Anda di halaman 1dari 33

ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK

 NYERI adalah pengalaman sensorik dan


emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut
TRAUMA/LUKA PADA SEL

GANGGUAN PADA MEBRAN SEL

FOSFOLIPID
ENZIM FOSFOLIPASE SAID
AS. ARACHIDONAT
ENZIM LIPOOKSIGENASE
ENZIM SIKLOOKSIGENASE

NSAID
HIDROPEROKSID
ENDOPEROKSID

LEUKOTRIEN TROMBOXAN A2 PROSTACYCLIN PROSTAGLANDIN


3
ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
ANALGETIKA /OBAT PENGHILANG RASA
NYERI :
ZAT-ZAT YG MENGURANGI RASA NYERI
ATAU MENGHILANGKAN RASA NYERI
TANPA MENGHILANGKAN KESADARAN
ANTIPIRETIKA :
OBAT/ZAT YANG DAPAT MENURUNKAN
SUHU BADAN PADA KEADAAN DEMAM.
Rasa nyeri merupakan tanda adanya suatu
penyakit. Seperti infeksi kuman,
kejang otot, peradangan.
Fungsinya untuk mengingatkan (melalui
tanda) tentang adanya gangguan
tubuh.
Nyeri timbul rangsangan mekanik
rangsangan termal
rangsangan kimia
rangsangan listrik
Yg melampaui suatu ambang tertentu (nilai
ambang nyeri).
Hal tersebut menyebabkan :
Kerusakan jaringan

Pembebasan senyawa nyeri (mediator nyeri).

Mediator nyeri (autocoida) :


- Histamin

- Serotonin

- Bradikinin

- Prostaglandin

- leukotrien

- Ach

- chinin
Penanganan rasa nyeri

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri


dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni :
1. Merintangi terbentuknya rangsangan pada
reseptor nyeri perifer dengan analgetika
perifer.
2. Merintangi penyaluran rangsangan disaraf-
saraf sensoris dengan anestesi lokal.
3. Blokade pusat nyeri di SSP dengan
analgetika sentral (narkotika) anestetika
umum.
Kualitas nyeri menurut tempat terjadinya :

1. Nyeri somatik
a. Nyeri permukaan (kulit)
tusukan duri/jarum, cubitan / nyeri ferifer
b.Nyeri dalam (otot/sendi)
kejang otot, rematik, sakit kepala
2. Nyeri dalaman (viseral)
Ex : didalam perut, tumor, kolik nyeri pasca
operasi, nyeri luka lambung.
Analgetika
 Analgetika dapat di golongkan kedalam dua
kelompok yaitu Nonopioid (non-narcotic),
Acetaminophen (Paracetamol) dan Opioid (narcotic).
 Perbedaan keduanya terletak pada mekanime kerja
farmakologisnya.
 Kerja dari analgetika non opioid adalah
kemampuannya menghambat sintesa prostaglandin
pada ujung saraf perifer, sementara itu senyawa
opiois akan mempengaruhi nyeri melalui kerja
terhadap penekanan susunan saraf pusat.
Acetaminophen (Paracetamol)
 Obat ini mempunyai efek analgetika dan antipiretika,
menghambat secara lemah terhadap enzim siklooksigenase 1
dan siklooksigenase 2. Pada dosis terapi obat ini tidak
menghambat sintesa prostaglandin di perifer oleh sebab itu
kerja anti radangnya sangat lemah.
 Meskipun demikian, obat ini tetap digolongkan kedalam
kelompok antiinflamasi nonsteroid. Tidak pernah dilaporkan
andanya toleransi dan dependensi dan obat ini diketahui tidak
menyebabkan iritasi lambung seperti obat golongan NSAID
lainnya.
 Dosis lazim yang dianjurkan untuk parasetamol adalah 500 mg
– 100 mg setiap 4-6 jam ( maksimum 4 gram perhari)
Opioid Analgesics
 Analgetika narkotika yang bisa digunakan
dalam praktek kedokteran gigi secara peroral
adalah kodein, hidrokodon, oksikodon dan
pentazosin. Sedangkan yang dapat digunakan
secara parenteral adalah morfin, fentanyl atau
meperidin.)
 Opioid dapat digunakan pada nyeri sedang
sampai berat yang tidak memberikan respon
terhadap non opioid.
Combination drug therapy
 Tujuan Kombinasi terapi analgetik dengan
mekanisme kerja berbeda adalah untuk menurunkan
dosis tanpa mengurangi efek analgetik dan dengan
demikian tanpa meningkatkan efek samping obat.
 Pasien-pasien dengan nyeri gigi akut pilihan terbaik
adalah pemberian NSAID atau parasetamol.
Analgetik narkotika boleh ditambahkan bila efek
NSAID atau parasetamol tidak adekuat.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS/NSAID)
secara klinis digunakan secara luas sebagai
obat antipiretika, analgetika dan anti
peradangan
PENGGOLONGAN ANALGESIK
BERDASARKAN KERJA FARMAKOLOGISNYA
1. ANALGESIK LEMAH/RINGAN/NONNARKOTIK.
MEMPENGARUHI PRODUKSI SUBSTANSI
PENYEBAB NYERI. ASETOSAL, PARASETAMOL
NSAID, DERIVAT ANTRANILAT (GLAFENIN),
DERIVAT PIRAZOLINON (AMINOFENAZON,
METAMIZOL)
2. ANALGETIKA KUAT/NARKOTIK
UNTUK MENGHALAU RASA NYERI HEBAT
SEPERTI FRACTURA & KANKER, NYERI PASCA
BEDAH. UNTUK PENGOBATAN NYERI VISERAL
DENGAN ANALGESIK KUAT SANGAT EFEKTIF
TERUTAMA NYERI YANG TERUS MENERUS.
EX : MORFIN, PETIDIN, METADON.

FENTANIL, HEROIN, PENTAZOSIN,


DIHIDROMORFINON, NALORPIN,
NALOKSON.

ANALGETIKA RINGAN :
OPIAT LEMAH (KODEIN DAN
DEKSTROPROFOKSIFEN), TRAMADOL
REAKSI YANG MERUGIKAN
- IRITASI & ULKUS GI
- RETENSI Na
- MEMPENGARUHI FUNGSI REPRODUKSI

PENGGUNAAN
ANALGESIK, ANTIPIRETIK &
INFLAMASI UNTUK ARTRITIS
REMATOID. PADA DOSIS RENDAH (40
MG) DAPAT MENGHAMBAT AGREGASI
TROMBOSIT (ANTI PLATELET).
NS AI D :

MEMPUNYAI SIFAT ANALGESIK,


MENGATASI RASA NYERI & RADANG
PADA ARTRITIS, ARTRITIS REMATOID
DAN JUGA SEBAGAI ANTIPIRETIK
DAN ANTI INFLAMASI.
ASAM MEFENAMAT &
FLUFENAMAT :
DIGUNAKAN UNTUK :
- PENYAKIT MUSKULOSKLETAL
- SAKIT GIGI
- DISMENORHOE
PARASETAMOL/ASETAMINOFEN

 MEMPUNYAI SIFAT ANALGESIK DAN


ANTIPIRETIK TAPI TIDAK SBG
ANTIINFLAMASI
 SAAT INI MRPKAN SBG ANALGESIK YG
PALING AMAN, EFEK ANALGESIKNYA
DIPERKUAT OLEH KOFEIN (50%) DAN
KODEIN.

EFEK SAMPING :
REAKSI HIPERSENSITIFITAS , PADA
PENGUNAAN KRONIS 3-4 Gr/HARI ----->
KERUSAKAN HATI
OPIAT LEMAH

 KODEIN FOSFAT
 DIHIDROKODEIN
 DEKSTROPROFOKSIFEN

MEMPUNYAI SIFAT SEBAGAI ANALGESIK


DAN ANTITUSIF DAN BERPOTENSI
MENIMBULKAN KETERGANTUNGAN
REAKSI MERUGIKAN

 MUAL
 ANOREKSIA
 BINGUNG
 BERKERINGAT
 KONSTIPASI
KERUGIAN NARKOTIK :

 DEPRESI PERNAFASAN
 KONSTIPASI
 TOLERANSI
 KETERGANTUNGAN APABILA SERING
DIGUNAKAN
 EFEK HALUSINOGEN

 NARKOTIK YG BERASAL DARI OPIUM


MERUPAKAN ALKALOID DARI PAPAVER
SOMNIFERUM YAITU : MORFIN, KODEIN
Non steroidal anti-inflammatory
Drugs (NSAIDs’)
 Obat antiinflamasi nonsteroid terdiri dari beberapa
kelompok kimia obat yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri, menurunkan demam, dan
bersifat antiradang .
 Obat-obat tersebut berbeda dingan opioid dalam hal :
 (1) Mempunyai efek mengilangkan rasa sakit
sekaligus sebagai anti peradangan/inflamasi,
 (2) Tidak menyebabkan toleransi atau ketergantungan
fisik
 (3) Bersifat antipiretik
CARA PEMBERIAN DAN
MONITORING
1. Cara Pemberian Obat
 Tindakan: Berikan antiinflamasi nonsteroid
dengan satu gelas penuh air bersama makan atau
segera sesudah makan.
 Alasan: Untuk mengurangi iritasi lambung.
Meskipun makanan dapat mengurangi penyerapan
obat, dan menunda penyerapan obat, lebih aman
bila diberikan bersama dengan makanan atau segera
seudah makan.
 Tindakan : jangan menghancurkan, membelah atau membuka kapsul
tablet yang berbentuk sediaan salut enterik, sediaan lepas terkendali
atau sediaan lepas lambat seperti:
(1) Enteric-coated aspirin (eg, Ecotrin)
(2) Diclofenac sodium (Voltaren or Voltaren XR).
(3) Diflunisal (Dolobid)
(4) Etodolac (Lodine XL)
(5) Indomethacin or Indocin SR(6) Ketoprofen or Oruvail
extended release capsules
(6) Ketoprofen or Oruvail extended-release capsules
(7) Naproxen delayed-release (EC-Naprosyn) or naproxen
sodium controlled-release (Naprelan)
 Alasan : Merusak tablet atau kapsul tersebut akan menyebabkan
absorbsi yang lebih cepat, dan dengan demikian akan meningkatkan
resiko efek samping dan toksisitas
2. Observasi Efek Terapi
a. Tindakan :Efek terapi utama yang diamati
adalah menghilangnya rasa sakit.
Berkurangnya rasa sakit dapat dicapai dalam
30 sampai 60 menit.
b. Jika obat ditujukan untuk pengobatan
peradangan efek yang diamati adalah
berkurangnya nyeri, pembengkakan, merah,
panas. Pengobatan dengan aspirin akan
menghilangkan tanda-tanda radang dalam 24-
48 jam. Pada obat-obat lain bisa membutuhkan
waktu 1-2 minggu.
2. Observasi Efek Samping
a. Efek samping yang sering terjadi adalah
gangguan gastrointestinal seperti anoreksia,
nausea, vomiting, bleeding, atau ulserasi. Efek
samping ini lebih sering terjadi pada
penggunaan aspirin, indometasin, sulindac,
diklofenak. Relatif jarang terjadi pada
parasetamol, selekoksib, ibuprofen.
e. Efek samping lain adalah tinnitus dan
penglihatan kabur. Hal ini terjadi karena
penggunaan dalam dosis berlebih terutama
salisilat.
b. Efek samping pada darah berupa petechiae,
bruises, hematuria, melena, epistaxis, dan depressi
sum-sum tulang belakang (leukopenia,
thrombocytopenia, anemia)
c. Efek samping terhadap susunan saraf pusat berupa
sakit kepala, pusing, insomnia ataksia, dan confusi
dapat terjadi karena penggunaan indometasin pada
dosis tinggi.
d. Reaksi hipersensitifitas terhadap NSAID dapat
menyebabkan : Skin rashes, dermatitis dyspnea,
bronchospasme
Penjelasan : Efek ini dapat menstimulasi serangan
asma pada orang yang alergi terhadap aspirin dan
NSAID yang sangat mungkin terjadi pada klien
dengan riwayat asma atau rhinitis. Dapat memicu
serangan yang parah bahkan bronkospasme yang
fatal.
f. Efek Samping terhadap Ginjal : Nephrotoxicity :
penurunan urine output, peningkatan blood urea
nitrogen (BUN), Peningkatan serum creatinine,
hyperkalemia, retensi of natrium dan air yang
menyebabkan edema
Penjelasan : Lebih sering terjadi pada pasien dengan
riwayat penyakit ginjal. Atau orang dengan intake
cairan yang sedikit dan output cairan yang terlalu
banyak.Kerusakan ginjal yang terjadi dapat bersifat
reversibel setelah obat dihentikan.
g. Efek terhadap hepar : Hepatotoxicity liver
damage or failure
Penjelasan : Terjadi terutama karena
penggunaan overdosis parasetamol atau pada
pasien dengan riwayat penyakit hati.

Anda mungkin juga menyukai