REVIU LAKIN Pembentukan Luminos Jakarta
REVIU LAKIN Pembentukan Luminos Jakarta
LAPORAN KINERJA
INSTANSI
PEMERINTAH
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
NOMOR 36 TAHUN 2020
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH
TUGAS JABATAN
TENTANG
LAPORAN DAN EVALUASI
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH
DEFINISI
1. LPPD adalah laporan yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Pusat yang memuat capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas
pembantuan selama satu tahun anggaran;
2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) adalah
evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/Kota dalam rangka penilaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
3. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil
kerja dari suatu keluaran yang dapat diukur dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan tanggung
jawab kewenangan dalam waktu yang telah ditentukan
1. LPPD memuat satu kesatuan hasil pengukuran kinerja pemerintahan
daerah yang terdiri atas:
a. Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
1) Capaian Kinerja Makro
2) Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Daerah;
3) Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
b. Capaian kinerja pelaksanaan tugas pembantuan
2. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah merupakan
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi Pemerintah
Daerah secara terukur dengan sasaran dan target kinerja yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban yang disusun secara
periodik.
3. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah dihasilkan dari
sistem manajemen kinerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai sistem akuntabilitas kinerja pemerintah daerah
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 10 ayat (1) dan (2)
1. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah:
a. provinsi, dilaksanakan oleh:
1) Menteri, untuk pengawasan umum; dan
2) Menteri Teknis/Kepala Lembaga Pemerintah Nonkementerian,
untuk pengawasan teknis;
b. kabupaten/kota, dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat untuk pengawasan umum dan teknis.
2. Pengawasan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1
dan huruf b meliputi:
pembagian urusan pemerintahan; kelembagaan daerah; kepegawaian pada
Perangkat Daerah; keuangan daerah; pembangunan daerah; pelayanan
publik di daerah; kerja sama daerah; kebijakan daerah; kepala daerah dan
DPRD; dan bentuk pengawasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 10 ayat (11)
Pengawasan umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (7) dilakukan dalam bentuk reviu,
monitoring, evaluasi, pemeriksaan, dan bentuk pengawasan
lainnya.
a. Yang dimaksud dengan REVIU penelaahan ulang bukti-bukti
suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,
rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
b. Yang dimaksud dengan monitoring adalah MONITORING
adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 10 ayat (11)
c. Yang dimaksud dengan EVALUASI adalah rangkaian kegiatan
membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan
standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan, dan
menentukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
d. Yang dimaksud dengan PEMERIKSAAN proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif, profesional berdasarkan standar audit,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
DASAR HUKUM
1. UU 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
2. UU 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
3. PP 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
4. PERPRES 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
5. PERMENPAN 53 TAHUN 2014 TENTANG PERJANJIAN
KINERJA, LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH, DAN
REVIU LAPORAN KINERJA
6. PERMENPAN 12 TAHUN 2015 TENTANG IMPLEMENTASI
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
UU 17 TAHUN 2003 TTG KEUANGAN NEGARA
Pasal 31
1)Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2)Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.
Penjelasan Pasal 31 ayat (1) dan (2)
3)Pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima
laporan keuangan dari Pemerintah Daerah.
4)Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan
belanja, juga menjelaskan prestasi kerja satuan kerja perangkat daerah.
UU 1/2004 TTG PERBENDAHARAAN NEGARA
Bagian Keempat
Laporan Keuangan
Pasal 55
1)Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1):
a) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan
Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.
b)Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada
Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
c) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas
Pemerintah Pusat;
d) Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.
Lanjutan..............
3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah
diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja
instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.
PP 8/2006 TENTANGPELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Pasal 2
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas
Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan:
a. Laporan Keuangan; dan
b. Laporan Kinerja.
Pasal 3
1) Entitas Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari:
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah;
c) Kementerian Negara/Lembaga; dan
d) Bendahara Umum Negara.
2) Entitas Pelaporan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara.
PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA
Pasal 17
1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berisi
ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil
yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.
2) Bentuk dan isi Laporan Kinerja disesuaikan dengan bantuk dan isi
rencana kerja dan anggaran sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan pemerintah terkait, ilustrasi format Laporan Kinerja
disajikan pada Lampiran III.
Penjelasan Pasal 17 Ayat (1)
• Pasal 8
• Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran yang ditetapkan dalam
dokumen pelaksanaan anggaran.
• Dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan
Perjanjian Kinerja.
Pasal 9
1. Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 4 menyusun lembar/dokumen
Perjanjian Kinerja dengan memperhatikan dokumen
pelaksanaan anggaran.
2. Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan mencantumkan Indikator Kinerja dan target Kinerja.
3. Indikator Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. spesifik (specific);
b. dapat terukur (measurable);
c. dapat dicapai (attainable)
d. berjangka waktu tertentu (time bound); dan
e. dapat dipantau dan dikumpulkan (trackable).
PERJANJIAN KINERJA
Pasal 11
1) Untuk mewujudkan Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),
setiap SKPD menyusun lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dengan menggunakan
Indikator Kinerja Program dan/atau Indikator Kinerja Kegiatan dan/atau Indikator
Kinerja Utama SKPD.
2) Lembar/dokumen Perjanjian Kinerja tingkat SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disepakati oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan pimpinan SKPD.
Pasal 12
3) Pemerintah provinsi/kabupaten/kota mengikhtisarkan Perjanjian Kinerja tingkat SKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dalam bentuk lembar/dokumen
Perjanjian Kinerja tingkat pemerintah provinsi/ kabupaten/kota.
4) Lembar/dokumen Perjanjian Kinerja tingkat pemerintah provinsi/ kabupaten/kota
disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.
Pasal 13
• Pimpinan masing -masing Entitas Akuntabilitas Kinerja pada Kementerian
Negara/Lembaga dan SKPD bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian
Kinerja sesuai dengan lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dan anggaran yang telah
dialokasikan untuk masing-masing Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Negara/Lembaga dan SKPD.
PENGUKURAN KINERJA
Pasal 15
1) Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal
4 melakukan pengukuran kinerja.
2) Pengukuran Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan Indikator Kinerja yang telah ditetapkan dalam lembar/dokumen
Perjanjian Kinerja.
Pasal 16
3) Pengukuran Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan dengan cara:
4) membandingkan realisasi Kinerja dengan Sasaran (target) Kinerja yang
dicantumkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dalam rangka pelaksanaan
APBN/APBD tahun berjalan;
5) membandingkan realisasi Kinerja Program sampai dengan tahun berjalan dengan
Sasaran (target) Kinerja 5 (lima) tahunan yang
6) direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga/Rencana
Strategis SKPD.
PENGELOLAAN DATA KINERJA
Pasal 17
1) Setiap entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
melakukan pengelolaan data Kinerja.
2) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data Kinerja.
3) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan kebutuhan informasi pada setiap tingkatan
organisasi, kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang dihasilkan
dari sistem akuntansi, dan statistik pemerintah.
4) Pengelolaan data Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a) penetapan data dasar (baseline data);
b) penyediaan instrumen perolehan data berupa pencatatan dan
registrasi;
c) penatausahaan dan penyimpanan data; dan
d) pengkompilasian dan perangkuman.
PELAPORAN KINERJA
Pasal 18
1) Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dan Pasal 4, menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi
kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah
dialokasikan.
2) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Laporan
Kinerja interim dan Laporan Kinerja tahunan.
Pasal 19
3) Laporan Kinerja interim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)
adalah Laporan Kinerja triwulanan.
4) Laporan Kinerja triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan triwulanan.
5) Bentuk, isi, dan tata cara penyampaian Laporan Kinerja triwulanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
• Laporan Kinerja tahunan SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
Pasal 22
• Berdasarkan Laporan Kinerja tahunan SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Bupati/Walikota menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah
kabupaten/kota dan menyampaikannya kepada Gubernur, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 23
• Berdasarkan Laporan Kinerja tahunan SKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Gubernur menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah provinsi
dan menyampaikannya kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam
Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 24
1. Laporan Kinerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal
21, Pasal 22, dan Pasal 23 berisi ringkasan tentang Keluaran dari
Kegiatan dan Hasil yang dicapai dari Program sebagaimana ditetapkan
dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.
2. Ringkasan tentang Keluaran dari Kegiatan dan Hasil yang dicapai dari
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
menyajikan informasi tentang:
a. pencapaian tujuan dan Sasaran Kementerian
Negara/Lembaga/SKPD;
b. realisasi pencapaian target Kinerja Kementerian
Negara/Lembaga/SKPD;
c. penjelasan yang memadai atas pencapaian Kinerja; dan
d. pembandingan capaian Kinerja Kegiatan dan Program sampai
dengan tahun berjalan dengan target Kinerja 5 (lima) tahunan yang
direncanakan dalam Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga/Rencana Strategis SKPD.
REVIU DAN EVALUASI
Pasal 28
• Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga/ pemerintah daerah melakukan reviu atas
Laporan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi
yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (3), Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23.
• Hasil reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam pernyataan telah direviu dan ditandatangani oleh Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah.
Pasal 29
1) Aparat Pengawasan Internal Pemerintah melakukan evaluasi atas
implementasi SAKIP dan/atau evaluasi Kinerja pada Kementerian
Negara/Lembaga/ pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kewenangannya.
2) Laporan evaluasi atas implementasi SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan oleh Aparat Pengawasan Interna Pemerintah kepada
Menteri/ Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota.
3) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan
laporan evaluasi atas implementasi SAKIP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
4) Laporan evaluasi Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/ Gubernur/Bupati/Walikota.
5) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mengkoordinasikan penyelenggaraan evaluasi atas implementasi SAKIP pada
Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 53 TAHUN 2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN
KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Reviu atas Laporan Kinerja
dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap
instansi pemerintah dalam menyusun Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja
PERJANJIAN KINERJA
PENGERTIAN
1. Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja.
2. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur
tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang
tersedia.
3. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas
kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan
demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang
dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
TUJUAN PENYUSUNAN PERJANJIAN
KINERJA
Secara umum format Perjanjian Kinerja (PK) terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu Pernyataan
Perjanjian Kinerja dan Lampiran Perjanjian Kinerja. Selain itu harus juga diperhatikan
muatan yang disajikan dalam perjanjian kinerja tersebut.
1. Pernyataan Perjanjian Kinerja
Pernyataan Perjanjian Kinerja ini paling tidak terdiri atas:
a. Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun tertentu;
b. Tanda tangan pihak yang berjanji/para pihak yang bersepakat.
2. Lampiran Perjanjian Kinerja
Lampiran Perjanjian Kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dokumen
perjanjian kinerja. Informasi yang disajikan dalam lampiran perjanjian kinerja
disesuaikan dengan tingkatnya
DEKON DAN TP
1. Bagi kementerian/lembaga yang berkewajiban menyalurkan dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan dalam rangka tugas
pembantuan, maka disusun secara tersendiri perjanjian kinerja
antara pimpinan unit organisasi yang bertanggungjawab atas
pencapaian kinerjanya dan pimpinan satuan kerja perangkat
daerah yang melaksanakan tugas tersebut.
2. Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dalam mencapai
kinerjanya didukung oleh dana dekonsentrasi dan dana tugas
pembantan dalam rangka tugas pembantuan, harus memberikan
keterangan (penjelasan) yang cukup mengenai proporsi alokasi
dana-dana tersebut.
REVISI DAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA
Nama :
Jabatan :
........................., .......................
Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota
........................................................... ..............................
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TINGKAT UNIT KERJA/SKPD/SATUAN KERJA
-Logo Lembaga-
Nama :
Jabatan :
Nama :
Jabatan :
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai
lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan
kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
......................,................
Sasaran Program/
No. In d ik a t o r K in e r ja Target
Kegiatan
Kegiatan Anggaran
1........................... Rp ...............................
2........................... Rp ...............................
..........................., ..................20XX
Program Anggaran
1 ........................... Rp ...............................
2 ........................... Rp ...............................
..................., .............20XX
Menteri/Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota
................................................................
( )
LAPORAN KINERJA
PENGERTIAN PELAPORAN
KINERJA
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan
kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja
dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
TUJUAN PELAPORAN KINERJA
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada
pemberi mandat atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai,
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi
instansi pemerintah untuk meningkatkan
kinerjanya.
FORMAT LAPORAN KINERJA
• Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya
• Lampiran
1. Perjanjian Kinerja
2. Lain-lain yang dianggap perlu
PEDOMAN TATA CARA
REVIU ATAS LAPORAN KINERJA
PENGERTIAN REVIU ATAS
LAPORAN KINERJA
74
PERNYATAAN TELAH
DIREVIU
1. Reviu dilaksanakan atas Laporan Kinerja Tahun yang bersangkutan
2. Reviu dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Reviu Laporan Kinerja
3. Semua Informasi yang dimuat dalam laporan reviu adalah penyajian manajemen
4. Tujuan reviu memberikan keyakinan mengenai akurasi, kehandalan dan
keabsahan informasi kinerja
5. Simpulan reviu apakah laporan kinerja telah menyajikan informasi kinerja yang
handal, akurat dan absah
6. Paragraf penjelas (uraikan perbaikan/koreksi yang belum /selesai dilakukan)
75
AKURASI INFORMASI
NUMERIK
CAPAIAN
REALISASI
TARGET
76
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK
CAPAIAN
REALISASI
TARGET
77
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK
CAPAIAN
REALISASI
TARGET
10 9 90%
JUTA JUTA
KG ?
KG
Kemungkinan data tentang
?
realisasi tidak valid krn
dibulatkan. Sajikan data realnya.
78
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK
CAPAIAN
REALISASI
TARGET
79
VALIDITAS INFORMASI
NUMERIK
CAPAIAN
REALISASI
TARGET
80
KONSISTENSI INFORMASI
NUMERIK
JUMLAH PRODUKSI PADI: 24.801
KONSISTENSI DLM BAGIAN YANG SAMA KONSISTENSI DNG BAGIAN YANG LAIN DLM LAKIP KONSISTENSI DENGAN LAKIP YANG LAIN KONSISTENSI INFORMASI YANG LAIN
81
VALIDITAS INFORMASI (NARASI)
DATA VALID ?
DARI SUMBER YG VALID ?
82
KONSISTENSI INFORMASI NON NUMERIK (NARASI)
84
FORMAT
1 2 Ya Tidak
I
Format
1. Laporan Kinerja (Lkj) telah menampilkan data penting IP
85
Mekanisme Penyusunan
II Mekanisme Penyusunan
Mekanisme Penyusunan
1. LKj IP disusun oleh unit kerja yang memiliki tugas fungsi untuk itu
√
2.Informasi yang disampaikan dalam LKj telah didukung dengan data
yang memadai √
3. Telah terdapat mekanisme penyampaian data dan informasi dari unit
kerja ke unit penyusun LKj √
4. Telah ditetapkan penanggungjawab pengumpulan data/informasi di
setiap unit kerja √
5. Data/informasi kinerja yang disampaikan dalam LKj telah diyakini
keandalannya √
6. Analisis/penjelasan dalam LKj telah diketahui oleh unit kerja terkait √
1. LKj IP bulanan merupakan gabungan partisipasi dari dibawahnya
√
86
III Substansi
SUBSTANSI
kinerjasubstansi √
2. Tujuan/sasaran dalam LKj telah selaras dengan rincana strategis
√
3. Jika butir 1 dan 2 jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai.
√
4. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam indikator
kinerja √
5. Tujuan/sasaran dalam LKj telah sesuai dengan tujuan/sasaran dalam indikator
kinerja utama √
6. Jika butir 4 dan 5 jawabannya tidak, maka terdapat penjelasan yang memadai
√
7. Telah terdapat perbandingan data kinerja dengan tahun lalu, standar nasional dan
87
FORMAT
88
SUBSTANSI
N Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Indikator Kinerja pada draft Laporan Kinerja Tahun 2015
o
Peningkatan
1 kualitas tata kelola Pemerintahan Daerah sesuai Tingkat kualitas tata kelola Pemerintahan Daerah sesuai dengan
dengan
. ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan target : ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan target :
- 55% daerah provinsi yang berkinerja tinggi; - 55% daerah provinsi yang berkinerja tinggi;
- 45% daerah kab/kota yang berkinerja tinggi - 45% daerah kab/kota yang berkinerja tinggi
2 Peningkatan kinerja pemerintahan daerah otonom baru, Peningkatan kinerja pemerintahan daerah otonom daerah, dengan
. dengan target 20% DOB yang berkinerja baik dari total target 20% DOB yang berkinerja baik dari total jumlah DOB
jumlah DOB
89
TERIMA KASIH
90
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 4 TAHUN 2018
TENTANG
PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
BERBASIS AKRUAL
“Kami telah mereviu Laporan Keuangan Pemerintah
[Prov/Kab/Kota] untuk tahun anggaran [Tahun Anggaran]
berupa Neraca per tanggal [Tahun Neraca], Laporan
Realisasi Anggaran; Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut
berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai
pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan
adalah penyajian manajemen Pemerintah [Prov/Kab/Kota].
Reviu dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor .... Tahun ....
tentang Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual.
Reviu terutama mencakup penelusuran angka, permintaan keterangan kepada pejabat entitas
pelaporan/pejabat pengelola keuangan daerah dan prosedur analitis yang diterapkan atas data
keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi
pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat penyebab yang menjadikan kami yakin bahwa laporan
keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”