Paradigma Kep Jiwa
Paradigma Kep Jiwa
DAN
FALSAFAH
KEPERAWATAN JIWA
Perspektif dan Falsafah
Keperawatan Jiwa
Tahap gejala.
Tahap asumsi terhadap sakit
tahap kontak dengan pelayanan
kesehatan
Tahap ketergantungan
Tahap penyembuhan
TAHAP GEJALA
manifestasi klinik
ASUMSI THDP SAKIT
Seseorang melakukan interpretasi terhadap sakit
Merespon dalam bentuk emosi terhadap gejala yang dirasakan cemas
konsultasi
Tahap berakhir bila ditemukan gejala yang pasti dan terjadi perubahan dari
sakitnya.
Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, misal : pengetahuan, pengalaman masa
lalu
KONTAK DENGAN
PELAYANAN KESEHATAN
Terjadi hubungan dengan pelayanan kesehatan
Pasien dan keluarga meminta nasihat dari profesi
kesehatan: dokter, perawat, dll
Pencarian informasi dilakukan untuk mencari
pembenaran tentang penyakitnya.
Jika tanda dan gejal tidak dirasakan lagi pasien
merasa sembuh, tapi jika masih terasa tanda dan
gejala yang sama kembali ke pelayanan kesehatan
KETERGANTUNGAN
Terjadi setelah seseorang dianggap mengalami
penyakit yang mendapatkan bantuan pengobatan
kondisi pasien menjadi tergantung.
Tingkat ketergantungan tergantung kebutuhan,
dipengaruhi oleh tingkat penyakit.
Dilakukan selama proses keperawatan berlangsung.
Dan perlu dikaji tingkat ketergantungan pasien
pasien bisa mandiri
PENYEMBUHAN
Perasaan Reaksi
ketakutan emosional
Menarik diri tinggi
Egosentris Perubahan
Sensitif terhadap persepsi
persoalan kecil Berkurangnya
minat
KONSEP LINGKUNGAN
Setiap orang pasti akan mengalami stres dan sering kali individu
tdk dpt mengatasinya sendiri → minta bantuan pd pusat
kesehatan mental seperti di atas
TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
pencegahan primer mendahului penyakit dan
diterapkan pd populasi yg umumnya sehat.
Pencegahan ini termasuk peningkatan kesehatan
dan mencegah penyakit
2. Pencegahan sekunder
mencakup reduksi penyakit aktual dgn deteksi
dini dr penanganan masalah kesehatan
3.3. Pencegahan tersier
mencakup pengurangan gangguan atau
kecacatan yg diakibatkan oleh penyakit
KOLABORASI
Perawat jiwa berkolaborasi dgn
pasien, keluarga, tim
kesehatan lainnya
Kolaborasi mrpk perencanaan,
pengambilan keputusan,
penyelesaian masalah, penetapan
tujuan, dan kewajiban individu yg
bekerjasama dalam komunikasi
terbuka
3 KUNCI KOLABORASI
PERAWAT JIWA
PSIKIATER
PEKERJA SOSIAL
PSIKOLOG
TERAPIS AKTIVITAS
CASE WORKER
KONSELOR PENYALAHGUNAAN ZAT
KOLABORASI PERAWAT JIWA
PASIEN DAN
KELUARGA
TIM TIM
KEPERAWATAN KESEHATAN
LAIN
PENUTUP
Kolaborasi interdisiplin tdk selalu bisa
dikembangkan dengan mudah. Ada
banyak hambatan antara anggota
interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian
pendidikan dan latihan anggota tim,
struktur organisasi yg konvensional,
konflik peran dan tujuan, kompetisi
interpersonal, status dan kekuasaan,
dan individu itu sendiri
TERIMA KASIH
SALAM SEHAT JIWA