Anda di halaman 1dari 33

1.

  Pengertian
a.  Pengertian NIDDM /DM Tipe II
      Diabetes Melitus tipe II/ NIDDM adalah gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau
secara relative kekurangan insulin.  ( Susan, M.T, 1998 )
      NIDDM ini terjadi pada usia matur atau pertengahan meskipun pada semua
tahapan usia dapat terjadi.  Disini factor lingkungan sangat berperan misalnya
perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas
berkurang sehingga menyebabkan obesitas.
b.      Pengertian Gangren
      Gangren adalah sebagai nekrosis koagulativa, biasanya disebabkan oleh tidak
adanya suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri-bakteri suprafit.
Dengan demikian maka gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka
terhadap bakteri yang hidup.  Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas.
( Sylvia A. 1993 : 23 )
      Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangrene NIDDM adalah
kerusakan makro vaskuler kejaringan akibat penyakit NIDDM yang tidak
terkontrol.

2. Etiologi
            Etiologi Diabetes Melitus belum ditemukan secara pasti karena disebabkan
oleh berbagai factor.
Diabetes Melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu :
a.       Faktor genetic
1.  Kembar identik
2.  Faktor genetic
b.  Faktor non genetic
  Infeksi
  Nutrisi
  Stress
  Obat-obatan
  Penyakit endokrin ( hormone )
  Penyakit-penyakit pankreas
            Selain hal tersebut diatas, penyebab Diabetes Melitus dapat digabungkan
dari kedua kelompok yang keduanya memperkuat Diabetes mellitus.

3. Patofisiologi
            Kelainan metabolic yang terjadi pada obesitas tampaknya berhubungan
dengan besarnya lapisan lemak dan semua gangguan metabolic yaitu penambahan
lapisan lemak yang dapat menjadi normal dengan pengurangan berat badan.
            Obesitas lebih banyak menyebabkan NIDDM daripada IDDM sebagian
penderita berusia 45 tahun dan sekitar 15 % pada awal diagnosa ditemukan dalam
keadaan gemuk, tetapi kemudian akan mengalami penurunan berat badan.
            Kegemukan merupakan keadaan dimana intake kalori berlebih dan sebagian
besar membentuk lemak, sehingga terjadi defisiensi karbohidrat karena terjadi
gangguan konvensi lemak pada membrane sel sehingga mengganggu transport
glukosa dan menimbulkan kerusakan atau efek selular, yang kemudian
menghambat metabolisme glukosa intrasel, gangguan tersebut terjadi pula pada
membrane sel dimana terletak reseptor insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi
pada sel-sel pancreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan kemampuan
menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin.
            Jika metabolisme terganggu maka daya tahan tubuh terhadap factor luar
seperti infeksi, terutama adanya odeme gesekan dan tekanan menurun sehingga
mudah terjadi luka atau gangguan integritas kulit bisa disebabkan oleh penumpukan
sorbital, penumpukan sorbital mengakibatkan kerusakan dan perubahan fungsi
syaraf sehingga terjadi penurunan sensasi seperti baal-baal atau kesemutan.  Hal
tersebut menyebabkan trauma, tidak terasa nyeri baik mekanis, termis atau kimiawi.
            Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak bebas dalam
peredaran darah dan bila hati tidak bisa mengabsorbsi lemak bebas maka akan
membentuk benda-benda keton.  Selain itu dari pemecahan lemak dapat terjadi
peningkatan BUN dan formasi glukosa baru.  Formasi glukosa baru menyebabkan
terjadinya hiperglikemi.
            Defisiensi insulin menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa,
sehingga terjadi hiperglikemi terjadi peningkatan viskositas darah keperifer
kekurangan oksigen dan nutrisi, hal tersebut menyebabkan metabolisme terganggu. 
Hiperglikemi menyebabkan diuresis osmosis sehingga terjadi insufisiensi ginjal
menimbulkan hiperosmolalitas berat dan terjadi dehidrasi intra selular.  Selain itu
diuresis osmotic dapat menyebabkan hipoksia jaringan tersebut dan bisa
menimbulkan terjadinya koma.  Kalau hiperglikeminya parah dan melebihi ambang
ginjal bagi zat tersebut, maka terjadi glukosuria, glukosuria ini dapat
mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine ( poliuria )
dan timbul rasa haus ( polidipsi ) karena glukosa hilang bersama urine.  Maka
pasien memderita keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang, rasa
lapar yang semakin besar ( poliphagia ) mungkin akan timbul sebagai akibat
kehilangan kalori.  Klien lemah dan mengantuk.  Infeksi saluran kemih paling
sering penyebabnya adalah E. Coli dan streptokokus sedangkan jamur pathogen
adalah kandida.  Infeksi denagn jamur mungkin disebabkan oleh konsentrasi
glukosa  urine yang pekat.  Neurogenik blader akibat neuropati menyebabkan sisa
urine dalam kandung kemih yang merupakan penyebab infeksi, diperlukan
kateterisasi dan menyebabkan gangguan pola eliminasi BAK.
Berkurangnya ambilan asam amino oleh sel meningkatkan glukoneogenesis
sehingga terjadi hiperglikemi, therapy insulin yang tidak adekuat terhadap intake
nutrisi menyebabkan peningkatan kerja insulin dengan mengikatkan dirinya pada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu terjadi reaksi interseluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel, hal ini menyebbakan
terjadinya hipoglikemi.  Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan
penumpukan sorbitol dan lemak pada tunika intima, sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan.  Jika hal ini terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan
berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada jaringan yang dituju, apabila
mengenai pembuluh darah periper akan menimbulkan efek penurunan sensasi
sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.

4. Dampak Defisiensi Insulin terhadap system tubuh


            Defisiensi insulin mempengaruhi metabolisme tubuh yang berdampak
terhadap system tubuh yaitu :
a.  Dampak terhadap fisik
1)      Sistem endokrin
            Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan nutrisi
kejaringan sehingga swell-sel kekurangan glukosa yang menimbulkan :
a.  Sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme dan penurunan penggunaan dan
aktivitas gluosa dalam sel akan merangsang pusat lapar
b.  Penurunan penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan
c.  Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme proses ini menghasilkan benda-benda keton yang disebabkan hati
yang tidak mampu menetralisir lemak.  Penumpukan asam lemak ini akan
mengiritasi memperoleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan
gangguan system ini berdampak terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
2 )  Sistem Kardiovaskuler
            Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol
dan lemak pada tunika intima sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. 
Jika hal ini terjadi maka suplai O2  dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan
terjadilah infark pada jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah
perifer akan menimbulkan efek penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene
ekstremitas bila terjadi trauma.  Dan jika terjadi pada arteri jantung akan
menyebabkan angina pectoris dan akut miokard imfark.
3 )  Sistem pencernaan
            Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan glukosa
kejaringan sehingga sel-sel kekurangan glukosa.  Proses kekurangan glukosa intra
sel menimbulkan :
  Peningkatan penggunan protein dan glukogen oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
  Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.  Hal ini akan diperberat oleh peningkatan sekresi asam lambung
sehingga menimbulkan perasaan mual, muntah.
  Peningkatan transport glukosa untuk proses metabolisme.  Penurunan penggunaan
dan aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat makan dibagian lateral
hypothalamus, sehingga timbul peningkatan perasaan lapar ( poliphagi )
4 )  Sistem perkemihan
            Kekurangan pemasukan glukosa kedalam sel menyebabkan peningkatan
volume extra sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas sel yang akan
merangsang hypothalamus untuk mengsekresikan ADH dan merangsang pusat haus
di bagian lateral.  Pada fase ini klien akan merasakan haus dan penurunan produksi
urine sehingga volume cairan extra sel bertambah.  Peningkatan volume cairan akan
menyebabkan konsentrasi extra sel menurun sehingga cairan intra sel menurun. 
Penurunan volume intra sel merangsang volume reseptor diHipothalamus untuk
menekan sekresi ADH sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah melebihi
ambang ginjal.  Diuresis osmotic akan mempercepat pengisian vesika urinaria
sehingga merangsang keinginan berkemih ( poliuri ) dan kondisi ini bertambah
pada mlam hari karena terjadi vasokonstriksi akibat penurunan suhu sehingga
timbul nokturi.  Selain itu gangguan system perkemihan juga terjadi akibat adanya
kerusakan ginjal ( netropati ) hal ini disebabkan adanya penurunan perfusi kedaerah
ginjal.
Gangguan ini dapat berdampak :
  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
  Gangguan pola eliminasi BAK
  Perubahan pola istirahat tidur
5 )  Sistem Muskuloskeletal
            Defisiensi insulin menghambat transportasi glukosa kesel-sel dalam
jaringan tubuh yang menyebabkan sel kelaparan dan terjadi peningkatan glukosa
dalam darah menyebabkan hambatan dalam perfusi ke jaringan yang
mengakibatkan jaringan kurang mendapat O2 dan nutrisi.
Penurunan transport glukosa kesel dan penurunan O2 dan nutrisi kesel
menyebabkan sel kekurangan bahan untuk metabolisme sehingga energi yang
dihasilkan berkurang yang berdampak timbulnya kelemahan.  Selain itu defisiensi
insulin menyebabkan penurunan  jumlah sintesa glikogen dalam otot serta
peningkatan metabolisme protein yang berguna untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia :
      Gangguan pemenuhan aktivitas
      Resiko terjadi kecelakaan
6 )  Sistem Integumen
            Defisiensi insulin dapat berdampak pada integritas kulit yang bisa
disebabkan oleh neuropati diabetes dan angiopati diabetes ,  angiopati diabetes akan
menyebabkan peurunan sensasi sehingga pengontrolan terhadap trauma mekanis,
termis dan kimia menurun, hal ini akan memudahkan terkena luka yang
mengancam keutuhan kulit sedangkan teori yang lain mendasari kerusakan kulit
adanya kerusakan membrane basalis yang terjadi akibat adanya penumpukan
endapan lipoprotein sehingga menyebabkan kebocoran protein dan butir-butir
darah.
Pertahanan dan perfusi jaringan menurun dengan akibat kulit mudah infeksi, luka
sukar sembuh, mudah selulit gangrene.  Dampaknya :
  Gangguan rasa nyaman nyeri dan gatal
  Gangguan integritas kulit
  Gangguan konsep diri
7 )  Sistem Persyarafan
            Defisiensi insulin menumbulkan hambatan, pemasukan glukosa kedalam sel
termasuk sel-sel syaraf, sehingga mengganggu proses metabolisme sel syaraf. 
Akibat kekurangan glukosa sebagai bahan metabolisme maka sel akan
menggunakan cadangan protein.  Hal ini mengakibatkan sel kekurangan protein,
akan mempengaruhi pembentukan myelin yang berfungsi untuk menghantarkan
impuls pada akson, selain itu akan menyebabkan kerusakan akson tidak dapat
mengantarkan impuls dengan sempurna selain kekurangan protein, kegagalan
metabolisme sel saraf dapat menyebabkan hambatan dalam konduksi saraf dan
polarisasi membrane akibat penurunan ATP.  Perubahan-perubahan diatas
menyebabkan gangguan polineropatik perifer yang ditandai kurangnya sensasi apda
ujung-ujung ekstremitas bawah.
Dampaknya :
  Potensial terjadi kecelakaan
  Resiko terjadi infeksi
8 )  Sistem Reproduksi
            Defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya impotensi pada laki-laki
dan penurunan libido pada wanita.  Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan
pengikatan ekstra diar pada gugus protein akibat kegagalan metabolisme protein. 
Pada wanita sering juga terdapat keluhan keputihan disebabkan infeksi kandida.
Dampaknya :
  Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
9 )  Sistem Pancaindra
            Hiperglikemi akan mengakibatkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu yang dapat mentranspor glikosa tanpa memerlukan insulin,
glukosa yang berlebihan ini tidak bermetabolisme habis secara normal melalui
glukolisis tetapi sebagian dengan pertolongan enzim aldose reduktase atau diubah
menjadi sorbitol.  Sorbitol akan bertumpuk dalam jaringan / sel tersebut, sehingga
menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.  Teori ini mendasari kelainan
diabetes mellitus pada mata dengan adanya retinopati, selain itu pada penderita DM
bisa ditemukan adanya katarak, hal ini disebabkan pengendapan lipoprotein pada
lensa mata, kelainan ini berdampak :
  Gangguan penurunan sensori ; penglihatan
  Resiko terhadap cedera
b.      Dampak terhadap psikologis
      Klien yang mengalami defisiensi yang kronik akan mempengaruhi
psikologisnya, respon psikologis bervariasi tergantung koping yang dimiliki klien. 
Umumnya klien merasa bosan denagn program pengobatan yang lama serta harus
menyesuaikan denagn pembatasan- pembatasan makanan yang diberikan.
c.       Dampak terhadap social
      Dari keterbatasan makanan, kelemahan tubuhnya dalam melaksanakan aktivitas
dan penampilan keadaan tubuhnya pada klien dengan gangguan defisiensi ini akan
mengakibatkan klien untuk menarik diri dan mengurangi interaksi social.
d.      Dampak terhadap Spiritual
      Pada klien yang mengalami DM akan merasa bosan pada program pengobatan
dan pembatasan makanan yang diberikan serta ketidak berdayaan akibat kelemahan
tubuhnya maka dapat mengakibatkan klien menjadi putus asa tidak semangat untuk
hidup.
B.  Konsep Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian
            Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan lingkungan ( Nasrul Efendi 1995 :
19 )
Langkah- langkah pengkajian meliputi :
a.       Pengumpulan data
1 )  Identitas
a)  Identitas klien yaitu :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status
marital, nomor medrek, tanggal masuk RS dan alamat.
b)   Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2)  Riwayat kesehatan
a)  Keluhan utama yang sering dirasakan pada klien dengan gangguan kebutuhan
metabolisme akan didapatkan keluhan sering kencing, banyak minum, berat badan
menurun, badan terasa lemah.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, factor apa yang
memperberat dan memperingan keluhan, kwalitas dari keluhan dan bagaimana cara
klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semuanya
digambarkan dengan PQRST.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya dengan
penyakit keturunan serta kebiasaan gaya hidup, misalnya pola makan.
d.  Riwayat kesehatan keluarga
      Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien
3)  Pemeriksaan fisik
a.  Sistem pencernaan
Pada umumnya respirasi normal kecuali bila terjadi ketoasidosis dan akan didapat
irama nafas dalam, cepat dan berbau acetone
b.   Sistem kardiovaskular
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan riwayat hipertensi, terdapat luka pada kaki,
penyembuhan lambat, perubahan tekanan darah, tachikardi, tekanan vena jugularis
meningkat, terjadi atherosclerosis yang dapat terbentuk baik pembuluh darah besar
maupun kecil.
c.   Sistem pencernaan
Biasanya ditemukan perasaan mual, konstipasi, atau banyak makan karena merasa
lapar, banyak minum karena penurunan berat badan.
d.   Sistem perkemihan
Pada kondisi tertentu adanya perubahan pola BAK, perut tegang / adanya diare,
urine pekat, urine keruh dan berbau aseton.
e.   Sistem endokrin
Pada umumnya akan didapatkan perubahan pada bentuk muka ( moon face )
kelenjar tyroid membesar, cepat lelah, hasil laboratorium gula darah meningkat.
f.   Sistem muskuloskeletal
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan adanya rasa lemas, letih, kesulitan dalam
pergerakan, kram otot, penurunan tonus otot yang mengakibatkan sulit melakukan
aktivitas dan adanya luka pada kaki.
g.   Sistem integumen
Akan didapatkan keluhan gatal-gatal, turgor menurun, lecet atau luka, warna kulit
menjadi hitam, adanya penurunan suhu tubuh, kulit kering.
4 )  Data psikososial
Pengkajian perlu diarahkan pada tanggapan klien terhadap penyakitnya, apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut juga konsep diri atau body image serta bagaimana
sosialisasi dengan lingkungannya.
5 )  Data spiritual
Bagaimana pandangan klien atau keyakinan klien terhadap sakit / penyakit yang
dideritanya diakitkan dengan kepercayaan agama yang dianut dan bagaiman a
ketaatan klien untuk menjalankan kewajibannya pada agama selama sakit.
6 )  Pemeriksaan diagnostic
Pada penemuan data laboratorium akan didapatkan adanya :
  Gula darah meningkat 100-200 mg /dl
  Aseton plasma ( keton ) 1 : positif secara mencolok
  Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol mengalami peningkatan
  Elektrolit :
Natrium                 :  mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium                  :  normal atau peningkatan
Trombosit              :  hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi )
Ureum / kreatinin  :  meningkat / normal

2.  Diagnosa keperawatan dan Rencana keperawatan


            Diagnosa keperawatan adalah hasil kesimpulan berdasarkan data yang telah
disimpulkan dengan respon klien terhadap masalah yang dihadapi.
Perencanaan adalah kegiatan yang direncanakan perawat dalam membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapinya.  Dimana perencanaan terdiri dari tujuan,
intervensi dan rasional.
            Berikut ini beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita dengan gangguan system endokrin berhubungan dengan defisiensi
insulin.
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
  Diuresis osmotik ( dari hiperglikemi )
  Kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah
Tujuan
1 )  Jangka panjang : diharapkan hidrasi klien adekuat
2 )  Jangka pendek :  diharapkan intake dan output seimbang
Kriteria evaluasi : hidrasi adekuat, dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dappat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluan urine tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi Rasional
  Dapatkan riwayat klien orang   Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan lamanya kekurangan volume total.  Tanda dan
/ intensitas dari gejala seperti gejala mungkin sudah ada pada
muntah, pengeluaran urine yang beberapa waktu sebelumnya
sangat berlebihan
  Pantau tanda-tanda vital, catat ada   Hipovolemi dapat dimanifestasikan
perubahan ortostatik oleh hiotensi dan tachikardi
  Pantau pola nafas seperti adanya   Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
pernafasan kusmaul atau pernafasan melalui pernafasan yang
yang berbau keton menghasilkan kompensasi alkalosis
  Frekwensi dan kwalitas pernafasan   Koreksi hiperglikemi dan asidois akan
penggunaan otot Bantu pernafasan menyebabkan pola dan frekwensi
dan adanya periode apnoe dan pernafasan mendekati normal
munculnya sianosis
  Observasi suhu, warna kulit atau   Meskipun demam, menggigil dan
kelembabannya diaporesis merupakan hal umum
terjadinya infeksi, demam dengan
kulit kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi
  Kolaborasi therapy cairan sesuai   Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
dengan indikasi derajat kekurangan caran dan respon
pasien secara individual
  Pantau pemasukan dan catat berat   Memberikan perkiraan kebutuhan akan
jenis urine cairan pengganti fungsi ginjal dan
keefektivan dan therapy yang
diberikan
  Catat hal-hal seperti mual, nyeri   Kekurangan cairan dan elektrolit
abdomen, muntah dan distensi mengubah motilitas lambung yang
lambung seringkali akan menimbulkan muntah
dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit

b.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :


  Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan  peningakatan metabolisme protein / lemak.
   Penurunan masukan oral, anoreksia, mual munatah, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran.
Tujuan :
1 )  Jangka panjang : kebutuhan nutrisi terpenuhi
2 )  Jangka pendek :  Asupan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : - mencerna jumlah kalori nutrisi yang tepat
                              - Nilai pemeriksaan laboratorium normal
                              - Menunjukkan tingkat energi biasanya

Intervensi Rasional
  Timbang BB setiap hari atau sesuai   Mengkaji pemasukan makanan yang
indikasi adekuat
  Tentkan program diet dan pola   Mengidentifikasi kekurangan dan
makan pasien dan bandingkan penyimpanan dari kebutuhan
dengan yang dapat dihabiskan pasien therapeutic
  Libatkan keluarga klien pada   Memberikan informasi pada
perencanaaan makan sesuai indikasi keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien
  Observasi tanda-tanda hipoglikemi   Karena metabolisme karbohidrat
seperti perubahan tingkat kesadaran, mulai terjadi, gula darah akan
kulit lembab atau dingin, denyut nadi berkurang Sangat bermanfaat dalam
cepat, lapar, peka rangsang perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
sementara insulin tetap diberikan
sehingga hipoglikemi dapat terjadi
  Berikan therapy insulin secara teratur   Insulin regular memiliki awitan
cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memisahkan
glukosa kedalam sel.
  Pantau pemeriksaan laboratorium   Gula darah akan menurun perlahan
seperti : glukosa darah, aseton, pH dengan penggantian cairan dan
dan HCO3 therapy insulin terkontrol
  Lakukan konsultasi dengan ahli gizi   Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuian diet
untuk memenuhi kebutuhsn nutrisi

c.       Kelelahan berhubungan dengan


         Penurunana produksi energi metabulik
         Perubahan kimia darah, insupisiensi insulin
         Peningkanan kebutuhan energi ; status hipermetabolik infeksi

Tujuan
1) Jangka panjang       :  Klien lebih segar
2) Jangka pendek        : Klien mampu memperlihatkan kemampuan untuk ikut
serta dalam aktifitas
Kriteria evaluasi
         Mengungkapkan peningkatan energi
         Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
  Diskusikan dengan klien kebutuhan   Pendidikan dapat memberikan
akan aktivitas buat jadwal motivasi untuk meningkatkan
perencanaan dengan klien dan tingkat aktifitas meskipun pasien
identifikasikan aktivitas yang mungkin sangat lemah
menimbulkan kelelahan   Mencegah kelelahan yang
  Berikan aktivitras alternatif dengan berlebihan
periode istirahat yang cukup tanpa
gangguan
  Pantau nadi, frekuensi peernapasan   Mengidentifikasi tingkat aktivitas
dan tekanan darah sebelum/sesudah yang dapat ditoleransi secara
melakukan aktifitas fisiologis
  Diskusikan dengan cara menghemat
kalori selama mandi, berpindah   Klien akan lebih banyak melakukan
tampat dan sebagainya kegiatan dengan penurunana
kebutuhan akan energi pada setiap
  Tingkatkan partisipasi klien dalam kegiatan
melukan aktivitas sehari-hari sesuai   Meningkatkan kepercayaaan diri
dengan yang dapat ditoleransi yang positif sesauai dengan tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi

d.      Perubahan sensasi-perseptual  (uraian) resiko tinggio terhadap


            Perubahan kimia endogen ; ketidak seimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit

Tujuan
1) Jangka panjang       :   Kecelakaan pada klien dapat dihindari
2) Jangka pendek        :   Klien mampu mencapai tingkat/status mental biasa atau
normal
Kriteria evaluasi ;
         Mempertahankan tingkat mental biasanya
         Mengenal dan mengkompensasika adanya kerusakan sensori

INTERVENSI RASIONAL
  Pantau tanda-tanda vital dan status   Sebagai dasar untuk
mental membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental
  Pelihara aktivitas nutrisi klien   Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dorong unutkj berhubungan dengan realitas dan
melakukan sehari-hari sesuai mempertahankan orientasi pada
kemampuannya lingkungan
  Selidiki adanya keluhan parestesia   Neuropati perifer dapat
nyeri atau kehilangan sensorik pada mengakibatkan rasa tidak nyaman
paha/kaki yang berat, kelihangan sensasi
sentuhan distorsi mempunyai resiko
tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan
  Lihat adanya ulkus, tempat-tempat   Meningklatkan rasa nyaman dan
tertekan denyut nadiperiter kemungkiana kulit karena panas
  Berikan tempat tidur yang lembut,   Meningtkatkan rasa nyaman dan
pelihara kehangatan kaki, tangan, menurunkan kemungkinan
hindari terpajan terhadap air panas kerusakan kulit karena panas
atau dingin atau penggunaan
bantalan/pemanas
  Bantu klien dalam ambulasi atau   Meningkatkan keamanan klien
perubahan posisi terutama kekika kesimbangan
  Pantau nilai laboratorium seperti ; dipengaruhi
glukosa darah, osmolalitas darah,   Kesimbangan nilai laboratorium
hemoglobin, ureum, kreatinin dapat menilai fungsi mental

e.       Ketidak berdayaan berhubungan dengan


  Penyakit jangka panjang
  Ketergantungan pada orang lain
Tujuan
1) Jangka panjang          : Klien mendemontrasikan kemajuan kearah penerimaan
diri dalam situasi yang ada
2) Jangka pendek           : Klien mampu mengungkapkan pernyataan positif tentang
dirinya
Kriteria eavaluasi
         Mengalami putus asa
         Mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
         Membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivasi perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
  Anjurkan klien/keluarga untuk   Mengidentifikasi area perhatiannya
mengekpresikan perasaannya tentang cara  memudahakan memecehkan
perawatan di rumah sakit dan masalah
penyakitnya secara keseluruhan
  Akui normalitas dari perasaan   Pengenalan bahwa reaksi normal
dapat membentu klien untuk
memecahkan masalah dan mencari
bantuan sesuai kebutuhan
  Berikan kesempatan keluarga untuk   Menentukan perasaan terlibat dan
mengekpresikan perhatiannya dan memberikan kesempatan keluarga
diskusikan cara meraka membantu untuk membantu mencegah
sepenuhnya terhadap klien (kambuh penyakit) pada klien
  Tentukan tujuan/harapan dari klien   Harapan yang tidak realitis atau
atau keluarga adanya dari orang lain atau diri
sendiri dapat mengakibatkan
perasaaan frustasi
  Berikan dukungan kepada klien untuk   Meningakatkan perasaan kontrol
berperan diri sendiri dan berikan terhadap situasi
umpan balik aktif dengan usaha yang
dilakukan

f.       Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan


dengan
  Kurangnya pengetahuan tantang kondisi dan penetalaksanaan terapeutik
  Sistem pendukung kurang adekuat
Tujuan
1) Jangka panjang
Klien memperlihatkan keinginan untuk mematuhi rencana pemeliharaan di rumah
sakit sesuai dengan yang ditentukan
2) Jangka pendek
Klien mengetahui tentang kondisi pelaksanaan terapeutik
Kriteria evaluasi
         Pengertian tentang keadaan klien dan rencana perawatannya yang disampaikan
dengan lisan
         Melaksanakan keterampilan pemeliharaan kesehatan secara benar
         Mengerti tentang hubungan antara keadaan skit dan pengobatan yang
disampaikan secara lisan
         Mengungkapkan kepuasan dengan rencana pemeliharaan dirumah

INTERVENSI RASIONAL
  Pertahankan klien mendapat   Untuk mendorong klien terlibat
informasi tentang hasil glukosa dalam melaksanakan tanggung
darah, jelaskan makna hasil dalam jawab untuk perawatan diri
hubunan dengan terapi
  Ajarkan perawatan kaki yang tepat   Untuk mempertahankan integritas
kulit dan menurunkan resiko
  Bantu dalam perencanaan program amputasi
latihan reguler yang dapat dengan   Untuk alasan yang tidak jelas
mudah dikerjakan dalam rutinitas latihan memudahakan ambilan
harian, jelaskan keuntungan dari seluler dan glukosa sehingga
latihan menurunkan kadar glukosa darah, 
juga memudahkan penurunan berat
badan dan menurunkan resiko
  Tentukan tujuan harapan dari klien arterosklerosis
atau keluarga   Hipoglikemi adalah masalah umum
yang dapat diatasi berkenaan
dengan terapi insulin dan
hipoglikemi oral, dibiarkan tak
teratasi dapat menyebabkan kejang,
  Jelaskan dasar gejala-gejala koma dan kematian
hipoglikemi akibat dari stimulasi   Makin banyak klien memahami
sistem syaraf simpatis dalam respon kondisi  mereka dan dapat
terhadap penurunana glukosa adalah mengantisipasi potensial masalah,
sumber energi utama untuk otak makin mungkin mereka memahami
  Ajarkan klien tentang faktor-faktor program terapeutik
yang diketahui menyebabkan   Untuk meminimalkan resiko episodr
hipoglikemi masukan makana tak hipoglikemi
adekuat, kelebihan insulin,
menekankan pentingnya makan tiga
kali sehari

g.      Infeksi, resiko tinggi terhadap (sepsis) berhubunga dengan


  Kadar gluko tinggi penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
  Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK
Tujuan
1) Jangka panjang       : Integritas kulit dapat dipertahankan
2) Jangka pendek
Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan dengan kriteria ;
o   Kulit yang mengalami lesi tetap bersih dan memperlihatkan tanda-tanda
penyembuhan
o   Pasien/orang terdekat mempertahankan perawatan kulit yang tepat
o   Sirkulasi ke integumen adekuat
Kriteria evaluasi
         Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
         Mendemontrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untukmmencegah terjadinya
infeksi

INTERVENSI RASIONAL
  Observasi tanda-tanda infeksi dan   Klien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan
kemerahan, adanya pus pada luka, keadaan ketoasidosis atau dapat
sputum purulen, urine warna keruh mengalami infeksi nosokomial
atau berkabut   Kadar glukosa yang tinggi dalam
  Tingkatkan upaya pencegah dengan darah menjadi media terbaik bagi
melakukan cuci tangan yang baik pertumbuhan kuman
pada semua orang yang
berhubungan dengan klien termasuk   Kadar glukosa yang tinggi dalam
klien sendiri darah akan menjadi media terbaik
  Pertahankan tehnik aseptik pada bagi pertumbuhan kuman
prosedur invasif, pemberian abat
intravenadan memberikan   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
perawatan pemeliharaan lakukan menempatkan klien pada
pengobatan melalui IV sesuai peningkatkan resiko terjadinya
indikasi kerusakan  pada kulit/iritasi kulit dan
  Berikan perawatan kulit dengan infeksi
teratur dan sungguh-sungguh   Menurunkan kemungkian terjadinya
masase daerah tulang tetap kering, infeksi, meningkatkan aliran urin
linen dan tetap kencang untuk mencegah urine statis dan
  Anjurkan untuk makan dan minum membantu dalam mempertahankan
adekuat (pemasukan makanan dan pH/keasaman urine yang
cairan yang adekuat) kira-kira menurunkan pertumbuhan bakteri
3000ml/hari jika tidak ada kontra dan mengeluarkan organisme dari
indikasi sistem organ tersebut
  Penangan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis

  Berikan obat antibiotik yang sesuai

3. Pelaksanaan (implementasi)
            Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan perawatan atau klien
dalam mencegah penyakit atau komplikasi, meningkatkan, mempertahankan atau
memperbaiki kesehatannya.  Kegiatan pelaksanaan meliputi ;
a.       Melakukan aktivitas langsung klien
b.      Membantu klien untuk melakukan aktivitas
c.       Mensupervisi klien / keluarga ketika melakukan aktivitas sendiri
d.      Memberikan konseling pada klien/ keluarga dalam menentukan pilihannya
mencari, menggunakan sumber-sumber yang tersedia
e.       Mengajarkan klien atau mengkaji keluarga tentang perawatan kesehatan
f.       Membantu atau mengkaji adanya komplikasi dari penyakit
4. Evaluasi
            Selam tahap ini akan ditentukan perencanaan yang telah ditetapka berhasil
baik.  Dinilai berhasil apabila tujuan dan perancanaan telah tercapai, disamping itu
juga membantu untuk memperbaiki perencanaan tujuan dan mengkaji faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perencanaan, tujuan dan kriteria.
                
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1.  Pengumpulan data
a.   Identitas klien
Nama                                 :  Ny I
Umur                                 :  60 tahun
Jenis kelamin                     :   Perempuan
Status                                :   Kawin
Agama                               :   Islam
Pendidikan                        :   SD
Suku                                  :   Sunda / Indonesia
Tanggal masuk                  :   5 Desember 2003
Tanggal pengkajian           :   10 Desember 2003
No. medrek                       :   0321088
Dioagnosa medis               :   NIDDM dengan gangren pedis sinestra
Alamat                              :   Kp Ibun no 35 Paseh Majalaya
b. Identitas penanggung jawab
Nama                                 :  Tn. A
Umur                                 :   30 tahun
Jenis kelamin                     :   Laki-laki
Status                                :   Kawin
Pendidikan                        :   SMA
Pekerjaan                           :   Swasta
Agama                               :   Islam
Hubungan dengan klien    : Anak
Alamat                              :  sda

2. Riwayat kesehatan
a.  Keluhan utama
     Klien mengeluh badan lemes disertai mual,muntah dan pusing
             b.  Riwayat kesehatan sekarang
Sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien merasa timbul luka pada
kaki kiri yang telah di amputasi, kulit berwarna kemerahan dan nyeri dari luka
keluar nanah.  Kemudian klien berobat ke rumah sakit Hasan Sadikin lalu diberi
obat cepril 2 x 500 mg dan BC 2x 1 tab.  Tapi luka tidak ada perubahan dan berbau,
nanah bertambah sehingga klien berobat lagi ke rumah sakit Hasan sadikin dan
dianjurkan untuk di rawat.
Pada saat di kaji klien mengeluh luka tidak sembuh di daerah bekas operasi
amputasi pada kaki kiri.  Luka bernanah dan bau berkurang setelah dilakukan
perawatan ganti balutan, luka terlokalisasi di daerah ujung belakang daerah
amputasi kaki kiri.  Adanya luka membuat aktivitas klien terganggu
            c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menderi kencing manis sejak tahun 1978 dan
dinyatakan menderitarhematik sejak tahun 1995, klien menjalani operasi amputasi
kaki kiri pada tahun 1999.  Klien sudah tiga kali dirawat dirumah sakit,
terakhirbulan februari 2002 dengan penyakit yang sama.  Klien mengatakan selama
menderiata kencing manis makanannya tidak teratur, diet di lakukan bila gula
darahnya tinggi.  Klien juga mengatakan tidak melakukan pengobatan secara tidak
teratur, hanya bila ada yang terasa saja kllien mengkonsumsi obat-obatan
tradisional/jamu.  Jamu hasil racikan sendiri seperti mengkudu, klien juga suka
menunda makan setelah di suntik insulin, tidak langsung makan..
            d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien di dalam keluargannya yang menderita kencing manis
adalah klien dan ibunya yang sudah meninggal.  Penyakit lainnya tidak ada.
           3.  Pemeriksaan  fisik
           a.  Sistem pernafasan
Hidung tamapk bersih, tidak terdapat secret, septum nasi berada di tengah, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk dada tidak ada kelainan, tidak terdapat
nyeri takan, tidak terdapat benjolan, frekuensi nafas 25 x/menit, vokal premitus kiri
dan kanan sama, terdengar resonsn saat perkusi irama napas reguler, suara napas
vesikuler tidar terdapat suara tambahan seperti ronchi dan wheezing, tidak terdapat
retraksi tambahan otot-otot pernapasan
            b. Sistem  kardiovaskuler
Konjunctiva berwarna merah muda, tidak terdapat pemebesaran kelenjar getah
bening tidak sianosis, tidak terdapat distensi vena jugularis, palpasi nadi 80 x/menit,
tekanan darah 160/90 mmhg.  Bunyi jantung S1-S2 murni reguler tidak ada refil
time dalam 3 detik, klien mengeluh baal-baal pada ekstremitas, akral di kaki dingin.
            c. Sistem pencernaan
Sklera tidak iktetik, mulut bersih tidak berbau, bibir lembab, stomatis idak ada
lagiada, gigi sudah tidak utuh, keadaan bersih agak kekuningan, gusi tidak ada
perdarahan, tonsilk tidak meradang kemampuan mengunyah baik, kemampuan
menelan baik, napsu makan baik, bentuk abdomen datar lembut.  Bising usus 10
x/menit, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa pada abdomen hepar tidak
membesar, porsi makan habis diat 1500 kalori, berat badan sebelum sakit 65 kg,
sesudah sakit 47 kg, lingkar lengan atas 26 cm, klien terpasang infus martos 20
gtt/m perhasri, minum ± 1200 cc/hari
            d.  Sistem Persyarafan
Kesadaran composmentis, klien mampu berorientasi terhadap tempat, waktu
dan orang.  Klien dapat menjelaskan kejadian nmasa lalu sebelum dibawa ke RS. 
Klien dapat merasakan panas dan dingin pada ekstremitas bawah, sensasi sulit
dirasakan, klien mengatakan merasa baal – baal dan kesemutan.
            Nervus Kranial
  Nervus I ( Olfaktorius )
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan baun kopi
  Nervus II ( Optikus )
Klien dapat membaca koran yang berhurup besar pada jarak ± 30 cm tanpa bantuan
kacamata
  Nervus III, IV, VI  ( Okulomotorius, Troklearis, Abdusen )
Pupil mengecil ketika terkena cahaya, ukuran pupil isokor 4 mm, bola mata dapat
digerakkan kekiri dan kekanan keatas dan kebawah, mata dapat memutar, lapang
pandang terbatas hanya pada sudut 120 0 ( kiri 30 0, kanan 30 0 )
  Nervus V ( Trigeminus )
Kemampuan untuk mengunyah baik
  Nervus VII ( fasialis )
Klien dapat tersenyum, mengerutkan kening, mengngkat alis dan merasakan rasa
asin, manis dan pahit
  Nervus VIII ( Auditorius )
Pendengaran klien baik terbukti klien dapat mendengarkan pertanyaan perawat
dalam jarak 15 cm
  Nervus IX dan X ( Glassofaringeus dan Vagus )
Ovula ada ditengah, reflek menelan dan mengecap baik
  Nervus XI ( Assesorius )
Klien dapat mengangkat kepala dan bahu
  Nervus XII ( Hipoglosus )
Posisi lidah simetris, lidah dapat digerakkan dengan bebas
             e.  Sistem Perkemihan
Keadaan bersih, tidak terpasang kateter, BAK lancar, warna urine kuning jernih,
jumlah urine ± 1600 cc / hari, ginjal tidak teraba, tidak terdapat distensi kandung
kemih, genitalia tampak bersih dan tidak ada sekret
            f.   Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas kanan dan kiri simetris, rentang gerak terganggu pada tangan
kiri terpasang infus, odema tidak ada, terdapat kontraktur pada jari-jari tangan sejak
± 5 tahun yang lalu, kekuatan otot 5        5
Ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kiri post operasi amputasi tahun 1999
dan terdapat ulkus dengan ukuran 2x3x1 cm dan 2x2x1 cm, pus masih ada dan
berbau, luka tertutup kain kasa steril, klien mengeluh aktivitasnya terganggu dan
klien merasa cepat lelah, kuku kaki jari kanan panjang tapi bersih.
             g.  Sistem Endokrin
Klien dinyatakan menderita NIDDM, klien mengatakan merasa haus dan lapar
meskipun sudah banyak makan dan minum.  Klien juga sering buang air kecil dan
merasa berat badannya berkurang.  Sebelumnya BB 65 kgdan sekarang 47 kg,
sering kesemutan pada daerah ekstremitas.  Gual darah turun naik mencapai 207
mg dan turun mencapai 58 mg, obat yang dipakai sekarang Humulin R 10- u 10 u-
10 u , klien juga mengatakan bila telah disuntik insulin tidak langsung makan
sehingga terasa gemetar, berkeringat dan le,mas.  Pada saat dikaji insulin distop
karena gula darh turun dari 211 mg menjadi 58 mg, klien lemas, berkeringat dan
merasa lapar.
            h.  Sistem integumen
Keadaan kulit kepala bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi benjolan dan
nyeri, kulit kepala kotor dan lembab, berkeringat, turgor kulit baikditandai kulit
cepat kembali saat dicubit, akral pada ekstremitas bawah dingin dan kering, tekstur
kulit kenyal, warna kulit sawo matang, suhu 36, 8 0C, sensifitas baik klien dapat
merasakan tumpul dan tajam.
            4.  Data Psikologis
  Penampilan
      Klien tampak tenang, bicara cukup jelas
  Emosi
Klien dapat mengendaliakn emosi dengan stabil
  Koping
Bila klien mengalami kesulitan selalu dibicarakan dengan suami dan anak-     
anaknya, permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah.
  Penerimaan terhadap penyakitnya
Pada saat ditanya tentang penyakitnuya klien mengatakan bahwa dirinya  menderita
penyakit DM dan gangren pada kaki kirinya.  Klien mengatakan sudah berobat tapi
tidak sembuh –sembuh.  Menurut pengakuan klien saat ini sudah menerima
keadaan penyakitnya, apabila penyakit ini tidak bisa disembuhkan klien hanya
berserah diri pada tuhan.
  Gambaran diri
Klien mengatakan kehilangan kakinya tidak membuat merasa malu, karena  klien
sudah tua.
  Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu dari 8 orang anak, 5 orang
sudah menikah, 3 orang belum menikah.  Klien merasa puas sebagai seorang ibu
atau wanita.
  Peran diri
Peran diri klien sebagai seorang istri dan ibu dari 8 orang anaknya, 3 orang yang
masih tinggal bersama klien dan belum berkeluarga selama dirumah sakit klien
tidak bisa mengurus anak-anaknya dan membantu mencari nafkah.  Selama di RS
kebutuhan klien dibantu oleh perawat dan keluarga.  Klien mengatakan perannya
sebagai istri untuk sementara tidak bisa dilakukannya, karena klien di rawat
             5.  Data Sosial
Hubungan klien denagn keluarganya cukup akrab terlihat klien ditunggui
anaknya secara bergantian, hubungan klien dengan petugas baik, klien kooperatif
dalam segala tindakan, orang yang berarti adalah suaminya yang selalu memberi
semangat.  Klien tidak aktif dalam organisasi kemasyarakatan, waktu luangnya
dihabiskan dengan membantu berjualan ditokonya.
6.  Data Spiritual
Klien seorang muslim yang atat menjalankan ibadah dan mempunyai
keyakinan bahwa poenyakitnya yang sedang dialaminya ini akan sembuh walaupun
perjalanannya lambat dan memerlukan kesabaran dan klien mengatakan bahwa ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.  Dan yakin Allah memberikan kekuatan untuk
menghadapinya.
7.  Data Penunjang
         Laboratorium(5/12/03)      Hasil                Normal                        Satuan
Hb                                           9,4                   14 -18                          gr/dl
Leukosit                                  6900                5000-10000                 /mm3
Ureum                                     17                    15 – 40                        mg/dl
Kreatinin                                 0,6                   0,8 – 1,5                      mg/dl
Glukosa Puasa                         211                  70 – 110                      mg/dl
Glucosa 2jam pp                     111                  ≤ 150                           mg/dl
Glucosa (siang)                       66
Glucosa (sore)                         58
Tanggal 6 – 12 – 2003
Glucosa puasa             207      mg/dl
Glucosa 2 jam pp        263      mg/dl

         Radiologi (5-12-03)


Foto pedis kiri
Kesan  : Struktur tulang-tulang tibia dan fibula kiri bagian distal masih normal,
tidak tampak destruksi
Tanggal 6 -12 – 2003
Foto pedis L
Kesan  :  Struktur tulang normal tidak tampak fraktur, sendi-sendi normal
         Therapi      :
Infus martas 20 Gtt/m/hari
Ceftacid 2 x 1 gr IV
BC 2 x 1 tab
Diet 1500 kalori
Ganti verban 2x sehari
Kompres NaCl 0,9 % + garamicin
Humulin 5 unit -5 unit – 5unit Stop
(gula darah turun 58 mg/dl)
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Defisiensi insulin Gangguan
  Klien mengeluh ⇩ integritas
luka di kaki kulit dan
Hiperglikemi
kirinya sukah jaringan

sembuh
Penumpukanm sorbital
dalam pembuluh darah
DO ;
  Terdapat luka di ⇩

kaki kiri Aliran darah perifer


  Adanya jaringan berkurang
nekrotik pada ⇩
luka
Jaringan kurang zat
  Luka tercium
makanan
bau
-----------------------
  Terdapat pus
Terjadi                Kulit
  Kulit kering
metabolisme       mudah
  Akral dingin
anaerob               lecet
   ⇩                    ⇩

Terasa           Perawatan
pegal             luka tak
dibadan         adekuat
    ⇩                    ⇩

Terjadi baal       Luka


diektremitas      susah
                         sembuh

keutuham kulit dan


jaringan terganggu
2 DS Klien dengan DM dan Resiko injuri
  Klien mengeluh gangren pada kaki kiri
badannya lemas ⇩
  Klien
Defisiensi insulin
mengatkan

sudah ± 20
Viskositas darah
tahun
meningkat
menderita
kencing manis ⇩

  Klien Vaskuler periter


mengatakan tersumbat
kakinya baal- ⇩
baal kesemutan
Nutrisi dan O2 ke
jaringan tidak adekuat
DO ;
  Terdapat bercak
kehitaman
padsa kaki
  Klien nampak
lemas
  Sensori sulit
dirasakan pada
ekstremitas
bawah
3 DS ; Menderita DM ± 20 thn Kurang
  Klien ⇩ pengetahuan
mengatakan tentang
Kurang informasi
menderita NIDDM
tentang penyakit yang
penyakit ± 20
diderita
tahun

  Klien
Berobat, diet dan
mengatakan
pencegahan infeksi
setelah disuntik
kulit tidak teratur, ada
insulin tidak
luka gangren pada
langsung
pedis sinistra
makan
  Klien ⇩

mengatkan Ketidak efektifan


suka minum dalam perawatan dan
obat-obatan pengobatan
tradisional ⇩
racikan sendiri
Kurangnya
pengetahuan tentang
DO ;
penyakitnya
  Akral dingin
dan berkeringat
  BB sebelum
sakit 65 kg,
sesudah sakit
47 kg
  TB : 152 kg
  Diet 1500 kalori
  Hasil
laboratorium
(5-12-03)
Glucosa 58
mg/dl
4 DS ; NIDDM Gangguan
  Klien ⇩ pemenuhan
mengatakan kebutuhan
Defisiensi insulin
lemas nutrisi

  Klien
Ambilan asam amino
mengatakan
oleh sel menurun
setelah di
suntik insulin ⇩

tidak langsung Glukoneogenesis


makan ⇩
  Klien
Hiperglikemi
mengatakan

suka minum
Insulin in adekuat
obat-obatan
intake nutrisi
tradional
racikan sendiri ⇩

Peningkatan kerja
DO ; insulin dengan
  Akral dingin mengikat dirinya pada
dan berkeringat pada receptor sel
  BB sebelum tertentu
sakit 65 kg, ⇩
sesudah sakit
Terjadi reaksi
47 kg
  TB : 152 kg interseluler yang
  Diet 1500 kalori meningkatkan transpor
  Hasil glucosa menebus
laboratorium membran sel
glucosa 58 ⇩
mg/dl
Hipoglikemi

  Therapi ;
Gangguan pemenuhan
humulin di
nutrisi
stop 

C.  Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah


a)      Ganggunan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhab berdasarkan dengan
metabolisme karbohidrat tidak efektif akibat defisiensi insulin
b)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyembuhan luka yang
lama akibat DM
c)      Resiko terjadi injuri berhubungan dengan perfusi ke jaringan tidak adekuat akibat
hiperglikemi
d)     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Anda mungkin juga menyukai