengan persamaan :
.................................................................................................. (4-53)
Setelah breakthrough, L tetap konstan pada persamaan (4-51) dan Swe, Fwe, Sw
dan fraksi aliran pada sumur produksi berangsur naik seperti yang ditunjukan pada
gambar 4.13. selama fasa ini perhitungan recovery minyak lebih komplek dan
memerlukan aplikasi Welge (4-48), yaitu :
........................................................................... (4.54)
9. Kebalikan dari kemiringan kurva fraksi aliran untuk setiap harga Swe akan
memberikan Wid, yaitu jumlah volume pori dari air yang diinjeksikan (sesuai dengan
persamaan 4-52). Selanjutnya dapat menghubungkan antara waktu dan recovery
yang dicapai, yaitu :Wid = iwd. t.
10. Akhirnya persamaan (4-55) dapat digunakan secara langsung untuk
menghitung recovery minyak dengan menentukan terlebih dahulu fwe dan wid dari
kurva fraksi aliran untuk setiap harga Swe yang dipilih. Cara terakhir ini dikenal
sebagai cara numerik.
11.
12. 4.4. Pilot Waterflooding
13. Pilot waterflooding merupakan percobaan untuk menguji seberapa besar
keberhasilan proyek waterflooding dengan mengaplikasikannya ke dalam
permasalahan di lapangan yang nantinya bisa dikembangkan dalam skala yang lebih
luas (sebelum dipakai secara luas). Cara perhitungan performance yang telah
diuraikan didasarkan pada harga petrofisik, seperti ko, kw, , Swc, Sor, Sgr, Sg yang
dianggap representatif untuk reservoir. Ketelitian data ini akan mempengaruhi hasil
perhitungan. Pendekatan lain untuk mendapat jawaban atas performance adalah
memilih suatu bagian dari reservoir yang akan dikembangkan dengan suatu pola
injeksi tertentu. Proses injeksi pada suatu bagian reservoir dikenal sebagai pilot
injeksi. Performance dari pilot injeksi inilah yang akan digunakan untuk
mengevaluasi performance dari seluruh reservoir bila diinjeksi dengan pola yang
sama.
14. Gambar 4.15. menunjukkan dua macam pilot injeksi yang menggunakan
masing-masing satu sumur injeksi di tengah dikelilingi oleh empat sumur produksi
dan empat sumur injeksi mengelilingi satu sumur produksi.
15.
pada Gambar B-1 sampai B-5 (lampiran B). Penggunaan grafik dari Gambar B-1
sampai B-5 untuk menentukan faktor koreksi F yang didefinisikan :
4. adalah
menentukan harga M dan R yang akan digunakan. Selanjutnya untuk harga fw yang
ada dicari harga Es dan ViD baik dari pola lima titik yang penuh maupun dari hasil
pilot injeksi.
5.
0
-
-
-
0.95
6.
7. Dari tabel di atas dibuat grafik F vs fw untuk Es dan ViD
8.
9. Gambar 4.16.
10. Pilot Injeksi Untuk Pola Injeksi Lima Titik 7)
11.
12.
............................................................................ (4-56)