Anda di halaman 1dari 27

REKLAMASI DAN

PASCATAMBANG
MK. Lingkungan Tambang
Pertemuan 10
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, Penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
Pascatambang.

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya.

Kegiatan Pascatambang, yang selanjutnya disebut Pascatambang,


adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut
kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan
Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh Pemegang Izin
Usaha Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai
jaminan untuk melakukan kegiatan Reklamasi.

Jaminan Pascatambang adalah dana yang disediakan oleh Pemegang


Izin Usaha Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus
sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Pascatambang.
IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan.

IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan


tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan di wilayah izin usaha pertambangan khusus

IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah


selesai pelaksanaan IUP Ekplorasi untuk melakukan tahapan
kegiatan operasi produksi.

IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah


selesai pelaksanaan IUPK Ekplorasi untuk melakukan tahapan
kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan
khusus.

IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau


pemurnian yang selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian adalah izin usaha yang
diberikan kepada perusahaan untuk membeli, mengangkut,
mengolah, dan memurnikan termasuk menjual komoditas tambang
mineral atau batubara hasil olahannya.
UU 11/1967 TAHAPAN PERTAMBANGAN
KP UU 4/2009
IUP
KP PROSPEKSI
IUP
KP EKSPLORASI Eksplorasi

STUDI KELAYAKAN Layak


Tidak
Layak

 TEKNIK
ARSIP DEVELOPMEN
 LINGKUNGAN
 EKONOMI IUP
KP EKSPLOITASI Operasi-
 PERUNDANGAN
Produksi
KP PENGOLAHAN

KP PEMURNIAN

KP PEMASARAN
1. Penatagunaan Lahan
a. Penataan permukaan tanah,
b. Penimbunan kembali lahan bekas tambang,
c. Penebaran tanah zona perakaran,
d. Pengendalian erosi dan pengelolaan air.

2. Revegetasi
Kegia a. Penanaman, meliputi:
1). Luas area penanaman,
tan
2). Pertumbuhan tanaman.
Rekla b. Pengelolaan material pembangkit air asam tambang
masi
3. Penyelesaian Akhir
a. Penutupan Tajuk
b. Pemeliharaan
Kegiatan Pascatambang
LAHAN BEKAS
TAMBANG

MASALAH UTAMA YG TIMBUL


PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG
ADALAH PERUBAHAN LINGKUNGAN
Meluasnya kegiatan pertambangan disebabkan oleh:

1. Makin canggihnya peralatan mekanisasi


2. Makin canggihnya metode ekstraksi dan teknologi pengolahan sehingga bijih-bijih
tambang kadar rendah memungkinkan diekstraksi dan lebih ekonomis

AKHIRNYA PENAMBANGAN DPT MENJANGKAU WILAYAH LUAS DAN


MENCAPAI LAPISAN BUMI YG SANGAT DALAM JAUH KE BAWAH
PERMUKAAN
KEGIATANPERTAMBANGAN DAN ASPEK
LINGKUNGAN
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat
rumit, sarat risisko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa
sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan yang
besar, sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap awal
sampai pasca tambang. Pada saat membuka tambang, sudah harus difahami
bagaimana menutup tambang. Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif,
sesuai rencana tata guna lahan pasca tambang , AGAR WILAYAH BEKAS
TAMBANG TIDAK MENJADI KOTA HANTU (Ghost City)
TAHAPAN PERUBAHAN
1. PERUBAHAN KIMIAWI (berdampak thdp air tanah dan air
permukaan)

2. PERUBAHAN FISIK (perubahan morfologi dan topografi lahan)

3. PERUBAHAN IKLIM MIKRO (disebabkan oleh perubahan kecepatan


angin, gangguan habitat flora dan fauna, penurunan produktivitas tanah)
…..akibatnya

4. TANDUS/GUNDUL
DIPERLUKAN UPAYA REKLAMASI

TUJUAN REKLAMASI:
1. Mencegah erosi/mengurangi kecepatan aliran air limpasan
2. Menjaga lahan agar tdk labil dan lebih produktif
3. Akhirnya reklamasi diharapkan menghasilkan nilai tambah
bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yg jauh lebih baik
daripada keadaan sebelumnya
Bentuk permukaan wilayah bekas tambang
pada umumnya tidak teratur
sebagian besar berupa morfologi terjal
● Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada
berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan
keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang
telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan
ekosistem bentang alam sekitarnya.
Buangan (waste) pd bekas tambang emas timika dan timah di Belitung
Tailing tambang timah
yang telah
direklamasi, kembali
ditambang oleh
masyarakat,
Belitung (Widhiyatna
dkk., 2006).
Lahan bekas tambang sebagai ekosistem rusak

Menurut Jordan (1985 dalam Rahmawaty, 2002), intensitas gangguan ekosistem


dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. ringan, apabila struktur dasar suatu ekosistem tidak terganggu, sebagai contoh jika
sebatang pohon besar mati atau kemudian roboh yang menyebabkan pohon lain rusak,
atau penebangan kayu yang dilakukan secara selektif dan hati-hati,
2. menengah, apabila struktur hutannya rusak berat/hancur, namun produktifitasnya
tanahnya tidak menurun, misalnya penebangan hutan primer untuk ditanami jenis
tanaman lain seperti kopi, coklat, palawija dan lain-lainnya,
3. berat, apabila struktur hutan rusak berat/hancur dan produkfitas tanahnya menurun,
contohnya terjadi aliran lava dari gunung berapi, penggunaan peralatan berat
untuk membersihkan hutan, termasuk dalam hal ini akibat kegiatan pertambangan.
PENANGANAN
LAHAN BEKAS TAMBANG
REKONSTRUKSI TANAH

penimbunan kembali (back filling)


dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air
(drainase) yang kemungkinan terganggu

Pengembalian bahan galian ke asalnya


diupayakan mendekati keadaan aslinya.
Ketebalan penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi tanah
pucuk
PENANGANAN LERENG BEKAS TAMBANG
(pengurugan kembali lubang bekas tambang emas di Wetar)
REVEGETASI

Perbaikan kondisi tanah meliputi :


 perbaikan ruang tumbuh,
 pemberian tanah pucuk (top soil) dan bahan organik serta
 pemupukan dasar dan pemberian kapur.

Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu


masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi
Kendala biologi dapat diatasi dengan :
 Perbaikan kondisi tanah
 Pemilihan jenis pohon
 Pemanfaatan mikoriza

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat
tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang
cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh

misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Dengan dilakukannya
penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan bekas
tambang tersebut.
PENANGANAN POTENSI AIR ASAM
TAMBANG
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah
penambangan, hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya
bahan mengandung sulfida pada udara bebas.
● Secara kimia kecepatan pembentukan asam tergantung pada pH, suhu,
kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas
permukaan dari mineral sulfida yang terpapar pada udara.
● Sementara kondisi fisika yang mempengaruhi kecepatan pembentukan
asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari batuan, pori-pori batuan, tekanan air
pori, dan kondisi hidrologi
Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran
mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan
menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida
ditutup dengan bahan
impermeable antara lain lempung, serta dihindari
terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah
Penanganan selanjutnya dpt menggunakan kapur unt menaikkan pH
Bekas tambang emas diurug dan direvegetasi/dihutankan kembali di Halmahera
Utara, MalukuUtara
TATAGUNA LAHAN PASCA TAMBANG

1. Pemukiman (pengembangan kota), contoh kota Tanjungpinang

2. Perkebunan
Potensi tanaman sebagai BIOENERGI
Terkait dg perkembangan harga minyak bumi akhir - akhir ini,
dikembangkan penanaman tanaman berpotensi sbg pengganti
BBM, seperti JARAK PAGAR (Acras zapota)
Kelebihan jarak pagar, mampu mereklamasi lahan bekas
tambang dlm wkt relatif singkat serta menghasilkan biodiesel
Reklamasi lahan bekas tambang bauksit
untuk pemukiman dan pengembangan kota,
Tanjungpinang, Bintan (Rohmana dkk., 2007)

Anda mungkin juga menyukai