Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN NEFROTIK SINDRO


ATAU SINDROME NEFROTIK AKUT

KELOMPOK 4 :

1. Agnes Oktaviasari ( 1801002 )


2. Ayu Mufaizah ( 1801010 )
3. Gustiana Febria S. ( 1801025 )
4. Pipit Ariyanti ( 1801040 )
5. Ratna Ikasari ( 1801041 )
6. Rina Febrianti ( 1801043 )
DEFINISI
Nefrotik Sindrom (NS) adalah salah satu
penyakit glomerulus yang paling sering terjadi
pada anak-anak. Nefrotik Sindrom (NS) adalah
keadaan klinis yang ditandai proteinuria masif,
hipoalbuminemia, edema anasarka, dan
hiperlipidemia (Dew, 2019).
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan
kumpulan gambaran klinis berupa oliguria,
edema, hipertensi yang disertai adanya
kelainan urinalisis (proteinuri kurang dari 2
gram/hari dan hematuri serta silinder eritrosi.
(Widajat, 2011; 252-9)
01 Nefrotik sindrom bawaan

ETIOLOGI 02 Nefrotik sindrom sekunder


Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab
Nefrotik sindrom yang pasti belum diketahui.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:

03 Nefrotik Sindrom Idiopatik


PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan
edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria.
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia (Kharisma, 2017).
MANIFESTASI KLINIS
Pasien Nefrotik Sindrom biasanya datang dengan :
1. Edema palpebra atau pretibia
2. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema skrotum (pada
laki-laki)
3. Oligouria dan gejala infeksi
4. Nafsu makan berkurang
5. Diare
6. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis.
Adapun tanda dan gejala lainnya adalah:
a. Proteinuria
b. Hipolbuminemia
c. Edema
d. Hiperkolestrolemia
KLASIFIKASI
Secara klinis Nefrotik sindrom dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Nefrotik Sindrom Primer atau Idiopatik


sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan
glomerulus itu sendiri tanpa ada penyabab lain. Contoh dari nefrotik
sindrom primer adalah nefrotik sindrom kongenital.

2. Nefrotik Sindrom Sekunder


Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai
akibat dari berbagai sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering
dijumpai yaitu : penyakit metabolik atau kongenital, infeksi, toksin dan
alergen serta penyakit sistemik bermediasi imunologik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Dr. Partini Pudjiastuti Trihono, 2012 pemeriksaan penunjang


untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik, antara lain :

1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin


2. Protein urin kuantitatif
3. Pemeriksaan darah, meliputi :

 Darah tepi lengkap lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis


leukosit, trombosit, hematokrit, LED)
 Albumin dan kolesterol serum
 Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin.
PENATALAKSANAAN
Edukasi kepada pasien dan orang tua mengenai penyakit ini dan prosedur apa yang
dilakukan. Penjelasan mengenai penyakit Nefrotik Sindrom bisa sembuh namun juga
dapat kambuh lagi perlu disampaikan dengan baik agar tidak tejadi kesalah pahaman.

Restriksi cairan dianjurkan selama edema berat. biasanya diberikan loop diuretic
seperti furosemid 1-2 mg/kgBB/hari, bila perlu dikombinasikan dengan
spironalokton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-3 11
mg/BBkg/hari. Pada pemakaian diuretik lebih lama dari 1-2 minggu perlu
dilakukan pemantauan elektrolit darah (kalium dan natrium

Medikamentosa
Kortikosteroid sudah dipakai sebagai terapi lini pertama Nefrotik Sindrom
karena diyakini efektif dalam menyembuhkan penyakit ini. Kortikosteroid
merupakan terapi pilihan utama Nefrotik Sindrom idiopatik pada anak kecuali
jika ada kontraindikasi. Steroid yang diberikan adalah jenis prednison dan
prednisolon.
KOMPLIKASI

1. Meningkatnya degradasi renal dan hilangnya protein di


dalam urin
2. Infeksi sekunder terutama infeksi kulit oleh streptococcus,
staphylococcus, bronkopneumonia, TBC.
3. Gangguan pengasaman urin ditandai dengan
ketidakmampuan menurunkan pH urin sesudah pemberian
beban asam.
4. Gagal ginjal akut
5. Peritonitis
6. Gangguan keseimbangan hormon dan mineral.
7. Hipokalsemia
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi
pada usia kurang dari 14 tahun
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
 Riwayat penyakit dahulu: Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
 Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat kesehatan lingkungan : Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
6. Imunisasi.
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
8. Riwayat Nutrisi
9. Pengkajian persistem, meliputi : sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem persarafan, sistem
perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem endokrin, sistem
reproduksi.
10. Persepsi orang tua :Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein


sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah dan anoreksia.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit /
edema
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun
5. Ketakutan anak berhubungan dengan tindakan keperawatan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai proses peyakit
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lokasi dan luas edema
cairan berhubungan keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor tanda-tanda vital
dengan kehilangan jam diharapkan kelebihan 3. Monitor masukan
protein sekunder volume cairan dapat makanan/cairan
terhadap peningkatan teratasi dengan kriteria 4. Timbang berat badan tiap hari
permiabilitas glomerulus hasil : 5. Ukur lingkar perut
 Berat badan ideal 6. Berikan cairan secara hati-hati
 Tanda vital dalam batas dan diet rendah garam
normal 7. Tekan derajat pitting edema, bila
 Ascites dan edema ada
berkurang 8. Observasi warna dan tekstur
 Output urine adekuat kulit
600 – 700 ml/hari 9. Monitor hasil urin setiap hari
10.Kolaborasi pemberian terapi
diuretik
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya anoreksia,
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 hipoproteinemia dan diare
kebutuhan tubuh jam diharapkan kebutuhan 2. Catat intake dan output
berhubungan dengan nutrisi pada pasien dapat makanan secara akurat
mual, muntah dan terpenuhi dengan kriteria 3. Tanyakan makanan kesukaan
anoreksia. hasil : pasien
 Tidak terjadi mual 4. Bantu pasien makan
muntah 5. Beri makanan sedikit tapi
 Menunjukkan masukan sering
yang adekuat 6. Anjurkan orang tua untuk
 Mempertahankan berat mendampingi anak saat makan
badan 7. Beri informasi pada keluarga
 Tidak terjadi tentang diet
hipoproteinemia 8. Kolaborasi dengan ahli gizi
 Nafsu makan baik mengenai diet pasien.
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kulit akan adanya
kulit berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam kemerahan
dengan perubahan turgor diharapkan kulit anak tidak 2. Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali
kulit / edema menunjukan kerusakan 3. Oleskan lotion atau minyak / baby
integritas dengan kriteria hasil : oil pada daerah yang tertekan
 Tidak ada luka / lesi pada 4. Memandikan pasien dengan sabun
kulit dan air hangat
 Perfusi jaringan baik 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap
 Mampu melindungi kulit bersih dan kering
dan mempertahankan 6. Hindari kerutan pada tempat tidur
kelembaban kulit dengan 7. Anjurkan pasien untuk
perawatan alami menggunakan pakaian yang
longgar
8. Kolaborasi bersama keluarga
untuk menjaga kelembaban kulit
anak
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai