Airborne Disease
2
AIRBORNE DISEASE
Varicella Difteri
Tuberkulo
sis
Pertusis
3
Airborne Disease
Soil Borne Disease
Tanah bukan sebagai reservoir alami untuk transmisi infeksi virus, infeksi virus → insidental
(dari limbah buangan / sampah manusia → poliovirus, hepatitis A
4
Kelompok patogen yang berperan
menyebabkan “Soil Borne Disease” :
5
(STP’s)
Euedhapic Pathogenic Organisms Soil Transmitted Pathogens
Botulism Clostridium botulinum Polio Poliovirus
Leptospirosis Leptospira Interrogans Ascariasis Ascaris lumbricoides
Strongyloides
Listeriosis Listeria monocytogenes Strongyloidiasis
stercoralis
Tetanus Clostridium tetani Trichuriasis Trichuris triciura
Aspergillosis Aspergillus sp. Anthrax Bacillus anthracis
Gas Gangrene Clostridium perfringens Amoebiasis Aentamoeba hystolitica
Histoplasma
Histoplasmosis Toxoplasmosis Toxoplasma gondii
capsulatum
Sporotrichosis Sporothrix schenkii Shigellosis Shigella dysentriae
6
Contoh Euedhapic pathogenic organisms dan Soil Transmitted Pathogens
Dinding sel →asam
Batang tipis, lurus/ mikolat, arabinogalaktan,
Non motil, tidak berkapsul,
bengkok , ukuran 0,4-3 peptidoglikan → resistensi
bergranul
mikrometer instrinsik terhadap
antibiotik
Kompleks peptidoglikan
Lipoarabinomanan → Tahan terhadap asam
dan asam mikolat
interaksi antara inang dan disebut ‘Basil Tahan
→granuloma ,fosfolipid
patogen , bertahan hidup Asam” (bukan gram
merangsang →nekrosis
dalam makrofag negatif atau positif)
kaseosa
Terhirup orang
lain saat
bernapas
13
PRINSIP PENGOBATAN
▸ TAHAP INTENSIF : diberikan tiap hari
Pengawasan ketat sangat penting untuk mencegah resistensi OAT
*Pasien berusia di atas 60 tahun tidak mentoleransi lebih dari 500-700 mg per hari, beberapa
pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien
dengan berat badan di bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg per
hari.
Diptheriae → Corynebacterium diphteriae
Epidemi → didaerah yang sebelumnya bebas difteri → penderita/ carrier dari daerah
endemik, ↓cakupan imunisasi, perubahan virulensi bakteri
Kasus difteri di Indonesia sudah tidak ada sejak tahun 1990, muncul lagi tahun 2009 → 1 kasus
difteri / suspek → KLB →program vaksinasi ulang tanpa memandang status vaksin sebelumnya
Tahun 2011-2016 kasus ↑ (KLB) → urutan 2 setelah India, 90% kasus karena tidak
imunisasi . 2019 SUMUT KLB setelah mahasiswa USU meninggal karena difteri
Mikroskopis Corynebacterium diphteriae
Droplet Saluran pernapasan
mengandung (mukosa sal napas
bakteri atas/ selaput lendir)
Menghasilkan
Menghasilkan toksin
toksin
(eksotoksin) →diphteria
(eksotoksin) →diphteria toxin
toxin Inkubasi 2-5 hari
(dt),
(dt), toksin
toksin diserap
diserap membran
membran
mukosa
mukosa
(menempel dan
-- Enzim
Enzim neuraminidase
neuraminidase dan
diphtine
dan berkembang biak)
diphtine
Peradangan mukosa
tenggorokan, KGB Nekrosis sel
bengkak dan dan jaringan
mengandung bakteri
klinis
pada tenggorokan/tonsil yang mudah berdarah jika dilepaskan)
•Bull’s neck (pembengkakan leher →limfadenitis)
•Sistemik → toxemia , syok septik
▸ ADS menetralisir toksin yang berada dalam sirkulasi sebelum
terikat dengan jaringan (sebelum pemberian harus uji kulit dulu
karena sering terjadi rx anafilaktik)
▸ Pasien terdiagnosis difteri
▹ Dirawat dengan standar pencegahan droplet sampai terapi antibiotik
dihentikan ( 2 kultur → min 24 jam terpisah , min 24 jam setelah
antibiotik dihentikan → hasil tidak dijumpai C. diphteriae)
▹ Menghindari kontak dengan orang lain → sampai 2 kultur tidak dijumpai
C. diphteriae
▹ Harus divaksinasi dengan toksoid difteri saat pulih, karena pada pasien
tidak selalu terbentuk kekebalan
Pertusis →Bordetella pertussis
32
Perbedaan Mumps Measles dan Rubella
Measles/Morbili/Campak
33
Pendahuluan
37
Bercak koplik adalah bercak putih kecil yang biasanya muncul di mulut bagian dalam (mukosa
bukal posterior berhadapan dengan geraham bawah). papul warna putih/abu-abu kebiruan diatas,
dasar bergranulasi atau eritematosa
Tumbuh hanya ± 12 jam → sehingga sulit terdeteksi
38
39
Diagnosis
40
Penatalaksanaan
Suportif Vitamin A
▸ Cairan (menghindari ▸ 6 bulan -1 tahun :
dehidrasi) 100.000 IU per oral
▸ Nutrisi yang baik (dosis tunggal)
▸ Antipiretik jika dema ▸ > 1 tahun : 200.000 IU
per oral (dosis tunggal)
▸ Anti kejng jika kejang
▸ Ulangi dosis hari
▸ Antibiotik jika ada berikutnya Hasil penelitian → pemberian vit A
infeksi sekunder dapat mengurangi angka kematian,
▸ Ulangi minggu ke-4 memperpendek masa rawatan/
pada pasien dengan mempercepat proses penyembuhan
keluhan defisiensi vit. A dan menghambat replikasi virus.
41
Diagnosis Banding
2
MUMPS/ PAROTITIS
43
Pendahuluan
Virus RNA untai tunggal, termasuk dalam genus Rubulavirus, subfamili Paramyxovirinae
dan Paramyxoviridae
Virus dapat ditemukan di saliva, serebrospinal, urin, darah, jaringan yang terinfeksi dari
penderita parotitis
Penularan melalui droplet, Sumber infeksi pada saliva atau bahan yang tercemar saliva
Stadium Pembengkakan:
▸ Kelenjar parotis makin nyeri & mulai bengkak unilateral
kemudian sering menjadi bilateral sampai hari 3-4
pembengkakan lalu mulai mereda selama 1 minggu.
▸ Kulit diatas parotis erithema & mungkin edema
▸ Pembengkakan parotis di daerah depan telinga, diatas otot
maseter & di cekungan belakang liang telinga didepan
mastoideus. Telinga bagian bawah terangkat keatas & ke
depan oleh pembengkakan.
▸ Trismus bisa sangat berat & nyeri bila menggigit.
Makan/minum yang asam sangat nyeri
Manifestasi
Klinis
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
▸ Nyeri ketika mengunyah ▸ Suhu meningkat ▸ Darah rutin (leukopenia
ringan)
atau menelan, terutama mencapai 38,9-40o
▸ Peningkatan CRP
jika menelan cairan Celcius
▸ Amilase serum meningkat
asam. ▸ Pembengkakan di ▸ Isolasi virus dari saliva dan
▸ Demam (38,9-40oC) daerah urin
▸ Pembengkakan kelenjar temporomandibuler ▸ Pemeriksaan serologis
(antara telinga dan ▹ ELISA
setelah demam ▹ Complement –
rahang)
▸ Nafsu makan berkurang Fixation (CF) test
▸ Nyeri tekan pada ▹ Hemaglutination
▸ Menggigil inhibition (HI) test
kelenjar yang ▹ Neutralization (NT)
▸ Sakit kepala membengkak test
▸ Fatique ▸ Kenaikan titer IgM dan IgG
Diagnosis Banding:
▸Parotitis supuratifa
▸Adenopati dari tonsilofaringitis: telinga tidak terangkat oleh pembengkakan,
inflamasi faring nyata
▸Tetanus karena trismusnya. Mudah dibedakan karena tidak ada kaku otot lain
Penatalaksanaan
▸ self-limiting disease
▸ simptomatis dan suportif
▸ Rawat jalan (tidak ada komplikasi, KU baik)
▹ Istirahat yang cukup
▹ Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
▸ Rawat inap (hiperpireksi, KU lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap di
ruang isolasi)
▹ Diet lunak, cair dan TKTP
▹ Analgetik-antipiretik
▹ Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya
Komplikasi
Komplikasi ▸ Prognosis
▸ Meningioensefalitis ▸ Prognosis tanpa komplikasi
▸ Orkitis, Epididimitis adalah sangat baik
▸ Nefritis ▸ Prognosis pasien dengan
ensefalitis umumnya baik,
▸ Pankreatitis namun, kerusakan neurologis
▸ Komplikasi Okuler dan kematian dapat terjadi
(dakrioadenitis, neuritis optic
(papillitis), skleritis )
Poliomielitis
56
Pendahuluan
Person to person fekal-oral (pencemaran virus di sungai pemukiman padat mempercepat wabah
Virus yang tertelan menginfeksi orofaring, tonsil, kelenjar limfe dan usus kecil
Penularan dapat terjadi cepat dan luas karena virus berkembang biak diusus cepat di usus, bertahan di air limbah dan air
permukaan beberapa hari masih infeksius ditempat berkilometer jauhnya dari sumber penularan
Virus berkembang dalam dinding faring atau saluran cerna bagian bawah getah bening aliran darah jaringan
saraf melemahnya otot/kelumpuhan/paralysis
Faktor Resiko
▸ Minor Illness:
- Akibat proses inflamasi akibat berkembangbiaknya virus polio yang terjadi saat viremia
(hari ke 7)
-Nyeri tenggorok, gangguan gastrointestinal, demam ringan lemas, nyeri kepala ringan
- 90 – 95% kasus polio
60
Major Illness
61
Klasifikasi polio
1. Poliomieltis spinal:
▹ Acute flaccid paralysis (AFP), karena invasi virus pada
motor neuron di kornu anterior medula spinalis
2. Poliomielitis bulbar:
▹ Paralisis otot pernafasan serangan virus pada neuron
di batang otak (tingkat kematian 25%-75%)
3. Poliomielitis bulbo-spinal:
▹ Kerusakan batang otak dan medula spinalis
63
Diagnosis
▸ Gejala klinis
▸ Kultur virus : isolasi dari tinja dan swab tenggorokan
64
Tatalaksana
▸ Suportif (utama)
▸ Simptomatik
▸ Belum ada obat yang dapat mengobati polio
▸ Tirah baring : tidur diatas tempat tidur yang keras dengan
penyangga kaki → menyangga tulang belakang dan
mengurangi nyeri
▸ Kelumpuhan : rehabilitasi medik, mobilisasi (cegah dekubitus
dan atrofi otot)
▸ Ventilasi mekanik (paralisis bulbar)
65
Pencegahan Polio
67
▸ Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah disebabkan oleh berbagai
spesies cacing parasit.
▸ Ditularkan melalui telur yang ada dalam kotoran manusia, yang mencemari
tanah di daerah yang sanitasinya buruk.
▸ Anak-anak yang terinfeksi mengalami gangguan gizi dan fisik
▸ Sekitar 1,5 miliar orang terinfeksi cacing yang ditularkan melalui tanah di
seluruh dunia.
▸ Spesies utama yang menginfeksi manusia adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang
(Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).
69
DAMPAK CACINGAN
Infestasi cacing
Lemas ANEMIA
GIZI BURUK
mengantuk
Produktivitas menurun
Sosek rendah
Morbiditas dan Gejala
71
CACINGAN
CACINGAN
TERIMA KASIH
74