Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Struktur

Politik
Suprastruktur Politik
Lembaga
Di SusunLegislatif
Oleh :
Agnes Valentina
Amanda Rinianty Oktavia Ritonga
Cici Stevani Siahaan

 Enjelina Flora
Dela Puspita
Rizky Ramadhan
STRUKTUR POLITIK
A. Pengertian Struktur Politik
Kehidupan tik suatu negara mewujudkan sebuah struktur politik. Secara umum, Struktur
adalah perkembangan hubungan organisasi antara komponen-komponen yang membentuk
organisasi itu. Struktur politik berarti perlembagaan hubungan antara komponen – komponen
yang membentuk suatu sistem politik. Struktur pollitik senantiasa berkenan dengan alokasi
nilai yang bersifat otoritatif yaitu di pengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.

Suasana politik suatu negara akan selalu meliputi dua suasana kehidupan politik. Suasana
kehidupan politik tersebut yaitu :
1. The Govermental Political Sphere, yaitu suasana kehidupan politik pemerintahan disebut
juga Suprastruktur Politik.
2. The Socio Political Sphere atau Infrastruktur Politik, yaitu suasana kehidupan politik
dalam masyarakat yang memberikan tugas-tugas lembaga negara dalam suaana
pemerintahan.

Struktur politik suatu negara sekaligus menggambarkan suasana kekuasaan dalam suatu
negara. Yang termasuk dalam struktur polliyik yang sifatnya informal adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan masyarakat atas dasar persamaan sosial ekonomi seperti golongan tani,
golongan buruh , kelas menengah , kelompok cendikiawan, dan sebagainya.
2. Pengelompokan masyarakat atas dasar perbedaan cara, gaya di semua pihak, dan
pengelompokan atas dasar kesadaran akan persamaan jenis-jenis tujuan di pihak
lain, sehingga dapat dikatakan sebagai kelompok asosiasional politik

3. Pengelompokan masyarakat atas dasar kenyataan dalam kehidupan politik


rakyat.

Yang lembaga politik formal lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif,


demikianlah jika meminjam Teori Van Vollenhoven, lembaga-lembaga politik formal
meliputi lembaga yang menjalankan fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dan
kepolisian.

B. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik adalah struktur politik pemerintahan atau struktur politik
kenegaraan. Suprastruktur politik ini berkenan dengan suasana kehidupan politik
pemerintahan (the governmental political sphare) yang merupakan kompleks hal yang
bersangkut paut dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang lembaga
–lembaga tersebut serta hubungan kerja antara lembaga dengan lembaga lainnya.
Dengan demikian suprastruktur politik ini meliputi :
- Lembaga Legislatif
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga yang memegang kedaulatan
rakyat.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga yang memegang kekuasaan
membuat Undang-Undang.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai lembaga yang memegang kekuasaan
menyampaikan RUU tentang otonomi daerah dan melakukan pengawasan tentang
pelaksanaanpemerintah daerah.

- Lembaga Eksekutif
1. Presiden, sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan yang bersama-
sama dengan DPR merupakan lembaga pembuatan undang-undang.
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lemabaga yang memeriksa pengelolaan
keuangan negara.
3. Kementrian Negara adalah lembaga yang membantu Presiden dalam menjalankan
pemerintahan yang membidangi urusantertentu dalam pemerintahan
4. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Indonesia Republik
Indonesia (Polri) adalah lembaga pertahanan dan keamanan negara.

- Lembaga Yudikatif
1. Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman.
2. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman
yang berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final.
3. Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga yang memiliki kewenangan penegakan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
LEMBAGA LEGISLATIF
A. Fungsi Lembaga Legislatif

Fungsi Lembaga Legislatif yang terpenting adalah


1. Membuat dan menentukan kebijakan (rule making). Untuk itu lembaga legislatif diberi hak
inisiatif, hal amandemen, dan hak budget
2. Fungsi Kontrol. Fungsi ini dimaksudkan agar eksekutif bertindak sesuai kebijakan yang
telah ditetapkan.

B. Perwakilan Politik dan Perwakilan Fungsional


Perwakilan merupakan konsep tentang seseorang atau suatu kelompok yang mempunyai
kemampuan untuk berbicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.

Dalam memenuhi kepentingan tuntutan fungsional setiap negara berbeda-beda. Ada


yang dengan cara dipilih dan diduduki dalam senat / DPR dengan cara mengakomodasikan
kepentingan asosiasi itu dengan karakteristik dan pola hubungan pemerintah. Peraturan ini
disebut sebagai sistem perwakilan kepentingan yang digolongkan menjadi pluralisme dan
koporatisme.

Pluralisme adalah suatu sistem yang memungkinkan semua kepentingan dalam


masyarakat bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses politik, tanpa mendominasi
kelompok lain. Sedangkan korporatisme adalah upaya untuk menghubungkan negara dan
masyarakat.
C. Model Perwakilan

1. Model Perwakilan Politik : Perutusan, Penugasan , Politicos.

Menurut Hoogewrft (1985:200), dilihat dari dimensi ini maka akan dikenal
3 model yaitu :
1). Model perutusan (delegate) dimana sang wakil berposisi sebagai seorang
kuasa usaha yang harus menjalankan perintah dari yang diwakili.
2). Model penugasan (truste), dalam model ini sang wakil memperoleh kuasa
penuh dari yang diwakilinya, sehingga dapat bertindak berdasarkan penilaian
sendiri (sang wakil).
3). Model politicos, dalam model ini anggota parlemen kadang-kadang memilih
menjadi kuasa usaha, atau kadang-kadang menjadi usaha penuh

2. Model Perwakilan : Kesatuan dan Diversivikal


Menurut (Hoogerwef, 1985:201), dilihat dari dimensi kategori yang mana
harus diwakili oleh sang wakill. Maka dikenal model kesatuan dan diversivikal.
Dalam model kesatuan, anggota parlemen berposisi sebagai wakil dari rakyat.
Sedangkan dalam model diversifikasi anggota parlemen berposisi sebagai wakil
dari kelompok teritorial, socal, atau kelompok.
3. Tanggapan Wakil Terhadap Perwakil
Ada empat tanggapan wakil yang secara menyeluruh membangun ketertiban
politik, yaitu tanggapan dalam bidang kebijaksanaan, bidang pelayanan, dalam hal
pengalokasian kebutuhan public, dan berkenaan dngan simbol-simbol
(Sanit,1985:39)

Anda mungkin juga menyukai