Kelompok 1
Lingkungan
01 Pendahuluan 04 Pengendapan
Metode Geofisika
02 Proses Pembentukan 05 untuk Eksplorasi
Studi Kasus
03 Klasifikasi 06 Eksplorasi
Geologi Batu Pasir & Contoh Eksplorasi
November, 2021 Geofisika Pertambangan Kelompok 1
01
Pendahuluan
Pendahuluan
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang tersusun atas
butiran pasir. Batu pasir mengacu pada batuan sedimen dengan ukuran
partikel butiran antara 1/16 - 2 mm, yang sudah tersemen bersama
melalui proses litifikasi. Kebanyakan batupasir memiliki sejumlah kecil
lempung mineral, hematit, ilmenit, feldspar, dan mika lainnya yang
menambahkan warna dan karakter pada matriks kuarsa.
(Noor, D. 2009)
(Symes, D. R. 1988)
Geologi Batu Pasir & Contoh Eksplorasi
November, 2021 Geofisika Pertambangan Kelompok 1
02
Proses Pembentukan
Proses Pembentukan
Batu pasir terbentuk dari material yang berukuran pasir yang diameternya mencapai 0,06-2 mm yang tersementasi.
Pembentukan batu pasir terjadi dua tahap:
1. Sebuah perlapisan atau kumpulan perlapisan terakumulasi sebagai akibat dari sedimentasi, baik oleh air atau udara.
Pada proses pengendapan, partikel-partikel halus pada sedimen cenderung mengisi ruang antar butir yang seragam.
Ruangan yang berisi material halus dapat mengurangi porositas sedimen, sehingga dapat menurunkan kapasitas
simpanan.
2. Butiran yang terakumulasi kemudian terkompaksi oleh tekanan di atasnya serta disementasi oleh presipitasi mineral
dalam pori antar butiran yang menurunkan porositas.
03
Klasifikasi
Klasifikasi Geologi Batupasir
Klasifikasi batupasir menurut Pettyjohn (1974) didasarkan pada komposisi batupasir tersebut, dimana komposisinya ada
butiran yang terdiri dari fragmen batuan, kuarsa, maupun feldspar; matriks; dan semen. Berdasarkan komposisi inilah
dihasilkan beberapa jenis penamaan seperti batupasir kuarsa (quartz arenite), batupasir arkose (arkoses), batupasir litik
(litharenites), batupasir wacke (greywacke).
Golongan C
Golongan A Golongan B
(Bahan Galian Bukan
(Bahan Galian Strategis) (Bahan Galian Vital)
Startegis dan Vital)
- Batupasir Kuarsa
- Batupasir Karbonatan
- Pasir Besi
- Pasir Sungai
- Pasir Merah
- Pasir Beton a. c.
b.
Gambar 2. a) Pasir Besi; b) Pasir Sungai c) Baatupasir Kuarsa, dikutip dari
berbagai sumber
Geologi Batu Pasir & Contoh Eksplorasi
November, 2021 Geofisika Pertambangan Kelompok 1
04
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan Pengendapan
Fluvial
Danau
Lateral accretion
Channel
Sand bedform
(Daryono, dkk., 2019)
Geologi Batu Pasir & Contoh Eksplorasi
November, 2021 Geofisika Pertambangan Kelompok 1
05
Metode Geofisika untuk
Eksplorasi Pasir
METODE GEOFISIKA UNTUK EKSPLORASI
RESISTIVITY MAGNETIC
RESISTIVITY
➔ Konfigurasi Schlumberger
➔ Arus listrik searah (DC) diinjeksikan ke dalam
bumi dengan menggunakan dua elektroda arus
(C1 dan C2). Arus tersebut akan menyebar ke
seluruh medium batuan sehingga terjadi
polarisasi listrik di dalam batuan. Nilai beda
potensial yang muncul akibat adanya polarisasi
listrik diukur melalui dua elektroda potensial
(P1 dan P2).
RESISTIVITY
Nilai resistivitas semu bawah permukaan ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
, dimana ρa adalah resistivitas semu, K adalah faktor geometri konfigurasi Schlumberger, ΔV merupakan beda potensial, dan
I merupakan kuat arus. Faktor geometri konfigurasi Schlumberger:
, dengan a adalah C1C2/2 dan b adalah P1P2/2 (Raharjo dan Sehah, 2018).
METODE GEOFISIKA UNTUK EKSPLORASI
MAGNETIC
➔ Anomali medan magnetik yang diperoleh dari survei magnetik merupakan anomali magnetik yang disebabkan oleh
medan magnetik remanen dan medan magnet induksi.
➔ Medan magnetik remanen sangat rumit untuk diamati karena mempengaruhi besar dan arah medan magnetik serta
berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya.
➔ Apabila arah medan magnetik remanen sama dengan arah medan magnet induksi, maka anomali magnetik
bertambah besar. Begitupun sebaliknya, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik
kurang dari 25% medan magnet utama bumi.
➔ Dalam pengukuran medan magnet beraku:
, dimana ∆T adalah medan magnet hasil koreksi, Tobs adalah medan magnet observasi hasil pengukuran lapangan.
TIGRF adalah medan magnet referensi berdasarkan IGRF. THV adalah koreksi medan magnet harian.
06
Studi Kasus Eksplorasi
BAHAN GALIAN BATU DAN PASIR (QUARRY) DAERAH
PULOAMPEL, KECAMATAN PULOAMPEL KABUPATEN SERANG,
PROVINSI BANTEN
BAHAN GALIAN BATU DAN PASIR (QUARRY) DAERAH
PULOAMPEL, KECAMATAN PULOAMPEL KABUPATEN SERANG,
PROVINSI BANTEN
Provinsi Banten terutama di wilayah Serang dan Pandegelang ditempati oleh batuan yang banyak terdapat bahan galian
golongan C terutama pasir dan batu. Prospek dan potensi akan bahan galian pasir dan batu terutama di kompleks Pegunungan
Gede meliputi Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan penyebaran di perbukitan-perbukitan
maupun di sungaisungai. Dengan melihat potensi tersebut dilakukan eksplorasi bahan galian pasir dan batu gunung (quarry)
Manfaat & Tujuan
Maksud penelitian adalah melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebaran lapisan endapan sirtu dan menghitung
volume (cadangan) di sekitar daerah yang diselidiki yang merupakan informasi awal didalam suatu perencanaan
penambangan guna membantu dalam pengambilan keputusan apakah wilayah tersebut cukup prospek atau tidak jika pasir
tersebut diusahakan/ditambang. Sedangkan tujuan dilakukannya penyelidikan ini adalah sebagai parameter awal untuk
melakukan kajian eksploitasi quarry pasir dan batu.
Metode Geofisika
Metode penelitian geofisika yang digunakan adalah metode tahanan jenis yang merupakan salah satu dari kelompok
metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran
listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi
Pengolahan Data
Data hasil pengukuran berupa tahanan jenis listrik dari pada batuan untuk setiap interval pengukuran dihitung,
menjadi tahanan jenis semu batuan
Setiap titik duga geolistrik mempunyai grafik tahanan jenis semu lapangan, selanjutnya dengan cara “curve
matching” setiap grafik tahanan jenis semu pada setiap titik diolah sehingga didapatkan tahanan jenis batuan sebenarnya
untuk setiap lapisan yang ada
Letak titik geolistrik di lapangan ditentukan dengan menggunakan pita ukur (meteran) dan kompas geologi serta GPS.
Jumlah pengukuran titik geolistrik sebanyak 43 titik
Pengukuran tahanan jenis dilakukan sampai kedalaman 10 - 40 meter. Jarak antar titik geolistrik berkisar antara 100
sampai 200 meter
Hasil Penyelidikan
Satuan Batuan di daerah penelitian satuan batuan umumnya berumur kuater hasil aktifitas volkanik dan magmatik
dangkal. Terdiri dari berupa :
2. Total cadangan cukup besar : a. Cadangan pasir dan batu berdasarkan pemetaan geologi hingga mencapai 57,796,037.50
meter kubik atau 57,8 Juta meter kubik, b. Total cadangan pasir dan batu dari pemetaan geolistrik mencapai 3,516,787.91
atau 3,5 juta meter kubik.
3. Aksesibilitas mudah dan lancar, pengangkutan ke daerah sekitar terutama Kota Jakarta, dapat melalui darat maupun jalur
laut
4. Namun relatif sulit dalam melakukan penambangan mengingat batuan sangat kompak dan keras.
IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KEDALAMAN PASIR BESI DI DAERAH PANTAI
SAMAS DUSUN NGEPET DESA SRIGADING KAB. BANTUL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA MAGNETIK DAN GEOLISTRIK
IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KEDALAMAN PASIR BESI DI DAERAH PANTAI
SAMAS DUSUN NGEPET DESA SRIGADING KAB. BANTUL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA MAGNETIK DAN GEOLISTRIK
Potensi pasir besi di Indonesia sebagian berada di bagian selatan Pulau Jawa. Daerah Jawa Tengah merupakan daerah
di Indonesia yang dibagi menjadi enam zona fisiografi yang meliputi Gunung Api Kuarter, Dataran Aluvial Utara Jawa,
Antiklinorium Serayu Utara, Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah, Zona Deprei Tengah dan Pegunungan
Selatan.
Kabupaten Bantul adalah salah satu wilayah di Jawa Tengah yang berada pada dominasi struktur geologi Young
Merapi Volcanic. Secara struktural daerah Bantul diapit oleh bukit patahan, yaitu lereng barat pegunungan Batur Agung pada
bagian timur dan bagian barat beruka bekas laguna. Jenis batuan yang terdapat di kabupaten Bantul secara umum terdiri dari
tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan endapan.
Manfaat & Tujuan
Maksud dan tujuan dari penetlitian ini adalah untuk mengetahui kontras anomali besaran fisika atas keberadaan pasir
besi dengan menggunakan metode geofisika. Kontras anomali tersebut digunakan untuk mengetahui persebaran dan perkiraan
ketebalan daerah pasir besi di Kabupaten Bantul. Penentuan kontras anomali menggunakan dua metode geofisika yakni
metode magnetik dan metode geolistrik.
Metode Geofisika
Metode geofisika yang digunakan untuk Penentuan kontras anomali ini menggunakan dua metode geofisika yakni
metode magnetik dan metode geolistrik. Metode magnetik digunakan dengan tujuan untuk mengetahui kontras anomali
medan magnet total yang disebabkan oleh kontras susceptibilitas batuan yang digunakan untuk mendapatkan arah persebaran
pasir besi. Sedangkan metode geolistrik digunakan untuk mengetahui resistivitas pada perlapisan sehingga dapat
mempekirakan kedalaman atau ketebalan lapisan pasir besi.
Akuisisi Data
Luas wilayah yang digunakan untuk akuisisi data seluas 2, 5 × 1, 5 km2 , yang di bagi ke dalam 13 lintasan
pengukuran, dengan jarak antara lintasan 200 m, dan jarak antara titik pengukuran adalah 50m. Pengukuran data geolistrik
diperoleh sejumlah titik pengukuran 29 titik di luasan area seluas 1 × km2 dengan panjang lintasan tiap titik pengukuran
adalah 300 m. Untuk keperluan interpretasi dilakukan 3 titik penggalian (test pit) sedalam 2 m untuk memahami lithologi
jenis pasir besinya
Hasil Penelitian
Data galian (test pit) pada titik pertama berada pada posisi 8.00027 LS 110.25274 BT. Penggalian dilakukan pada
daerah pantai dengan ukuran lubang galian yaitu dengan panjang 2 m dan lebar 1 m dengan kedalaman 1 m. Berdasarkan data
galian pada titik pertama nampak jika pembentukan endapan pasir bersi di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan darat dan
laut yang dipengaruhi oleh faktor pengontrol dari pembentukannya oleh gelombang laut, pengaruh pasang surut, dan energi
angin.
Data galian (test pit) titik kedua berada pada posisi S7.99761 E110.25144. Penggalian dilakukan pada panjang 2 m
dan lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Pada data galian titik kedua ini terlihat jika pembentukan pasir besi perlapisan yang
mengarah kebarat dari timur dalam bentuk perlapisan.
Data galian (test pit) titik ketiga berada pada posisi 7.99880 LS 110.24894 BT. Pada data galian ini memiliki
kemiripan dengan data galian pada titik pertama endapan pasirnya dipengaruhi oleh lingkungan darat dan laut yang
dipengaruhi oleh faktor pengontrol dari pembentukannya oleh gelombang laut, pengaruh pasang surut, dan energi angin.
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan data dan beberapa koreksi pada hasil data penelitian didapatkan Nilai resistivitas pasir
besi berkisar dari 300 Ωm - 3000 Ωm. Nilai resistivitas yang tinggi diindikasikan sebagai pasir halus yang banyak
mengandung pasir besi. Kedalaman dari pasir halus memiliki kisaran antara 0-5 m. Adapun pasir sedang hingga pasir kasar
yang mengandung pasir besi berada pada kedalaman 5-20 m. Cadangan pasir besi menggunakan pengukuran resistivitas
dengan luas wilayan 1 km2 adalah sebesar 53.237.500 m3.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu.
Raharjo, Sumakji Anom dan Sehah. 2018. Eksplorasi Potensi Pasir Besi di Pesisir Barat Kecamatan Nusawungu Kabupaten
Cilacap Berdasarkan Data Resistivitas Bawah Permukaan. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 14, No. 3, Hal: 51-58
Sismanto, Yuris Sutanto, Radjabal Akbar, dan Syamsul Fala Alaidin. 2019. Identifikasi Sebaran dan Kedalaman Pasir Besi di
Daerah Pantai Samas Dusun Ngepet Desa Srigading, Kab. Bantul, dengan Menggunakan Metode Geofisika Magnetik
dan Geolistrik. Jurnal Fisika Indonesia, 21 (3), 25-37. doi:10.22146/jfi.42357
Solihin. 2013. BAHAN GALIAN BATU DAN PASIR (QUARRY) DAERAH PULOAMPEL, KECAMATAN PULOAMPEL
KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN, Volume I, Edisi 23.
Surjono, S. & Amijaya, D.H. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Symes, D. R. 1988. Rock & Mineral. London: A Dorling Kindersley Limited.
terimakasih