Anda di halaman 1dari 18

MATERI 5

SRADDHA
DALAM AGAMA HINDU

Dosen Pengampu:
NI MADE AYU ANANTA KARISMAYANTI
5.1. PANCA SRADDHA

Pokok-pokok Keimanan dalam Agama Hindu


dapat dibagi menjadi 5 bagian disebut Panca
Sraddha (Panca = lima, Sraddha= kepercayaan)

Panca Sraddha itu terdiri dari:


5.1.1. Brahman (Percaya akan adanya Sang Hyang Widhi)
5.1.2. Atman (Percaya akan adanya Atman)
5.1.3. Karmaphala (Percaya akan adanya Karmaphala)
5.1.4. Punarbhawa (Percaya akan adanya Punarbhawa)
5.1.5. Moksa (Percaya akan adanya Moksa)
Brahman/Sang Hyang Widhi
 Sang Hyang Widhi Sumber Segala

Kita kadang bertanya dimanakah kita berada sebelum lahir dan


kemanakah kita pergi setelah mati?

Dalam Mundaka Upanisad 1.7 : “Seperti laba-laba mengeluarkan dan


menarik benangnya, seperti tumbuh-tumbuhan bahan obat tumbuh
di bumi, seperti rambut di kepala dan badan orang, demikianlah alam
semesta ini muncul dari Tuhan”

Tuhan sumber hidup dan sumber tenaga, dan dari Dialah segala yang
ada ini dan kepadaNya pula segala yang ada ini kembali. Karena itu ia
disebut Sangkan Paraning Dumadi, asal dan kembalinya semua
makhluk.
 Sang Hyang Widhi Berada dimana-mana

Sang Hyang Widhi berada dimana-mana, Beliau bersifat Wyapi Wyapaka meresapi
segalanya.Tidak ada suatu tempatpun yang beliau tiada tempati. Sang Hyang Widhi
bersifat “mahima”, Maha besar.

Dalam Rg Veda X.90.1 : “ Tuhan berkelapa seribu, bermata seribu, berkaki seribu, ia
memenuhi bumi, bumi pada semua arah, mengatasi ke sepuluh penjuru”

Seribu dalam mantra veda di atas berarti


tak terhingga. Tuhan berkepala tak
terhingga, bermata tak terhingga,
bertangan tak terhingga. Semua kepala
adalah kepalanya, semua mata adalah
matanya, semua tangan adalah
tangannya. Walaupun Ia tak dapat dilihat
dengan mata, Ia dapat dirasakan
kehadiranya pada segala dengan rasa
hati.
 Sang Hyang Widhi Esa Adanya
Kepercayaan terhadap satu Tuhan disebut Monotheisme. Di dalam
pustaka-pustaka suci agama Hindu banyak disebutkan bukti-bukti tentang
keesaan Sang Hyang Widhi, diantaranya adalah:

1. Dalam Chandogya Upanisad “Ekam Eva Adwityam Brahman”. Hanya


satu, tidak ada duanya Hyang Widhi itu.

2. Dalam Tri Sandhya “Eko Narayanah na Dwityo sti Kascit”. Hanya ada satu
Tuhan, sama sekali tidak ada duanya.

3. Dalam Rg Veda “Ekam Sat Wipra Bahuda Wadanti”. Hanya satu Sang
Hyang Widhi, orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama.

4. Dalam Pustaka Sutasoma “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma


Mangrwa”. Berbeda-beda tetapi tetap satu tidak ada Dharma yang
kedua.
Atman
Atman adalah Percikan-percikan
kecil dari Paramatman (Tuhan)
yang memberikan hidup kepada
semua makhluk.

Atman yang menghidupkan


badan manusia disebut Jiwatman

Atman yang berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “Antarjyotih”


(bersinar tidak ada yang menyinari, tanpa awal, dan tanpa akhir bahkan
sempurna)
Di dalam Kitab Upanisad dijelaskan bahwa Atman sama wujudnya dan
sfatnya dengan Brahman (Sang Hyang Widhi). Di dalam sloka disebutkan
bahwa “Brahman Atman Aikyam”, yang artinya Brahman dan Atman itu
tunggal.
Badan dan Atma
diandaikan seperti kereta dan
kusir. Atma adalah kusirnya
dan badan adalah keretanya.
Kereta tidak bisa berjalan
tanpa ada kusir. Badan tidak
dapat hidup tanpa adanya
atman. Badan bisa mati
sedangkan atma tidak,
karena atma adalah bagian
dari Sang Hyang Widhi

Atma itu sempurna, tetapi manusia tidaklah sempurna.


Persatuan antara atma dengan badan manusia menimbulkan
kegelapan (awidya). Jadi manusia lahir dalam keadaan Awidya,
yang menyebabkan ketidak sempurnaan.

Ketika manusia atau makhluk hidup mati, maka badannya akan


berpisah dengan atma. Terjadinya perpisahan tersebut
menimbulkan berakhirnya sebuah kehidupan. Badan akan
hancur dan kembali ke asalnya yaitu unsur Panca Maha Bhuta.
Kata Karma diambil dari
bahasa Sansekerta, dari akar
‘kri’ yang artinya berbuat,
bekerja; sehingga segala
kegiatan kerja adalah karma

Semuanya ini hanya ditentukan oleh karma, karena tak seorangpun


dapat sesuatu tanpa suatu usaha untuk mendapatkannya. Inilah hukum
karma yang bersifat abadi; dan pasti.

Bhagavad Gita III.5. menyatakan tentang kegiatan kerja sebagai berikut:


“Tak seorangpun yang tidak melakukan kegiatan kerja, walaupun hanya
sesaat jua, karena dengan tanpa daya, manusia dipaksa oleh hukum-
hukum alam.

Jadi akibat hukum alam (prakrti) dengan Tri Gunanya, manusia yang juga
tersusun atas unsur-unsur yang berasal dari prakrti itu dipaksa untuk
melakukan kegiatan kerja guna kelangsungan hidupnya sendiri.
Karma Phala adalah hasil dari segala
perbuatan dan kegiatan yang
dilakukan tanpa kecuali, baik sadar
maupun yang dilaksanakan dengan
tidak sadar.

Perbuatan digolongkan menjadi dua,


yaitu: Perbuatan baik (Subha Karma)
dan Perbuatan buruk (Asubha Karma).

Dalam Bhagawadgita sifat dasar yang


mempengaruhi perbuatan manusia
ada dua:

 Daiwi Sampad: sifat kedewataan


yang menyebabkan manusia
berbuat mulia.

Asuri Sampad; sifat keraksasaan


yang menyebabkan manusia berbudi
rendah.
DILIHAT DARI SUDUT PANDANG WAKTU,
KARMA PHALA DAPAT DIBAGI MENJADI
TIGA BAGIAN YAITU:

 Sancita Karma Phala, perbuatan pada


kehidupan terdahulu, hasilnya akan dinikmati
pada kehidupan sekarang.
 Prarabda Karma Phala, perbuatan sekarang,
hasilnya akan dinikmati pada kehidupan
sekarang juga.
 Kryamana Karma Phala, perbuatan sekarang,
hasilnya akan dinikmati pada kehidupan yang
akan datang.
s a r a
a / S a m
r b h aw
a
P•unPunarbhawa (lahir kembali atau
kelahiran berulang-ulang) berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu
“Punar” artinya kembali atau lagi,
dan “Bhawa” artinya lahir atau
menjelma.
• Kelahiran kembali ke dunia
disebabkan oleh perbuatan yang
masih menimbulkan bekas atau
sisa perbuatan di masa lampau,
yang disebuat Karma Wasana
a k an
u r u k k a n
n b a n g r
a t a S e d l a h i
e rb u u t a . a n
h p C y a k
o l e a k a b a ik
n g gu t N e r a t a n
i b e le e b u e r b u
i k at
g d , d is h p t a . t e r
y a n a k a o l e C y u si h a n
m a n e r n g g u ga m a h a k
a r i e la w a r r a n g l a l a
ir d d i b u t S s e o p u n ia .
h a ng diseb a s e it u d u
a y , s a n a m a g k e i d a k
t m a r g a w a s e l l a n h t i
s w r m a a ka n g - u s u d a l a g
dari a n g k a
t m a , m
b e ru l a
a t m a
a k a d a
n g an
pa nj u t i a
y a n g a b i la
k a t i d
t u d e
Se l i m ir a n a p m a e rs a
e n ye l a h k n y a
s a n a a n b
m i k e b a li w a a k
r j a d l a s e r m a i a . Ia
te u p u h k a d u n
e g it t i o le l i k e
B i m u b a
l m
dise iran ke
e l a h .
k m a n
B r a h
Dalam Kitab Sarasamuccaya, 6

“Sopanabhutam svargasya manusyam prapya


durlabham, tathatmanam samadayad dhvamseta
na punaryatha.
paramarthanya, penpenen ta pwa katemwanikin si
dadi wwan, durlabha wi ya ta, saksat handa nin
mara rih swarga ika, sanimitta nin tan tiba muwah
ta pwa damlakna.”

Pergunakanlah dengan sebaik-baiknya


kesempatan menjadi manusia, kesempatan yang
sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga
untuk datang menuju sorga. Segala sesuatu yang
menyebabkan agar tidak jatuh lagi itulah
hendaknya dilakukan.
MOKSA
Moksa berasal dari kata ‘muc’ (bahasa sansekerta) yang berarti
membebaskan, mengeluarkan atau melepaskan. Dari urat kata
ini kemudian mejad mukta/moksa yang berarti kelepasan atau
kebebasan.

Suasana moksa adalah


suasana alamnya Hyang
Widhi, sangat gaib, tenang,
dan berada di luar batas
pikiran manusia. Oleh
karena itu kondisi moksa
ada di alam Nirguna (tak
terpikirkan oleh manusia)
Tujuan akhir agama Hindu adalah tercapainya
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat
“Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharmah”
Berdasarkan tingkat pencapaiannya
moksa dibedakan menjadi 3 :
1. Moksa : bersatunya Atman dengan
Brahman dengan meningalkan
badan wadag.
2. Adi Moksa : bersatunya Atman
dengan Brahman yang
meninggalkan bekas berupa abu
jenasah.
3. Parama Moksa : bersatunya Atman
dengan Brahman dengan tidak
meninggalkan bekas
Ada 4 jalan untuk mencapai moksa yang disebut
dengan catur marga/catur yoga, yaitu:
1. Bhakti Marga : melalui jalan sujud bakti atau
penyerahan diri secara tulus kepada Hyang Widhi.
2. Karma Marga : melalui jalan berbuat baik dan
mulia tanpa pamrih.
3. Jnana Marga : melalui jalan pengabdian dan
pengalaman terhadap ilmu pengetahuan.
4. Raja Marga : melalui jalan melakukan bratha, tapa,
yoga dan semadi.

Catur marga adalah cara yang paling baik untuk melakukan


usaha agar kita dapat melepaskan ikatan-ikatan kehidupan
duniawi, dan untuk mencapai moksa itu seseorang harus
bergulat dalam perbuatan yang baik
MOKSA DIBEDAKAN MENJADI 3
TINGKATAN:
 Jiwan Mukti : suatu kebebasan yang dapat
dicapai semasa hidup dimana atma tidak
terpengaruh oleh indria dan unsur duniawi.
 Wideha Mukti : kebebasan yang dicapai
dimana atma mencapai tingkat kesadaran
murni atau tingkat kesadaran Brahman,
namun atma belum bersatu dengan Brahman.
 Purna Mukti: kebebasan yang paling
sempurna dimana atma telah bersatu dengan
Brahman. Sementara badan telah kembali
kepada sumbernya (Panca Maha Bhuta)
Atman yang mencapai
moksa telah menyatu
dengan Brahman, pada saat
itu orang menyatakan
“AHAM BRAHMA ASMI”, Aku
adalah Brahman

Anda mungkin juga menyukai