Anda di halaman 1dari 16

Asuhan keperawatan tentang

diabetes melitus
nadiah gardillah A1C219123
wadeli nurlaila R A1C221083
windi sepryta tupalangi A1C219132
rahmi dwiana songke A1C219066
Definisi diabetes melitus

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadarhormoneinsulin


yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan meningkatnya kadarglukosa
dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa yang dikonsumsi oleh tubuhtidak dapat
diproses secara sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam darah akanmeningkat.
Diabetes Mellitus terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1,DM tipe 2, DMSekunder
dan DM gestasional.
Etiologi diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh


adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
● Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll)
● Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreasc.
● Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
DM berkaitan denganfaktor risiko faktor risiko yang dapat diubah pada
yang tidak dapat diubah meliputi: penyakit Diabetes Melitus (DM) Tipe2
meliputi:

1. Riwayat keluarga dengan DM (first degree 1. Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar
relative) perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90cm pada laki-
2. Umur ≥45 tahun laki.
2. Kurangnya aktivitas fisik
3. Etnik
4. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan 3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
lahir bayi >4000 gram atau 4. Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan
5. riwayat pernah menderita DM gestasional kenaikan kadar lemak darah
Riwayat lahir dengan berat badan rendah 5. Diet tidak sehat
(<2,5 kg).
Patofisiologi diabetes melitus

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu:

1. Resistensi insulinDiabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namunkarena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.

2. Disfungsi sel B pancreasPada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan padasekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensiinsulin.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi
klinis pada penderita :

1. Gejala awal pada penderita DM adalah


Manifestasi
a) Polifagia (peningkatan rasa lapar).
klinis diabetes
b) Polidipsia (peningkatan rasa haus)
malitus
c) Polifagia (peningkatan rasa lapar).

d) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah


pada pasien diabetes lama
lanjutan

2. Gejala yang muncul


f) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang
a) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan berlangsung secara optimal.
konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah pada penderita g) Luka yang lama sembuhproses penyembuhan luka
diabetes kronik membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain.
b) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul.
h) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
c) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab seksualitas menurun karena kerusakan hormon
tersering yaitu jamur terutama candida. testosteron.

d) Kesemutan rasa baal akibat neuropati i) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
e) Kelemahan tubuh
•Klasifikasi

Komplikasi diabetes melitus

Komplikasi diabetes melitus terbagi dalam dua kategori, yakni


komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang
(kronis).Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah bentuk komplikasi
akut, sedangkan komplikasi yang bersifat kronis terjadi ketika
diabetes melitus sudah memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal,
kulit, saluran pencernaan, dan saraf.
Klasifikasi diabetes melitus

klasifikasi diabetes mellitus atau DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan


DM tipe lain.

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


DM tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel beta (β) pankreas baik oleh proses autoimum
maupun idiopatik. Proses autoimun ini menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin
karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel yang bertugas memproduksi insulin sehingga produksi
insulin berkurang atau terhenti (Rustama dkk, 2010).

2. diabetes Mellitus Tipe 2


DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis
diabetes mellitus yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. keadaan ini ditandai oleh
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Diabetes mellitus tipe ini lebih sering terjadi pada usia diatas
40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan Wood, 2010).
Lanjutan

3. Diabetes Gestasional
DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal.Penderita DM gestasional
memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun
setelah melahirkan.

4. Diabetes Tipe Lain


DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada efek genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenic, infeksi virus,
penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
Penatalaksanaan diabetes melitus

Penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari :

terapi non farmakologis Terapi


farmakologis

Terapi non farmakologis Terapi farmakologis dengan


meliputi terapi gizi medis, obat hipoglikemik oral
meningkatkan aktivitas (OHO) dan insulin jika terapi
jasmani, dan edukasi terkait non farmakologis yang
penyakit diabetes melitus dilakukan tidak mampu
yang dilakukan secara mengontrol kadar glukosa
kontinyu darah
No

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
b) Data riwayat kesehatan
c) Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa dan intervensi

NO DIAGNOSA INTERVENSI

1 Kekurangan volume cairan 1. Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada
berhubungan dengan perubahan posisi, kekuatan nadi perifer.
kehilangan cairan aktif 2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
(diuresis osmotic). atau pernapasan yang berbau keton.
3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membara mukosa.
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis
urine.
Lanjutan
NO DIAGNOSA INTERVENSI
2 Ketidakseimbangan nutrisi : 1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
Kurang dari kebutuhan tubuh bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
berhubungan pasien.
dengan faktor biologis atau 2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan
ketidakmampuan indikasi
mengabsorpsi makanan. 3. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli diet.

3 Ketidakefektifan perfusi 1) Kaji pucat, sianosis, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan
jaringan perifer berhubungan nadi perifer
dengan penurunan 2) Kaji tanda human (nyeri pada betis dengan posisi
sirkulasi darah ke perifer. dorsifleksi), eritema, edema.
3) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluan urin
4) Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia,
penurunan/tidak ada bising usus, mual/muntah distensi
abdomen, konstipasi..
Lanjutan
NO DIAGNOSA INTERVENSI

4 Nyeri akut berhubungan 1. Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan
dengan agen cedera biologis verbal, petunjuk non vernal, respon hemodinamik
(meringis, menangis, gelisah, berkeringat,
mengcengkram dada, nafa cepat, TD/ frekuensi jantung
berubah)
2. Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah obat
narkotik.
3. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien
termasuk lokasi, intensitas (0-1-), lamanya, kualitas
(dangkal/ menyebar) dan penyebaran.
4. Bantu melakukan teknik relaksasi, misalkna : napas
dalam, bimbingan imajinasi.
5. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman. Pendekatan pasien dengan tenang
dan dengan percaya
Lanjutan
NO DIAGNOSA INTERVENSI

5 Kerusakan integritas jaringan 1. Kaji jika, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema,
berhubungan dengan dan discharge, rekuensi ganti balut.
gangguan sirkulasi, 2. Kaji tanda vital (TD, Nadi, suhu, respirasi).
deficit cairan.

6 Risiko tinggi cedera : jatuh 1) Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
berhubungan dengan 2) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman
penurunan sensori (tidak (memasang pinggiran tempat tidur, dll).
mampu melihat). 3) Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
4) Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera
(menggunakan pencahayaan yang baik, memasang
penghalang tempat tidur, menempatkan benda
berbahaya ditempat yang aman)
5) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan
glaokoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja
sosial untuk pemantauan secara berkala
TERIMA KASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai