Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN
ASFIKSIA
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4:
1. AHMAD TAUFIK
HIDAYAT
2. TRI DESFIRA
RAMADANI
3. FILDA RAHMI
4. KHALIFA SIBGAH
5. JUMRIANA
6. ZALZABILA
PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi
baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur.
KLASIFIKASI
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)
ETIOLOGI
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Gomella, 2009):
NEXT…
a. Faktor ibu
• Pre-eklampsi dan eklampsi
• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
• Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
• Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi
darah ke plasenta.
• Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta (Gomella, 2009).
NEXT…
b. Faktor Tali Pusat
• Lilitan tali pusat
• Tali pusat pendek
• Simpul tali pusat
• Prolapsus tali pusat (Gomella, 2009).
NEXT…
c. Faktor Bayi
• Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
• Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
• Kelainan bawaan (kongenital)
• Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella,2009).
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala asfiksia menurut Ghai, 2010 yaitu:
• Denyut jantung janin lebih dari 100 x/mnt atau kurang dari l00 x/menit dan tidak teratur
• Mekonium dalam air ketuban ibu
• Apnoe
• Pucat
• Sianosis
• Penurunan kesadaran terhadap stimulus
• Kejang
PATOFISIOLOGI
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran
gas oleh karena plasenta menyediakan  oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari
tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli
janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak
berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah
dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi
dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati
Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.
• Gangguan/ kesulitan waktu lahir
• Cara dilahirkan
• Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai,
2010).
NEXT…
2. Pemeriksaan fisik
• Bayi tidak bernafas atau menangis
• Denyut jantung kurang dari 100x/menit
• Tonus otot menurun
• Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa
mekonium pada tubuh bayi
• BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).
NEXT…
3. Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada
darah tali pusat jika: PaO2 < 50 mm H2O,PaCO2 > 55 mm H2 dan pH < 7,30 (Ghai,
2010).
• Pemeriksaan pH darah janin dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan
lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
(Wiknjosastro, 2007).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi dan pengobatan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2008)
adalah sebagai berikut:
Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan
panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh,
sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel
jaringan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga
kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
NEXT…

 Mengeringkan bayi dari cairan ketuban


dan lemak
 Menggunakan sinar lampu untuk
pemanasan luar
 Bungkus bayi dengan kain kering
Pembersihan jalan nafas
Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/
membersihkan jalan nafas, Breathing/
mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi,
Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/
memberikan obat).
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita,
khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan
melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak
mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya
derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan,
pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk
itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait
(Perinasia, 2009).
KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:


• Sembab Otak
• Pendarahan Otak
• Anuria atau Oliguria
• Hyperbilirubinemia
• Obstruksi usus yang fungsional
• Kejang sampai koma
• Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
PRAGNOSA
 Asfiksia ringan / normal : Baik
 Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat
prognosa baik.
 Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau
kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan
kejang sampai koma dan kelainan neurologis yang permanent misalnya
cerebal palsy, mental retardation.
ASUHAN KEPERAWATAN
ASFIKSIA

PENGKAJIAN
DS:
• Riwayat antenetal ibu • Adanya trauma lahir
• Kehamilan dengan resiko pretern • Pola nutrisi
• Pemeriksaan kehamila tidak teratur • Pola eliminasi
• Kebiasaan ibu yang kurang baik
• Gerakan janin yang menurun
• Latar belakang sosial budaya
• Komplikasi persalian
Next ......
DO:
• Keadaan bayi lemah dan hanya merintih
• Reflek moro lemah
• Hipo/hipertermi, pernafasan tidak teratur • Terdapat penumpukan lendir
• Bibir pucat
• Kulit merah, ektremitas biru
• Tali pusat layu
• Warna konjungtiva anemis • Akral dingin
• Reflek moro lemah
• Terdapat pernafasan cuping hidungTerdapat
penumpukan lendir
• Bibir pucat
• Tali pusat layu
• Akral dingin
DATA PENUNJANG

• Hb, Leucisit
• Ph turun,PCO2 naik, PO2 turun
DIAGNOSA
• Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia
berat.
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
• Hipotermia
• Resiko infeksi
INTERVENSI
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat
Tujuan:
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Intervensi:
1. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga
bahu terangkat 2-3 c
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Next.....
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
3. Monitor intake dan out put.
4. Beri ASI sesuai kebutuhan.
5. Lakukan kontrol berat badan setiap hari.
3. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses persalinan
yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36 C

• Tujuan:
Tidak terjadi hipotermia
• Intervensi:
1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk /
kain yang kering dan hangat.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin
diberikan.
4. Resiko terjadinya infeksi
• Tujuan:
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
• Intervensi :
1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
Next......
7. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal
8. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik.
10. Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang


merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu
tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai