Anda di halaman 1dari 24

‘’PROSES PEMBAKARAN

PADA INDUSTRI SEMEN’’

Nama Kelompok 1:
Ajeng Kusumaningrum 08.2018.1.01803
Nina Ristiana Mulyawati 08.2018.1.01810
Yogi Tryo Nugroho 08.2021.1.90283
 Seiring dengan perkembangan teknologi, penanganan material (material
handling) di dunia industri menjadi bagian yang sangat penting didalam
rangkaian proses produksi. Tak terkecuali di industri semen transportasi
untuk bahan baku semen seperti batu kapur (limestone), tanah liat (clay),
pasir besi (laterite), pasir silica (silica sand) juga memanfaatkan teknologi
tersebut, seperti ban berjalan (belt conveyor).
 Dari proses awal penambangan hingga proses penggilingan akhirnya, semua
itu diatur oleh satu pusat control yang dinamakan Central Control Room
(CCR). Di dalam CCR selama proses produksi berlangsung semuanya dapat
dipantau dari computer yang ada di CCR, hingga api yang ada didalam
tanur Kiln juga dapat dilihat dengan jelas menggunakan kamera yang
ditempel pada pintu masuk kiln.
 Pada proses pembakaran di tanur kiln menggunakan bahan bakar
batubara sebagai bahan bakar utamanya sedangkan bahan bakar
pemantik awal setelah shut down menggunkana bahan bakar Industri
Diesel Oil (IDO) karena memiliki nyala api yang tinggi dibandingkan
dengan batu bara. Dalam proses kerjanya, kiln melakukan
pembakaran dengan proses pembakaran dalam. Pada saat proses
produksi berlangsung panas didalm kiln dapat mencapai 1400 °C -1500
°C . Piramida, yaitu pada pengisian pada ruang kosong diantara celah-
celah tumpukan batu. Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan
kalsinasi gypsum yang tidak murni, sedangkan kalsinasi batu kapur
mulai digunakan pada zaman Romawi.
 Rotary Kiln
 Rotary Kiln adalah sebuah perangkat pyroprocessing yang digunakan untuk
menaikkan material sampai pada suhu tinggi (kalsinasi) dalam suatu proses
berkelanjutan. Material yang biasanya diproduksi menggunakan rotary kiln
meliputi: Semen, Kapur, Refraktori, Metakaolin, Titanium dioksida, Alumina,
Vermiculite, Bijih besi.
1. Prinsip Operasi
 Kiln adalah bejana silinder, diletakkan pada posisi horizontal dan sedikit miring, yang
diputar perlahan pada porosnya. Material yang akan diolah dimasukkan ke bagian atas
silinder. Karena kiln berputar, maka material secara bertahap bergerak menuju ujung
bawah, dan tentunya akan mengalami sejumlah pengadukan dan pencampuran. Gas
panas melewati sepanjang kiln, kadang-kadang dalam arah yang searah dengan material
yang diproses (co-current), tetapi biasanya dalam arah yang berlawanan (counter-
current). Gas panas dapat dihasilkan dalam tungku eksternal, atau dapat dihasilkan oleh
api di dalam tungku. Api yang dihasilkan dari burner-pipe (atau firing pipe) berperan
seperti Bunsen-burner yang besar. Bahan bakar untuk pembakaran ini bisa berasal dari
gas, minyak atau batu bara bubuk, yang paling banyak dipakai adalah batu bara bubuk.
2. Konstruksi

 Komponen dasar dari rotary kiln adalah shell, lapisan tahan api (refractory lining),
support tyres dan rollers, gigi drive (drive gear) dan penukar panas internal (internal
heat exchanger).

 Kiln shell Ini terbuat dari plat baja ringan yang di-rol, ketebalannya biasanya antara 15
dan 30 mm, dilas untuk membentuk sebuah silinder yang yang panjangnya bisa mencapai
230 m dengan diametre 6 m. Penempatannya biasanya terletak pada posisi poros arah
timur / barat karena untuk mencegah Eddy current . Ukuran diameter dibatasi sampai
pada diameter tertetu karena untuk mencegah kecenderungan shell yang akan berubah
bentuk penampangnya menjadi oval yang disebabkan oleh berat kiln tersebut, hal ini ini
merupakan konsekuensi kiln selama berputar.
3. Refractory Lining
 Tujuan dari lapisan refraktori adalah untuk melindungi shell baja dari suhu tinggi di
dalam kiln, dan untuk melindunginya dari sifat korosif dari material proses.
Refractory Lining dapat terdiri dari batu bata tahan api atau beton cor tahan api.
 Refraktori dipilih berdasarkan suhu di dalam kiln dan sifat kimia dari bahan yang
diproses. Dalam beberapa proses, misalnya semen, umur refraktori dapat bertahan
lama dengan menjaga lapisan dari bahan yang diproses pada permukaan refraktori.
Ketebalan lapisan umumnya dalam kisaran 80-300 mm. Tipikal refraktori akan mampu
mempertahankan penurunan suhu 1000 °C atau lebih antara permukaan panas
dengan permukaan dingin
4. Support Tyres dan Rollers
 Ban, kadang-kadang disebut riding rings, biasanya terdiri dari baja cor tunggal annular
(single annular steel casting), yang kemudian permukaannya dihaluskan. Perlu
beberapa kecerdikan desain agar ban sesuai dan pas dengan shell, tetapi masih
memungkinkan gerakan termal. Rol harus menopang kiln, dan memungkinkan untuk
berotasi dengan meminimalisir gesekan sekecil mungkin. Sebuah kiln yang dirancang
bagus, ketika listrik terputus maka akan berayun seperti pendulum berkali-kali sebelum
datang untuk berhenti.
 Kiln yang panjang mungkin memiliki 8 set rol, sementara kiln yang pendek mungkin
hanya memiliki dua. Kiln biasanya berotasi pada 0,5-2 rpm, tapi kadang-kadang juga
sampai 5 rpm. Kiln pada pabrik semen modern biasanya berotasi pada 4 sampai 5 rpm.
Bantalan (bearing) dari rol harus mampu menahan beban statis dan beban hidup yang
terlibat, dan juga harus terlindungi dari panas kiln dan masuknya debu.
5. Gear Drive
 Kiln biasanya diputar dengan Single Girth Gear. Gigi tersebut dihubungkan melalui gear
train menggunakan variable-speed electric motor. Gigi harus memiliki torsi awal yang
tinggi untuk menggerakkan kiln dengan beban eksentrik yang besar. Sebuah kiln 6 x 60 m
membutuhkan sekitar 800 kW untuk memutar pada 3 rpm. Kecepatan aliran material
melalui kiln sebanding dengan kecepatan rotasi, sehingga diperlukan variable speed
drive untuk mengontrol masalah ini.
6. Penukar Panas internal
 Pada kiln terjadi pertukaran panas yang mungkin oleh konduksi, konveksi dan radiasi.
Dalam proses suhu rendah, pada bagian kiln yang lebih dingin karena dimensi kiln yang
panjang sehingga pemanasan awal belum merata, maka kiln sering dilengkapi dengan
penukar panas internal untuk mendorong pertukaran panas antara gas dan feed. Alat ini
terdiri dari scoop atau lifter yang memancarkan feed melalui aliran gas, atau mungkin
menyisipkan logam yang panas di bagian atas kiln, dan memberikan panas ke feed saat
feed dimasukkan ketika kiln berputar. Penukar panas yang paling umum digunakan
terdiri dari rantai menggantung menyerupai tirai dengan aliran gas.
7. Efisiensi termal
 Efisiensi termal dari rotary kiln sekitar 50-65%.
8. System Pada Kiln
 Semen merupakan perekat hidraulik yang memiliki unsur-unsur utama klinker
(campuran antara C3S, C2S, C4AF, dan C3A) dan gypsum (CaSO4 . 2H2O). Klinker dibuat
dengan bahan baku utama batu kapur (limestone sekitar 70% – 90%), tanah liat (clay
sekitar 10% – 30 %), dan sisanya adalah bahan koreksi (0 – 10%).
 Proses pembakaran bahan baku hingga berubah menjadi klinker serta proses
pendinginan klinker hingga bertemperatur tertentu yang aman untuk digiling
bersama gipsum sampai menjadi semen merupakan rangkaian proses pembuatan
semen yang penting. Untuk memproduksi klinker semen, bahan baku (raw meal)
harus dipanaskan sampai ±1450 °C sehingga terjadi proses klinkerisasi.
 Proses-proses yang terjadi di atas berlangsung sejak bahan baku diumpankan ke
dalam peralatan proses (preheater) hingga saat keluar dari reaktor (kiln) dan
kemudian diteruskan dengan pendinginan klinker di cooler. Dalam proses
pembakaran raw material semen maka proses sebelum menuju ke kiln maka terjadi
proses kalsinasi di SP atau Suspension preheater.
 Suspension preheater
 Suspension preheater merupakan salah satu peralatan produksi untuk memanaskan awal
bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Suspension preheater terdiri dari siklon
untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya, riser duct yang lebih berfungsi
sebagai tempat terjadinya pemanasan bahan baku (karena hampir 80% -90% pemanasan
debu berlangsung di sini), dan kalsiner untuk sistem-sistem dengan proses prekalsinasi
yang diawali di SP ini.
 Di dalam membahas proses yang terjadi di dalam suspension preheater, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ukuran partikel bahan baku, proses
pemisahan oleh siklon dan proses pemanasan bahan baku oleh gas panas.
a) Ukuran Partikel dan Separasi
Ukuran partikel bahan baku berkaitan erat dengan luas permukaan partikel bahan baku
dan massa masing-masing partikel bahan baku. Luas permukaan partikel bahan baku
merupakan salah satu faktor penting dalam proses perpindahan panas dari gas ke bahan
baku. Raw mix yang permukaannya luas, dalam keadaan tersuspensi, laju proses
perpindahan panas yang terjadi menjadi lebih tinggi dibanding yang permukaannya lebih
kecil. Dalam sistem kering distribusi partikel rawmix umumnya dibuat sedemikian rupa
agar residu di atas 90 mikron antara 12 – 15% dan di atas 200 mikron tidak lebih dari 2 –
3%.
b) Proses Separasi di dalam Siklon
Proses separasi bahan baku dari aliran tersuspensi di dalam gas panas terjadi sebagai
akibat adanya gaya sentrifugal yang dialami oleh bahan baku sehingga partikel bahan baku
akan cenderung terlempar ke dinding siklon.
c) Perpindahan Panas di Siklon Preheater
Perpindahan panas antara gas dengan partikel bahan baku terjadi pada masing-masing
saluran gas (gas duct) dan siklon di suspension preheater (SP). Tetapi jika dilihat system
secara keseluruhan maka pada sistem SP terjadi perpindahan panas secara berlawanan
(counter-current) karena arah aliran gas ke atas sedang arah aliran bahan baku ke bawah.
d) Perpindahan Panas Pada Rotary Kiln
Kiln berputar (rotary kiln) merupakan peralatan utama di seluruh unit pabrik semen, karena
di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan klinker dari bahan bakunya (raw
mix). Secara garis besar, di dalam kiln terbagi menjadi 3 zone yaitu zone kalsinasi, zone
transisi, dan zone sintering (klinkerisasi). Perkembangan teknologi mengakibatkan sebagian
zone kalsinasi dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang terjadi
di dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya.
 Zona Kalsinasi
Pada zona ini raw meal dari preheater akan mengalami pemanasan hingga 1200 ºC dan proses
yang terjadi adalah proses penguraian secara maksimum dari unsure – unsure reaktif yang
terkandung dalam material masih berbentuk bubuk dan bagian dalam kiln digunakan lapisan
alumina bricks. Saat memasuki daerah dekomposisi sejumlah kecil CaO, Al2O3(CA),
CaO·Fe2O3 (CF), 2CaO·Fe2O3, dan 5CaO·3Al2O3 (C5A3) terbentuk dari reaksi dibawah ini
 CaCO3 → CaO + CO2 (600-900oC)
 CaO + Al2O3 → CaO.Al2O3 (800oC)
 CaO + Fe2O3 → CaO.Fe2O3 (800oC)
 CaO + CaO·Fe2O3 → 2CaO·Fe2O3 (800oC)
 3(CaO·Al2O3) + 2CaO → 5CaO·3Al2O3 (900-950 oC)
 Zona Transisi
Pada zona ini material mengalami perubahan fase dari padat ke cair dengan temperature operasi
sekitar 1300 ºC. pada zona ini juga terjadi reaksi antara CaO dengan senyawa SiO2, Al203 dan Fe2O3.
Daerah kiln ini dilindungi oleh lapisan High Alumina Bricks.
 Reaksi utama di zona ini adalah reaksi ekstotermik yang dimulai dengan silica (C2S), (ΔH = +603
kJ/kg C2S) yang diikuti oleh pembentukan dari C4AF (ΔH = +109 kJ/kg C4AF), dan C3A (ΔH = +37
kJ/kg C3A). menjadi:
 2CaO + SiO2 → 2CaO·SiO2 (1000oC)
 3(2CaO.Fe2O3) + 5CaO·Al2O3 + CaO → 3(4CaO.Al2O3.Fe2O3) (1200-1300oC)
 5CaO ·3Al2O3 +4CaO → 3(3CaO ·Al2O3) (1200-1300oC)
 Zona Sintering
Pada zona ini material mendekati sumber panas yang terpancar dari burner. Pemanasan terjadi hingga
1500 ºC. proses yang terjadi adalah pelelehan dari semua material dan reaksi maksimum antara CaO
dengan senyawa SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Mineral compound ini membentuk senyawa utama klinker yaitu
C3S (Alite), C2S (Belite), C3A (Celite) dan C4AF (Felite). Reaksi ini disebut reaksi klinkerisasi.
 Pada zona ini reaksi fase liquid terbentuk. Komponen utamanya, C3S (ΔH = +448 kJ/kg C3S),
dibentuk oleh reaksi antara C2S Dibentuk sebelumnya dan setiap kapur bebas tersedia sebagai,
 2CaO.SiO2 + CaO → 3CaO ·SiO2 (1350–1450oC)
Peralatan utama kiln, selain shell kiln itu sendiri adalah burner dan bata tahan api (refractory).
Bentuk api yang dihasilkan oleh proses pembakaran sangat menentukan proses perpindahan
panas yang terjadi dan pada akhirnya akan mementukan kualitas klinker. Sedangkan bata tahan
api selain berfungsi untuk melindungi shell kiln dan mengurangi panas yang mengalir ke
lingkungan juga berpengaruh terhadap pembentukan coating.
a) Burner
Di dalam rotary kiln selain jumlah panas yang dibutuhkan untuk pembakaran raw mix harus
terpenuhi, perlu juga diperhatikan bentuk nyala saat pembakaran bahan bakar pada burner.
Bentuk nyala ini mempengaruhi kualitas klinker yang dihasilkan. Kedua parameter ini
dipengaruhi oleh proses pembakaran saat bahan bakar mulai keluar dari ujung burner hingga
habis terbakar. Secara umum, pembakaran terjadi melalui 4 tahapan proses, yaitu :
1. Laju Pembakaran (burning rate)
Laju pembakaran ini sangat berpengaruh terhadap ukuran komponen alite (C3S) yang terbentuk.
Komponen alite yang berukuran kecil akan mengakibatkan klinker yang dihasilkan tidak dusty,
sehingga mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan proses penggilingannya mudah.
2. Temperatur tertinggi (maksimum temperature)
Pada temperatur tertinggi yang sesuai akan dihasilkan klinker dengan litre weight yang baik,
sehingga mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan akan mudah digiling. Tetapi pada
temperatur tertinggi yang terlalu tinggi akan dihasilkan klinker yang sifatnya berlawanan
dengan sifat – sifat tersebut.
3. Waktu pembakaran (burning time)
Kondisi ini sangat berpengaruh pada ukuran belite (C2S), yaitu kenaikan waktu pembakaran
akan memperbesar ukuran belite sehingga potensi kuat tekannya akan tinggi serta akan mudah
digiling. Selain itu kenaikan waktu pembakaran akan menurunkan kandungan CaO bebas.
4. Laju pendinginan (cooling rate)
Kondisi ini sangat berpengaruh pada warna belite yang mengindikasikan struktur kristalnya.
Pendinginan yang lambat akan menghasilkan klinker dengan kuat tekan yang rendah. Proses
pembakaran, perhitungan kebutuhan udara pembakaran, perhitungan kelebihan udara di
setiap konfigurasi SP, dan perpindahan panas sntara gas dan material rawmeal secara lebih
mendetail diberikan dalam modul tersendiri.
b) Refractory Lining
Refraktori (bata tahan api) adalah material non metal yang dapat dipakai untuk konstruksi
atau melapisi tungku yang beroperasi pada temperature tinggi dan juga mampu untuk
mempertahankan bentuk dan komposisi kimianya pada temperatur tinggi. Fungsi refraktori
pada industri semen adalah untuk melindungi bagian metal agar tidak langsung kontak dengan
nyala api atau gas/padatan yang sangat panas. Sebagai contoh shell kiln akan sangat turun
kekuatannya pada temperatur di atas 400 0C sementara itu temperatur klinker berkisar 1350 –
1550 0C, serta nyala api di kiln bias mencapai 1900 0C.
 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
dengan sendirinya, disertai pengeluaran kalor. Bahan bakar dapat terbakar dengan
sendirinya karena: kalor dari sumber kalor < kalor yang dihasilkan dari proses
pembakaran. Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai
bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor.
Bahan bakar terdiri dari beberapa jenis,yaitu :
a) Bahan bakar padat
Bahan bakar padat adalah bahan bakar yang sifat keras, atau strukturnya sangat rapat.
Contoh bahan bakar padat adalah batubara, arang, kayu. Bahan bakar padat yang biasa
dipakai dalam industri dan transportasi adalah batubara. Batubara termasuk bahan bakar
fosil karena terbentuk dari sisa tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses geologis dalam
jangka waktu jutaan tahun.
b) Bahan bakar cair
Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, jika dibandingkan
dengan bahan bakar padat molekulnya dapat bergerak bebas. Bensin/gasolin/premium,
minyak solar, minyak tanah adalah contoh bahan bakar cair.
c) Bahan bakar gas
Bahan bakar gas adalah bahan bakar yang strukturnya molekulnya dapat bergerak bebas.
Berikut ini adalah yang termasuk bahan bakar gas :
 Asetilin
 Blast Furnace Gas
 Gas Air Biru (Blue Water Gas)
 Gas Batubara
 Gas Alam
 Gas Petroleum
 Sistem Pembakaran Dengan Bahan Bakar Cair
A. Bensin
1. Sistem Pembakaran
Bahan Bakar Sepeda Motor Sistem bahan bakar sepeda motor pada umumnya terdiri
dari beberapa komponen antara lain yaitu : Tangki bensin , Saringan bensin, selang
bensin dan karburator. Pada tangki bensin dilengkapi dengan pengukur tinggi bensin,
untuk tipe ini pada karburator dilengkapi kran bensin.
2. Karburator
a) Prinsip kerja karburator
Karburator memproses bahan bakar cair menjadi partikel kecil dan dicampur dengan
udara sehingga memudahkan penguapan. Prosesnya serupa dengan penyemburan
( spray).
b) Aturan Kerja Karburator
Bahan bakar dan udara dibutuhkan motor bensin untuk berjalan. Bahan bakar berupa
bensin dicampur dengan udara oleh karburator supaya mudah terbakar dan di alirkan
keruang bakar.
3. Campuran Bahan Bakar dan Udara
Saat langkah isap pada mesin, tekanan didalam silinder lebih rendah dari atmosfir,
maka aliran udara tercipta yang mengalir melalui karburator kedalam saluran
pemasukan kesilinder. Pada titik tersebut dipasang saluran dimana bahan bakar
disemprotkan. Bahan bakar masuk, terpancar membentuk partikel–partikel kecil dan
disemburkan. Partikel bahan bakar yang terbentuk pada proses ini mengalir melalui
pipa pemasukan (intake pipe) dan sebelum sampai ke silinder telah berubah menjadi
uap dan secara sempurna membentuk campuran bahan bakar dan udara.
4. Menentukan Jumlah Campuran Udara dan Bahan Bakar
Diantara periode waktu tertentu, beberapa kali pembakaran terjadi saat mesin
berputar pada kecepatan rendah adalah sedikit dan bila putaran mesin tinggi maka
akan banyak. Bila ditentukan sejumlah campuran udara dan bahan bakar dibutuhkan
untuk terjadinya pembakaran suatu saat, ternyata bahwa pembakaran terjadi banyak
sekali, berindikasi bahwa volume campuran udara dan bahan bakar juga tinggi.
B. Solar (diesel)
Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam; lebih spesifik lagi, sebuah mesin
pemicu kompresi, dimana bahan bakar dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi,
dan bukan oleh alat berenergi lain (seperti busi). Ketika udara dikompresi suhunya akan
meningkat (seperti dinyatakan oleh Hukum Charles), mesin diesel menggunakan sifat ini
untuk proses pembakaran. Udara disedot ke dalam ruang bakar mesin diesel dan
dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi dari rasio kompresi dari mesin
bensin.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai