Anda di halaman 1dari 63

Evalusai Penggunaan Antibiotik

Secara Kuantitatif dan Kualitatif


di Ruang High Care Unit (HCU)
dan Pulmonary RSUD Dr. Iskak
Tulungagung

Safira Dwi Maghfiroh / 201610410311176


PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi merupakan salah


satu dari 10 penyakit terbesar
penyebab kematian di rumah sakit Kejadian penyakit infeksi di
maupun faskes lain di Indonesia rumah sakit diperkirakan >
(Kemenkes RI, 2011) 30% (WHO, 2016)

Penggunaan
Antibiotik
The top ten causes of death worldwide:
infeksi saluran pernapasan bawah (3,0 juta
3
kematian), infeksi diare (1,4 juta kematian), dan
tuberculosis (1,3 juta kematian) (WHO, 2018).
Penggunaan antibiotik di
Penggunaan antibiotik
Rumah sakit salah satunya di
tidak tepat
ruang intensif HCU
• 52 pasien di ruang HCU
sebesar 79,16% diberikan
antibiotik secara empiris dan Penggunaan
definitif sebesar 20,83%. Antibiotik
• Seftriakson 38,54%;
• Metronidazole 33,33%; dan Tingginya biaya
Resistensi
• Siprofloksasin antibiotik
9,37% (Kia, R.F., perawatan
Penelitian2016).
yang dilakukan di Peningkatan morbiditas
Amerika Serikat pada tahun
2015, dari sekitar 269 juta dan mortalitas
resep antibiotik, setidaknya
30% dari resep antibiotik ini Evaluasi penggunaan
tidak tepat indikasi (CDC; 4
2017) antibiotik
“ Evaluasi penggunaan
antibiotik

Evaluasi Evaluasi
Kuantitaif Kualitaif
Menggunakan
metode Menggunakan
DDD/ATC metode
Gyssens
5
PENDAHULUAN

Rumusan Masalah
Bagaimana kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik di ruang
HCU dan Pulmonary Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung?

Tujuan
Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara
kualitatif dan kuantitatif di ruang HCU dan Pulmonary
Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung.

Manfaat
Sebagai masukan mengenai kesesuaian penggunaan
antibiotik, mengendalikan resiko peningkatan resistensi
antibotik, dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di
6
Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung
KERANGKA
KONSEPTUAL
SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL
Pasien infeksi di ruang HCU Antibiotik
dan Pulmonary Profilaksis

Antibiotik
Empiris
Terapi antibiotik
Antibiotik
Resiko Ketidaktepatan Definitif
Penggunaan Antibiotik Dengan memperhatikan
5B 1W

Meningkatnya Resistensi
Antibiotik Tinjauan Pasien : Tinjauan Antibiotik :
- Diagnosa / Indikasi - Jenis Antibiotik
- Fungsi hati dan ginjal - Regimen dosis
Upaya Pengendalian dan
Meminimalisir - Umur - Lama Pemberian
- Kehamilan dan laktasi - Rute Pemberian
- Riwayat alergi dan obat  
 
8
LANJUTAN…

Upaya Pengendalian dan


Meminimalisir

Evaluasi Penggunaan Antibiotik

Kuantitatif Kualitatif

Anatomical Therapeutic Gyssens


Chemical / Defined Daily Dose

Kategori I-VI Kategori 0

DDD/100patient-days
Tidak Sesuai Sesuai
9
SKEMA KERANGKA OPERASIONAL
Perijinan
Penelitian
 
Mengumpulkan data pasien di ruang HCU dan
Pulmonary RS. Dr. Iskak Tulungagung yang
mendapatkan terapi antibiotik
 
Kriteria Inklusi :
Pasien dewasa yang mendapatkan terapi
antibiotik baik tunggal maupun kombinasi
selama periode penelitian dengan data
rekam medik yang lengkap

10
LANJUTAN…
Mencatat data demografi pasien dari
RekamMedik pasien yang meliputi:
- Data Pasien (nomor RM dan nama
Memasukkan ke lembar pasien → anonim)
pengumpul data - Diagnosa
- Riwayat Penyakit
 
- Riwayat Pengobatan
- Data Klinik
Rekapitulasi data regimen dosis, rute, lama - Data Laboratorium
pemberian, data klinik, dan data laboratorium - Jenis Antibiotik
pasien - Dosis Antibiotik
- Rute Pemberian
  - Frekuensi Pemberian
- Lama Pemberian
Analisis    
Evaluasi kualitatif berdasarkan
metode Gyssens
Hasil  
  11
Evaluasi Kuantitatif dengan
metode DDD
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis Penelitian
Observasional

Retrospektif

Deskriptif 13
Metodologi Penelitain
Seluruh pasien di
ruang HCU dan Penentuan besar • Pasien dengan
Pulmonary Rumah sampel pada
antibiotik tunggal/
Sakit Dr. Iskak penelitian ini
KRITERIA
kombinasi selama
POPULAS
Tulungagung
dengan penggunaan SAMPEL
dihitung dengan
menggunakan
1-31 Januari 2020,
INKLUSI
data rekam medik
rumus slovin.
I
antibiotik pada
periode 1-31 𝑁
Rumus Slovin: 𝑛 = 1+ 𝑁(𝑒)2
lengkap.
• Berusia > 18 th
Janurai 2020.
Metodologi Penelitain

Bahan: Data Rekam Tempat: Ruang


Medik High Care Unit
TEKNIK ALAT
Alat: Lembar
Pengumpul Data
DAN TEMPAT
(HCU) dan
Pulmonary Dr.
PENGAMBIL
Time Limited BAHAN
(LPD) dan lembar
pengumpul data
DAN
Iskak Tulungagung
Waktu: Februari –
ANSampling
SAMPEL PENELITIA
evaluasi antibiotik WAKTU
Marer 2020
N PENELITIAN
15
Prosedur Pengumpulan Data
Mengumpulkan rekam
Melihat daftar pasien di ruang medik dari nomor rekam
HCU dan Pulmonary yang medik yang telah
mendapatkan antibotik, lalu didapatkan lalu
mencatat nomer rekam medik disesuaikan dengan
kriteria inklusi

1 2
Analisis data sehingga
Menyalin data untuk bisa dimasukkan ke
dimasukkan ke Lembar Lembar Pengumpul
Pengumpul Data Data Induk.

16
4 3
Analisi Data Kuantitatif

-Menghitung jumlah
dosis antibiotik pada -Hasil dideskripsikan
masing-masing pasien -Menghitung DDD/100
patient-days dalam bentuk tabel
selama pasien dirawat, lalu diinterpretasikan
-Mendata LOS pasien

 
DDD/100patient-days =

* Tabel DDD WHO


* Rumus DDD otomatis
Analisis Data Kualitatif
Evaluasi Secara Kualitatif dengan Metode Gyssens
Kategori Penilaian
Penggunaan antibiotik
0 Penggunaan antibiotik sudah tepat atau sesuai
di evaluasi berdasarkan
I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu
II A Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis
diagram alir Gyssens
II B Penggunaan antibiotik tidak tepat interval dimana akan
pemberian dikelompokkan
II C Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute menjadi 7 pokok kunci
pemberian
III A Pemberian antibiotik terlalu lama
kategori yang
III B Pemberian antibiotik terlalu singkat selanjutnya akan
IV A Ada antibiotik lain yang lebih efektif diberikan persentase
IV B Ada antibiotik lain yang kurang toksik pada tiap pokok kunci
IV C Ada antibiotik lain yang lebih murah evaluasi.
IV D Ada antibiotik lain yang spektrum lebih sempit
V Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
VI Data tidak lengkap/ tidak dapat dievaluasi
18
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

▪ Jumlah sampel yang diperoleh:


slovin
Ruang HCU 83 pasien 69 pasien

slovin
Ruang
128 pasien 97 pasien
Pulmonary
Demografi Pasien di Ruang HCU dan Pulmonary
Profil Jenis Kelamin Profil Usia

Jumlah Persentase
Umur*
Jenis Jumlah Persentase Pasien (%)
19-25 Tahun 6 9
Ruang HCU

Kelamin Pasien (%)


26-35 Tahun 6 9
Laki-Laki 38 55
36-45 Tahun 5 7
Perempuan 31 45 46-55 Tahun 18 26
•Total
Pada diagnosa 69 paling banyak
100 di ruang HCU yaitu 56-65 Tahun 14 20
peritonitis, banyak dialami oleh pasien laki laki.
> 65 Tahun 20 29
• Penelitian sebelumnya bahwa kejadian infeksi
abdominal lebih banyak pada laki-laki dengan Total 69 100
rasio 1,4x lebih banyak dari pasien perempuan
(Alvarado, A., 2018). • Rentan mengalami infeksi karena pasien dengan
usia lanjut mengalami
Jumlah penurunan daya tahan
Persentase
Umur
Ruang Pulmonary

Jenis Kelamin Jumlah Persentase tubuh, penurunan


Pasien fungsi fisiologis tubuh, nutrisi
(%)
yang tidak maksimal,
19-25 Tahun 3 adanya
3 penyakit komorbid,
Pasien (%)
serta
26-35 Tahun
faktor 0
lingkungan sosial
0
yang tidak
Laki-Laki 55 57 mendukung (Prahasanti K, 2019).
36-45 Tahun 5 5
Perempuan 42 43
• Pasien laki-laki di ruang Pulmonary diketahui 46-55 Tahun 7 7
Total 97 100 56-65 Tahun 36 37
paling banyak dengan diagnosa PPOK yang dapat
disebabkan karena pola merokok yang > 65 Tahun 46 47 21
merupakan salah satu faktor resiko PPOK. Total 97 100
(Vestbo et al., 1999).
Demografi Pasien di Ruang HCU dan Pulmonary
Lama Perawatan
LOS Jumlah Pasien Persentase (%)
1-5 Hari 53 77
Ruang HCU

6-10 Hari 14 20
11-15 Hari 2 3 Faktor yang mempengaruhi lama
16-20 Hari 0 0 perawatan pada pasien dapat
≥ 20 Hari 0 0 berupa karakteristik pasien,
Total 69 100 keadaan klinis, tindakan medis,
manajemen pasien maupun
masalah adminstrasi pada rumah
LOS Jumlah Pasien Persentase (%)
sakit (Lubis, I. K., & Susilawati, S.
Ruang Pulmonary

1-5 Hari 62 64
2017).
6-10 Hari 26 36
11-15 Hari 8 11
16-20 Hari 0 0
22
≥ 20 Hari 1 1
Total 97 100
Demografi Pasien di Ruang HCU dan Pulmonary Pasien
Jumlah Presentase
Bedah/Non Infeksi Diagnosa Pasien
Pasien* (%)
Bedah
Macam Diagnosa di Ruang HCU Non Bedah
  Infeksi Sistem Saraf Pusat Ensefalopati 6 7

SDH (Subdural Hematoma) 3 4

SAH (Subarachnoid Hemorrhage) 3 4


Pasien Infeksi Diagnosa Pasien Jumlah Presenta
Infeksi Kepala dan Leher COR (Cedera Otak Ringan) 1 1
Bedah/No Pasien* se (%)
COS (Cedera Otak Sedang) 2 2
n Bedah
COB (Cedera Otak Berat) 1 1
Bedah
Pneumonia 5 6
Bedah Infeksi Kepala COR (Cedera Otak 1 1 Infeksi Saluran Pernapasan
Efusi Pleura 2 2
Saraf dan Leher Ringan)
Gastritis Erosif 3 4
Bedah Infeksi Saluran Pneumothorax 1 1 Infeksi Abdominal
Peritonitis 6 7
Toraks Pernapasan Ileus Obstruksi 1 1
Bedah Infeksi Peritonitis 3 4 Infeksi Saluran Pencerernaan
Kolesistitis 1 1
Umum Abdominal HIL (Hernia Inguinalis Lateralis) 1 1
Infeksi Saluran Kemih Urosepsis 4 5
Infeksi Saluran Ileus Obstruksi 1 1
ISK (Infeksi Saluran Kemih) 4 5
Pencernaan HIL (Hernia Inguinalis 2 2 Ruptur Buli 1 1
Lateralis) Infeksi Kulit dan Jaringan Ulkus Pedis 3 4
Lain-lain Tumor Serebri 1 1
Lain-lain Ruptur Kehamilan 1 1
Status Epileptikus 1 1
Post SC CVA (Cerebrovascular Accident) 4 5
Bedah Infeksi Kepala CKR (Cedera Kepala 1 1 Tiroid Struma 1 1
Ortope dan Leher Ringan) Tumor Abdomen 1 1
KAD (Ketoasidosis Diabetik) 4 5
di Infeksi Kulit dan Gangren Pedis 1 1 DM (Diabetes Melitus) 5 6
Jaringan CKD (Chronic Kidney Disease) 6 7
Lain-lain OF (Open Fraktur) 1 1 Snake Bite 2 2

CF (Close Fraktur) 3 4 Total Pasien Non-Bedah 67 82 23


Total 82 100
Total Pasien Bedah 15 18
Demografi Pasien di Ruang HCU dan
Pulmonary
Diagnosis terbanyak di ruang HCU

Peritonitis

Peritonitis menjadi salah satu penyebab tersering akut


abdomen yang merupakan suatu kegawatan abdomen.
Peritonitis biasanya disertai dengan bakterisemia atau
sepsis yang dapat menimbulkan kematian. (Japanesa,
2016)

Antibiotik empiris untuk peritonitis/GI perforasi Antibiotik yang disarankan yaitu antibiotik ber
adalah spektrum luas yang dapat melawan bakteri
• Ertapenem atau Ciprofloxacin + Metronidazole gram negatif dan positif serta mempunyai
• Piperacillin-tazobactam, Cefepime + aktifitas yang baik melawan bakteri anaerob
24
Metronidazol atau Vancomycin + seperti Sefalosporin generasi ke-3 atau k3-4
Aztreonam/Ciprofloxacin + Metronidazole dengan Metronidazole (Kapoor, V., 2019)
(Medicine, J.H., 2016)
Demografi Pasien di Ruang HCU dan Pulmonary

Macam Diagnosa Pasien di Ruang Pulmonary

Infeksi Diagnosa Pasien Jumlah Pasien* Persentase (%)


Infeksi saluran Pneumonia 34 33
Pemberian antibiotik pada
pernapasan PPOK (Penyakit Paru 44 43 pasien PPOK hanya bila
Obstruktif Kronis) terdapat eksaserbasi (PDPI,
Pneumothorax 1 1 2011)
CPCD 3 3
Asma 4 4
Bronkitis 5 5 Antibiotik untuk PPOK
Lain-lain Tumor Paru 6 6 • b-lactam/b-lactamase inhibitor
Efusi Pleura 4 4 (coamoxyclav,
Total 101 100 ampisilin/sulbaktam)
• Sefalosporin generasi 2 dan 3
• Fluorokuinolon (ciprofloxacin,
levofloxacin dosis tinggi)
(PDPI, 2011) 25
Demografi Pasien di Ruang HCU dan Pulmonary

Profil Indikasi Penggunaan Antibiotik

Indikasi Antibiotik Jumlah Peresepan Persentase (%) Antibiotik empiris yaitu penggunaan
Antibiotik 7 6,80 antibiotik pada kasus infeksi bakteri
Ruang HCU

Profilaksis yang belum diketahui jenis bakteri


Antibiotik Empiris 95 92,23 penyebabnya (Gallagher &
Antibiotik Definitif 1 0,97 MacDoughall, 2018).
Total 103 100

Sedangkan pada ruang Pulmonary seluruh pasien


(100%) mendapatkan antibiotik terapi empiris.
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kuantitatif dengan metode DDD
DDD WHO DDD/100
Nama Antibiotik Total DDD*
(gram) patient-days**  
Penisilin
Amoksisilin-klavulanat 1,5 1,00 0,31 • Total DDD =
Ruang HCU

(PO) •
Amoksisilin-klavulanat (IV) 3 13,00 4,08
DDD/100 patient-days =
Ampisilin-sulbaktam (IV) 6 11,50 3,61 • Total LOS diperoleh dari total lama perawatan
Sefalosporin
semua sampel di ruang HCU
Sefazolin (IV) 3 9,00 2,82
Sefiksim (PO) 0,4 1,00 0,31
Sefotaksim 4 3,00 0,94
Sefoperazon (IV) 4 2,50 0,78
Seftriakson (IV) 2 127,50 39,97
Karbapenem
Meropenem (IV) 3 7,00 2,19
Aminoglikosida • Sunantri (2016) pada pasien High Care Unit di
Gentamisin (IV) 0,24 11,75 3,68
RSUP Haji Adam Malik Medan, penggunaan
Kuinolon
Levofloksasin (IV) 0,5 37,60 11,79 antibiotik seftriakson dengan nilai DDD yaitu
Levofloksasin (PO) 0,5 5,00 1,57 31,62 DDD/100 patient-days
Siprofloksasin (IV) 0,8 29,50 9,25
Imidazol • Pnelitian oleh Erliana dkk (2012) di ruang HCU
Metronidazol (IV) 1,5 59,33 18,60 Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun
Total LOS*** 319
Total DDD/100 patient-days 98,96 2012, penggunaan antibiotik seftriakson 27
54,49 DDD/100 patient-days.
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kuantitatif dengan metode DDD
DDD/100
Nama Antibiotik
DDD WHO Total
patient-
• Penelitian oleh Muhammad dan
(gram) DDD*
Mutmainah (2018) mengenai evaluasi
Ruang Pulmonary

days**
Sefalosporin penggunaan antibiotik dengan metode
Seftriakson (IV) 2 146,13 26,91
Karbapenem ATC/DDD di RSUD dr. Moewardi tahun
Meropenem (IV) 3 5,00 0,92 2017 menunjukkan bahwa pemakain
Aminoglikosida paling tinggi adalah levoflokasin
Gentamisin (IV) 0,24 0,98 0,18
Kuinolon sebesar 53,88 DDD/100 patinet-
Levofloksasin (IV) 0,5 490,50 90,33 days.
Moksifloksasin (IV) 0,8 8,33 1,53
Total LOS*** 543
Total DDD/100 patient-days 119,88

 
• Total DDD =
• DDD/100 patient-days =
• Total LOS diperoleh dari total lama perawatan semua sampel di 28
ruang pulmonary
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kualitatif dengan metode Gysens
Total Persentase
Kategori Ruang
Peresepan (%)
VI Data Pasien tidak lengkap 0 0 HCU
V Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik 6 5,83
IVA Ada antibiotik lain yang lebih efektif 23 22,33
IVB Ada antibiotik lain yang lebih aman 0 0
IVC Ada antibiotik lain yang lebih murah 0 0
IVD Ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit 0 0
IIIA Penggunaan antibiotik terlalu singkat 15 14,57
IIIB Penggunaan antibiotik terlalu lama 5 4,85
IIA Dosis penggunaan antibiotik tidak tepat 1 0,97
IIB Interval penggunaan anitbiotik tidak tepat 1 0,97
IIC Rute penggunaan antibiotik tidak tepat 0 0
I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu 4 3,88
0 Penggunaan antibiotik rasional/sesuai 48 46,60
Total 103 100 29
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kualitatif dengan metode Gysens
Kategori Total Peresepan Persentase (%)
Ruang
VI Data Pasien tidak lengkap 0 0
Pulmonary
V Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik 19 15,83
IVA Ada antibiotik lain yang lebih efektif 3 2,5
IVB Ada antibiotik lain yang lebih aman 0 0
IVC Ada antibiotik lain yang lebih murah 0 0
IVD Ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit 0 0
IIIA Penggunaan antibiotik terlalu singkat 12 10
IIIB Penggunaan antibiotik terlalu lama 14 11,67
IIA Dosis penggunaan antibiotik tidak tepat 1 0,83
IIB Interval penggunaan anitbiotik tidak tepat 0 0
IIC Rute penggunaan antibiotik tidak tepat 0 0
I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu 0 0
0 Penggunaan antibiotik rasional/sesuai 71 59,17
Total 120 100 30
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kualitatif dengan metode Gysens
Identitas Pasien Hasil Pemeriksaan
Data Laboratorium
No :1 12/10/19
Usia : 73 th Hematologi
No.RM : 119xxxxx Hb 12,7
Tanggal MRS dan KRS : 12/10/19 – 15/10/19 WBC 4,53. 1033/uL
Diagnosa Akhir : Urosepsis HCT  35,9%
Tindakan :- Kimia darah
BUN  34,7 mg/dL
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan Cr  1,93 mg/dL
Data
Nilai Normal 12/10 13/10 14/10 15/10
Klinik

Suhu 37 36,7 36 36,2 Tanggal Pemberian


36 – 380C
Tubuh Nama Dosis Frekuensi 12/10 13/10 14/10 15/10
RR 12 – 20 bpm 20 19 20 20 Antibiotik Antibiotik Pemberian
HR 60 – 90x/menit 112 100 99 98 08.00 08.00 08.00 -
Cefriaxone 1g 2 x 1g 20.00 20.00 19.45
TD 120/80 mmHg 140/90 140/80 130/80 120/80

31
Hasil Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kualitatif dengan metode Gysens
Antibiotik Dosis Durasia
Cefotaxime 2 g tiga kali sehari 7 – 10 hari Pilihan antibiotik menurut Management of
Ceftazidime 1 – 2 g tiga kali sehari 7 – 10 hari Urosepsis dan John Hopkins Antibiotics
Ceftriaxone 1 – 2 g per hari 7 – 10 hari Guidelines
Cefepime 1 g tiga kali sehari 7 – 10 hari (Bonkat G, et al., 2018; Medicine, J.H., 2016)
Piperacillin- 4,5 g tiga kali sehari 7 – 10 hari
tazobactam
Ceftolozane- 1,5 g tiga kali sehari 7 – 10 hari
Tazobactam
Gentamicinb 2,5 g tiga kali sehari 7 – 10 hari
Amikacinb 15 g per hari 7 – 10 hari
Ertapenem 1 g setiap hari 7 – 10 hari
Imipenem- 0,5 g tiga kali sehari 7 – 10 hari
cilastatin
Meropenem 1 g tiga kali sehari 7 – 10 hari
Keterangan: Terapi dapat diperpanjang apabila tidak ada
a

perbaikan tanda klinis


b
Tidak disarankan sebagai monoterapi 32
Analisis dengan metode Gysens

Kasus No. 1 mulai

Data Rekam Medik pasien no


lengkap
Data Lengkap ? VI

yes
Urosepsis merupakan keadaan sepsis yang
disebabkan oleh infeksi pada salran
urogenital. Tanda tanda klinis pada pasien
no
sepsis dapat berbeda beda, pada kasus ini Ada Indikasi AB ?
dapat dilihat dari nilai HR diatas 90 x/menit V
dan kadar kreatinin darah yang tinggi (Bonkat
G, et al., 2018). Maka dari itu, pemberian 33
antibiotik terindikasikan
Lanjutan…
Menurut beberapa guideline, urosepsis banyak yes
Ada yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif (Bonkat G, IV a
et al., 2018) Ceftriaxone merupakan sefalosporin lebih
generasi ketiga yang efektif melawan baktergi efektif ?
gram negatif

yes
Tidak ada catatan alergi. Ceftriaxone tidak
Ada yang IV b
berinteraksi dengan makanan dan obat lain dalam lebih
kasus ini. aman?

yes
Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Ada yang
Tulungagung dipesan melalui e-katalog sehingga IV c
tidak ada antibiotik dengan harga yang lebih murah lebih
murah?

Pada pasien ini belum diketahui hasil kultur Ada spektrum yes
mikrobiologinya sehingga digunakan antibiotik lebih sempit? IV d 34
empiris dengan spektrum luas (Kemenkes, 2011)
Lanjutan…

Pemberian Pemberian
terlalu lama ? terlalu singkat ?

yes yes

III a III b

Terapi antibiotik pada pasien Urosepsis diberikan


selama 7-10 hari sehingga pemberian antibiotik
Terapi antibiotik pada pasien Urosepsis tidak terlalu lama (Bonkat G, et al., 2018). Namun
diberikan selama 7-10 hari sehingga pada peberian antibiotik empiris lama pemberian
pemberian antibiotik tidak terlalu lama (Bonkat adalah 48-72 jam untuk selanjutnya dilakukan
G, et al., 2018 kultur mikrobiologinya (Kemenkes, 2011; SPO
RSUD dr. Iskak Tulungagung, 2018) sehingga 35
pemberian antibiotik tidak terlalu singkat
Lanjutan…
Dosis penggunaan Ceftriaxone pada pasien
Tepat dosis ? II a
urosepsis menurut beberapa guideline yaitu 1-2g
perhari, sehingga dosis pemberian tepat
(Medicine, J.H., 2016; Bonkat G, et al., 2018)

yes
Interval pemberian Ceftriaxone adalah 12-24 jam
sehingga interval pemberin tepat (Medicine, J.H., Tepat interval ? II b
2016).

Rute pemberian yang disarankan yaitu intravena


yes
dan intramuskular. Pemberian Ceftriaxone pada
pasien ialah intravena, sehingga rute yang dipilih Tepat rute ? II c
sudah tepat (Medicine, J.H., 2016; Bonkat G, et
al., 2018).
yes

Menurut Management of Urosepsis antibiotik Tepat saat I


harus diberikan kurang dari 1 jam setelah pemberian ?
diketahui tanda tanda sepsis (Bonkat G, et
36
Lanjutan…
yes

Jika tidak masuk


Pemberian antibiotik Ceftriaxone
kategori I-IV
sudah sesuai.

yes

Rasional/ Sesuai

37
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
▪ Penggunaan antibiotik terbanyak yaitu seftriakson dengan nilai DDD
terbesar yaitu 39,97 DDD/100 patient-days. Sedangkan di ruang
Pulmonary yaitu levofloksasin sebesar 90,33 DDD/100 patient-days.
▪ Hasil evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik dengan metode gyssens
diperoleh:
• Pada ruang HCU: • Pada Pulmonary:
5,83 % masuk kategori V; 15,83 % masuk kategori V;
22,33 % masuk kategori IVA; 2,5 % masuk kategori IVA;
11,65 % masuk kategori IIIA; 10 % masuk kategori IIIA,
4,85 % masuk kategori IIIB; 11,67 % masuk kategori IIIB dan
0,97 % masuk kategori IIA; 59,17 % masuk kategori 0.
0,97 % masuk kategori IIB;
39
3,88 % masuk kategori I dan
49,52 % masuk kategori 0.
Saran

▪ Meningkatkan kepatuhan terhadap pedoman


penggunaan antibiotik dengan cara sosialisasi
berkala secara menyeluruh baik terhadap dokter,
tenaga keperawatan, kefarmasian dan evaluasi
berkelanjutan di RSUD dr. Iskak Tulungagung.

40
Terima Kasih
Perhitungan Slovin

▪  Ruang HCU:

▪ Ruang Pulmonary:
Contoh Kasus Kategori 0
Hasil Pemeriksaan
Identitas Pasien Data Laboratorium
23/10/19
No : 8 (ruang Pulmonary) Hematologi
Usia : 64 th Hb 15,8 g/dL
No.RM : 119xxxxx HCT 46,6 %
Tanggal Masuk dan Keluar: 23/10/19 – 25/10/19 WBC 24,92. 103/dL
PLT 1223. 103/uL
Diagnosa Akhir : PPOK + HT PCT 1,100 %
Tindakan - Kimia darah
BUN 107,3 mg/dL
Tanggal dan Waktu Cr 2,31 mg/dL
Data Klinik Nilai Normal Pemeriksaan
Tanggal Pemberian
23/10 Nama Dosis Frekuensi 23/1 24/1 25/10
Suhu Tubuh 36 – 380C 36,2 Antibiotik Antibiotik Pemberian 0 0
RR 12 – 20 bpm 22
24.0 16.0 16.00
HR 60 – 90x/menit 106 Levofloxacin 750mg 1 x 750mg
0 0
TD 120/80 mmHg 120/80

43
Kategori Kategori III b Lolos Kategori III b
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens Assesment: Antibiotik diguakan selama 3 hari. Lama pemberian
Kategori VI Lolos Kategori VI antibiotik pada pasien PPOK adalah 3 - 7 hari (PDPI, 2011). Maka dari
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap itu pemberian antibiotik tidak terlalu singkat.
Kategori V Lolos Kategori V Kategori II a Lolos Kategori II a
Assesment: Salah satu indikasi adanya infeksi ditandai dengan Dosis penggunaan Levofloxacin sebagai antibiotik empiris pada PPOK
tingginya leukosit hingga 10000. Pada kasus ini terdapat indikasi diberikan dengan dosis tinggi yaitu 750mg sehingga dosis yang
adanya bakteri yang ditandai dengan kenaikan leukosit hingga 24490, diberikan sudah sesuai (PDPI, 2011; Gallagher & MacDougall, 2018).
sehingga penggunaan antibiotik terindikasikan (Kemenkes, 2011) Kategori II b Lolos Kategori II b
Kategori IV a Lolos Kategori IV a Interval pembereian levofloxacin yang direkomendasikan menurut
Assesment: Infeksi pada pasien PPOK paling sering diakibatkan oleh beberapa guidelines yaitu 24 jam (PDPI,2011; Gallagher &
bakteri di saluran pernapasan bawah. Antibiotik levofloxacin MacDougall, 2018).
merupakan golongan floroqinolone respirasi yang memiliki aktivitas Kategori II c Lolos Kategori II c
terhadap bakteri gram negatif maupun positif. Penetrasi Assesment: rute pemberian yang disrankan yaitu secara parenteral
floroquinolone sangat baik ke dalam jaringan pernafasan baik salah satunya intravena sehingga rute pemberian levofloxacin sudah
ekstrasel maupun intrasel (PDPI, 2011). Maka dari itu pemberian tepat (AAFP, 2001; PDPI, 2011)
antibiotik levofloxacin efektif. Kategori I Lolos Kategori I
Kategori IV b Lolos Kategori IV b (Tidak ada antibiotik yang kurang toksik) Assesment: Apabila dilihat dari interval pemberian maka pemberian
Assesment: Antibiotik tidak berinteraksi dengan makanan dan obat antibiotik tepat waktu
lain pada kasus ini dan hanya memberikan efek samping yang ringan Kesimpulan Pemberian antibotik levofloxacin sudah sesuai (Kategori 0)
seperti mual muntah apabila tidak digunakan dengan dosis yang
tepat (AAFP, 2010)
Kategori IV c Lolos Kategori IV c (Tidak ada antibiotik yang lebih murah)
Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak
Tulungagung dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik
dengan harga yang lebih murah.
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan untuk terapi empiris yang belum
diketahui hasil kultur mikrobiologinya, sehinggu antibiotik yang
digunakan adalah antibiotik dengan spektrum lebih luas (Kemenkes,
2011).
Kategori III a Lolos Kategori III a
Assesment: Antibiotik terapi pada pasien PPOK digunakan selama 3 44
- 7 hari (PDPI, 2011). Pada kasus ini antibiotik diberikan selama 3
hari sehingga pemberian tidak terlalu lama.
Contoh Kasus Kategori V
Hasil Pemeriksaan
Identitas Pasien Data Laboratorium
3/10/19
No :2 Hb 14,2 g/dL
Usia : 58 th HCT 40,8 %
No.RM : 118xxxxx WBC 8,76. 103/uL
Tanggal Masuk dan Keluar: 3/10/19 – 4/10/19
Diagnosa Akhir : PPOK
Tindakan -
Tanggal dan Waktu Tanggal Pemberian
Data Klinik Nilai Normal Pemeriksaan Dosis Frekuensi 3/10 4/10
Nama Antibiotik
3/10 4/10 Antibiotik Pemberian
Suhu 36 - Levofloxacin 750mg 1 x 750mg 16.00 -
36 – 380C
Tubuh
RR 12 – 20 bpm 26 -
HR 60 – 90x/menit 100 -
TD 120/80 mmHg 140/80 -
45
Kategori
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens
Kategori VI Lolos Kategori VI
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap
Kategori V Tidak Lolos Kategori V
Assesment: Penggunaan antibiotik pada pasien PPOK hanya bila terdapat
eksasebasi yang ditandai dengan gejala sesak napas bertambah,
bertambahnya jumlah/volume sputum dan purulensi sputum. Sedangkan
pada pasien tidak ditemukan gejala tersebut sehingga pemberian antibiotik
tidak tepat indikasi (PDPI, 2011).

Kategori IV a -
Kategori IV b -
Kategori IV c -
Kategori IV d -
Kategori III a -
Kategori III b -
Kategori II a -
Kategori II b -
Kategori II c -
Kategori I - 46
Kesimpulan Penggunaan antibiotik Levofloxacin tidak terindikasi (Kategori V)
Contoh Kasus Kategori IV A

Identitas Pasien
No : 2 (ruang HCU)
Usia : 49 th
No.RM : 119xxxxx
Tanggal Masuk dan Keluar: 16/10/19 – 23/10/19
Diagnosa Akhir : S. Tu Serebri
Tindakan :-
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Data Data Lab
Nilai Normal 16/10 17/10 18/10 19/10 20/10 21/10 22/10 23/10 16/10/19 21/10/19
Klinik
Hematologi
Suhu 36 36,2 36,6 36 36,2 36,7 36 36,2
36 – 380C 13,9
Tubuh Hb 16,6
 
RR 12 – 20 bpm 22 20 19 22 20 18 19 19
 37,2%
60 – 80 80 88 80 89 90 80 80 HCT 46,1%
HR  
90x/menit
14,62. 103/uL
130/8 131/8 133/8 131/8 148/8 131/8 130/8 120/8 WBC
WBC 
 16,34.
16,34. 10
103/uL
3
/uL 47
TD 120/80 mmHg  
0 0 6 8 0 2 0 0
Tanggal Pemberian
Frekuensi 16/10 17/10 18/10 19/10 20/10 21/10
Nama Antibiotik Dosis Antibiotik
Pemberian
- - 20.00 16.00 16.00 08.00
Levofloxacin IV 750mg 1 x 750mg 22/10 23/10        
- -        
16/10 17/10 18/10 19/10 20/10 21/10
- - - - - -
Levofloxacin PO 500mg 1 x 500mg
22/10 23/10        
08.00 -        

Pemilihan antibiotik untuk tumor serebri adalah golongan antibiotik yang


dapat menembus sawar darah otak seperti Azitromicin, Doxycycline dan
Tigecycline sehingga dapat memungkinkan utnuk terapi pada pasien tumor
otak (Lamb et al., 2015).

48
Kategori
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens
Kategori VI Lolos Kategori VI
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap
Kategori V Lolos Kategori V
Assesment: Tumor otak dapat disebabkan oleh berbagai macam factor resiko seperti
merokok, konsumsi alcohol, pola makan dan gaya hidup yang buruk, paparan senyawa
karsigenik, radiasi dan lain sebagainya. Selain itu, pertumbuhan tumor juga dapat
disebabkan oleh berbagai macam infeksi dari berbagai macam pathogen, namun hanya
sedikit yang disebabkan oleh bakteri (Alibek, K., et al., 2013). Apabila dilihat dari data
klinis, tidak ada tanda tanda adanya infeksi namun, dari data lab pasien dapat dilihat
bahwa terjadi leukositosis, dimana nilai leukosit diatas 10000 menandakan adanya infeksi
bakteri (Kemenkes, 2011) sehingga pemberian antibotik terindikasikan
Kategori IV a Tidak Lolos Kategori IV a
Assesment: Pemilihan antibiotik untuk tumor serebri adalah golongan antibiotik yang
dapat menembus sawar darah otak seperti Azitromicin, Doxycycline dan Tigecycline
sehingga dapat memungkinkan utnuk terapi pada pasien tumor otak (Lamb et al., 2015).
Pada kasus ini, antibiotik yang diberikan adalah levofloxacin. Meskipun antibiotik ini
dapat menembus sawar darah otak tetapi antibotik ini tidak diindikasikan untuk tumor
otak sehingga pemberian antibiotik tidak efektif
Kategori IV b -
Kategori IV c -
Kategori IV d -
Kategori III a -
Kategori III b -
Kategori II a -
Kategori II b -
Kategori II c -
Kategori I -
Kesimpulan Pemberian antibiotik Levofloxacin tidak efektif (Kategori IV a)
49
Contoh Kasus Kategori III A

Identitas Pasien
No : 50 (ruang Pulmonary)
Usia : 68 th
No.RM : 119xxxxx
Tanggal Masuk dan Keluar : 11/11/19 -22/11/19 (meninggal)
Diagnosa Akhir : PPOK (rpenyakit PPOK, Asma)
Tindakan :-

50
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
Data Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal 11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 Data Laboratorium
Klinik 11/11/19 19/11/19 21/11/19
36 36 - - - 36 - - Hematologi
Suhu
36 – 380C 19/11 20/11 21/11 22/11         Hb 9,7 g/dL - 13,5 g/dL
Tubuh
- - - -         WBC 12,56 x 103L - 17,86 x 103L
11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 HCT 28,9 % - 41,7 %
16 19 - - - 19 12 14
RR 12 – 20 bpm Kimia darah
19/11 20/11 21/11 22/11        
- 25 24         SGOT 65 U/L - -
-
11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 SGPT 54 U/L - -
60 – 106 81 - - - 85 - 84 BUN 31,4 mg/dL - -
HR
90x/menit 19/11 20/11 21/11 22/11         Cr 1,59 mg/dL - -
- - 120 -         Urinalisa
11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11 17/11 18/11 Eritrosit 73 /HPF - -
90/50 129/8 - - - 139/8 149/9 123/7
Lekosit 6 /lbp - -
7 7 7 8
TD 120/80 mmHg Bakteri 8,0   -
19/11 20/11 21/11 22/11        
- - 135/6 133/6         Pemeriksaan mikrobiologi - Tidak ada -
6 7 pertumbuhan
koloni

51
Tanggal Pemberian
Frekuensi 11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11
Nama Antibiotik Dosis Antibiotik
Pemberian
- 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00
Levofloxacin 750mg 1 x 750mg 17/11 18/11 19/11 20/11 21/11 22/11
16.00 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00
11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11
- 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00
20.00 20.00 20.00 20.00
Ceftriaxone 1g 2 x 1g
17/11 18/11 19/11 20/11 21/11 22/11
16.00 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00

  Definisi Antibiotik
Kelompok A Eksaserbasi ringan PO: Amoxyclav
Tidak ada faktor risiko untuk prognosis Azitromisin
Pilihan antibiotik buruk Claritromisin
menurut Sefalosporin generasi 2 dan 3
Telitromisin
Management of Kelompok B Eksaserbasi sedang PO: Gemifloxacin
COPD dan Ada faktor risiko untuk prognosis buruk Levofloxacin
Moxifloksasin
Diagnosis dan IV: Amoxyclav
Penatalaksanaan Ampisilin-sulbak
Sefalosporin generasi 2 dan 3
PPOK Ciprofloxacin
Levofloxacin
Kelompok C Eksaserbasi berat IV: Ciprofloxacin
Dengan faktor risiko P. aeuroginosa Levofloxacin 52
Beta-laktam dengan aktivasi
P.aeuroginosa
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum
Kategori
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori lebih sempit)
Gyssens
Assesment: Antibiotik ini digunakan untuk terapi empiris
Kategori VI Lolos Kategori VI yang belum diketahui hasil kultur mikrobiologinya,
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap
sehinggu antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
Kategori V Lolos Kategori V dengan spektrum lebih luas (Kemenkes, 2011).
Assesment: Salah satu indikasi adanya infeksi ditandai Kategori III a Tidak Lolos Kategori III a
dengan tingginya leukosit hingga 10000. Pada kasus ini Assesment: Antibiotik terapi pada pasien PPOK
terdapat indikasi adanya bakteri yang ditandai dengan digunakan selama 3 - 7 hari (PDPI, 2011). Pada kasus
kenaikan leukosit hingga 12560, sehingga penggunaan ini antibiotik empiris diberikan hingga 11 hari sehingga
antibiotik terindikasikan (Kemenkes, 2011) pemberian terlalu lama dan seharusnya dilakukan kultur
Kategori IV a Lolos Kategori IV a mikrobiologi.
Assesment: Infeksi pada pasien PPOK paling sering Kategori III b -
diakibatkan oleh bakteri di saluran pernapasan bawah.
Antibiotik yang menjadi pilihan yaitu Levofloxacin Kategori II a -
levofloxacin merupakan golongan floroqinolone respirasi Kategori II b -
yang memiliki aktivitas terhadap bakteri gram negatif Kategori II c -
maupun positif. Penetrasi floroquinolone sangat baik ke
dalam jaringan pernafasan baik ekstrasel maupun intrasel Kategori I -
(PDPI, 2011). Maka dari itu pemberian antibiotik levofloxacin Kesimpulan Pemberian antibotik levofloxacin terlalu lama (Kategori III
efektif. a)
Kategori IV b Lolos Kategori IV b (Tidak ada antibiotik yang kurang toksik)
Assesment: Antibiotik tidak berinteraksi dengan makanan
dan obat lain pada kasus ini dan hanya memberikan efek
samping yang ringan seperti mual muntah apabila tidak
digunakan dengan dosis yang tepat (AAFP, 2010)

Kategori IV c Lolos Kategori IV c (Tidak ada antibiotik yang lebih murah)


Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak 53
Tulungagung dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada
antibiotik dengan harga yang lebih murah.
Kategori
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Kategori III a Tidak Lolos Kategori III a
Gyssens Assesment: Antibiotik terapi pada pasien PPOK
Kategori VI Lolos Kategori VI digunakan selama 3 - 7 hari (PDPI, 2011). Pada kasus
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap ini antibiotik empiris diberikan hingga 11 hari dan
Kategori V Lolos Kategori V
seharusnya dilakukan kultur mikrobiologi sehingga
Assesment: Salah satu indikasi adanya infeksi ditandai dengan pemberian tidak terlalu lama.
tingginya leukosit hingga 10000. Pada kasus ini terdapat indikasi adanya Kategori III b -
bakteri yang ditandai dengan kenaikan leukosit hingga 12560, sehingga Kategori II a -
penggunaan antibiotik terindikasikan (Kemenkes, 2011)
Kategori II b -
Kategori IV a Lolos Kategori IV a Kategori II c -
Assesment: Infeksi pada pasien PPOK paling sering diakibatkan oleh Kategori I -
bakteri di saluran pernapasan bawah. Antibiotik yang menjadi pilihan Kesimpulan Pemberian antibotik Ceftriaxone terlalu lama (Kategori III
yaitu Levofloxacin levofloxacin yang diberikan monoterapi atau
kombinasi dengan sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3. Kombinasi
a)
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas antibiotik terhadap bakteri gram
negatif maupun positif sehingga diperoleh efek yang sinergis. (PDPI,
2011). Maka dari itu pemberian antibiotik ceftriaxone efektif.

Kategori IV b Lolos Kategori IV b (Tidak ada antibiotik yang kurang toksik)


Assesment: Antibiotik tidak berinteraksi dengan makanan dan obat lain
pada kasus ini dan hanya memberikan efek samping yang ringan
seperti mual muntah apabila tidak digunakan dengan dosis yang tepat
(AAFP, 2010)

Kategori IV c Lolos Kategori IV c (Tidak ada antibiotik yang lebih murah)


Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Tulungagung
dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik dengan harga
yang lebih murah.
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik yang digunakan pada pasien PPOK eksaserbasi
54
adalah antibiotik empiris dengan spektrum luas (Kemenkes, 2011, AAFP
2001).
Contoh Kasus Kategori III B

Identitas Pasien Data Laboratorium


Hasil Pemeriksaan
No : 15 (ruang HCU) 29/11/19
Hematologi
Usia : 53 th Hb  9,5
No.RM : 119xxxxx HCT  26,7 %
Tanggal Masuk dan Keluar: 29/11/19 – 3/12/19 WBC  30,27. 103/uL
(pindah)Diagnosa Akhir : KAD + asidosis PCT  0,510 %
metabolik + hiperkalemi
Tanggal Pemberian
Tindakan : - Nama Dosis Frekuensi 29/11 30/11
Antibiotik Antibiotik Pemberian
Tanggal dan Waktu
Ceftriaxon - 08.00
Data Klinik Nilai Normal Pemeriksaan 1g 2x1
e
29/11 30/11
Suhu 36,9 36,6
36 – 380C
Tubuh Antibiotik diberikan sesuai dengan indikasi, terutama terhadap
RR 12 – 20 bpm 30 26 factor pencetus terjadinya KAD. Jika faktor pencetus infeksi
HR 60 – 90x/menit 125 110 belum dapat ditemukan, maka antibiotika yang dipilih adalah
TD 120/80 mmHg 114/64 120/80
55
antibiotik spektrum luas (Gotera W., 2010).
Kategori Kategori III a Lolos Kategori III a
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens Assesment: Mengacu pada SPO RSUD dr. Iskak
Kategori VI Lolos Kategori VI Tulungagung bahwa penggunaan antibiotik empiris
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap ialah sampai 72 jam (3 hari) untuk selanjutnya harus
Kategori V Lolos Kategori V dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pada kasus ini
Assesment: Indikasi adanya infeksi bakteri dilihat dari nilai leukosit yang antibiotik diberikan selama 1 hari sehingga
diatas normal yaitu hingga 30270 (Kemenkes, 2011). Selain itu, pasien penggunaan antibiotik tidak terlalu lama
juga di diagnose pneumonia merupakan peradangan paru yang Kategori III b Tidak Lolos Kategori III b
pengobatanya terdiri atas antibiotik empiris dan pengbatan suportif Assesment: Mengacu pada SPO RSUD dr. Iskak
lainya (PDPI, 2003). sehingga pemberian antibiotik terindikasikan Tulungagung bahwa penggunaan antibiotik empiris
Kategori IV a Lolos Kategori IV a ialah sampai 72 jam (3 hari) untuk selanjutnya harus
Assesment: Antibiotik diberikan sesuai dengan indikasi, terutama dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pada kasus ini
terhadap factor pencetus terjadinya KAD. Jika faktor pencetus infeksi antibiotik diberikan selama 1 hari sehingga
belum dapat ditemukan, maka antibiotika yang dipilih adalah antibiotik penggunaan antibiotik terlalu singkat
spektrum luas (Gotera W., 2010). Ceftriaxone merupakan antibiotik Kategori II a -
golongan sefalosporin ketiga yang mempunyai spektrum luas dan Kategori II b -
mampu melawan bakteri gram negative dan positif sehingga efektif Kategori II c -
sebagai antibiotik empiris (Macdoghall & Gallagher, 2018) Kategori I -
Kategori IV b Lolos Kategori IV b Kesimpulan Penggunaan Ceftriaxone sudah sesuai terlalu singkat
Assesment: Tidak ada antibiotik yang kurang toksik karena antibiotik ini (Kategori III b)
tidak berinteraksi dengan makanan dan juga obat lain. Efek samping
seperti mual muntah akan muncul apabila tidak digunakan dengan
dosis yang tepat (MacDoughall & Gallagher, 2018).
Kategori IV c Lolos Kategori IV c
Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Tulungagung
dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik dengan harga
yang lebih murah.
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan sebagai terapi empiris, sehingga
digunakan adalah antibiotik dengan spektrum luas (Kemenkes, 2011).
56
Contoh Kasus Kategori II A

Identitas Pasien Data Lab


Hasil Pemeriksaan
26/11/19 27/11/19 29/11/19 30/11/19
No : 24 (ruang HCU)
Hematologi
Usia : 51 th Hb
Hb 13,2
13,2 g/dL
g/dL 13,2
13,2 g/dL
g/dL 13,2 g/dL 11,6 g/dL
No.RM : 119xxxxx WBC
WBC 9,31 x 103L 9,31 x 103L 9,42 x 103L 6,25 x 103L
Tanggal Masuk dan Keluar: 26/11/19 – 30/11/19 HCT
HCT 38,3 % 38,3 % 37,4 % 33,6 %

(pindah cpk)
Tanggal Pemberian
Diagnosa Akhir : Snake bite gr 2-3 Nama Dosis Frekuensi 26/ 27/11 28/11 29/11 30/11
Tindakan :- Antibiotik Antibiotik Pemberian 11
- 20.00 08.00 08.00 -
Ceftriaxone 1g 2x1
20.00 20.00
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan Cefixim - - - - 08.00
Data 1g 2x1
Nilai Normal 26/11 27/11 28/11 29/11 30/11 (PO) 20.00
Klinik
Suhu 36,5 36,5 36,5 36,3 36,5 Antibiotik yang diberikan harus mempunyai sektrum
36 – 380C
Tubuh
RR 12 – 20 bpm 19 22 24 20 20
luas untuk mencegah diseminasi dan mempercepat
HR 60 – 90x/menit 76 98 74 75 91 penyembuhan seperti golongan sefalosporin (Terry, P., 57
TD 120/80 mmHg 114/72 116/75 120/73 110/80 125/78 2002; Palappallil, 2015)
Kategori Kategori III b Lolos Kategori III b
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens Assesment: Pemberian antibiotik pada snake bite yaitu
Kategori VI Lolos Kategori VI hingga 3 hari (Palappallil, 2015) sehingga pemberian
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap antibiotik tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat
Kategori II a Lolos Kategori II a
Kategori V Lolos Kategori V
Dosis penggunaan ceftriaxone untuk terapi empiris yaitu 1-2
Assesment: Tidak ada tanda tanda adanya infeksi namun menurut
beberapa penelitian, pemberian antibiotik harus diberikan pada pasien
g setiap 12-24 jam (A to Z Drug Fact). Dosis yang diberikan
yang terkena gigitan ular, karena banyak diemukan bakteri gram kepada pasien sudah sesuai.
negative aerob pada biakan darahnya (Niasari, 2016; Paloppallil, Kategori II b Lolos Kategori II b
2015) Interval pemberian ceftriaxone menurut A to Z Drug Fact yaitu
setiap 12-24 jam. Interval pemberian ceftriaxone sudah tepat.
Kategori IV a Lolos Kategori IV a
Assesment: Antibiotik yang diberikan harus mempunyai sektrum luas
Kategori II c Lolos Kategori II c
untuk mencegah diseminasi dan mempercepat penyembuhan seperti Rute pemberian yang disarankan yaitu intravena dan
golongan sefalosporin (Terry, P., 2002; Palappallil, 2015). Antibiotik intramuskular (A to Z Drug Fact). Pemberian ceftriaxone pada
Cefixmie merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang pasien ialah intravena, sehingga rute yang dipilih sudah
mempunyai spektrum luas sehingga pemberian antibiotik efektif tepat.
Kategori I Lolos Kategori I
Kategori IV b Lolos Kategori IV b
Assesment: Apabila dilihat dari interval pemberian maka aktu
Assesment: Tidak ada antibiotik yang kurang toksik karena antibiotik
ini tidak berinteraksi dengan makanan dan juga obat lain. Efek
pemberian tepat
samping seperti mual muntah akan muncul apabila tidak digunakan Kesimpulan Penggunaan Ceftriaxone sudah sesuai (Kategori 0)
dengan dosis yang tepat (MacDoughall & Gallagher, 2018).
Kategori IV c Lolos Kategori IV c
Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Tulungagung
dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik dengan harga
yang lebih murah.
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan sebagai terapi empiris yang
belum diketahui hasil kultur mikrobiologinya sehingga digunakan
antibitoik spektrum luas
Kategori III a Lolos Kategori III a
Assesment: Pemberian antibiotik pada snake bite yaitu hingga 3 hari
58
(Palappallil, 2015) sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu lama
dan tidak terlalu singkat
Kategori Kategori III a Lolos Kategori III a
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens
Assesment: Pemberian antibiotik pada snake bite yaitu
Kategori VI Lolos Kategori VI hingga 3 hari (Palappallil, 2015) sehingga pemberian
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap
antibiotik tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat
Kategori V Lolos Kategori V
Assesment: Tidak ada tanda tanda adanya infeksi namun menurut
Kategori III b Lolos Kategori III b
beberapa penelitian, pemberian antibiotik harus diberikan pada
pasien yang terkena gigitan ular, karena banyak diemukan bakteri Assesment: Pemberian antibiotik pada snake bite yaitu
gram negative aerob pada biakan darahnya (Niasari, 2016; hingga 3 hari (Palappallil, 2015) sehingga pemberian
Paloppallil, 2015) antibiotik tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat
Kategori IV a Lolos Kategori IV a
Assesment: Antibiotik yang diberikan harus mempunyai sektrum Kategori II a Tidak Lolos Kategori II a
luas untuk mencegah diseminasi dan mempercepat Assesment: Dosis pemberian Cefixime yaitu 100-400
penyembuhan (Terry, P., 2002; Paloppallil, 2015). Antibiotik mg peroral sehingga dosis pemberian tidak tepat
Cefixime merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang
(Crader et.al., 2020)
mempunyai spektrum luas sehingga pemberian antibiotik efektif

Kategori IV b Lolos Kategori IV b Kategori II b -


Assesment: Tidak ada antibiotik yang kurang toksik karena
antibiotik ini tidak berinteraksi dengan makanan dan juga obat Kategori II c -
lain. Efek samping seperti mual muntah akan muncul apabila
tidak digunakan dengan dosis yang tepat (MacDoughall & Kategori I -
Gallagher, 2018).
Kategori IV c Lolos Kategori IV c Kesimpulan Penggunaan Cefixime tidak tepat dosis (Kategori II a)
Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak
Tulungagung dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada
antibiotik dengan harga yang lebih murah.
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih
sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan sebagai terapi empiris yang 59
belum diketahui hasil kultur mikrobiologinya sehingga digunakan
antibitoik spektrum luas
Contoh Kasus Kategori II B

Identitas Pasien Hasil Pemeriksaan


Data Laboratorium
No : 40 (ruang HCU) 26/11/19
Usia : 49 th Hematologi
No.RM : 116xxxxx Hb 11,5 g/dL
Tanggal Masuk dan Keluar: (dar vrt) 26/11/19 – HCT 34,1 %
30/11/19 (mnggl) WBC 15,43 x 103L
Diagnosa Akhir : Hepatis enchepalopathy + SH
+ SBP Tanggal Pemberian
Tindakan :- Nama Dosis Frekuensi 26/11 27/11 28/11 29/11 30/11
Antibiotik Antibiotik Pemberian
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan 24.00 08.00 08.0008.0 -
Data
Nilai Normal 26/11 27/11 28/11 29/11 30/11 16.00 16.000
Klinik
24.00 24.0016.0
Cefotaxim 2g 3x1
Suhu 38 39,2 38,4 38,6 - 0
36 – 380C
Tubuh 24.0
Antibiotik empiris yang diberikan pada Hepatic Ensefalopati adalah
RR 12 – 20 bpm 24 28 28 24 - agen yang mempunyai spektrum luas. Sefalosporin generasi ketiga0
60 – 112 144 101 108 - merupakan standar terapi empiris dari banyak infeksi pada pasien
HR
90x/menit sirosis berdasarkan aktivitasnya terhadap Enterobacteriaceae dan 60
160/9 160/9 123/7 128/70 - non-enterococcla Streptococcus spp. (Piotrowski, 2017).
TD 120/80 mmHg
0 0 2
Kategori III a Tidak Lolos Kategori III a
Kategori
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori Assesment: Mengacu pada SPO RSUD dr. Iskak Tulungagung
Gyssens
bahwa penggunaan antibiotik empiris ialah sampai 72 jam (3 hari)
Kategori VI Lolos Kategori VI untuk selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pada
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap kasus ini Ceftriaxone diberikan selama 4 hari sehingga penggunaan
antibiotik terlalu lama
Kategori V Lolos Kategori V Kategori III b Lolos Kategori III b
Assesment: Indikasi adanya infeksi bakteri dilihat dari tanda tands klinis Assesment: Mengacu pada SPO RSUD dr. Iskak Tulungagung
pasien dimana pasien mengalami takikardi (112x/menit) dan demam di bahwa penggunaan antibiotik empiris ialah sampai 72 jam (3 hari)
hari kedua (38) serta leukositosi (15430) (Kemenkes, 2011) sehingga untuk selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pada
pemberian antibiotik terindikasikan. kasus ini antibiotik Ceftriaxone diberikan selama 4 hari sehingga
penggunaan antibiotik tidak terlalu singkat
Kategori IV a Lolos Kategori IV a Kategori II a Lolos Kategori II a
Assesment: Dosis penggunaan Cefotaxim pada pasien sirosis
Assesment: Antibiotik empiris yang diberikan pada pasien yang
menurut beberapa guideline yaitu 2g IV setiap BID (Medicine, J.H.,
terinfeksi SBP dengan hepatik ensefalopati adalah agen yang
2016; Piotrowski, 2017). Sehingga dosis pemberian tepat
mempunyai spektrum luas. Sefalosporin generasi ketiga merupakan
standar terapi empiris dari banyak infeksi pada pasien sirosis Kategori II b Tidak Lolos Kategori II b
berdasarkan aktivitasnya terhadap Enterobacteriaceae dan non- Assesment: Dosis penggunaan Cefotaxim pada pasien sirosis
enterococcla Streptococcus spp. (Piotrowski, 2017). Sehingga menurut beberapa guideline yaitu 2g IV setiap BID (Medicine, J.H.,
pemberian antibiotik efektif 2016; Piotrowski, 2017). Pada pasien ini antibiotik diberikan setiap 8
jam sehingga interval pemberian tidak tepat.
Kategori IV b Lolos Kategori IV b Kategori II c -
Assesment: Tidak ada antibiotik yang kurang toksik karena antibiotik ini Kategori I -
tidak berinteraksi dengan makanan dan juga obat lain. Efek samping
Kesimpulan Pemberian antibiotik Cefotaxim tidak tepat interval (Karegori II b)
seperti mual muntah akan muncul apabila tidak digunakan dengan dosis
yang tepat (MacDoughall & Gallagher, 2018).

Kategori IV c Lolos Kategori IV c


Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Tulungagung
dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik dengan harga
yang lebih murah.

Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan sebagai terapi empiris, sehingga 61
digunakan adalah antibiotik dengan spektrum luas (Kemenkes, 2011).
Contoh Kasus Kategori I

Hasil Pemeriksaan
Identitas Pasien Data
5/12/19 6/12/19
No : 44 (ruang HCU) Laboratorium
Usia : 60 th Hematologi
No.RM : 119xxxxx Hb 13,2 g/dL -
Tanggal Masuk dan Keluar: 3/12/19 – 7/12/19 WBC 15,49 x 103L -
Diagnosa Akhir : Abses HIL (s) HCT 36,8 % -
Kimia darah
Tindakan : Laparatomy drainage, herniotomy
Albumin 2,0 g/dL 2,7 g/dLPemberian
Tanggal
(3/12/19 pkl 13.25-15.15) Nama Dosis Frekuensi 3/1 4/1 5/1 6/1 7/12
Antibiotik Antibiotik Pemberian 2 2 2 2
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan  
Data
Nilai Normal 3/12 4/12 5/12 6/12 7/12 Cefazolin 13. - - - -
Klinik 2g 1 x 2g
(P) 00  
Suhu 36,6 38,4 38,5 - -
36 – 380C
Tubuh
RR 12 – 20 bpm 20 30 24 - -
Menurut ASHP (2013) antibiotik profilaksis untuk
60 – 84 124 125 - - laparatomi yaitu Cefazolin
HR 62
90x/menit
100/7 148/9 145/9 - -
TD 120/80 mmHg
0 0 6
Kategori Kategori III a Lolos Kategori III a
Hasil Assesment (Lolos/ Tidak Lolos per Kategori
Gyssens Assesment: Antibiotik yang diberikan satu kali sebelum
Kategori VI Lolos Kategori VI dilakukan tindakan operasi, dengan merujuk pada SPO
Assesment: Data Rekam Medik pasien lengkap Penggunaan antibiotik profilaksis maksimal 1 x 24 jam
Kategori V Lolos Kategori V (Kemenkes, 2015). Oleh karena itu, pemberian tidak terlalu
Assesment: pasien akan mendapatkan tindakan operasi (bedah bersih), lama.
sehingga diberikan antibiotik profilaksis berupa cefazolin (sefalosporin Kategori III b Lolos Kategori III b
generasi I). Tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi daerah Assesment: Antibiotik yang diberikan satu kali sebelum dilakukan
operasi (IDO) (Kemenkes, 2011; ASHP, 2013) tindakan operasi, dengan merujuk pada SPO Penggunaan antibiotik
profilaksis maksimal 1 x 24 jam (Kemenkes, 2015) seingga pemberian
Kategori IV a Lolos Kategori IV a tidak terlalu singkat.
Assesment: Tidak ada antibiotik lain yang lebih efektif karena menurut Kategori II a Lolos Kategori II a
beberapa guideline antibiotik profilaksis pilihan utama yang disarankan Assesment: Dosis yang disarankan untuk Cefazolin sebagai
adalah Cefazolin. Pada umumnya bakteri yang menyebabkan infeksi antibiotik profilaksis menurut ASHP Therapeutic Guidelines
daerah operasi setelah operasi herniotomy adalah bakteri aerob gram- yaitu 2g sehingga dosis pemberian tepat
positif seperti Staphylococcus dan Enterococcus sehingga digunakan Kategori II b Lolos Kategori II b
antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-1 (WHO, 2010; ASHP,
Assesment: Interval pemberian antibiotik profilaksis yaitu satu kali
2013)
sebelum dilakukan insisi. Pemberian cefazolin pada pasien ini sudah
Kategori IV b Lolos Kategori IV b tepat.
Assesment: Tidak ada antibiotik yang kurang toksik karena antibiotik ini Kategori II c Lolos Kategori II c
tidak berinteraksi dengan makanan dan juga obat lain. Efek samping Assesment: Rute pemberian yang disarankan yaitu intra vena
seperti mual muntah akan muncul apabila tidak digunakan dengan dosis sehingga rute pemberian tepat
yang tepat (MacDoughall & Gallagher, 2018). Kategori I Tidak Lolos Kategori I
Assesment: Waktu pemberian antibiotik profilaksis menurut SPO Dr.
Kategori IV c Lolos Kategori IV c Iskak Tulungagung (2019) yaitu 30-60 menit sebelum dilakukan
Assesment: Semua obat yang digunakan di RS dr. Iskak Tulungagung operasi. Pada kasus ini antibiotik diberikan 25 menit sebelum operasi
dipesan melalui e-katalog sehingga tidak ada antibiotik dengan harga sehingga waktu pemberian tidak tepat
yang lebih murah.
Kesimpulan Penggunaan antibiotik Cefazolin tidak tepat waktu (Kategori I)
Kategori IV d Lolos Kategori VI d (Tidak ada antibiotik yang spektrum lebih sempit)
Assesment: Antibiotik ini digunakan terapi profilaksis untuk mencegah
terjadinya infeksi luka operasi sesuai dengan Guidline Antibiotic
Prophlaxis (2010). Cefazolin adala antibiotik yang memiliki spektrum
63
sempit yaitu gram positif yang sesnsitif terhadap bakteri yang
berpotensi menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus dan
Streptococcus (Gallagher & MacDogall, 2018).

Anda mungkin juga menyukai