Pengertian,
Rukun & Syarat
Hak & Kewajiban Para Pihak, Khiyar dan
Berakhirnya Akad
Oleh
WIRDYANINGSIH
PENGERTIAN & ISTILAH
AKAD
ISTILAH-ISTILAH
1. Wa’ad
2. ‘Ahdu
3. Akad
4. Iltizam
5. Perjanjian
6. Perikatan
7. Kontrak
1. WA’AD
• Wa’ad = janji
• Pernyataan yang dimaksud oleh pemberi
pernyataan untuk melakukan perbuatan baik di
masa depan
• Keinginan yang dikemukakan oleh seseorang
untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan
maupun ucapan, dalam rangka memberi
keuntungan bagi pihak lain
Apakah Wa’ad Mengikat
Secara Hukum?
1. Jumhur fuqaha dari Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, dan satu
pendapat dari Malikiyah wa’ad adalah kewajiban agama,
bukan kewajiban hukum formal, sehingga tidak mengikat secara
hukum
2. Ibn Syubrumah, Ishaq bin Rahawiyah, Hasan Basri, dan sebagian
pendapat Malikiyah wa’ad itu wajib dipenuhi dan mengikat
secara hukum
3. Sebagian fuqaha Malikiyah wa’ad mengikat secara hukum
apabila berkaitan dengan suatu sebab meskipun sebab tersebut
tidak menjadi bagian/disebutkan dari mau’ud (pernyataan janji)
4. Ibn Qasim wa’ad bersifat mengikat untuk dipenuhi apabila
berkaitan dengan sebab yang dinyatakan secara tegas dalam
mau’ud (pernyataan janji)
2. AL-’AHDU
• Al-’ahdu yaitu ikatan yang terjadi antara manusia
dengan Allah swt, seperti perjanjian terjalinnya
fitrah manusia yang tunduk pada kebaikan, serta
perjanjian para Nabi dengan Allah swt untuk
menyampaikan pesan kepada umat manusia
• Al ‘Ahdu yaitu pernyataan untuk mengerjakan atau
tidak mengerjakan sesuatu yang tidak terkait
dengan orang lain
• Q.S. Ali Imran ayat 76: “Sebenarnya siapa yang
menepati janji dan bertakwa, maka sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa” (balaa
man awfaa bi’ahdihii wattaqaa fainnallaha
yuhibbul muttaqiin)
3. AKAD
• Al ‘Aqdu yaitu ikatan, mengikat; menghimpun
dua ujung tali dan mengikatkannya sehingga
menjadi bersambung
• Akad adalah Pertalian antara ijab dan kabul
yang dibenarkan oleh syara yang
menimbulkan adanya akibat hukum terhadap
objeknya
• Akad diwujudkan melalui:
1. Ijab dan kabul
2. Kesesuaian dengan kehendak syariat
3. Timbul akibat hukum terhadap objek akad
DASAR HUKUM & UNSUR AKAD
• Al Maidah ayat 1:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”
• Unsur-unsur yang terdapat dalam akad:
– Pertalian ijab dan kabul
– Dibenarkan syara’
– Berakibat hukum terhadap objek
• Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum
(Tasharruf)
• Tasharruf (Mustafa Az Zarqa) yaitu:
Segala sesuatu perbuatan yg bersumber dari kehendak
seseorang dan syara’ menetapkan atasnya sejumlah
akibat hukum (hak & kewajiban)
Pengertian Akad dalam Peraturan
• Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank
Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak sesuai dengan Prinsip Syariah (Pasal 1 Angka
13 UU No. 21/2008 ttg Perbankan Syariah)
• Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan
atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu
(Pasal 20 angka 1 KHES)
4. ILTIZAM
• Terisinya dzimmah (tanggungan) seseorang dengan
suatu hak yang wajib ditunaikannya kepada orang
lain
• Kaidah al ashlu bara’atudz-dzimmah asasnya
adalah bebasnya dzimmah, seseorang tidak memiliki
hak apa pun atas milik orang lain atau tidak memikul
kewajiban apapun terhadap orang lain sampai ada
bukti yang menyatakan sebaliknya
• Mustafa Az Zakra: “Iltizam adalah keadaan di mana
seseorang diwajibkan menurut hukum syara’ untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu bagi
kepentingan orang lain”
5. PERJANJIAN
• Perjanjian atau overeenkomst adalah
suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih
(Pasal 1313 KUHPer)
• Perjanjian merupakan suatu peristiwa
hukum yang konkret
6. PERIKATAN
• Perikatan atau verbintenis adalah suatu hubungan
hukum (mengenai harta kekayaan) antara dua
orang, yang memberi hak pada yang satu untuk
menuntut barang sesuatu dari yang lainnya,
sedangkan orang yang lainnya itu diwajibkan
memenuhi tuntutan itu (Subekti)
• Perikatan adalah suatu peristiwa hukum yang
abstrak
• Mana yang lebih luas, Perjanjian atau perikatan?
• Mana yang lebih luas Perikatan Islam atau Perikatan
Barat?
Tahap Terjadinya Hubungan Hukum Perikatan
Barat
PERJ PERI
ANJI KATA
AN N
Tahap Terjadinya
Perikatan Islam (Abdoerraoef)
AHDU PERSETUJ
PERJANJI- U- PERIKATAN
AN AN
7. KONTRAK
• Contract is an agreement between two or more
parties creating obligations that are enforceable or
otherwise recognizable at law
• Tiga unsur dalam kontrak:
1. The fact between the parties (kesepakatan tentang fakta
antara para pihak)
2. The agreement is written (dibuat secara tertulis)
3. Consist of peope who has rights and duties in making a
written agreement (adanya orang-orang yang berhak
dan berkewajiban untuk membuat kesepakatan dan
persetujuan tertulis)
RUKUN & SYARAT AKAD
RUKUN AKAD
• Jumhur Ulama:
1. Al Aqidain (subjek akad)
2. Mahallul Aqad (Obyek Akad)
3. Sighat (Ijab dan Kabul)
• Mustafa az Zarqa: unsur penegak akad:
4. Maudhu’ul Aqd (Tujuan Akad)
• TM Hasbi Ashiddiqi : 4 hal tsb disebut Komponen yg hrs
dipenuhi utk terbtknya akad.
• Pasal 22 KHES:
1. Pihak-pihak yang berakad
2. Objek akad
3. Tujuan pokok akad
4. Kesepakatan
1. Al ‘Aqidain (Subjek akad)
• Para pihak yang melakukan akad
• Bentuk subjek akad:
a. Manusia
b. Badan hukum (syirkah)
• Pasal 23 KHES:
1) Pihak2 yg berakad: Org perseorangan, klpk
org, persekutuan, atau Badan Usaha
2) Org yg berakad hrs cakap hukum, berakal,
dan tamyiz.
a. Manusia
• Manusia sebagai subjek hukum adalah
manusia yang sudah dapat dibebani
hukum, disebut mukallaf
• Mukallaf adalah orang-orang yang
telah dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya kepada Allah swt
Syarat-syarat Subjek Hukum
1. Aqil Baligh
– Mencapai perubahan fisik dan berakal sehat
2. Tamyiz (dapat membedakan)
– Dapat membedakan yang baik dan buruk
3. Mukhtar (bebas dari paksaan)
– Dalam akad harus tercermin prinsip antharadin
yaitu suka sama suka yang terbebas dari
paksaan dan tekanan.
– Q.S. An Nisa ayat 29: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
suka sama suka di antara kamu”
3 HAL PENTING SUBYEK HUKUM
1. Ahliyah : Kecakapan sesorg utk memiliki hak & dikenai
kewajiban atasnya (wujuh) dan kecakapan bertasharruf (Ada’):
a. Al Naqisah: Tidak sempurna Dapat bertasharruf tp tdk
cakap melkkn akad
b. Kamilah: SempurnaDpt bertasharruf & cakap melkkn akad
2. Wilayah (Kewenangan): Kekuasaan hukum yg pemiliknya dpt
kegiatan melkkn akad & menunaikan sgl akibat hkm yg
ditimbulkan.
a. Niyabah Ashliyah: mempunyai kecakapan sempurna
b. Niyabah al Syar’iyyah: Pemberian kewenganan kpd org lain
yg memiliki kecakapan sempurna utk mlkkn tasharruf atas
nama org lain (wali)
3. Wakalah (Perwakilan): Pengalihan kewenangan perihal harta
dan perbuatan ttt dari seorg kpd org lain utk mengambil
tindakan ttt.
b. Badan Hukum
• Badan hukum adalah badan yang
dianggap bertindak dalam hukum dan
yang mempunyai hak-hak, kewajiban-
kewajiban, dan perhubungan hukum
terhadap orang lain atau badan lain.
• Dalam Islam dikenal syirkah yang
menunjukkan sama dengan badan
hukum
Dalil Syirkah
• An Nisa ayat 12
– “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorg,
maka mereka bersekutu dalam yg sepertiga itu…”
• Shaad ayat 24
– “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebgn mereka berbuat zalim kpd
sbgn yang lain, kecuali orang-orang yang beriman…”
• Hadis Qudsi
– “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya
tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya, maka Aku keluar dari
keduanya”
Badan Hukum sebagai Subjek Hukum
(T.M. Hasbi Ash Shiddieqy)
1. Memiliki hak yang berbeda dari hak manusia
2. Tidak hilang dengan meninggalnya pengurus
badan hukum
3. Diperlukan pengakuan hukum
4. Memiliki ruang lingkup terbatas
5. Memiliki tindakan hukum yang tetap, tidak
berkembang
6. Tidak dapat dijatuhi hukuman pidana
2. Mahallul ‘Aqad (Objek akad)
• Bentuk objek akad yang dapat dikenai hukum
dapat berupa:
– benda berwujud dan
– tidak berwujud ataupun jasa
• Pasal 24 KHES
– Amwal atau Jasa yg dihalalkan yg
dibutuhkan msg2 pihak
– Obyek akad hrs suci, bermanfaat, milik
sempuran & dpt diserahterimakan.
Syarat-syarat Objek akad
1. Telah ada ketika akad dilangsungkan
Transaksi lebih jelas dan pasti
Tidak dapat bergantung pada sesuatu yang belum ada
Pengecualian: pada akad salam, istishna dan musyaqah yang
objeknya diperkirakan ada di masa datang. didasarkan pada
istihsan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kegiatan
muamalat
2. Dibenarkan oleh syariah
Objek akad harus memiliki nilai dan manfaat bagi manusia, dan
tidak bertentangan dengan ketentuan syariah
3. Harus jelas dan dikenali
Kejelasan objek bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman di
antara para pihak, sehingga dapat menimbulkan sengketa
4. Dapat diserahterimakan
Terdapat serah terima objek akad dengan jelas antara pihak
pertama dengan pihak kedua
3. Maudhu’ul ‘Aqad (Tujuan akad)
• Tujuan akad tidak boleh bertentangan dengan syari’ah
• Al Maidah ayat 2: “Dan tolong menolonglah kamu
dalam mengerjakan kebajikan, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
• Pasal 25 KHES:
–Tujuan akad: memenuhi kebutuhan hidup dan
pengembangan usaha masing2 pihak yg
mengadakan akad.
–Sighat akad dilakukan dgn jelas, baik secara lisan,
tulisan dan atau perbuatan
4. Sighatul ‘Aqad
(Ijab dan Kabul)
• Sighatul ‘aqad adalah suatu ungkapan
para pihak yang melakukan akad berupa
ijab dan kabul.
• Ijab adalah pernyataan janji atau
penawaran pihak pertama untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
• Kabul adalah pernyataan menerima dari
pihak kedua atas penawaran yg dilakukan
pihak pertama
Syarat dalam Ijab dan Kabul
1. Jala’ul ma’na yaitu tujuan yang terkandung
dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat
dipahami jenis akad yang dikehendaki
2. Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara
ijab dan kabul
3. Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan
kabul menunjukkan kehendak para pihak
secara pasti, tidak ragu dan tidak terpaksa
Bentuk Ijab dan Kabul
1. Lisan ijab dan kabul dinyatakan dengan
perkataan secara jelas
2. Tulisan ijab dan kabul dinyatakan secara
tertulis (Al Baqarah ayat 282: “Hai orang-
orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”)
3. Isyarat ijab dan kabul diungkapkan dengan
kode tertentu, asalkan para pihak memiliki
pemahaman yang sama
4. Perbuatan ijab dan kabul melalui suatu
tindakan yang menunjukkan adanya akad
Keharaman dalam Akad
• Ps 2 ayat (3) PBI 7/46/PBI/2005: transaksi syariah tidak boleh
mengandung unsur-unsur:
42
KEBERLAKUAN ILTIZAM
Iltizam berlaku atas:
1. Harta menyerahkan harta
2. Perbuatan melakukan pekerjaan
3. Utang alternatif pemenuhan
iltizamnya:
a. Hawalah (pengalihan iltizam)
b. Kafalah (menjamin/ menanggung)
c. Taqashi (terhalang menuntut hak krn
msh terbebani iltizam msg2) 43
KHIYAR
PENGERTIAN
Khiyar (Pilihan) adalah hak pilih bagi salah satu
atau kedua pihak yang melaksanakan transaksi
untuk melangsungkan atau membatalkan
transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi
masing-masing pihak yang melakukan transaksi
6. Khiyar Naqad
46
1. KHIYAR AL-MAJLIS
• Hak pilih kedua pihak yang berakad untuk
membatalkan akad, selama keduanya masih
berada dalam majelis akad dan belum
berpisah badan.
• berlaku pada akad al-mu’awwadhah al
maliyah, seperti jual beli dan ijarah.
• mazhab Syafi’i dan Hanbali yang berdasar
pada HR Bukhari dan Muslim “Masing-masing
dari penjual dan pembeli memiliki hak khiyar
selama keduanya belum berpisah”.
• Contoh: Barang-barang yang sudah dibeli
tidak dapat ditukar/dikembalikan 47
2. KHIYAR AT-TA’YIN
• Hak pilih bagi pembeli dalam menentukan
barang yang berbeda kualitas dalam jual beli.
• Hak yang dimiliki oleh pembeli untuk
memastikan pilihan atas sejumlah benda
sejenis dan setara sifat atau harganya.
• berlaku pada akad al-mu’awwadhah al
maliyah yang mengakibatkan perpindahan
hak milik seperti jual beli.
48
3. KHIYAR ASY-SYARTH
• Adalah hak pilih yang ditetapkan bagi salah
satu pihak yang berakad atau keduanya atau
bagi orang lain untuk meneruskan atau
membatalkan jual beli, selama masih dalam
tenggang waktu yang ditentukan, untuk
menghindari adanya penipuan
• berlaku pada akad lazim (pasti) yg mengikat
keduabelah pihak seperti jual beli, ijarah,
mudharabah, kafalah, hawalah.
• Contoh: ? 49
4. KHIYAR AL-’AIB
• Hak untuk membatalkan atau melangsungkan
jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad,
apabila terdapat suatu cacat pada objek yang
diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui
pemiliknya ketika akad berlangsung
• HR Ibnu Majah “Seorang muslim adalah
saudara bagi muslim lainnya, maka tidak halal
seorang muslim menjual kepada saudaranya
sesuatu yang mengandung cacat kecuali ia
harus menjelaskan kepadanya”
50
5. KHIYAR AR-RU’YAH
• Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan
berlaku atau batal jual beli yang ia
lakukan terhadap suatu objek yang belum
ia lihat ketika akad berlangsung
• Contoh: membeli dengan cara memesan,
kecuali akad salam (pembiayaan
pengadaan barang yg tidak tersedia)
51
6. KHIYAR NAQAD
• Melakukan jual beli dengan ketentuan,
jika pihak pembeli tidak melunasi
pembayaran, atau jika pihak penjual tidak
menyerahkan barang, dalam batas waktu
tertentu, maka pihak yang dirugikan
mempunyai hak untuk membatalkan
akad atau tetap melangsungkannya.
• Contoh: ?
52
KHIYAR GHABN dan TAGHRIB
(Pasal 287-294 KHES)
53
BERAKHIRNYA AKAD
54
SEBAB-SEBAB BERAKHIRNYA AKAD
55
FASAKH
• Artinya: melepaskan ikatan akad atau
menghilangkan atau menghapuskan hukum akad
secara keseluruhan seakan-akan akad tidak
pernah terjadi.
• Pelaksanaan fasakh:
– Wajib utk menghormati ketentuan syariah,
melindungi kepentingan umum dan khusus,
menghilangkan bahaya dan menghindarkan
perselisihan thd syarat yg ditetapkan syariah. Mis.
Fasakh pada akad fasid.
– Jaiz dilakukan atas dasar keinginan pihak2 yang
melakukan akad.
Sebab-sebab terjadi Fasakh
• Dibatalkan karena terdapat hal-hal yang
tidak dibenarkan oleh syara’
• Adanya khiyar
• Iqalah: membatalkan transaksi karena
menyesal atas akad yang baru dilakukan
• Kewajiban tidak dilaksanakan
• Tidak mendapat izin dari pihak yang
berwenang
• Kematian, tergantung dari bentuk akad:
hak perorangan dan hak kebendaan.
57
• WASSALAM
• TERIMAKASIH