Anda di halaman 1dari 20

KOLOM

 Fungsi Kolom:
◦ Menyalurkan beban kepondasi dan diteruskan
ketanah dasar.

 Beban yang bekerja pada kolom:


◦ Beban Aksial tekan (Pu)
◦ Momen Lentur
 Kegagalan Kolom:
◦ Berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur
lainnya yang berhubungan dengannya atau bahkan batas
runtuh dari struktur tersebut.

◦ Keruntuhan tidak diawali dengan tanda peringatan yang


jelas dan bersifat mendadak.

◦ Pada balok atau pelat diawali dengan lendutan sebelum


terjadi keruntuhan.

◦ Untuk keamanan kolom dengan memberikan cadangan


kekuatan yang lebih tinggi dari pada komponen lainnya.

◦ Diperlukan faktor reduksi kekuatan bahan () diturunkan


menjadi 0,65 (untuk kolom sengkang) dan 0,75 (untuk
kolom spiral) sedangkan balok 0,80.
Macam jenis kolom beton berdasarkan
penampang dan susunan tulangan:

◦ Kolom dengan pengikat sengkang.


 Sering digunakan dilapangan
 Mudah dalam pembuatannya
 Tidak memerlukan cetakan khusus

◦ Kolom dengan pengikat spiral.

◦ Kolom komposit.
 Kolom beton yang didalamnya berisi profil baja atau
pipa baja yang didalamnya diisi dengan beton.
Macam jenis kolom beton berdasarkan susunan
tulangan:
 Tulangan simetris dua sisi (two faces)

 Tulangan dengan empat sisi (four faces)


 Berdasarkan kelangsingan:
◦ Kolom pendek:
Kolom dimana pengaruh panjang kolom dan
reaksi goyangan akibat beban diatasnya sangat
kecil atau diabaikan.

Jenis keruntuhan tekan dari beton atau lelehnya


tulangan baja.
◦ Kolom panjang:
 Kolom dimana pengaruh panjang kolom dan perubahan
bentuk dari kolom goyangan sangat berpengaruh
terhadap kekuatannya.

 Jenis keruntuhan dapat disebabkan oleh tertekuknya


kolom (buckling failure).

 Untuk mencegah keruntuhan akibat tekuk:


 Memasang elemen dinding geser (shear wall)
 Pertambatan diagonal (bracing)
 Membuat kolom kaku

 Kolom dan balok mempunyai sumbu yang sama agar


tidak terjadi eksentrisitas beban yang menyebabkan
terjadinya torsi.

 Lebar kolom sebaiknya dibuat minimal sama atau lebih


besar dari lebar balok agar detail penulangan lebih
mudah pemasangannya dan pelimpahan gaya dari kolom
ke balok lebih sederhana.
 PERSYARATAN PENULANGAN
◦ Untuk balok pembatasan jumlah tulangan dapat dilakukan
dengan mudah karena yang bekerja hanya momen lentur.

◦ Untuk kolom pembatasan jumlah tulangan sangat sulit


dilakukan karena selain momen lentur juga bekerja beban
aksial tekan yang cukup besar.

◦ Jumlah luas penampang tulangan pokok pada kolom dibatasi


dengan rasio penulangan (), dimana min = 1 % (0,01) dan
mak= 8 % (0,08)

◦ Rasio penulangan adalah perbandingan antara luas tulangan


yang terpasang dengan luas penampang kolom.

◦ Rasio minimun digunakan untuk mencegah terjadinya retak


dan menahan adanya momen lentur tak terduga.

◦ Rasio tulangan maksimum untuk mencegah terjadinya


pemasangan tulangan yang terlalu banyak yang akan
menyulitkan pada pelaksanaan.

◦ Pada prakteknya dilapangan digunakan antara 1,5 % sampai 4


% dari luas penampang kolom.
 Persyaratan pemasangan tulangan:
◦ Ukuran kolom min 300 mm, tulangan pokok  12
mm dan D 10 mm.
◦ Tebal selimut beton ≥ 40 mm
◦ Jumlah minimal tulangan : 6 batang untuk pengikat
spiral dan 4 batang untuk penikat sengkang.
◦ Jarak antar tulangan ≥ 1,5 diameter tulangan
pokok atau 40 mm
◦ Tulangan sengkang yang digunakan min  8 mm
◦ Jarak tulangan sengkang diambil nilai yang terkecil:
 ≥ 16 kali diameter tulangan pokok
 48 kali diameter tulangan sengkang
 Ukuran terkecil dari lebar kolom
◦ Jarak untuk tulangan spiral harus ≥ 25 mm dan
tidak boleh ≤ 80 mm.
◦ Sudut kait sengkang ± 1350
 GAYA YANG TERJADI PADA KOLOM
◦ Beban pada kolom:
◦ Beban aksial tekan (Pu)
 Sangat jarang terjadi dan mungkin tidak pernah kita
jumpai di lapangan.
◦ Kombinasi beban aksial (Pu) dan momen lentur
(Mu)
 Yang sering terjadi pada kolom meskipun secara
teoritis suatu kolom hanya hanya mendukung beban
aksial tekan sentris saja.
 Harus diperhitungan terhadap emin = (15 + 0,03 h)
 Eksentrisitas minimum digunakan untuk
memperhitungkan ketidaktepatan sumbu kolom dan
beban Pu yang bekerja.
◦ Momen lentur yang bekerja pada kolom:
 Melentur pada satu arah (uniaxial bending)
 Melentur dua arah (biaxial bending)
 PERHITUNGAN TULANGAN KOLOM
◦ Akibat bekerjanya gaya Aksial (Pu) dan Momen Lentur (Mu)
perhitungan lebih sulit

◦ Balok hanya bekerja Mu karena gaya Pu (tekan maupun tarik


relatif kecil) sehingga dapat diabaikan.

◦ Untuk mempermudah perhitungan digunakan alat bantu yaitu


tabel, diagram samapi dengan program (sofware).

◦ Yang sering digunakan pada praktek adalah dengan


menggunakan Diagram Interaksi M-P (yang menunjukan hub
antara kapasitas gaya aksial (P) dengan kapasitas Momen lentur
(M)

◦ Pada kolom biasanya bekerja beban aksial tekan yang eksentris


thd sumbu kolom, maka akan timbul tegangan (stress) yang
tidak merata pada kolom.

◦ Jika eksentrisitas (e) terlalu besar, maka pada penampang akan


timbul tegangan tarik, sehingga penampang kolom akan terbagi
menjadi daerah tekan dan tarik.
 Berdasarkan regangan (strain) yang terjadi,
keruntuhan kolom dibedakan menjadi 2
yaitu:
◦ Kehancuran tarik (tension failure), diawali dengan lelehnya batang
tulangan pada daerah tarik.
◦ Kehancuran tekan (compression failure), diawali dengan
hancurnya beton didaerah tekan.
◦ Kehancuran kondisi seimbang (balance failure), jika luas tulangan
tarik baja sedemikian rupa sehingga akibat pembebanan,
regangan leleh baja (εs) dari tulangan tarik mencapai εs = fy / Es,
dan regangan beton mencapai regangan maksimum εc = 0,003
◦ Jumlah tulangan
As = ρ. Ag,
dimana :
Ag = luas penampang kolom (Ag = b.h)
ρ=r.β
Dimana:
r dibaca dari diagram dan β tergantung dari mutu beton (fc’).
 CONTOH SOAL (BUKU)
 PENGARUH TEKUK PADA KOLOM
◦ Akibat beban aksial (Pu), kolom dapat
mengalami tekuk (buckling).
◦ Semakin lansing ukuran kolom, kolom tersebut
akan mudah tertekuk, karena kelangsingan
kolom akan memperkecil kapasitas beban yang
dipikul oleh kolom.
◦ Beban P yang eksentris akan menyebabkan
timbulnya momen M = P. e, dan akibat
lenturan sebesar δ, maka momen mak akan
bertambah menjadi M = P . (e + δ), tambahan
pada kolom sebesar P.δ disebut momen
sekunder, dan gejala ini dikenal sebagai
pengaruh P – δ (P – Delta Effect)
◦ Batas kelangsingan suatu kolom, ditentukan berdasarkan
rasio kelangsingan, yaitu perbandingan antara jari – jari
inersia penampang dengan panjang efektif kolom. Panjang
efektif kolom tergantung pada sifat perletakan ujung-ujung
kolom.  = Lc/ r
 r = Jari – jari inersia penampang kolom = I/A
 I = Momen Inersia
 A = Luas penampang
 Lc = Panjang tekuk kolom = k.Lu
 Untuk kolom persegi r = 0,3 h dan lingkaran 0,25 D
 Kedua ujung sendi k=1
 Kedua ujung jepit k = 0,5
 Satu ujung jepit, ujung lain bebas k=2
 Kedua ujung jepit, ada gerak lateral k=1
 Harga k juga tergantung dari kekauan relatif antara
kolom – kolom dan balok – balok yang bersambungan
 = (E. Ik / Lk) /  (E . Ib / Lb)
◦ Arah tekuk kolom tergantung dari besarnya
momen inersia penampang.
Ix = 1/12.b.h3
Iy = 1/12.h.b3
berhubung h > b, maka sumbu x disebut sumbu kuat
dan sumbu y disebut sumbu lemah.

◦ Rumus tekuk Euler


Pcr= (π2.E.I)/Lc2
dimana :
Lc =panjang tekuk kolom (k.Lu)
Lu =panjang kolom dan
k = faktor panjang efektif kolom.
◦ Agar tidak terjadi tekuk pada kolom maka perlu
adanya pembesaran momen lentur yang bekerja
pada kolom (δb = momen magnification factor)
dimana:
 δb = Cm / (1 – Pu/.Pcr) ≥ 1,
 Cm = 0,6 + 0,4 (M1 + M2 ) ≥ 0,4 dimana Cm adalah
faktor koreksi
 dimana M1 ≤ M2
 untuk perhitungan praktis sering Cm diambil = 1.
  adalah faktor reduksi kekuatan bahan (0,65 untuk
kolom sengkang dan 0,70 untuk kolom spiral).
 Pu adalah gaya normal tekan terfaktor
 Pcr= (π2.E.I)/Lc2
 Untuk kolom EI = (Ec. Ig / 2,5) / 1 + βd
 Untuk balok EI = (Ec. Ig / 5) / 1 + βd
 Ec = 4700 fc’ (Mpa)
 βd = 1,2 D / (1,2 D + 1,6 L) ≤ 1
◦ Selain menggunakan nomogram nilai k juga dapat dicari
dengan menggunakan rumus dari ACI (American Concrete
Institute)
 Untuk kolom dengan portal pengaku / portal tidak bergoyang,
harga k diambil nilai yang terkecil diantara persamaan berikut
ini:
 K = 0,7 + 0,05 (A + B) ≤ 1
 K = 0,85 + 0,05 . min ≤ 1
 min adalah harga yang terkecil diantara A dan B
 Untuk kolom dengan portal tanpa pengaku / portal bergoyang,
harga k diambil nilai yang terkecil diantara persamaan berikut
ini:
 m < 2,
 m≥ 2,
 m adalah harga rata-rata dari A dan B
 Untuk kolom dengan portal tanpa pengaku / portal bergoyang,
dimana satu ujung kolom terjepit dan ujung yang lainnya
tertumpu sendi harga k ditentukan berikut ini:
 K = 2 + 0,3 
 Dimana  adalah kekakuan relatif dari ujung kolom yang terjepit
◦ Dimana:
 A = EI / Lc (komponen struktur tekan / kolom)
 B = EI / L (komponen struktur lentur / balok)
◦ Batas kelangsingan kolom pendek (pengaruh tekuk
tidak diperhitungkan) ditentukan sbb:
 =Lc /r ≤ 34 – 12 (M1 / M2)

◦ Batas kelangsingan kolom panjang (pengaruh tekuk


diperhitungkan) ditentukan sbb:
 =Lc /r > 34 – 12 (M1 / M2)
Dimana:
M1 < M2
M1 bernilai negatif
M2 bernilai positif
 CONTOH SOAL

Anda mungkin juga menyukai