Anda di halaman 1dari 8

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Komplesi Sumur

Tiap-tiap jenis komplesi sumur mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga


faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis komplesi sumur juga berbeda.

1. Kekompakan Batuan
Kekompakan batuan merupakan salah satu dasar pemilihan jenis formation
completion sehubungan dengan pencegahan keguguran formasi dan
terproduksinya pasir. Adapun analisa kondisi formasi dan parameter peralatan
yang digunakan untuk perhitungan dalam pemilihan metode penyelesaian sumur
meliputi : kestabilan formasi, butir pasir dan ukuran celah (lubang screen liner).
Untuk analisa kestabilan formasi dan analisa butiran pasir diperlukan data logging
dan coring dari lapisan produktif yang akan diproduksikan, sedangkan ukuran
lubang screen liner dipilih berdasarkan besarnya fluida reservoir yang diinginkan
untuk mengalir ke dalam sumur.
Kekompakan batuan dapat diperkirakan dari faktor sementasi yang diberikan dari
persamaan Archie, yaitu:

m
F

=| ............................................................................................ (4-1)
Sementara Humble memberikan persamaan:

25 . 0
62 , 0

= | F
......................................................................... (4-2)
dimana:
F = faktor formasi, yaitu perbandingan antara R
o
(resistivitas minyak
pada saturasi air 100%) dan R
w
(resistivitas air formasi).
= porositas batuan.
m = faktor sementasi.





















Gambar 4.1.
Korelasi Faktor Formasi Dengan Porositas
20)

Hasil plot antara faktor sementasi (F) terhadap porositas () ditunjukkan
pada Gambar 4.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin besar harga faktor
sementasi (m), maka semakin tinggi pula tingkat penyemenannya yang berarti
makin kuat atau kompaknya formasi. Dengan mengetahui besarnya faktor
sementasi dari faktor formasi produktif, dapat ditentukkan jenis komplesi formasi
yang paling sesuai untuk lapisan produktif tersebut. Lihat Tabel IV-1. Faktor
Sementasi (m) dan Lithologi.
Dalam masalah kepasiran, Texier et. al. berpendapat bahwa kekuatan
formasi terhadap kepasiran tergantung dari dua hal, yaitu "intrinsic strength of
formation" atau kekuatan dasar formasi dan kesanggupan pasir untuk membentuk
lingkungan stress yang ditentukan oleh tekanan pori-pori dan tekanan overburden,
bentuk dan sorting butiran serta sementasi diantara butiran yang kadang-kadang
diperkuat oleh clay.


Tabel IV-1.
Lithologi Dan Faktor Sementasi
20)
Rock Description m, values
Unconsolidated rock (loose sands, oolitic lime stone)
Very slightly cemented (Gulf Coast typesand, except Wilcox)
Slightly cemented (most sands with 20% porosity or more)
Moderately cemented (highly consolidated sands of 15 percent porosity
or less)
Highly cemented (low porosity sand, quartzite, limestone, dolomite of
intergranular porosity, chalk)
1.3
1.4 1.5
1.6 1.7

1.8 1.9

2.0 2.2


Harga intrinsic strength suatu batuan dapat dihitung dengan persamaan
yang disusun dari data sonic log dan density log, yaitu:

( )
(

A
=
2
10
. . 10 34 . 1
c
b
b
t
B A
C
G
....................................................... (4-3)

( )
2
10
.
10 34 . 1
c
b
t
A
G
A
=

................................................................... (4-4)

( )
2
10
.
10 34 . 1
1
c
b
b
t
B
C A
=

.................................................................. (4-5)
dimana:

( ) U
U
A

=
1 2
2 1
dan
( ) U
U
B

+
=
1 3
1

q = kadar shale, faksi.

b
= densitas bulk, gr/cc.
U = poison ratio, tak berdimensi = 0.125 V
clay
+ 0.27
G = shear modulus, psi.
1/C
b
= bulk modulus, psi.
C
b
= bulk compresibilitas, 1/psi.
G/C
b
= kriteria kekuatan dasar formasi, psi.
t
c
= transite time, sec/ft.
Untuk menentukan suatu formasi stabil atau tidak stabil dari suatu
lapangan dikenal kriteria kritis. Misalnya, untuk lapangan Gulf Coast digunakan
kriteria kritis G/C
b
= 0.8 x 10
12
psi
2
. Ini berarti untuk formasi tersebut akan
memproduksikan pasir dan bila formasi dengan G/C
b
lebih besar dari harga
tersebut, maka formasi tersebut tidak akan memproduksikan pasir.
Untuk formasi yang kompak atau tidak mudah gugur maka digunakan
metode open hole completion. Sedangkan untuk formasi yang mudah gugur atau
kurang kompak digunakan perforated casing completion. Sand exlucion
completion digunakan untuk sumur yang mempunyai masalah kepasiran dan
kurang kompak.

2. Jumlah Lapisan Produktif
Apabila suatu reservoir mempunyai lapisan produktif yang lebih dari
satu maka kondisi masing-masing zona berbeda sehingga cara menyelesaikannya
pun berbeda pula. Untuk sumur yang hanya mempunyai satu lapisan produktif,
maka produksi dilakukan melalui production string yang dikenal dengan single
completion. Sedangkan yang mempunyai lapisan produktif lebih dari satu, dapat
pula menggunakan satu tubing yang biasa disebut comingling completion. Cara ini
dilakukan bila kondisi reservoir untuk masing-masing lapisan produktif hampir
sama dan jarak antara lapisan tersebut tidak terlalu jauh. Namun bila kondisi dari
setiap lapisan berbeda, maka masing-masing lapisan produktif diproduksikan
melalui tubing yang berbeda. Jenis ini dikenal sebagai multiple completion.
Apabila suatu sumur memiliki lebih dari satu lapisan produktif dengan
perbedaan tekanan formasi cukup besar, P
zu
(tekanan upper zona) lebih besar dari
P
zl
(tekanan lower zona) dilakukan single completion, maka perbedaan tekanan
tersebut berpengaruh terhadap kemampuan produksi dari lapisan yang bertekanan
lebih rendah karena adanya "interflow".
Terjadinya interflow akibat P
zu
lebih besar dari P
zl
dapat dijelaskan
sebagai berikut :
P
wfl
= P
wfu
+ G
f
. h ....................................................................... (4-6)
Drawdown pressure untuk upper zona = P
zu
- P
wfu

Drawdown pressure untuk lower zona = P
zl
- P
wfl

P
zl
- P
wfu
- G
f
. h
karena,
(P
zu
- P
wfu
) = (P
zl
- P
wfu
- G
f
. h)
maka perbedaan tekanan yang menyebabkan interflow adalah :
P
if
= P
zu
- P
zl
+ G
f
. h .............................................................. (4-7)
dimana :
P
if
= perbedaan tekanan yang menyebabkan interflow, psig.
P
zu
= tekanan formasi upper zona, psig.
P
zl
= tekanan formasi lower zona, psig.
P
wfu
= tekanan alir dasar sumur upper zona, psig.
P
wfl
= tekanan alir dasar sumur lower zona, psig.
G
f
= gradient tekanan fluida produksi, psi/ft.
h = perbedaan kedalaman antara upper zona dan lower zona, ft.
Fenomena interflow tidak akan terjadi, bila cara komplesi yang
digunakan adalah multiple completion, sehingga setiap lapisan atau zona
produktif dapat diproduksikan sesuai dengan produktivitas formasinya.

3. Produktivity Indeks
Productivity index sangat erat kaitannya dengan laju produksi.
Produktivity index yang besar menggambarkan laju produksi yang besar pula. Hal
ini dikarenakan nilai produktivity index berbanding lurus dengan nilai laju
produksi.
Productivity index sangat erat hubungannya dengan mekanisme
pendorong dan pressure loss. Produktivity Index (PI) yang terlalu besar dapat
mengakibatkan penurunan tekanan reservoir yang cepat dan pressure loss yang
besar pula. Pressure loss yang besar dapat dikurangi dengan mengatur laju
produksi dan pemilihan ukuran tubing yang tepat, yang pada akhirnya akan
menentukan metode komplesi sumur yang tepat sehingga didapatkan laju
produksi yang optimum.
Productivity Index (PI) merupakan standart yang dipakai pada open hole
yang menembus seluruh lapisan produktif dimana tidak ada gangguan
permeabilitas disekitar lubang bor.

4. Sifat Fluida Formasi
Komposisi kimia dan fisika fluida formasi sangat besar pengaruhnya
pada pemilihan metode komplesi sumur yang akan digunakan. Hal ini disebabkan
oleh sifat fisik dan kimia fluida formasi yang merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya problem pada komplesi sumur seperti korosi, scale dan
parafin.
Problem ini akan sangat sulit ditanggulangi bila sumur dengan beberapa
zona produktif diproduksikan secara comingling, karena treatment akan dilakukan
pada semua lapisan sehingga biayanya besar. Oleh karena itu sebaiknya sumur
diproduksikan secara multiple completion meskipun perbedaan kedalaman
lapisan-lapisan produktif sangat kecil sehingga hal ini akan mempermudah operasi
treatment atau workover dan menghemat biaya.



5. Kemungkinan Pemakaian Artificial Lift
Kemungkinan pemakaian artificial lift dimasa mendatang sangat
mempengaruhi pemilihan metode completion yang akan digunakan untuk
menyelesaikan suatu sumur. Pertimbangan ini diperlukan guna mempermudah
pemasangan peralatan-peralatan artificial lift pada sumur tersebut bila tiba saatnya
sumur tersebut untuk di artificial lift. Sebagai contoh jika suatu sumur
diproduksikan secara multiple completion maka sumur tersebut tidak akan
menemui kesulitan bila masing-masing zona akan diproduksikan sendiri secara
gas lift, tetapi bila sumur tersebut diproduksikan secara comingling maka gas lift
akan dilakukan secara bersama-sama untuk semua zona produktif sehingga setiap
zona akan kurang dapat berproduksi pada kapasitasnya.

6. Kemungkinan Operasi Treatment dan Workover
Besarnya laju produksi dipermukaan diatur dengan menggunakan choke,
maka bila besarnya laju produksi berkurang sedangkan ukuran choke yang dipakai
tetap, kemungkinan terjadi kerusakan pada lapisan produktifnya atau
peralatannya. Untuk itu perlu pemeriksaan terhadap penyebab terjadinya
penurunan laju produksi tersebut.
Pada multiple completion dapat diketahui rendahnya laju produksi dari
tiap-tiap zona produktif, sehingga perbaikan atau treatment dapat dilakukan tanpa
mengganggu lapisan produktif lainnya. Sedangkan untuk sumur yang
menggunakan metode commingle completion untuk mengetahui atau menentukan
lapisan produktif yang mengalami kerusakan adalah dengan melakukan test
produksi dipermukaan. Dasar test ini adalah dengan merubah THP dan mengawasi
laju produksi dipermukaan dan dapat dilakukan apabila IPR dari masing-masing
zona produktif diketahui.
Rendahnya laju produksi dapat disebabkan oleh turunnya tekanan
reservoir dan permeabilitas batuan disekitar lubang sumur. Untuk treatment atau
perbaikan dapat dilakukan dengan injeksi gas, air atau miscible fluid injection
dapat dilakukan juga hydraulic fracturing, acidizing maupun steam stimulation
(injeksi uap panas kedalam reservoir). Metode yang aman mengatur distribusi
tekanan maupun jumlah zat untuk treatment dalam operasi acidizing maupun
fracturing pada sumur commingle adalah menggunakan multiple injection packer.
Penyebab kerusakan alat di dalam sumur adalah:
- Tersumbatnya peralatan oleh adanya scale, parafin atau pasir yang terkandung
di dalam fluida reservoir.
- Adanya pasir yang terkandung dalam fluida reservoir yang terproduksi
bersifat abrasif dan fluida korosif menyebabkan peralatan menjadi aus.
Untuk memperbaiki atau mengganti peralatan yang rusak selama masih
bisa dilakukan dari permukaan dengan menggunakan wire line melalui production
string. Akan tetapi bila kerusakan cukup berat kemungkinan harus dilakukan
perbaikan dengan jalan mencabut (pulling off) sebagian tubing produksi yang
mengalami kerusakan.
Pada multiple completion kerusakan peralatan produksi dari suatu zona
produktif dapat diketahui dan operasi workover-nya dapat dilakukan tanpa
menggangu jalannya produksi dari zona produktif yang lain. Untuk mengetahui
adanya kerusakan peralatan produksi secara commingle adalah dengan mengatur
besarnya THP, yaitu apabila laju produksi besarnya tetap berarti ada kerusakan
pada peralatan produksi. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan seperti pada
multiple completion adalah dengan menggunakan wire line atau small diameter
tubing akan tetapi bila kerusakan cukup berat misalnya kebocoran packer, maka
dilakukan pencabutan tubing produksi.
Pada umumnya kerusakan alat-alat produksi dibawah permukaan pada
sumur yang diproduksikan secara commingle lebih kecil dibandingkan pada sumur
yang diproduksikan secara multiple completion. Keadaan ini disebabkan
peralatan-peralatan produksi sumur commingle lebih sedikit dan lebih sederhana
dibandingkan dengan multiple completion.

Anda mungkin juga menyukai