Anda di halaman 1dari 18

MENJAGA LISAN

DAN BAHASA

Oleh : Ai Fitri Silvia, S.Pd


2
Menjaga
Lisan di Era
Media Sosial
Betapa pesatnya perkembangan media
sosial saat ini, membuat kita mau tidak
mau masuk kedalam dunianya.
3
‫‪Allah SWT berfirman :‬‬

‫“‬ ‫آمنُوا اتَّقُوا الل ّ َ َه َوقُول ُوا ق َْول ًا‬ ‫َ‬ ‫ين‬
‫َ‬ ‫ذ‬‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬
‫َس ِدي ًدايُ ْصل ِ ْح لَك ُ ْم أ َ ْ‬
‫ع َمالَك ُ ْم َوي َ ْغ ِف ْر لَك ُ ْم‬
‫ه‬ ‫َ‬
‫يَا أ ّ َ‬
‫ُ‬ ‫ي‬

‫وبك ُ ْم ۗ َو َمن يُ ِط ِع الل ّ َ َه َو َر ُسول َُه َفقَ ْد فَا َز ف َْو ًزا‬ ‫ُذن ُ َ‬
‫يما‬ ‫ع ِظ ً‬ ‫َ‬ ‫‪QS. Al-Ahzab : 70-71‬‬

‫‪4‬‬

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu
dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati
Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

5
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫الم ْر ِء تَ ْر ُك ُه َما ل َا يَ ْعنِي ِه‬
َ ِ‫ِم ْن ُح ْس ِن إِ ْسل َام‬
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah dia
meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.”
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976, shahih)

6
◈ Hendaknya setiap kita senantiasa menjaga
diri dari berbicara atau menuliskan komentar
yang tidak jelas manfaatnya. Kita tidaklah
berbicara kecuali dalam hal-hal yang
memang kita berharap ada manfaat untuk
agama (diin) kita.

7
Ketika kita melihat bahwa Kalaupun itu bermanfaat,
suatu perkataan itu tidak kita pun masih perlu
bermanfaat, maka kita pun merenungkan: apakah ada
menahan diri dari manfaat lain yang lebih
berbicara (alias diam). besar yang akan hilang
jika saya tetap berbicara?

8
Sampai-sampai ulama Ucapan yang keluar Jika yang keluar dari
terdahulu mengatakan dari lisan seseorang lisan dan komentarnya
bahwa jika kita ingin akan menunjukkan hanyalah ucapan-
melihat isi hati kepada kita kualitas isi ucapan kotor, sumpah
seseorang, maka hati seseorang, baik serapah, celaan, hinaan,
lihatlah ucapan yang orang itu mau makian, maka itulah
keluar dari lisannya. mengakui ataukah cerminan kualitas isi
tidak. hatinya.

9
Maka benarlah bahwa
keselamatan itu adalah dengan
menjaga lisan. Sahabat ‘Uqbah
bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu
bertanya,

‫ول الل ّ َ ِه َما الن ّ ََجا ُة‬


َ ‫يَا َر ُس‬

“Wahai Rasulullah, apakah


keselamatan itu?”

10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,

‫أ َ ْم ِس ْك َعل َيْ َك لِ َسان َ َك َول ْيَ َس ْع َك بَيْتُ َك‬


‫َوابْ ِك َعل َى َخ ِطيئَ ِت َك‬
“Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu
membuatmu merasa lapang (artinya:
betahlah untuk tinggal di rumah), dan
menangislah karena dosa-dosamu.”
(HR. Tirmidzi no. 2406, shahih)
11
Betapa banyak kita ceroboh dalam memposting,
berkomentar di sana sini, namun tulisan-tulisan itu
berbuah penyesalan,
kemudian kita pun harus sibuk klarifikasi sana-sini,
sibuk mencari-cari alasan agar bisa dimaklumi,
juga sibuk meminta maaf atas perasaan saudara dan
teman yang terluka atas komentar dan ucapan kita.

12
Sesuatu yang harusnya tidak terjadi ketika
kita selalu menimbang dan berpikir atas setiap
ucapan dan komentar yang hendak kita
ucapkan dan tuliskan.

13
Oleh karena itu, ketika salah seorang sahabat datang
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
bertanya,

‫علِ ّ ْم ِني َوأ َ ْوجِ ْز‬


َ ‫ول الل ّ َ ِه‬
َ ‫يَا َر ُس‬

“Ajarkanlah (nasihatilah) aku dengan ringkas saja.”


14
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

ٍ ‫ت ِفي َصل َا ِت َك َف َص ّ ِل َصل َا َة ُم َو ِ ّد ٍع َول َا تَكَل ّ َ ْم ِبكَل‬


‫َام‬ َ ‫ِإ َذا ق ُْم‬
‫تَ ْعتَ ِذ ُر ِمن ْ ُه َوأ َ ْج ِم ْع ال ْيَأ ْ َس َع َّما ِفي أَيْ ِدي الن ّ َِاس‬
“Apabila kamu (hendak) mendirikan shalat, maka shalatlah
seperti shalatnya orang yang hendak berpisah. Janganlah kamu
mengatakan suatu perkataan yang akan membuatmu harus
meminta maaf di kemudian hari. Dan kumpulkanlah rasa putus
asa dari apa yang di miliki oleh orang lain.” (HR. Ibnu Majah
no. 4171, hadits hasan) 15
Betapa banyak kita men-share dan menuliskan berita-berita
yang tidak (atau belum) jelas kebenarannya, kemudian
penyesalan itu datang ketika kita harus berurusan dengan pihak
berwajib karena dampak buruk tulisan-tulisan kita di media
sosial.

Dan kemudian kita pun sibuk meminta maaf, sama persis


dengan nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

16
17
Sumber :
https://muslim.or.id/

https://almanhaj.or.id/

18

Anda mungkin juga menyukai