KORPORASI
K. Wisnu Wardana, SH, MH.
Korporasi:
suatu organisasi, suatu bentuk organisasi dengan tujuan tertentu
yang bergerak dalam bidang ekonomi atau bisnis.
maka
teori-teori mengenai organisasi dapat memberikan
berbagai wawasan,
yakni seberapa jauh sifat dan luasnya organisasi dapat
berpengaruh dalam pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh korporasi.
Begitu pula luasnya, penyebaran tanggung jawabnya, serta
struktur hirarkis dari korporasi besar dapat membantu
berkembangnya kondisi-kondisi yang kondusif bagi perbuatan
yang menyimpang/ melanggar hukum yang dilakukan oleh
organisasi.
Pengaruh dari perkembangan korporasi maupun teknologi:
sejumlah tugas memerlukan spesialisasi atau profesionalisasi.
setiap bentuk kejahatan korporasi, mulai dari produk yang salah atau
membahayakan hingga pada penyuapan, kecurangan dan bahkan
pencurian selalu dimungkinkan.
-- Model organik
yakni yang menekankan pada hubungan antara
perusahaan dgn lingkungan ekonomi dan politiknya
motif mencari keuntungan (sebesar-besarnya):
• sebagai alasan utama dilakukannya kejahatan korporasi
Persaingan yg berlebih-lebihan dalam usaha
menguasai pasar, penekanan pada sukses
(memperoleh sukses dgn menghalalkan cara),
praktek bisnis yang bersifat nirpersonal
dan eksploitatif dapat mendorong
terhadap perbuatan-perbuatan yg
melanggar hukum.
1. Persaingan
korporasi dihadapkan pada penemuan tekhnologi baru, tekhnik
pemasaran, usaha-usaha memperluas atau menguasai pasaran.
tindakan korporasi untuk memata-matai saingannya, meniru,
memalsukan, mencuri, menyuap atau mengadakan
persekongkolan mengenai harga atau daerah pemasaran.
2. Pemerintah
Untuk mengamankan kebijaksanaan ekonominya, pemerintah antara
lain melakukannnya dengan memperluas peraturan yang mengatur
kegiatan bisnis, baik melalui peraturan baru maupun melalui
penegakan yang lebih keras terhadap peraturan- peraturan yang ada.
Dalam menghadapi keadaan yang demikian, korporasi dapat
melakukannya dengan cara melanggar peraturan yang ada
seperti pelanggaran terhadap peraturan perpajakan,
memberikan dana-dana kampanye yang ilegal kepada para politisi
dengan imbalan janji-janji untuk mencabut peraturan yang ada atau
memberikan proyek-proyek tertentu, mengekspor perbuatan ilegal
ke negara lain.
3. Karyawan
Tuntutan perbaikan dalam penggajian, peningkatan kesejahteraan dan perbaikan
dalam kondisi-kondisi kerja. Dalam hubungan dengan karyawan, tindakan-tindakan
korporasi yang berupa kejahatan misalnya pemberian upah di bawah minimal, memaksa
kerja lembur atau menyediakan tempat kerja yang tidak memenuhi peraturan mengenai
keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
4. Konsumen
Ini terjadi karena adanya permintaan konsumen terhadap produk-produk industri
yang bersifat elastis dan berubah-ubah, atau karena meningkatnya aktivitas dari gerakan
perlindungan konsumen. Adapun tindakan korporasi terhadap konsumen yang dapat
menjurus pada kejahatan korporasi atau yang melanggar hukum, misalnya iklan yang
menyesatkan, pemberian label yang dipalsukan, menjual barang-barang yang sudah
kadaluwarsa, produk-produk yang membahayakan tanpa pengujian terlebih dahulu atau
memanipulasikan hasil pengujian.
5. Publik
Hal ini semakin meningkat dengan tumbuhnya kesadaran akan perlindungan
terhadaplingkungan seperti konservasi terhadap air bersih, udara bersih, serta penjagaan
terhadap sumber-sumber alam. Dalam menghadapi lingkungan publik, tindakan-tindakan
korporasi yang merugikan publik dapat berupa pencemaran udara, air dan tanah, menguras
sumber-sumber alam.
• tindakan korporasi yang tidak kalah
merugikannya adalah merusakkan proses
demokrasi, memerosotkan moral masyarakat,
membuat pemerintah korup serta cenderung
memiskinkan rakyat miskin (khususnya di
negara-negara ketiga) dengan melakukan
penyuapan atau bantuan kepada
pemimpin/penguasa di negara-negara ketiga
dengan imbalan berupa pendirian pabrik-pabrik
yang limbahnya berbahaya, penjualan produk-
produk yang membahayakan dan sebagainya.
dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya kejahatan yang bersifat
keorganisasian.
• Bahwa tindakan korporasi bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
bagi orang-orang lailn di luar organisasi. Dalam menentukan telah terjadinya
penyimpangan perilaku organisasi, maka “konsensus” yang sangat penting
adalah dengan cara melihat siapakah yang seharusnya memperoleh manfaat
dari adanya organisasi. Misalnya organisasi rumah sakit ditujukan untuk
melayani orang sakit, sehingga pelanggaran terhadap konsensus ini
merupakan satu unsur dari penyimpangan organisasi.
• Bahwa tindakan penyimpangan tersebut harus di sokong oleh norma-norma
internal yang berlaku dalam organisasi. Dalam kenyataannya norma-norma
internal tersebut seringkali bertentangan dengan tujuan-tujuan organisasi
yang dinyatakan kepada publik. Sokongan terhadap prilaku yang
menyimpang tersebut dapat dilakukan secara aktif maupun secara pasif,
misalnya kelompok elit dalam organisasi (sebagai wakil organisasi)
mengetahui pola yang menyimpang dari perilaku organisasi akan tetapi diam
saja, dalam arti tidak mengambil tindakan terhadap penyimpangan tersebut.
Secara umum kekuasaan korporasi:
dipakai untuk mencapai 3 tujuan yang saling berkaitan:
1. Dipakai untuk menahan atau menjaga agar tindakan korporasi yang ilegal berada di luar
peradilan pidana.
• Dalam hubungan ini korporasi akan berusaha agar tindakan-tindakan yang ilegal tidak
diperiksa atau diselesaikan lewat peradilan pidana, akan tetapi di selesaikan lewat badan
administratif. Sebab mempengaruhi atau campur tangan terhadap badan administratif relatif
lebih mudah dilakukan untuk disesuaikan dengan kepentingannya dari pada terhadap badan
peradilan pidana.
• Misalnya pada kasus penggajian upah di bawah ketentuan upah minimal (UMR) di Jawa
Tengah pada awal tahun 1990 yang diajukan di Pengadilan Negeri Karanganyar, maka begitu
masalahnya di rembug oleh Apindo Jawa Tengah dengan pejabat-pejabat administratif Jawa
Tengah, maka perkara-perkara di bidang ini segera “lenyap” dari peredaran, dalam arti tidak
ada lagi kasus upah minimal yang diajukan ke pengadilan di daerah Jawa Tengah.
2. Keputusan dari bekerjanya badan administratif itu pun merupakan subjek dari campur
tangan kekuasaan korporasi.
• Atas tindakan korporasi yang melanggar hukum, maka korporasi akan berusaha agar
tindakan atau keputusan badan administratif yang dikenakan kepadanya tidak atau
seminimal mungkin merugikan kepentingannya.
3. Kekuasaan korporasi di pakai untuk mencegah tindakan-tindakan tertentu dari korporasi
yang merugikan masyarakat dijadikan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana
(delik). Barang kali ini merupakan penggunaan kekuasaan korporasi yang sangat penting,
sehingga menghasilkan langkahnya tindakan-tindakan korporasi yang merugikan
masyarakat di jadikan tindak pidana, akibatnya tindakan-tindakan korporasi yang merugikan
masyarakat luas menjadi sah atau legal, walaupun secara moral sulit untuk membedakan
antara tindakan-tindakan korporasi yang merugikan masyarakat dengan bentuk tertentu dari
kejahatan warungan atau konvensional. Hal ini agaknya sesuai dengan pandangan
Chambliss & Seidman yang menyatakan bahwa kejahatan bukan merupakan persoalan
moral melainkan masalah yang bersifat politik, karena undang-undang (pidana) seringkali
merupakan jalan untuk menangani kepentingan dan kebutuhan sosial dari kelompok yang
berkuasa
wajah kejahatan dipengaruhi oleh bentuk masyarakatnya:
masyarakat kapitalis akan memiliki wajah kejahatan yang berbeda
dengan masyarakat komunis, masyarakat industri akan memiliki wajah
kejahatan yang berbeda dengan masyarakat agraris. Dengan demikian
pada era industrialisasi, wajah kejahatan yang kita miliki berbeda
dengan kejahatan sebelumnya.
ciri industrialisasi:
meningkatnya peranan dan kekuasaan korporasi di hampir
semua segi kehidupan, sehingga seolah-oleh hidup matinya
masyarakat di tangan korporasi.
Di sisi lain,
dalam mencapai tujuannya korporasi cenderung
melakukan pelanggaran hukum dan nilai-nilai sosial
lainnya, sehingga menimbulkan kerugian yang luar biasa
besarnya pada masyarakat luas.
3. Aksi konsumen
Konsumen sebagai kelompok besar, karena sifatnya yang tidak terorganisir dan
karena adanya berbagai keterbatasan kedudukannya yang sangat lemah bila
dihadapkan dengan korporasi, sehingga merupakan korban yang sangat empuk
bagi kejahatan korporasi.
Namun kerjasama konsumen secara luas merupakan penggunaan tekanan yang
berarti terhadap korporasi. Kerjasama konsumen cenderung digunakan untuk
menekankan tanggung jawab etis dalam melakukan bisnis, mereka juga dapat
mempengaruhi aktifitas korporasi melalui kemampuannya untuk “mendiktekan”
standard produk yang dihasilkannya. Gerakan kerjasama menawarkan cara-cara
alternatif dalam mencegah kejahatan korporasi dan sekaligus memberi
kemungkinan untuk menjadi produk yang berkualitas dengan harga yang murah.