Disusun Oleh
SAK
(Standar Akuntansi Keuangan)
2. STANDAR AUDITING
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
b. Standar Pekerjaan Lapangan
c. Standar Pelaporan
3. JASA SELAIN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Sebagai tambahan terhadap audit atas laporan keuangan, sepanjang
relevan dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor independen,
kesepuluh standar auditing tersebut berlaku untuk jasa selain audit
atas laporan keuangan, kecuali jika dinyatakan lain dalam suatu
Pernyataan Standar Auditing.
SA Seksi 161
HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN
STANDAR PENGENDALIAN MUTU
2. INDEPENDENSI
Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi
sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi
akuntan publik. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan
persepsi independensi dari masyarakat. Bapepam juga dapat menetapkan
persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan tentang informasi
keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut, yang mungkin berbeda
dengan yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor harus
mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan
yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3. PENUNJUKAN DAN INDEPENDENSI AUDITOR
Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen,
penunjukan auditor di banyak perusahaan dilaksanakan oleh
dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite
audit.
4. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih
awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini
diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001
sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut
berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan
Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya
ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.
SA Seksi 230
PENGGUNAAN KEMAHIRAN PROFESIONAL DENGAN CERMAT DAN
SEKSAMA DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN AUDITOR
1. PENDAHULUAN
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”
Aspek supervisi asisten dijelaskan dalam SA Seksi 210 [PSA No. 04]
Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen dan SA Seksi 311 [PSA
No. 05] Perencanaan dan Supervisi. Aspek perencanaan pekerjaan
lapangan dan saat pelaksanaan prosedur audit dijelaskan dalam SA
Seksi 313 [PSA No. 02] Pengujian Substantif Sebelum Tanggal
Neraca.
2. PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN
Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu
kesadaran bahwa penunjukan auditor independen secara dini akan
memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.
3. PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN MENDEKATI ATAU
SETELAH TANGGAL AKHIR PERIODE
Walaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen
dapat menerima perikatan pada saat mendekati atau setelah
tanggal neraca. Dalam hal ini, sebelum menerima perikatan,
auditor harus yakin apakah kondisi seperti itu
memungkinkan ia melaksanakan audit secara memadai dan
memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.
SA Seksi 311
PERENCANAAN DAN SUPERVISI
1. PENDAHULUAN
Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan
harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya. Auditor sebagai penanggungjawab akhir
atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan
supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor akuntannya.
2. PERENCANAAN
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas,
pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan
dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang
berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam
kantor akuntan dan personel entita.
SA Seksi 312
RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS
DALAM PELAKSANAAN AUDIT
1. PENDAHULUAN
Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan
risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit
atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Konsep materialitas mengakui bahwa
beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting
bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa
hal lainnya adalah tidak penting.
2. PERENCANAAN AUDIT
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik
dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit.
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
1. Pertimbangan pada Tingkat Laporan Keuangan
SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi mengharuskan
auditor dalam perencanaan auditnya untuk memperhitungkan antara
lain, pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
Pertimbangan tersebut mungkin dikuantitatifkan atau mungkin tidak.
Dalam merencanakan prosedur audit, auditor harus juga
mempertimbangkan sifat, sebab (jika diketahui), dan jumlah salah saji
yang diketahui dari audit atas laporan keuangan periode sebelumnya.
1. PENDAHULUAN
Dalam Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem
Informasi Komputer (SIK) didefinisikan sebagai berikut:
“Untuk tujuan Seksi ini, suatu lingkungan SIK ada bila suatu
komputer dengan tipe atau ukuran apa pun digunakan dalam
pengolahan informasi keuangan suatu entitas yang signifikan bagi
audit, terlepas apakah komputer tersebut dioperasikan oleh
entitas tersebut atau oleh pihak ketiga.”
2. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam lingkungan SIK, entitas akan membentuk struktur organisasi
dan prosedur untuk mengelola aktivitas SIK. Karakteristik suatu
organisasi SIK adalah sebagai berikut:
a. Pemutusan fungsi dan pengetahuan
b. Pemutusan program dan data-data transaksi
SA Seksi 313
PENGUJIAN SUBSTANTIF SEBELUM TANGGAL NERACA
PENDAHULUAN
• Seksi ini memberikan panduan audit atas laporan keuangan
mengenai:
• Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum auditor
menerapkan pengujian substantif utama terhadap rincian akun
aktiva atau kewajiban tertentu mulai tanggal sebelum tanggal
neraca.
• Prosedur-prosedur audit yang dapat memberikan dasar memadai
bagi kesimpulan audit dari pengujian substantif utama untuk
perluasan dari tanggal audit interim ke tanggal neraca (sisa
periode).
• Pengkoordinasian waktu (timing) pelaksanaan prosedur-prosedur
audit.
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN SEBELUM
PENERAPAN PENGUJIAN SUBSTANTIF UTAMA ATAS
RINCIAN AKUN NERACA PADA TANGGAL INTERIM
Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari
tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi
ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.
Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31
Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.
SA Seksi 314
PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN
INTERN-PERTIMBANGAN DANKARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI
KOMPUTER
PENDAHULUAN
Dalam Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem
Informasi Komputer (SIK) didefinisikan sebagai berikut:
“Untuk tujuan Seksi ini, suatu lingkungan SIK ada bila suatu
komputer dengan tipe atau ukuran apa pun digunakan dalam
pengolahan informasi keuangan suatu entitas yang signifikan bagi
audit, terlepas apakah komputer tersebut dioperasikan oleh entitas
tersebut atau oleh pihak ketiga.”
STRUKTUR ORGANISASI
REVIEW ATAS PENGENDALIAN UMUM SIK
• Auditor harus mempertimbangkan bagaimana pengendalian umum SIK
yang berdampak terhadap aplikasi SIK signifikan bagi auditnya.
Pengendalian umum SIK yang berhubungan dengan beberapa atau
seluruh aplikasi merupakan pengendalian yang saling terkait yang
operasinya seringkali merupakan hal yang menentukan efektivitas
pengendalian aplikasi SIK.
PENGENDALIAN UMUM SIK
PENDAHULUAN
• Seksi ini memberikan panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung
jawab tersebut, yang berkaitan dengan kecurangan, dalam audit
terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Secara lebih
rinci, Seksi ini:
• Menggambarkan kecurangan dan karakteristiknya (paragraf 03 s.d. 10)
• Mewajibkan auditor secara khusus menaksir risiko salah saji sebagai
akibat kecurangan dan menyediakan golongan faktor risiko kecurangan
yang harus dipertimbangkan oleh auditor (paragraf 11 s.d. 25)
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus
dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan
audit atas laporan keuangan klien terhadap kemungkinan
adanya unsur tindakan pelanggaran hukum1 oleh klien.
PENGERTIAN UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam seksi ini
berarti pelanggaran terhadap hukum atau peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsur
tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk
pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan
karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis
entitas.
PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMUNGKINAN
ADANYA
UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM
• Pelanggaran hukum tertentu memiliki dampak material dan langsung
terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan. Unsur tindakan pelanggaran hukum lain, memiliki dampak
material tetapi tidak langsung terhadap laporan keuangan. Tanggung
jawab auditor dalam pendeteksian, pertimbangan dampaknya
terhadap laporan keuangan, dan pelaporan unsur tindakan
pelanggaran hukum lain diuraikan dalam Seksi ini. Selajutnya istilah
unsur pelanggaran hukum lain itu akan disebut dengan unsur
pelanggaran hukum saja. Auditor harus waspada terhadap adanya
kemungkinan bahwa unsur pelanggaran hukum telah terjadi. Jika ada
informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan
indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggran
hukum yang mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung
terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajiban
melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk
meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah
dilakukan atau tidak.
SA Seksi 318
PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN
1. PENDAHULUAN
Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan
panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis,
mengapa hal ini penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja
dalam melaksanakan perikatan, mengapa hal ini relevan dengan semua tahap
audit, dan bagaimana auditor memperoleh dan menggunakan pengetahuna
tersebut.
2. PEMEROLEHAN PENGETAHUAN
Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan
pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi
entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat
pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan
diperoleh.
3. PENGGUNAAN PENGETAHUAN
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of
reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan
pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan
informasi tersebut secara semestinya membantu auditor dalam:
– Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
– Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
– Evaluasi bukti audit
– Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
4. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
Seksi ini berlaku untuk setiap perikatan yang dibuat pada atau setelah
tanggal 31 Desember 1999. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif
berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan.
Pengetahuan tentang Bisnis - Hal-hal yang
Perlu Dipertimbangkan
• Faktor ekonomi umum
• Industri - kondisi penting yang berdampak terhadap bisnis
klien
• Entitas
IFRS