Anda di halaman 1dari 18

partisipasi politik bundo kanduang dalam

menghadapi perubahan sosial masyarakat

oleh Wirdanengsih
Dosen FIS UNP

disampaikan dalam webinar hari ibu Bundo Kanduang Mancanegara


Sistem matrilineal adalah aset sosial
perempuan Minangkabau

Kekerabatan garis Pusaka tinggi Hak Partisipatif yang


keturunan ibu dan
(hak properti yang tinggi dalam keputusan
berfungsi bundo
tinggi) keluarga dan nagari
kanduang
Sistem matrilineal dan perempuan
Minangkabau
 Sistem matrilineal memberi peluang kepada perempuan sebagai pemberdayaan
perempuan minangkabau.
 Perempuan sebagai Bundo Kanduang yang didalam tatanan adat Minangkabau
sebagai salah satu unsur kelengkapan adat.
 Bundo Kanduang sebagai perempuan yang dituakan di dalam kaumnya yang
mengatur segala urusan di rumah gadang
 Perempuan minang sebagai tempat bertanya dan memberi nasehat serta sentral
kehidupan kekerabatan minangkabau
Perempuan Minangkabau memiliki peluang dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri dalam politik atau menjadi pemimpin politik, karena
dalam struktur sosial budaya Minangkabau memiliki kedudukan yang kuat
dan dihormati.
Dengan sistem matrilineal memberikan kedudukan yang sentral dan sama
dengan laki-laki secara hukum, sosial, budaya dan kepemilikan harta pusaka
tinggi serta posisi sebagai pengontrol kekuasaan.
Maka ketika perempuan itu memiliki kualifikasi berupa modal sosial, rekam
jejak mumpuni dan materi yang kuat maka perempuan itu berpeluang
menjadi pemimpin politik.
 Lalu kenapa perempuan Minang saat ini tidak begitu signikan untuk
terjun ke dunia politik ?
Pengaruh kepemimpinan politik
perempuan di Sumatera Barat
1.Bias kekuasaan politik orde baru dan 2, Perempuan sebagai bundo
era reformasi, perempuan kanduang yang memiliki garis
termarginalisasi lewat pola kekuasaan
keturunan , harta pusaka tinggi
yang hegemonik, ada proses
institusionalisasi oleh pemegang dan partisipatif namun
kekuasaan lewat organisasi bunda perempuan tidak bisa menjadi
kanduang, PKK, dll penghulu adat

Konsekuensi realita

3, Pandangan peran
Perempuan belum muncul menjadi
kepemimpinan daerah kecuali tingkat

5. Politik kekerabatan
nagari

bundo kanduang dan Majunya perempuan menjadi legislatif tak


lepas dari kontribusi dan kekuatan laki laki

kian kental muncul


sekitarannya

mamak dalam dunia


pasca reformasi
publik
Pengaruh kepemimpinan politik perempuan Sumatera
Barat (1)

Orde baru dan era reformasi


 Perempuan sebagai penggerak politik
Dalam sejarahnya perempuan Minangkabau memang perempuan
penggerak dalam ranah kehidupan publik sebelum kemerdekaan mengalami stagnasi, tak lepas dari politik
patrimordial, otoriter kepemimpinan
Rasuna Said Rahmah El Yunusiah politik
 Era orde baru perempuan termarginalisasi
Rohana Kudus lewat pola kekuasaan. Ada proses
rekayasa politik perempuan oleh
Siti Manggopoh
kekuasaan lewat organisasi PKK, bundo
kanduang, dsb
 Di era reformasi masih bertahan pola
tersebut,sehingga politik aspirasi
perempuan belum terjawab
Pengaruh kepemimpina politik perempuan Sumatera Barat
(2)
Sistem adat Minangkabau terhadap perempuan

Tidak mengurus kepentingan publik, tidak pernah menjadi penghulu, penghulu adalah
Perempuan memiliki harta, garis keturunan tokoh sentral dalam adat Minangkabau
Ini menggambarkan bahwa masyarakat lokal ,patriaki dengan mengungkapkan yang
ibu, dan partisipatif dalam keputusan layak menjadi pemimpin adlaah laki-laki dalam tataran eksekutor
Pendapat ninik mamak
tentang politik perempuan minangkabau


 Setuju berpolitik namun harus selalu berpegang teguh
pada adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah.
Adat memang tidak melarang perempuan untuk aktif
dalam politik publik tapi ninik mamak
memperbolehkan dengan syarat yang berat antara lain;
menjunjung tinggi adat dan syarak, tidak melupakan
rumah tangga, suami dan anak, dan menenggang
orang kampung, famili dan keluarga

,
Pandangan perempuan minangkabau
sebagai pengontrol kekuasaan
 Keengganan perempuan Minangkabau memasuki ranah politik disebabkan oleh sikap dan pandangan
terhadap politik yang menganggap pimpinan politik formal itu tidak begitu penting; yang terpenting adalah
kontrol dan penentu. Dan hadir dalam balai adat untuk musyawarah menurunkan derajat mereka. Selanjutnya
dengan menjadi pemimpin, mereka merasa melangkahi ninik mamak yang dianggap melanggar alur dan
patut. Semua ini mempengaruhi faktor diri (self), sehingga menyebabkan perempuan kurang berminat pada
politik, gagap memasuki dunia publik dan daya juangnya rendah.

 Keterlibatan perempuan sangat terkait dengan kompetensi, minat, kemampuan, dan kesadaran politik, yang
diiringi dengan memasuki jaringan sosial atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang membentuk mind
perempuan itu. Mereka menganggap siapa yang mempimpin tidak begitu penting dan menganggap politik itu
bukan dunia mereka.
Pengaruh kepemimpinan politik pasca reformasi : Politik kekerabatan
4
Terkait keterpilihan perempuan di DPR RI era pasca reformasi

Politik kekerabatan, diantaranya :  Studi kasusu keterpilihan anggota


a) Keluarga politik yaitu apabila terdapat dua atau lebih DPR RI 2019-2024
anggota keluarga yang menduduki jabatan politik.
b) Politik kekerabatan yaitu upaya melanggengkan
kekuasaan melalui rekruitmen politik yang
menghasilkan anggota keluarga yang menduduki
jabatan politik /pemerintahan yang tidak didasarkan
kemampuan namun lebih didasarkan kepada
pertimbangan hubungan kekerabatannya, baik karena
keturunan ataupun ikatan perkawinan
c) Politik dinasti yaitu upaya melanggengkan kekuasaan
dengan mendudukan keluarganya dalam jabatan politik
dengan ciricirinya minimal 4 anggota keluarga yang
menduduki jabatan politik dan leboh dari dua generasi.
 Tidak terpilih dalam kepemimpinan
sebagai kepala daerah tingkat propinsi ,
kabupaten dan kota, namun Walinagari
perempuan ada di beberapa nagari, antara
lain :
 Nagari Batubasa, Pariangan, Kabupaten
Tanah Datar.
 Nagari Koto Laweh Kabuapten Solok
Fenomena terpilihnya walinagari
perempuan
( )
hasil penelitian didaerah pariangan

 Adanya walinagari perempuan mematahkan mitos bahwa perempuan tidak berkesempatan


untuk ranah politik publik
 Kapasitas perempuan menjadi faktor keterpilihan sebagai walinagari selain ketokohan
perempuan tersebut yang dinilai memiliki pengalaman dalam mengurus masalah
kemasyarakatan
 Akhirnya bukan karena jenis kelamin, publik tak mempersoalkan walinagari perempuan
sebagai perempuan, yang penting memiliki kapabilitas dan dipercaya.
 Masyarakat juga kurang peduli dengan kata -kata bahwa perempuan tak akan mampu
menjadi pemimpin adat dan budaya sekalipun (Israr 2012)
 Begitu juga Nagari Koto Laweh, bukan masalah perempuan atau laki-laki, namun kapasitas,
jaringan dan hubungan baik membuat keterpilihan serta kedemokrasian adat terhadap
perempuan
Perempuan Minangkabau di ranah politik
publik ( eksekutif)
 Perempuan memiliki modal sosial untuk berkontribusi dalam kehidupan publik
( garis keturunan perempuan, harta pusaka tinggi /hak property) ada pada
perempuan, memiliki hak partisipasi dalam pengambilan keputusan
 Walaupun perempuan tidak banyak masuk keranah politik publik namun bukan
berarti perempuan tidak boleh dan tidak bisa namun memiliki syarat tertentu
( kapasitas, kapabilitas serta urusan keluarga rumah gadang dapat diselesaikan
dengan baik dan keluarga besar serta pemangku lain dukungan dan memiliki
kehendak atas kepemimpinan bundo kanduang ( kasus pemilihan wali nagari
sebagai contoh )
Perempuan Minang dalam dunia politik
(legislatif)
 Asumsi sistem matrilineal suatu asset bagi perempuan untuk masuk ranah politik
(legislatif), perempuan memiliki harta pusaka, garis kekerabatan ibu, hak
partisipatif tidak berimbang dengan jumlah perempuan yang seharusnya dilegislatif
 Angka perempuan Di DPRD
tahun 2004-2009, terdapat 5 /50 aleg perempuan
tahun 2009-2014. terdapat 7/55 aleg perempuan
tahun 2014-2019 terdapat 6/65 aleg perempuan
periode 2019-2024 terdapat 3/65 aleg perempuan
Dan untuk DPR RI ada 3 orang perempuan, namun diasumsikan sebagai
perpanjangan kekuatan politik laki-laki.
Perempuan( bundo kanduang)
Minangkabau di legislatif
 Politisi perempuan di Sumatera Barat, daerah yang memiliki ciri khas dengan
sistem matrilinealyg memberi peluang dan kesempatan bagi perempuan untuk
berkiprah di sektor publik. Mestinya cukup banyak perempuan yang memperoleh
kursi di parlemen. Tetapi fakta menunjukkan jumlah dan persentase politisi
perempuan di DPRD, baik provinsi, kabupaten dan kota tidak menunjukkan angka
yang signifikan. Bahkan 3 (tiga) kabupaten tidak ada anggota parlemen
perempuannya sama sekali, yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Solok Selatan
& Padangpariaman
Sistem antara matrilineal dan patriachat

 Keberhasilan perempuan untuk duduk di parlemen sekarang ini tak lain karena
mendapatkan fasilitas dan dukungan dari kaum laki-laki di sekitar mereka.
Kemandirian mereka untuk mendapatkan kursi di parlemen masih perlu
dipertanyakan. Ini juga berarti bahwa sistem matrilineal pada etnis Minangkabau
tak sepenuhnya memberi keleluasaan bagi perempuan untuk berkiprah di sektor
publik, namun bukan tidak boleh, boleh dengan beberapa syarat yang harus
dilakukan diantaranya seizin dan dukungan para anggota laki-laki terdekat
mereka.
Penutup

Kedudukan dan kehormatan bundo kandung


adalah modal sosial untuk partisipasi politik,
baik eksekutif atau legislatif, untuk pembawa
aspirasi kemasyarakatan. Namun kata
kuncinya adalah kapasitas dan kapabilitas
perempuan , jaringan sosial, tetap menjaga
identitas sebagai jati diri orang Minangkabau,
dan mampu menghadapi tantangan Perlu Pendidikan politik
pandangan bahwa hanya laki laki yang layak
jadi pemimpin, serta mampu mengelola
keseimbangan antara kehidupan rumah dan
gadang dengan publik kecerdasan politik
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai