LAPORAN RESMI Pakt ikum Peralat an Pemboran dan Produksi.out put .pdf
Hendri Anur
Proposal Seminar TA
Hendri Anur
OPTIMASI PEMILIHAN BIT PADA PENGEBORAN SUMUR GEOTERMAL “LMB-2”
Oleh :
NIM 12205003
Oleh :
NIM 12205003
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
____________________
Sari
Operasi pemboran bertujuan untuk membuat koneksi antara permukaan dengan formasi di bawah permukaan
(reservoir). Dalam operasi pemboran diperlukan teknologi yang dipakai untuk membuat koneksi tersebut dan
salah satu teknologi tersebut adalah bit. Bit merupakan alat pemotong yang berfungsi membuat lubang sehingga
tercipta koneksi antara permukaan dengan reservoir. Bila menggunakan teknologi yang ada saat ini, bit
merupakan alat yang harus ada dalam operasi pemboran sehingga perlu diperhitungkan jenis bit dan efisiensi
kerja bit yang dipakai.Saat ini bit yang dipakai untuk sumur geotermal sama dengan bit yang dipakai pada
sumur minyak. Meskipun operasi pemboran sumur geothermal sedikit berbeda dengan sumur minyak, kriteria
bit yang digunakan pada sumur minyak masih bisa digunakan pada sumur geothermal.
Tipe bit yang digunakan sangat berpengaruh dalam operasi pemboran karena suatu bit mempunyai batasan-
batasan terhadap kriteria formasi yang ditembus . Batasan-batasan tersebut antara lain kekerasan formasi yang
ditembus, durability bit, feature bit, dll. Pemilihan bit juga dilihat dari ROP dan umur bit. Saat operasi pemboran
berlangsung, bit akan mengalami keausan sehingga efisiensi pemboran akan turun jauh. Ada beberapa metode
yang dipakai untuk megetahui kapan sebaiknya bit diganti yang popular adalah dengan menggunakan metode
yang menggunakan pendekatan ekonomi yaitu metoda Cost per Foot (CPF).
Pada tugas akhir ini akan disajikan hasil data pemboran yang dilakukan pada sumur geothermal dengan
kedalaman tertentu menggunakan 2 bit dengan IADC dan diameter sama namun berbeda merk. Hasil
perhitungan 2 bit ini dengan metode CPF akan dibandingkan sehingga menghasilkan suatu rekomendasi dari bit
yang dipakai pada sumur geothermal yang memiliki karakteristik yang mirip
Kata kunci : keausan bit, laju pengeboran, drillabilitas formasi, biaya pengeboran per meter, seleksi bit
Abstract
Drilling operation purpose is to make connection between surface and reservoir formation. So we can produce
hydrocarbon or geothermal as the source of our energy need. In this operation we need tools to drill the rocks
and one of them is bit. Bit is rock cutting device that lead the drillstring to the reservoir formation. In present
days, the bit we use in geothermal drilling operation is not different with hydrocarbon drilling operation, even
there’s a slightly different drilling operation between geothermal and hydrocarbon drilling operation. Because
geothermal operation is always in high temperature system.
Drilling bit type that we use in drilling operation is so important, because they have limitation for the hardness
formation, which they will penetrate. Lot of consideration for selecting the bit we want to use. During drilling
operation, the drill bit performance will decline, and drilling efficiency will drop to a point where we must
change the bit. There is lot of method to determine when we must change the drill bit. The popular method is
using economic consideration named Cost Per Foot(CPF).
This final project will show you from a drilling data in geothermal well drilling operation using 2 drill bit, which
is same IADC and diameter type but different manufacture can act differently. The CPF calculation for these 2
bit will make a recommendation how we select drill bit configuration and when we must change the bit.
Keyword : bit dullness, rate of penetration, formation drillability, cost per foot, bit selection.
τ = ( C +τ n tan θ )
berkurangnya drillability.
τ
IADC memberikan suatu kode numerik untuk
= shear stress mengklasifikasi tingkat keausan bit berdasarkan:
σn
c = cohesive resistance dari material 1. Gigi Bit
θ
= normal stress pada bidang rekahan 2. Bearing
3. Structur Diameter Bit (Gauge Wear)
= sudut internal friction
5.1 Penentuan keausan gigi bit
Ketika bit mengalami keausan yang parah maka bit Beberapa faktor mempengaruhi laju suatu
• Tipe Bit
dapat mengebor dengan ukuran lubang yang lebih pemboran yakni :
• Rotary Speed(RPM)
karena bit berikut akan dikorbankan untuk
B + Rt (Tt + tr )
per foot dihitung dengan menggunakan persamaan: kenaikan laju pemboran terhadap rotary speed, rpm
dimana kekerasan formasi juga berpengaruh
CPF =
terhadap optimasi ROP pada metode ini. Baik
,$ / foot untuk optimasi pada WOB dan RPM, kekerasan
F formasi menjadi parameter tambahan yang
berpengaruh pada perhitungan metode ini
dimana ;
B = Harga pahat, $
Rt = Biaya sewa rig per jam, $/jam
Tt = Waktu trip, jam
tr = Waktu rotasi (umur pahat), jam
F = Footage (kedalaman yang ditembus oleh satu
kali run pahat), ft.
ROP =
1 + K ' (D )
KWN a
K = konstanta drillability,
W = WOB,
N = Rotary speed,
K' = konstanta drillability fungsi keausan bit dan
D = Normalized Tooth wear.
Sedangkan hubungan antara umur bit dengan umur
bearing dinyatakan dalam L
L=
K ''
NW b
L =umur bit dalam jam,
K" = konstanta tipe fluida pemboran
W = WOB,
N = Rotary speed,
B = eksponen yang merupakan fungsi abrasif
dari tipe fluida yang kontak dengan bearing.
Metode Minimum Cost Drilling sudah Kelemahan metode ini menggunakan sistem iteratif
diaplikasikan di dunia pengeboran sekitar tahun dengan banyak parameter yang harus dicari satu
1960. Tetapi penggunaannya sangat jarang karena persatu. Untuk melihat parameter mana yang paling
kompleksitasnya yang relatif tinggi. Dimana berpengaruh terhadap ROP dan durabilitas bit itu
asumsi yang digunakan relatif lebih banyak sendiri.
dibandingkan CPF. Dimana CPF tidak
memperhitungkan pengaruh WOB, RPM, dan Untuk menentukan optimum WOB yang digunakan
hidrolika lumpur sebagai parameter yang dalam menentukan ROP optimum suatu bit dapat
berpengaruh terhadap laju penetrasi pengeboran. dilakukan dengan menggunakan korelasi pada
Selain itu pemrogramannya tidak sesederhana CPF gambar 4 yang menjelaskan pengaruh berat bit
akibat banyaknya parameter yang diperhitungkan dengan umurnya. Dimana semakin berat suatu bit
pada metode ini. makin mudah aus umur gigi atau bearingnya. Jadi
makin berat WOB yang diberikan ada batas dimana
Metoda Minimum Cost Drilling didasarkan atas drillstring akan mengalami buckling akibat tinggi
pemilihan WOB dan rotary speed yang optimum WOB.Contoh gambar ini menggunakan nilai b 1.5
sehingga menghasilkan harga pemboran yang dalam menentukan seberapa kuat bit dengan
paling minimum. Kenaikan laju pemboran karena penambahan WOB.
kenaikan WOB atau rotary speed kemudian
dikombinasikan dengan menurunnya umur bit
digunakan untuk memprediksi batas operasi suatu
bit.
• ROP
optimasi WOB-RPM disini yaitu:
ROP =
C f W k N r
ap
dimana :
ROP = laju pemboran, ft/jam
Cf = konstanta drillability formasi
k = eksponen yang menghubungkan pengaruh
WOB pada ROP
N = putaran meja putar, rpm
r = eksponen yang mempengaruhi pengaruh
ROP
ap = efek keausan gigi mata bor terhadap ROP.
Cf =
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju F .i
pemboran dan biayanya adalah RPM – WOB. − −
1 Tr . i
ditentukan secara matematis dengan persamaan : Berdasarkan harga W , tentukan harga L dan
D =
−
A −
m dengan Tabel 1 atau dengan persamaan :
f a.m −
−
m=
−
1359,1 714,191 log W
dimana :
Af = konstanta abrassiveness formasi
714,191
a = faktor ketumpulan gigi mata bor
= 0,928125 D2 + 6D + 1
−
m = fungsi yang menghubungkan pengaruh
WOB terhadap laju keausan gigi mata bor
Bx = =
Tr . N Tr . N
S .L Bf .L
dimana:
S = parameter fluida pemboran
L = fungsi yang menghubungkan pengaruh
WOB terhadap laju keausan bantalan mata bor, dari
Tabel 1
Bf = faktor keausan bantalan mata bor, dimana
harganya dapat ditentukan dengan persamaan:
Bf =
Tr N
Bx L
dimana :
Tr = waktu rotasi, jam
Bx = kondisi bantalan (kerusakan bearing)
i = N + 4,348 x 10 −5 N −3
yang dapat merusak bit itu sendiri
Langkah perhitungan metode Galle-Woods untuk
jenis rolling cutter bit adalah sebagai berikut: :
−
N = putaran meja putar, rpm
1. Cari Harga W dengan rumus
−
W = 7,875
W
H
Cf =
Fi
− −
Tab m wk z
el 4. D versus U dan z dimana
F = footage (ft)
5. Berdasarkan waktu lama bit mengebor (Tr), i = didapat dari langkah perhitungan no.2
tentukan faktor abrassiveness formasi (Af) −
m = didapat dari langkah perhitungan no.1
dengan persamaan: −
Af =
Tr i w = didapat dari langkah perhitungan no.1
− k = didapat dari langkah perhitungan no.6
mU z = didapat dari langkah perhitungan no.7
dimana
Tabel 6. U dan z vs D
WN in − lb
adalah :
SE = 20 ,
dROP in 3
dimana
W = Weight on bit, lb
N = Kecepatan putar, rpm
d = Diameter pahat, in
ROP = rate of penetration(ft/hr)
•
•
Casing 1 : 30” Driven atau Stove Pipe
•
Casing 2 : 20” ukuran lubang 26”
•
Casing 3 : 13-3/8” ukuran lubang 20”
Casing 4 : 10-3/4” ukuran lubang 12-
Gambar 5. Kurva F vs CPF untuk bit Reed
• Casing 5
1/4”
: 8-5/8” ukuran lubang 9-7/8”
IX. KESIMPULAN
No. Konfigurasi Panjang Total Bit
Bit meterage and Rig 1. Drillability formasi yang ditembus kedua bit
masing- Cost relatif sama. Sehingga pengaruh formasi
terhadap perbedaan footage tiap bit ditiadakan.
masing
2. Metode Cost Per Feet menunjukkan bahwa bit
bit(meter) Reed ekonomis jika pengeboran dengan bit
Reed diatas 68 meter.
1 Reed-Reed- 276-276-67 $208,536.18 3. Konfigurasi seleksi bit yang optimal pada
Reed sumur LMB adalah Reed-Hughes-Reed
dengan kedalaman masing masing 276 meter,
205 meter, dan 138 meter.
2 Hughes- 205-205-205 $215,794.20 4. Dengan metode evaluasi CPF dapat
Hughes- mengoptimalkan ROP pada pemboran
Hughes selanjutnya.
5. Dengan konfigurasi ini juga waktu pengeboran
dapat dipercepat. Dari 204 jam menjadi 167.13
jam .
3 Reed-Reed- 276-276-67 $207,472.43 6. Seleksi bit yang tepat guna pada sumur LMB
Hughes dapat menghemat sampai US $33,130.61
τ
Hughes
= shear stress
σn
5 Reed-Hughes- 276-205-138 $204,790.32
c = cohesive resistance dari material
Reed
θ
= normal stress pada bidang rekahan
= sudut internal friction
4- Location
Roller cone Fixed cutter
N- Nose row G - Gauge row C - Cone S - Shoulder
M - Middle row A - All Rows N - Nose G - Guage
State cone # or #'s I.e. 1, 2, or 3. T - Taper A - All areas
6- Gauge
1/16 - 1/16" out of
I - in gauge gauge 1/8 - 1/8" ut of gauge 3/16-3/16" out of gauge
5/16 - 5/16" out of
1/4 - 1/14" out of gauge gauge 3/8 -3/8" out of gauge 7/16 - 7/16" out of gauge
9/16 - 9/16" out of
1/2 - 1/2" out of gauge gauge 5/8 - 5/8" out of gauge etc.
7- Other dull characteristics
Refer to column 3 codes
8- Reasons bit was pulled or run completed
BHA- Change bottom hole
assembly HR - Hours on bit
DMF - Downhole motor
failure LOG - Run logs
DTF - Downhole tool
failure PP - Pump pressure
DSF - Drill string failure PR - Penetration rate
DST - Drill stem test Rig - Rig repair
TD - Total depth / casing
DP - Drill Plug depth
CM - Condition mud TW - Twist off
CP - Core point TQ – Torque
FM - Formation change WC - Weather conditions
HP - Hole problems
LIH - Left in hole
m m M (lbs) (ft/hr)
1 RRB # 1 SMITH MSS10C STMY8110 26" 1x24, 2x28 0.0 33.5 33.5 34.40 61.61 2-4 40.0
2 RRB # 2 SMITH MGS10C STMY8045 36" 2X20,1X28 0.0 26.5 26.5 24.30 55.02 0.5 - 4 40.0
3 RRB # 3 SMITH MSS10C STMY8110 26" 3 X20,1 X25 17.2 26.1 9.0 4.00 26.73 2-4 40
4 NBR # 4 REED T 43 CW7150 26" 3x11;3x22;1x24 15.5 301.0 285.5 88.00 18.50 2-13 60-110
5 RRB#5 REED T 43 CW7150 26" 3X11;2x22;1x24 34.0 301.0 267.0 168.9 35.50 2-5 0.0
GS 10
6 BR# 6 SMITH BVC MY8293 17½" 3x18,1x25 164.0 600.0 436.0 86.0 13.70 6-8 100
GS 10
7 BR# 7 SMITH BVC MY8278 17½" 18,18,18,25 600.0 752.3 152.3 38.1 19.30 5-11 109
8 BR# 8 REED HP 51 HP JT0830 12¼" 3X22 752.3 1001.0 248.7 54.4 14.07 5-15 94
9 BR# 9 REED HP 51 HP JW5726 12¼" 3x32 1001.0 1426.0 425.0 61.4 8.67 20-30 53
10 BR# 10 REED HP 51 HP KB1002 9⅞" 3 X 32 1426.0 1769.0 343.0 65.9 11.52 10-18 53
11 BR# 11 HUGHES GX23C B22095 9⅞" 3 X 32 1769.0 2045.0 276.0 29.4 6.39 5-15 54