Anda di halaman 1dari 16

KEJAHATAN

KORPORASI
K. Wisnu Wardana, SH, MH.
Korporasi:
suatu organisasi, suatu bentuk organisasi dengan tujuan tertentu
yang bergerak dalam bidang ekonomi atau bisnis.

untuk memahami kejahatan korporasi:


harus melihat kejahatan korporasi sebagai kejahatan yang
bersifat organisatoris,
yaitu:
suatu kejahatan yang terjadi dalam konteks
hubungan-hubungan yang kompleks dan harapan-
harapan di antara dewan direksi, eksekutif dan
manajer di satu sisi dan di antara kantor pusat,
bagian-bagian dan cabang-cabang di sisi lain.

maka
teori-teori mengenai organisasi dapat memberikan
berbagai wawasan,
yakni seberapa jauh sifat dan luasnya organisasi dapat
berpengaruh dalam pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh korporasi.
Begitu pula luasnya, penyebaran tanggung jawabnya, serta
struktur hirarkis dari korporasi besar dapat membantu
berkembangnya kondisi-kondisi yang kondusif bagi perbuatan
yang menyimpang/ melanggar hukum yang dilakukan oleh
organisasi.
Pengaruh dari perkembangan korporasi maupun teknologi:
sejumlah tugas memerlukan spesialisasi atau profesionalisasi.

pada semua tingkat di dalam korporasi terdapat pelembagaan mengenai


ketidak bertanggungjawaban dengan membiarkan korporasi
menjalankan fungsinya, namun dibalik itu seolah-olah membiarkan
individu-individu dalam korporasi tertutup oleh tirai yang seakan-akan
bertindak sesuai dengan hukum maupun moral.

setiap bentuk kejahatan korporasi, mulai dari produk yang salah atau
membahayakan hingga pada penyuapan, kecurangan dan bahkan
pencurian selalu dimungkinkan.

Pejabat-pejabat pada tingkat yang lebih tinggi dapat membebaskan


dirinya dari pertanggungan jawab dengan memberikan alasan bahwa
tindakan-tindakan ilegal dalam mencapai tujuan-tujuan korporasi yang
begitu luas berlangsung tanpa sepengatahuan mereka.

Pendelegasian tanggung jawab dan perintah yang tak tertulis menjaga


mereka yang ada di puncak struktur korporasi jauh dari akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh keputusan-keputusan dan perintah mereka,
seperti halnya para pimpinan kejahatan terorganisir (organized crime)
kebanyakan tetap tak tersentuh oleh hukum.
Kriesberg :
3 model pengambilan keputusan korporasi yg melanggar hukum
yaitu :
-- Rational actor model,
korporasi dilihat sebagai unit tunggal yang secara rasional
bermaksud melanggar hukum apabila hal tersebut merupakan
kepentingan korporasi.

-- Organization process model,


Korporasi dilihat sebagai suatu sistem unit-unit yang
terorganisasi secara longgar, dimana macam-macam unit
korporasi mungkin tidak mematuhi hukum karena menghadap
kesulitan untuk dapat memenuhi produk yang ditargetkan,
sehingga untuk dpt memenuhinya mereka cenderung melakukannya
dengan melanggar hukum seperti misalnya dengan mengurangi
pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan untuk menjaga
keselamatan kerja, iklan yang menyesatkan dsb

-- Kejahatan korporasi merupakan produk dari keputusan-


keputusan yang dibuat secara individual untuk keuntungan
pribadi
Clinard dan Yeager:
ada 2 pandangan yang secara umum dapat
dipakai untuk menjelaskan kejahatan bisnis,
yaitu :

-- Model tujuan yang rasional


yakni yg mengutamakan mencari keuntungan

-- Model organik
yakni yang menekankan pada hubungan antara
perusahaan dgn lingkungan ekonomi dan politiknya
motif mencari keuntungan (sebesar-besarnya):
• sebagai alasan utama dilakukannya kejahatan korporasi
Persaingan yg berlebih-lebihan dalam usaha
menguasai pasar, penekanan pada sukses
(memperoleh sukses dgn menghalalkan cara),
praktek bisnis yang bersifat nirpersonal
dan eksploitatif dapat mendorong
terhadap perbuatan-perbuatan yg
melanggar hukum.

iklan yang menyesatkan, produk-produk yang tidak


melalui pengujian yang cermat atau memanipulasi
hasil pengujian, pelanggaran terhadap UU PPLH atau
keselamatan kerja dapat menghasilkan sejumlah
keuntungan bagi korporasi.
korporasi bersikap pasif :
terhadap perubahan-perubahan yang ada,
akan tetapi seringkali mereka secara aktif
berusaha untuk menguasai sumber-
sumber yang dapat mempengaruhi dan
menggerakkan lingkungan sekitarnya.

menjadikan salah satu korporasi (besar)


pada dewasa ini untuk mengembangkan
cara-cara yang dapat mengurangi
ketidakpastian dan risiko bisnis.
• Ada ciri tertentu :
menjadikan korporasi bersifat kriminogen:
keharusan untuk tetap hidup eksist,
yang ditunjukkan dengan untuk
selalu berprestasi.
korporasi untuk berusaha
“mengurangi” ketidakpastian,
yaitu menghilangkan hal-hal
yang dianggap dapat
menghalangi tercapainya tujuan
utama korporasi yakni
untuk memperoleh keuntungan.
• usaha untuk mencapai tujuannya:
korporasi menghadapi keadaan-keadaan yang dapat
berupa hambatan seperti persaingan sesama produsen,
peraturan dan penegakan hukumnya.
korporasi dapat melakukan tindakan-tindakan
yang berupa mematuhi peraturan yang ada,
melanggarnya maupun tindakan-tindakan yang
merugikan konsumen dan masyarakat luas.

• Pelanggaran yang dilakukan korporasi,:


dipandang sekedar ongkos, yakni biaya atau pengurangan
dari keuntungan melalui denda yang harus dikalkulasikan
dan diperhitungkan sebelumnya --
ongkos yang harus dikeluarkan untuk
menghasilkan dan memasarkan produknya
Steven Box :
terdapat 5 sumber masalah yang secara potensial mengganggu
kemampuan korporasi dalam mencapai tujuannya, sehingga dapat
menghasilkan tekanan untuk melakukan kejahatan.

1. Persaingan
korporasi dihadapkan pada penemuan tekhnologi baru, tekhnik
pemasaran, usaha-usaha memperluas atau menguasai pasaran.
 tindakan korporasi untuk memata-matai saingannya, meniru,
memalsukan, mencuri, menyuap atau mengadakan
persekongkolan mengenai harga atau daerah pemasaran.

2. Pemerintah
Untuk mengamankan kebijaksanaan ekonominya, pemerintah antara
lain melakukannnya dengan memperluas peraturan yang mengatur
kegiatan bisnis, baik melalui peraturan baru maupun melalui
penegakan yang lebih keras terhadap peraturan- peraturan yang ada.
Dalam menghadapi keadaan yang demikian, korporasi dapat
melakukannya dengan cara melanggar peraturan yang ada
seperti pelanggaran terhadap peraturan perpajakan,
memberikan dana-dana kampanye yang ilegal kepada para politisi
dengan imbalan janji-janji untuk mencabut peraturan yang ada atau
memberikan proyek-proyek tertentu, mengekspor perbuatan ilegal
ke negara lain.
3. Karyawan
Tuntutan perbaikan dalam penggajian, peningkatan kesejahteraan dan perbaikan
dalam kondisi-kondisi kerja. Dalam hubungan dengan karyawan, tindakan-tindakan
korporasi yang berupa kejahatan misalnya pemberian upah di bawah minimal, memaksa
kerja lembur atau menyediakan tempat kerja yang tidak memenuhi peraturan mengenai
keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

4. Konsumen
Ini terjadi karena adanya permintaan konsumen terhadap produk-produk industri
yang bersifat elastis dan berubah-ubah, atau karena meningkatnya aktivitas dari gerakan
perlindungan konsumen. Adapun tindakan korporasi terhadap konsumen yang dapat
menjurus pada kejahatan korporasi atau yang melanggar hukum, misalnya iklan yang
menyesatkan, pemberian label yang dipalsukan, menjual barang-barang yang sudah
kadaluwarsa, produk-produk yang membahayakan tanpa pengujian terlebih dahulu atau
memanipulasikan hasil pengujian.

5. Publik
Hal ini semakin meningkat dengan tumbuhnya kesadaran akan perlindungan
terhadaplingkungan seperti konservasi terhadap air bersih, udara bersih, serta penjagaan
terhadap sumber-sumber alam. Dalam menghadapi lingkungan publik, tindakan-tindakan
korporasi yang merugikan publik dapat berupa pencemaran udara, air dan tanah, menguras
sumber-sumber alam.
• tindakan korporasi yang tidak kalah
merugikannya adalah merusakkan proses
demokrasi, memerosotkan moral masyarakat,
membuat pemerintah korup serta cenderung
memiskinkan rakyat miskin (khususnya di
negara-negara ketiga) dengan melakukan
penyuapan atau bantuan kepada
pemimpin/penguasa di negara-negara ketiga
dengan imbalan berupa pendirian pabrik-pabrik
yang limbahnya berbahaya, penjualan produk-
produk yang membahayakan dan sebagainya.
dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya kejahatan yang bersifat
keorganisasian.
• Bahwa tindakan korporasi bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
bagi orang-orang lailn di luar organisasi. Dalam menentukan telah terjadinya
penyimpangan perilaku organisasi, maka “konsensus” yang sangat penting
adalah dengan cara melihat siapakah yang seharusnya memperoleh manfaat
dari adanya organisasi. Misalnya organisasi rumah sakit ditujukan untuk
melayani orang sakit, sehingga pelanggaran terhadap konsensus ini
merupakan satu unsur dari penyimpangan organisasi.
• Bahwa tindakan penyimpangan tersebut harus di sokong oleh norma-norma
internal yang berlaku dalam organisasi. Dalam kenyataannya norma-norma
internal tersebut seringkali bertentangan dengan tujuan-tujuan organisasi
yang dinyatakan kepada publik. Sokongan terhadap prilaku yang
menyimpang tersebut dapat dilakukan secara aktif maupun secara pasif,
misalnya kelompok elit dalam organisasi (sebagai wakil organisasi)
mengetahui pola yang menyimpang dari perilaku organisasi akan tetapi diam
saja, dalam arti tidak mengambil tindakan terhadap penyimpangan tersebut.
Secara umum kekuasaan korporasi:
dipakai untuk mencapai 3 tujuan yang saling berkaitan:
1. Dipakai untuk menahan atau menjaga agar tindakan korporasi yang ilegal berada di luar
peradilan pidana.
• Dalam hubungan ini korporasi akan berusaha agar tindakan-tindakan yang ilegal tidak
diperiksa atau diselesaikan lewat peradilan pidana, akan tetapi di selesaikan lewat badan
administratif. Sebab mempengaruhi atau campur tangan terhadap badan administratif relatif
lebih mudah dilakukan untuk disesuaikan dengan kepentingannya dari pada terhadap badan
peradilan pidana.
• Misalnya pada kasus penggajian upah di bawah ketentuan upah minimal (UMR) di Jawa
Tengah pada awal tahun 1990 yang diajukan di Pengadilan Negeri Karanganyar, maka begitu
masalahnya di rembug oleh Apindo Jawa Tengah dengan pejabat-pejabat administratif Jawa
Tengah, maka perkara-perkara di bidang ini segera “lenyap” dari peredaran, dalam arti tidak
ada lagi kasus upah minimal yang diajukan ke pengadilan di daerah Jawa Tengah.
2. Keputusan dari bekerjanya badan administratif itu pun merupakan subjek dari campur
tangan kekuasaan korporasi.
• Atas tindakan korporasi yang melanggar hukum, maka korporasi akan berusaha agar
tindakan atau keputusan badan administratif yang dikenakan kepadanya tidak atau
seminimal mungkin merugikan kepentingannya.
3. Kekuasaan korporasi di pakai untuk mencegah tindakan-tindakan tertentu dari korporasi
yang merugikan masyarakat dijadikan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana
(delik). Barang kali ini merupakan penggunaan kekuasaan korporasi yang sangat penting,
sehingga menghasilkan langkahnya tindakan-tindakan korporasi yang merugikan
masyarakat di jadikan tindak pidana, akibatnya tindakan-tindakan korporasi yang merugikan
masyarakat luas menjadi sah atau legal, walaupun secara moral sulit untuk membedakan
antara tindakan-tindakan korporasi yang merugikan masyarakat dengan bentuk tertentu dari
kejahatan warungan atau konvensional. Hal ini agaknya sesuai dengan pandangan
Chambliss & Seidman yang menyatakan bahwa kejahatan bukan merupakan persoalan
moral melainkan masalah yang bersifat politik, karena undang-undang (pidana) seringkali
merupakan jalan untuk menangani kepentingan dan kebutuhan sosial dari kelompok yang
berkuasa
wajah kejahatan dipengaruhi oleh bentuk masyarakatnya:
masyarakat kapitalis akan memiliki wajah kejahatan yang berbeda
dengan masyarakat komunis, masyarakat industri akan memiliki wajah
kejahatan yang berbeda dengan masyarakat agraris. Dengan demikian
pada era industrialisasi, wajah kejahatan yang kita miliki berbeda
dengan kejahatan sebelumnya.

ciri industrialisasi:
meningkatnya peranan dan kekuasaan korporasi di hampir
semua segi kehidupan, sehingga seolah-oleh hidup matinya
masyarakat di tangan korporasi.
Di sisi lain,
dalam mencapai tujuannya korporasi cenderung
melakukan pelanggaran hukum dan nilai-nilai sosial
lainnya, sehingga menimbulkan kerugian yang luar biasa
besarnya pada masyarakat luas.

Kejahatan dewasa ini  kejahatan korporasi,


kejahatan korporasi :
kejahatan yang paling serius, yang paling mencemaskan, yang
paling merugikan dan paling merusak pada dewasa ini.
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kejahatan
korporasi tidak dapat ditunda-tunda lagi terutama oleh
ilmuwan, pemerintah dan penegak hukum
Mengontrol kejahatan korporasi:
dilakukan melalui tiga pendekatan

1. Mengubah sikap dan struktur korporasi secara sukarela


dilakukan dgn mengembangkan dan memperkuat etika bisnis dan perubahan-
perubahan tertentu di bidang organisasi sehingga kondusif bagi berkembangnya
kepatuhan hukum, sebab adalah tidak mungkin untuk mengandalkan kontrol
terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh korporasi melalui penegak
hukum semata.

2. Perubahan terhadap organisasi korporasi


Tindakan untuk mengubah struktur korporasi dapat dilakukan melalui campur
tangan pemerintah. Tindakan kontrol oleh pemerintah dapat dilakukan melalui
peraturan perundang-undangan dengan mengenakan sanksi hukum maupun
melalui publisitas atau bahkan pengambilalihan.

3. Aksi konsumen
Konsumen sebagai kelompok besar, karena sifatnya yang tidak terorganisir dan
karena adanya berbagai keterbatasan kedudukannya yang sangat lemah bila
dihadapkan dengan korporasi, sehingga merupakan korban yang sangat empuk
bagi kejahatan korporasi.
Namun kerjasama konsumen secara luas merupakan penggunaan tekanan yang
berarti terhadap korporasi. Kerjasama konsumen cenderung digunakan untuk
menekankan tanggung jawab etis dalam melakukan bisnis, mereka juga dapat
mempengaruhi aktifitas korporasi melalui kemampuannya untuk “mendiktekan”
standard produk yang dihasilkannya. Gerakan kerjasama menawarkan cara-cara
alternatif dalam mencegah kejahatan korporasi dan sekaligus memberi
kemungkinan untuk menjadi produk yang berkualitas dengan harga yang murah.

Anda mungkin juga menyukai