Anda di halaman 1dari 25

MATERIAL TEKNIK

02
Modul ke:

Fakultas Sifat Mekanik Material


TEKNIK

Program Studi
Teknik Mesin
Muhamad Fitri, ST, Msi, PhD
Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi
Topik Pembahasan
1. Kekerasan pada logam
2. Hubungan antara Kekerasan dan Kekuatan
Tarik
3. Uji Impak
4. Uji Lelah (Fantigue Test)
5. Faktor keamanan pada desain

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

1. Kekerasan pada Logam
• Kekerasan adalah suatu ukuran ketahanan material terhadap
deformasi plastis lokal (seperti dekok atau goresan)
• Cara pengujian kekerasan material adalah dengan menekan /
menusukkan indentor kematerial yang diuji dan mengontrol
beban serta lajunya sehingga terbentuk lubang. Ukuran dan
kedalaman lubang yang terbentuk diukur untuk menentukan
kekerasan dari material tersebut. Ukuran dan kedalaman
lubang akan sangat tergantung kepadakekerasan material
yang diukur, yang mana makin lunak material maka makin
besardan dalam lubang yang terbentuk.
• Ukuran kekerasan material cenderung relatif (tidak absolut),
oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian berulang-ulang
untuk membandingkannya dengan teknik – teknik yang
berbeda.
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 2.9. Skema uji kekerasan material

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

a. Uji Kekerasan Rockwell
- Indentornya : Bola baja yang dikeraskan dengan diameter 1/16 in atau
1/8 in. Kerucut Intan (digunakan untuk material yang lebih keras).
- Beban Mayor yang diberikan adalah 60 Kg, 100 Kg, atau 150 Kg.
- Cara pengujian nya adalah sbb:
Awalnya material ditekan dengan beban minor seberat 10 kg. Kemudian
ditekan lagi dengan beban mayor (60 kg, 100 kg atau 150 kg). Kemudian
angka kekerasan di dapat dengan membandingkan perbedaan kedalaman
antara beban minor dengan beban mayor, dan hasilnya langsung terbaca
pada alat ukur. Angka kekerasan Rockwell ditandai dengan huruf R,
sedangkan skala yang dipakai ada 3 yaitu A, B, C,sehingga cara
penulisannya adalah RA, RB, RC. Sehingga RC berarti angka kekerasan
Rockwell dengan skala C. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3.1.
Keuntungan uji kekerasan Rockwell :
a. Simple, praktis dan cepat
b. Hasil langsung terbaca.
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 2.10 Indentor uji kekerasan Rockwell
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Tabel 3.1. Berbagai Teknik Pengujian Kekerasan

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

c. Uji Kekerasan Brinell
- Indentornya : Bola baja yang dikeraskan dengan diameter 10 mm (0,39 in)
- Beban yang digunakan adalah seberat 500 kg untuk logam yang lunak dan
3000 kg untuk logam yang keras.
- Cara pengujiannya :
Indentor ditekan pada spesimen, beban diterapkan disesuaikan perkiraan
tingkat kekerasan material. Hasil lubang yang terbentuk diameternya
dengan menggunakan mikroskop, kemudian barulah dihitung BHN (Brinell
Hardness Number / Angka kekerasan Brinell). BHN bisa juga ditentukan
dengan menggunakan Grafik.
d. Uji Kekerasan Vickers
- Indentornya : Piramid Intan yang sangat kecil
- Cara pengujian :
Hampir sama dengan Uji kekerasan Brinell dimana hasil pengujian yang
berupa lubang diukur diukur dengan mikroskop, kemudian hasil
pengukuran dikonversikan ke angka kekerasan Vickers (VHN).
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 2.11
Indentor uji
kekerasan Vickers

Gambar 2.11 Alat


Uji kekerasan
Vickers

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

2. Hubungan antara Kekerasan dan
Kekuatan Tarik

Kekerasan dan kekuatan tarik adalah sama-sama


merupakan indikator ketahanan material
terhadap deformasi plastis, oleh sebab itu secara
garis besar hubungan antara kekerasan dan
kekuatan tarik adalah proporsional (berbanding
lurus).

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 3.11. Hubungan antara kekerasan dan kekuatan tarik untuk
besi cor (Cast Iron), Baja (steel) dan kuningan (Brass)

Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.11. dimana ditunjukkan kekuatan


tarik sebagai fungsi dari BHN (Brinell Hardness Number) untuk besi cor
(Cast Iron), Steel (Baja) dan Kuningan (Brass).
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Pada kebanyakan Baja, hubungan antara angka kekerasan Brinell
(BHN) dengan kekuatan tarik adalah :
TS (Psi) = 500 X BHN
TS (Mpa) = 3,45 X BHN
Uji kekerasan lebih sering dilakukan dibanding uji mekanis yang
lain, karena :
1. Sederhana, murah dan tidak memerlukan spesimen khusus.
2. Pengujian tidak bersifat merusak, karena pada pengujian
kekerasan deformasi yang terjadi hanya berupa lubang kecil.
3. Sifat – sifat mekanis material yang lain bisa didekati
(diperkirakan) dari data kekerasannya, seperti halnya
kekuatan tarik pada Gambar 3.11.

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

3. Uji Impak
- Uji Impak yaitu menguji spesimn dengan memberi beban kejut
(beban dengan kecepatan tinggi) yang tujuannya untuk mengetahui
transisi / perubahan sifat material dari Liat ke Getas.
- Peralihan / Transisi sifat material dari Liat ke Getas terjadi karena:
1. Temperatur diturunkan sampai sangat rendah sekali.
2. Laju regangan ditinggikan.
3. Adanya tarik / Notch ataupun konsentrasi tegangan pada
material

Cara pengujiannya adalah seperti Gambar 3.12, yaitu sbb :


a. Material / spesimen dibentuk seperti gambar 3.12.a. kemudian
diletakkan pada alatuji Impak, dalam hal ini cara peletakkannya ada
2 cara, yaitu : Cara Izod dan Charpy.

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

b. Beban dilepas / dijatuhkan dari ketinggian h, hingga
membentur spesimen, sehingga spesimen akan patah pada
daerah takik, sementara pemukul akan terus bergerak hingga
ketinggian h’.
Energi Impak dinyatakan sebagai :
E = m.g (h – h’)
Harga Impak = E/A
Dimana : E = Energi yang diserap untuk memutuskan spesimen
m = massa pemukul
g = percepatan gravitas
h = ketinggian awal pemukul
h’ = ketinggian pemukul setelah membentur specimen
A = luas penampang spesimen didaerah takik <← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 3.12. (a) Spesimen
yang digunakan untuk uji Impak
Charpy dan Izod (b) Skema
peralatan pengujian Impak.
Hammer / pemukul dijatuhkan
dari ketinggian h sampai
membentur spesimen, energi
yang dikeluarkan untuk
mematahkan spesimen
digambarkan oleh perbedaan
ketinggian h dan h’. Pada
gambar diatas juga ditunjukkan
perbedaan cara penempatan
spesimen cara Charpy dan Izod
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

• Peralihan sifat material dari Liat ke Getas, terutama terjadi
pada material yang mempunyai struktur kristal BCC dan HCP.
Biasanya terjadi pada temperatur yang sangat rendah. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar 3.13. yang menggambarkan
skema temperatur transisi pada baja karbon rendah.
• Temperatur transisi adalah temperatur peralihan sifat
material dari liat ke getas.
• Material yang struktur kristalnya FCC, (contoh : Alumunium
dan Tembaga) tidak mempunyai Temperatur Transisi,
sehingga pada temperatur yang sangat rendahpun tetap
bersifat liat.
• Temperatur Transisi diperoleh dari temperatur energi Impak
rata-rata antara Energi Impak Maksimum dan Energi Impak
Minimum. Sebagai contoh, Temperatur Transisi dari Baja
pada Gambar 3.13. adalah kira-kira 10o C
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

• Besarnya temperatur transisi juga dipengaruhi oleh ukuran
butir, makin kecil ukuran butir rata-rata pada Baja, makin
rendah temperatur transisinya.

Gambar 3.13 Hubungan antara Temperatur dan Energi Impak


takik V Charpy Baja karbon rendah

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

4. Uji Lelah (Fantigue Test)
• Fantigue (lelah) adalah kegagalan pada suatu struktur /
material walaupun struktur atau material tersebut dibebani
dibawah tegangan luluhnya dalam hal ini bebannya adalah
beban dinamis (seperti pada jembatan, pesawat udara dan
komponen-komponen mesin)
• Sifat-sifat Fatigue material bisa diketahui dengan melakukan
simulasi tes laboratorium.
• Ada 3 jenis pembebanan yang bisa menyebabkan kegagalan
Fatigue :
a. Axial (tarik-tarikkan)
b. Bending (lenturan)
c. Torsi (puntiran)
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 3.14. Tiga jenis pembebanan yang dapat menyebabkan
kegagalan Fatigue.

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

• Hasil pengujian Fatigue / lelah ditampilkan dalam suatu grafik yang
disebut dengan kurva S – N seperti pada Gambar 3.15.
• Siklus pembebanan bisa simetris terhadap titik tegangan nol seperti
pada Gambar 3.15 (a) atau bisa juga tidak simetris terhadap titik
tegangan nol seperti pada Gambar 3.15 (b).

Gambar 3.15. Grafik besarnya


tegangan /stress (S) terhadap
logaritma jumlah siklus sampai
terjadinya kegagalan Fatigue
(N) untuk Alumunium Alloy
dan Baja karbon biasa

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Gambar 3.16. Variasi siklus tegangan terhadap waktu yang memungkinkan terjadinya
kegagalan Fatigue (lelah) (a) tegangan yang berlawanan simetris, dimana perubahan
besarnya tegangan tarikmaksimum (+) dan tegangan tarik minimum (-) adalah sama.
(b) Tegangan yang berlawanantak simetris <
←MENU
MENU >
AKHIRI

AKHIRI
• Kekuatan Fatigue (Fatigue Strength) adalah besarnya tagangan
maximum yang dapat ditahan oleh material tanpa terjadinya
kegagalan, pada jumlah siklus tegangan tertentu. Contoh
untuk Alumunium Alloy di atas, kekuatan Fatigue (Fatigue
Strength) untuk 106 siklus adalah 30.000 psi (200 MPa)
• Endurance Limit adalah besarnya tegangan maksimum yang
berfluktuasi yang tidak akan menyebabkan kegagalan untuk
jumlah siklus tak hingga (umur tak terbatas).
• Sebagai contoh untuk Baja 1045 pada Gambar 3.15. Endurance
Limitnya adalah 44.000 psi (300 MPa).
• Pada kebanyakan Baja besarnya Endurance Limitnya atau
fatigue limitnya adalah kira-kira 35% s/d 60% dari Tensile
Strength (kekuatan tariknya).
(Catatan : 1 Psi = 1 lb/in2 = 6,8948 X 103 Pa)
<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

2.6 Faktor keamanan pada Disain
Perilaku fatik (lelah) pada material teknik adalah sangat
sensitive dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Beberap[a faktor tersebut antara lain: Mean Stress level
(tingkat tegangan rata- rata), disain geometris, efek
permukaan, variable variable metalurgi serta
lingkungan.

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI >

Daftar Pustaka
1. Callister W.D, and Rethwisch D.G. (2011) Material Science and
Engineering. Eigth edition. Si Version. John Wiley & Sons, Inc.
2. Van Vlack H.L. (alih bahasa Djapri S.) (2004) Elemen-elemen Ilmu
dan Rekayasa Material. Edisi keenam. Penerbit Erlangga.

<
← MENU
MENU AKHIRI
AKHIRI
Terima Kasih
Muhamad Fitri, ST, MSi, PhD

Anda mungkin juga menyukai