Anda di halaman 1dari 12

Praktikum

Fitokimia
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Disusun oleh :

Nabila Desnira Heryana 18010173

Ramdan Fitra Jaya


18010179

Minggu, 10 Januari 2020


Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat radikal bebas dengan berperan
sebagai donor H terhadap radikal bebas, sehingga terbentuk senyawa yang lebih stabil
(Harborner, 2006). Antioksidan dapat berupa BHT, vitamin C, maupun senyawa
fitokimia.
DPPH merupakan metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengukur kadar
antioksidan, sehingga sering digunakan dalam penggunaan pengukuran aktifitas
antioksidan. Metode DPPH dapat digunakan pada sampel padat atau pun cair dan tidak
spesifik untuk satu komponen antioksidan tetapi penerapan seluruh kapasitas antioksidan
dari sampel. Penentuan suatu senyawa sebagai antioksdan atau tidak ditentukan oleh
pengukuran IC  pada pengukuran DPPH. IC  merupakan kemampuan senyawa dalam
50 50

suatu sampel sebagai antioksidan untuk meredam 50% radikal bebas sehingga semakin
kecil nilai koefisien IC , maka semakin tinggi sifat bioaktif sampel antioksidan tersebut.
50
ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN

1. Labu ukur 100 ml 1. Ekstrak daun teh Etil


2. Labu ukur 50 ml Asetat
3. Tabung reaksi 2. Dimethyl sulfoxide
4. Pipet volume 3. DPPH
5. Pipet tetes 4. Metanol
6. Beaker glass 5. Aquadest
7. Spektrofotometer UV-
Vis
8. Batang pengaduk
9. Spatel logam
10. Aluminium foil
CARA KERJA
Pembuatan Larutan Induk Sampel
Pembutan larutan induk sampel 1000 ppm dengan melarutkan 0,1 gram ekstrak daun teh etil asetat pada labu ukur 100
mL. Ekstrak daun teh tersebut ditimbang menggunakan kaca arloji, setelah ditimbang dilarutkan dengan dimenthyl
sulfoxide
hingga larut, lalu tuangkan kedalam beaker glass tambah aquadest 50 ml aduk ad larut homogen, lalu tuangkan kedalam
labu ukur tambah aquadest ad batas 100 mL. setelah itu dibuat deret konsentrasi 10,20,40,80,160, dan 320 ppm
CARA KERJA
Pembuatan Larutan Induk Sampel

*pada larutan 10 ppm memakai labu ukur ukuran 50 ml, karena labu ukurnya
Membuat deret konsentrasi 10, 20, 40, 80, 160, dan 320 ppm. kurang 1 yang ukuran 100 ml, maka dipakailah labu ukur yang 50 ml

10 ppm = 0,5 ml + aquadest ad 50 ml di labu ukur

20 ppm = 2 ml + aquadest ad 100 ml di labu ukur

40 ppm = 4 ml + aquadest ad 100 ml di labu ukur

80 ppm = 8 ml + aquadest ad 100 ml di labu ukur

160 ppm = 16 ml + aquadest ad 100 ml di labu ukur

320 ppm = 32 ml + aquadest ad 100 ml di labu ukur


CARA KERJA
Pembuatan Larutan Uji Antioksidan
Pada deret konsentrasi masing-masing dipipet sebanyak 2 ml ke tabung reaksi berbeda, ditambah 4 ml methanol dan 2 ml
DPPH, setelah itu tabung reaksi di lapisi aluminium foil dan ditutup dengan kapas, lalu simpan di tempat gelap selama 30
menit.
CARA KERJA
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH
Setelah 3o menit, kemudian diukur serapan larutan dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis pada Panjang
gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang yang memiliki absorbansi tertinggi digunakan sebagai Panjang gelombang
optimum untuk pengukuran sampel. Pengukuran diawali dengan larutan blangko yaitu metanol, lalu larutan deret, dan
terakhir larutan
kontrol – (campuran dari 1ml DPPH dan 3 ml metanol)
HASIL PENGAMATAN
Menghitung ppm deret standar

10 ppm 20 ppm 40 ppm


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 50 ml x 10 ppm V1 x 1000 ppm = 100 ml x 20 ppm V1 x 1000 ppm = 100 ml x 40 ppm
V1 = 500/ 1000 V1 = 2000/ 1000 V1 = 4000/ 1000
V1 = 0,5 ml V1 = 2 ml V1 = 4 ml

80 ppm 160 ppm 320 ppm


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 100 ml x 80 ppm V1 x 1000 ppm = 100 ml x 160 ppm V1 x 1000 ppm = 100 ml x 320 ppm
V1 = 8000/ 1000 V1 = 1600/ 1000 V1 = 3200/ 1000
V1 = 8 ml V1 = 16 ml V1 = 32 ml
HASIL PENGAMATAN
Nilai Absorbansi Yang Didapat
No
1
ABS
0.010
K*ABS
0.0098
Rata-rata Nilai Absorbansi tiap ppm
2 0.093 0.0928
3 0.000 0.0002
4 0.000 0.0004 10 ppm = 0.1608 + 0.1600 + 0.1606 = 0.1605
5 0.000 0.0000 3
6 0.161 0.1608
7 0.160 0.1600 10 ppm 20 ppm = 0.0759 + 0.0743 + 0. 0739 = 0.0747
8 0.161 0.1606 3
9 0.076 0.0759
10 0.074 0.0743 20 ppm
40 ppm = 0.0739 + 0.0719 + 0.706 = 0.0721
11 0.074 0.0739 3
12 0.074 0.0739
13 0.072 0.0719 40 ppm
80 ppm = 0.0673 + 0.0674 + 0.0671 = 0.0673
14 0.071 0.0706 3
15 0.067 0.0673
16 0.067 0.0674 80 ppm
160 ppm = 0.0574 + 0.0574 + 0.0574 = 0.0574
17 0.067 0.0671 3
18 0.057 0.0574
19 0.057 0.0574 160 ppm
320 ppm = 0.0645 + 0.0646 + 0.0648 = 0.0646
20 0.057 0.0574 3
21 0.064 0.0645
22 0.065 0.0646 320 ppm
Kontrol (-) = 0.4685 + 0.4679 + 0.4680 = 0.4681
23 0.065 0.0648 3
24 0.469 0.4685
25 0.468 0.4679 Kontrol (-)
26 0.468 0.4680
HASIL PENGAMATAN
% inhibisi

% = A kontrol – A sampel x 100%


A kontrol 10 ppm = 0.4681 – 0.1605 x 100% = 65.71%
0.4681
Keterangan :
A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel 20 ppm = 0.4681 – 0.0747 x 100% = 84.04%
A sampel = Absornasi sampel 0.4681
40 ppm = 0.4681 – 0.0721 x 100% = 84.60%
0.4681
80 ppm = 0.4681 – 0.0673 x 100% = 85.62%
0.4681
160 ppm = 0.4681 – 0.0574 x 100% = 87.74%
0.4681
320 ppm = 0.4681 – 0.0646 x 100% = 86.20%
0.4681
HASIL PENGAMATAN
Grafik antara ppm dan %inhibisi

Grafik
100

90
f(x) = 0.03 x + 78.84
80
R² = 0.23
70

60
% inhibisi

50
Linear ()

40

30

20

10

0
0 50 100 150 200 250 300 350

ppm

Anda mungkin juga menyukai